Evaluasi Konsumsi Makanan Vegetarian dan Non-Vegetarian

EVALUASl KONSUMSl MAKANAN VEGETARIAN
DAN NON-VEGETARIAN

Oleh :

Sib1 ROSYlDAH

A

250437

JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGW
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1993

SIT1 ROSYIDAH.

Non-vegetarian.


BRIAWAN) .

Evaluasi Konsumsi Makanan Vegetarian dan
(Di bawah bimbingan ALI KHOMSAN dan DODIK

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari kuantitas dan
kualitas konsumsi makanan serta status gizi kelompok vegetarian dan non-vegetarian. Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para penganut vegetarian untuk mengevaluasi kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi serta status gizinya.
Penelitian dilakukan di Universitas Advent Indonesia,
Bandung, dari bulan Nopember 1992 - Pebruari 1993. Populasi
penelitian ini adalah mahasiswa UNAI. Kerangka contoh disusun atas dua kelompok, yaitu 56 orang mahasiswa vegetarian
(lakto-ovo-vegetarian) dan 151 orang mahasiswa non-vegetarian. Contoh diambil secara acak sejumlah 60 orang, terdiri atas 30 orang vegetarian dan 30 orang non-vegetarian.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer meliputi keadaan umum responden (diperoleh dengan pengisian kuesioner oleh responden), data berat
badan, tinggi badan, dan kadar Hb darah (diperoleh dengan
penimbangan dan pengukuran langsung), serta data konsumsi
makanan (diperoleh dengan penimbangan makanan yang dikonsumsi selama tiga hari berturut-turut). Data sekunder berupa
keadaan umum lokasi dan keadaan umum mahasiswa, diperoleh
dari bagian administrasi UNAI.
Data konsumsi makanan diolah menjadi rata-rata konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan besi
menggunakan daftar komposisi bahan makanan dibantu dengan

daftar-daftar lain (Hardinsyah & Briawan, 1990). Tingkat
konsumsi energi dan zat gizi diperoleh dengan membandingkan
rata-rata konsumsi energi dan zat gizi dengan angka kecukupan masing-masing yang dianjurkan oleh FAO/WHO/UNU (1985)
dalam Muhilal, Jus'at, Husaini, Jalal, dan Tarwotjo (1993).
Skor asam amino dan mutu cerna juga diperoleh dengan
pengolahan data konsumsi (Hardinsyah & Martianto, 1989).
Indeks kualitas gizi (IKG) diperoleh dengan membandingkan
kandungan zat gizi per 1000 Kalori dalam makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizi per 1000 Kalori dari angka
kecukupan gizi yang dianjurkan.
Status gizi dinilai secara antropometri menggunakan metode indeks massa tubuh (IMT) (FAO/WHO/UNU, 1985). Penggolongan status gizi dan status kesehatan berdasarkan nilai
IMT menggunakan kriteria FAO/WHO/UNU (1985); James (1987);
James, Luzzi, dan Waterlow (1988) dalam Khumaidi (1993) dengan pembedaan jenis kelamin. Penilaian status gizi secara
biokimia dilakukan dengan mengukur kadar hemoglobin (Hb) darah dengan metode cyanmethemoglobin. Penggolongan status
gizi menggunakan kriteria dari Husaini, Suharno, Husaini,
dan Siagian (1989).
Perbedaan tinakat konsumsi enerqi dan zat qizi, skor
asam amino, mutu cerna, indeks kualifas gizi, sertastatus
gizi antara kedua kelompok dianalisis dengan uji-t. Sedangkan hubungan antara IMT dengan tingkat konsumsi energi dan

protein; serta hubungan antara kadar Hb darah dengan tingkat

konsumsi besi, protein, dan vitamin c, dianalisis dengan uji
korelasi (Steel & ~orrie,1989).
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan besi berturutturut pada vegetarian adalah 93,82%; 108,80%; 165,09%;
104,20%; dan 269,00%. Sedangkan pada non-vegetarian berturut-turut adalah 95,18%; 110,80%; 154,17%; 105,50%; 274,00%.
Secara statistik dinyatakan tidak ada perbedaan antara vegetarian dan non-vegetarian pada variabel-variabel tersebut,
ha1 ini disebabkan jumlah pangan sumber tenaga, vitamin, dan
mineral yang dikonsumsi kedua kelompok tidak jauh berbeda.
Sedangkan untuk tingkat konsumsi protein, ada perbedaan sangat nyata (p < 0,Ol) (91,59% pada vegetarian dan 96,04%
pada non-vegetarian). Banyaknya konsumsi pangan hewani pada
non-vegetarian menyebabkan konsumsi protein lebih banyak
dibandingkan vegetarian, sehingga tingkat konsumsi proteinnya pun lebih tinggi.
Skor asam amino, mutu cerna, IKG-vitamin A, IKG-vitamin
C, IKG-kalsium, dan IKG-besi pada vegetarian adalah 148; 86;
1,27; 2,11; 1,26; 2,91. Sedangkan pada non-vegetarian berturut-turut adalah 149; 87; 1,22; 1,92; 1,18; 2,90. Tidak
ada perbedaan secara statistik antara vegetarian dan nonvegetarian pada veriabel-variabel tersebut. Sedangkan untuk
IKG-protein, berbeda nyata pada p < 0,05 (0,97 pada vegetarian dan 1,00 pada non-vegetarian). Hal ini disebabkan kedua kelompok memperoleh makanan dari sumber yang sama (kafetaria), sehingga jenis pangan yang dikonsumsipun relatif
sama, kecuali pada pangan hewani. Kelompok non-vegetarian
menambah dari luar kafetaria sehingga IKG-protein lebih
tinggi .
Rata-rata indeks massa tubuh (IMT) vegetarian lebih

rendah dibandingkan non-vegetarian (20,35 kg/mz dibandingkan
21,58 kg/m2) dan secara statistik ada perbedaan sangat nyata
(p < 0,Ol). Hal ini disebabkan IMT dipengaruhi oleh kuantitas konsumsi terutama energi dan protein. Karena konsumsi
energi dan protein vegetarian lebih rendah dan ha1 ini kemunqkinan selalu terjadi sejak menjadi vegetarian, IMT-nya
pun menjadi lebih rendah. Kadar hemoglobin (Hb) kedua kelompok relatif sama (berturut-turut pada vegetarian dan nonvegetarian adalah 14,73 q/100 ml dan 15,08 g/100 ml). Hal
ini disebabkan konsumsi besi sebagai faktor utama pembentuk
hemoglobin kedua kelompok relatif sama. Bila dilihat dari
rata-rata IMT maupun kadar Hb darah, secara umum bisa dikatakan bahwa status gizi kedua kelompok termasuk dalam
kategori normal.
Tidak ada hubungan antara IMT dengan tingkat konsumsi
energi dan protein. Demikian pula pada kadar Hb darah, tidak ada hubunaan denaan tinakat konsumsi wrotein dan tinqkat
konsumsi vitamin C. -Sedangkan dengan tingkat konsumsi besi,
kadar Hb darah berhubungan positif (p < 0,05).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi energi
dan protein pada vegetarian maupun non-vegetarian belum mencukupi kebutuhan. Oleh karena itu kedua kelompok hendaknya
meningkatkan kuantitas konsumsi makanannya, terutama jenis
pangan sumber tenaga dan sumber zat pembangun.

EVALUASI WNSUNISI


DAN NON-VEG

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh

srn

ROSUIDAH

A 25 0137

SURUSAN GIZI MASYAXAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANJAN

:


EVALUASI KONSUMSI M A W A N VEGETARIAN
DAN NON-VEGETARIAN

Nama

:

SIT1 ROSYIDAW

NRP

:

A 250437

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing I1

Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S.

NIP.
131404218

Ir. Dodik Briawan
NIP. 131879330

urusan GMSK

Nasution, M.S.

EVALUASl KONSUMSl MAKANAN VEGETARIAN
DAN NON-VEGETARIAN

Oleh :

Sib1 ROSYlDAH

A

250437


JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGW
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1993

SIT1 ROSYIDAH.

Non-vegetarian.

BRIAWAN) .

Evaluasi Konsumsi Makanan Vegetarian dan
(Di bawah bimbingan ALI KHOMSAN dan DODIK

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari kuantitas dan
kualitas konsumsi makanan serta status gizi kelompok vegetarian dan non-vegetarian. Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para penganut vegetarian untuk mengevaluasi kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi serta status gizinya.
Penelitian dilakukan di Universitas Advent Indonesia,

Bandung, dari bulan Nopember 1992 - Pebruari 1993. Populasi
penelitian ini adalah mahasiswa UNAI. Kerangka contoh disusun atas dua kelompok, yaitu 56 orang mahasiswa vegetarian
(lakto-ovo-vegetarian) dan 151 orang mahasiswa non-vegetarian. Contoh diambil secara acak sejumlah 60 orang, terdiri atas 30 orang vegetarian dan 30 orang non-vegetarian.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer meliputi keadaan umum responden (diperoleh dengan pengisian kuesioner oleh responden), data berat
badan, tinggi badan, dan kadar Hb darah (diperoleh dengan
penimbangan dan pengukuran langsung), serta data konsumsi
makanan (diperoleh dengan penimbangan makanan yang dikonsumsi selama tiga hari berturut-turut). Data sekunder berupa
keadaan umum lokasi dan keadaan umum mahasiswa, diperoleh
dari bagian administrasi UNAI.
Data konsumsi makanan diolah menjadi rata-rata konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan besi
menggunakan daftar komposisi bahan makanan dibantu dengan
daftar-daftar lain (Hardinsyah & Briawan, 1990). Tingkat
konsumsi energi dan zat gizi diperoleh dengan membandingkan
rata-rata konsumsi energi dan zat gizi dengan angka kecukupan masing-masing yang dianjurkan oleh FAO/WHO/UNU (1985)
dalam Muhilal, Jus'at, Husaini, Jalal, dan Tarwotjo (1993).
Skor asam amino dan mutu cerna juga diperoleh dengan
pengolahan data konsumsi (Hardinsyah & Martianto, 1989).
Indeks kualitas gizi (IKG) diperoleh dengan membandingkan
kandungan zat gizi per 1000 Kalori dalam makanan yang dikonsumsi dengan kandungan zat gizi per 1000 Kalori dari angka
kecukupan gizi yang dianjurkan.

Status gizi dinilai secara antropometri menggunakan metode indeks massa tubuh (IMT) (FAO/WHO/UNU, 1985). Penggolongan status gizi dan status kesehatan berdasarkan nilai
IMT menggunakan kriteria FAO/WHO/UNU (1985); James (1987);
James, Luzzi, dan Waterlow (1988) dalam Khumaidi (1993) dengan pembedaan jenis kelamin. Penilaian status gizi secara
biokimia dilakukan dengan mengukur kadar hemoglobin (Hb) darah dengan metode cyanmethemoglobin. Penggolongan status
gizi menggunakan kriteria dari Husaini, Suharno, Husaini,
dan Siagian (1989).
Perbedaan tinakat konsumsi enerqi dan zat qizi, skor
asam amino, mutu cerna, indeks kualifas gizi, sertastatus
gizi antara kedua kelompok dianalisis dengan uji-t. Sedangkan hubungan antara IMT dengan tingkat konsumsi energi dan

protein; serta hubungan antara kadar Hb darah dengan tingkat
konsumsi besi, protein, dan vitamin c, dianalisis dengan uji
korelasi (Steel & ~orrie,1989).
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan besi berturutturut pada vegetarian adalah 93,82%; 108,80%; 165,09%;
104,20%; dan 269,00%. Sedangkan pada non-vegetarian berturut-turut adalah 95,18%; 110,80%; 154,17%; 105,50%; 274,00%.
Secara statistik dinyatakan tidak ada perbedaan antara vegetarian dan non-vegetarian pada variabel-variabel tersebut,
ha1 ini disebabkan jumlah pangan sumber tenaga, vitamin, dan
mineral yang dikonsumsi kedua kelompok tidak jauh berbeda.
Sedangkan untuk tingkat konsumsi protein, ada perbedaan sangat nyata (p < 0,Ol) (91,59% pada vegetarian dan 96,04%
pada non-vegetarian). Banyaknya konsumsi pangan hewani pada

non-vegetarian menyebabkan konsumsi protein lebih banyak
dibandingkan vegetarian, sehingga tingkat konsumsi proteinnya pun lebih tinggi.
Skor asam amino, mutu cerna, IKG-vitamin A, IKG-vitamin
C, IKG-kalsium, dan IKG-besi pada vegetarian adalah 148; 86;
1,27; 2,11; 1,26; 2,91. Sedangkan pada non-vegetarian berturut-turut adalah 149; 87; 1,22; 1,92; 1,18; 2,90. Tidak
ada perbedaan secara statistik antara vegetarian dan nonvegetarian pada veriabel-variabel tersebut. Sedangkan untuk
IKG-protein, berbeda nyata pada p < 0,05 (0,97 pada vegetarian dan 1,00 pada non-vegetarian). Hal ini disebabkan kedua kelompok memperoleh makanan dari sumber yang sama (kafetaria), sehingga jenis pangan yang dikonsumsipun relatif
sama, kecuali pada pangan hewani. Kelompok non-vegetarian
menambah dari luar kafetaria sehingga IKG-protein lebih
tinggi .
Rata-rata indeks massa tubuh (IMT) vegetarian lebih
rendah dibandingkan non-vegetarian (20,35 kg/mz dibandingkan
21,58 kg/m2) dan secara statistik ada perbedaan sangat nyata
(p < 0,Ol). Hal ini disebabkan IMT dipengaruhi oleh kuantitas konsumsi terutama energi dan protein. Karena konsumsi
energi dan protein vegetarian lebih rendah dan ha1 ini kemunqkinan selalu terjadi sejak menjadi vegetarian, IMT-nya
pun menjadi lebih rendah. Kadar hemoglobin (Hb) kedua kelompok relatif sama (berturut-turut pada vegetarian dan nonvegetarian adalah 14,73 q/100 ml dan 15,08 g/100 ml). Hal
ini disebabkan konsumsi besi sebagai faktor utama pembentuk
hemoglobin kedua kelompok relatif sama. Bila dilihat dari
rata-rata IMT maupun kadar Hb darah, secara umum bisa dikatakan bahwa status gizi kedua kelompok termasuk dalam
kategori normal.
Tidak ada hubungan antara IMT dengan tingkat konsumsi
energi dan protein. Demikian pula pada kadar Hb darah, tidak ada hubunaan denaan tinakat konsumsi wrotein dan tinqkat
konsumsi vitamin C. -Sedangkan dengan tingkat konsumsi besi,
kadar Hb darah berhubungan positif (p < 0,05).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi energi
dan protein pada vegetarian maupun non-vegetarian belum mencukupi kebutuhan. Oleh karena itu kedua kelompok hendaknya
meningkatkan kuantitas konsumsi makanannya, terutama jenis
pangan sumber tenaga dan sumber zat pembangun.

EVALUASI WNSUNISI

DAN NON-VEG

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh

srn

ROSUIDAH

A 25 0137

SURUSAN GIZI MASYAXAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANJAN

:

EVALUASI KONSUMSI M A W A N VEGETARIAN
DAN NON-VEGETARIAN

Nama

:

SIT1 ROSYIDAW

NRP

:

A 250437

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing I1

Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S.
NIP.
131404218

Ir. Dodik Briawan
NIP. 131879330

urusan GMSK

Nasution, M.S.