mutlakrefusal density 2 x 400 tumbukan dan yang terakhir dilakukan pengujian perendaman standar untuk menentukan VIM, VMA, VFA,
kepadatan, stabilitas, kelelehan flow , hasil bagi Marshall Marshall Quotient dan Indek Stabilitas Sisa IRS .
4.1.3. Hasil Perhitungan Kadar Aspal Rencana
Pengujian awal adalah pengujian yang bertujuan untuk menentukan nilai kadar aspal optimum Pb dengan cara empiris guna menghasilkan
campuran aspal panas yang memenuhi persyaratan seperti tercantum pada Tabel 2.3 Ketentuan Sifat – sifat Campuran.
Penentuan kadar aspal optimum Pb digunakan rumus ;
Pb = 0,035 CA + 0,045 FA + 0,18 FF + K
Keterangan : Pb
= perkiraan kadar aspal terhadap campuran, prosentase berat terhadap campuran CA
= agregat kasar tertahan saringan nomor 8 FA
= agregat halus lolos saringan nomor 8 FF
= bahan pengisi lolos saringan nomor 200 Nilai K = konstanta 2,0 sampai dengan 3,0 untuk lataston
Berdasarkan hasil gradasi campuran Tabel 3.1 maka akan dihitung nilai Pb dari campuran tersebut.
Perhitungannya adalah sebagai berikut ; CA = 100 – 60
= 40 FA = 40 – 7
= 33 FF = 7
Dalam penelitian ini nilai konstanta diambil 3.0. Pb
= 0,035 CA + 0,045 FA + 0,18 FF + K Pb
= 0,035 40 + 0,045 33 + 0.18 7 + 3 Pb
= 7.145 ~ 7 Kadar aspal optimum Pb yang diperoleh Pb = 7,0 akan digunakan sebagai dasar acuan
pembuatan benda uji dalam berbagai variasi kadar aspal -1,0, -0,5, Pb, +0,5, +1,0 .
4.1.4. Hasil Pemeriksaan
Marshall Tahap I
Hasil pengujian ini bertujuan untuk mencari kadar aspal optimum KAO . Dari hasil pengujian kadar aspal rencana Pb didapatkan nilai sebesar 7. Setelah didapatkan nilai
Pbnya maka dilakukan pengujian pada beberapa variasi kadar aspal dengan Pb sebagai acuannya, variasi kadar aspalnya adalah sebagai berikut 6,0, 6,5, 7,0, 7,5 dan 8,0
pada komposisi kadar karet aspal 0. Kadar aspal optimum KAO didapat dari tengah – tengah rentang karakteristik Marshall, yaitu VMA, VIM, VFB, Stabilitas, Flow dan Marshall
Quotient yang memenuhi syarat campuran HRS-WC untuk lalu lintas berat
1 juta ESA ditambah nilai 0,1. Ditambahkan nilai 0,1 dalam penentuan kadar aspal optimum KAO
karena pada aspal nantinya akan ditambahkan karet padat bahan vulkanisir, seperti diketahui bahwa dengan penambahan karet akan mengakibatkan semakin lembeknya aspal yang
digunakan sewaktu pengujian.
Persyaratannya sesuai dengan Spesifikasi Baru Beton Aspal Campuran Panas, edisi Agustus 2001 dan untuk VIM sesuai dengan
Pedoman Perencanaan Campuran Panas Dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak 1999 .
Rekapitulasi hasil pengujian Marshall campuran HRS-WC dengan berbagai komposisi campuran aspal dapat dilihat pada Tabel 4.4. Hasil
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran D.
Tabel 4.4. Rekapitulasi
Pengujian Marshall
Campuran HRS-WC dengan variasi kadar aspal pada 2 x 75 tumbukan
Pengujian Marshall Kondisi 2 x 75 Tumbukan Variasi Kadar Aspal
No Karakteristik
Syarat 6,0
6,5 7,0
7,5 8,0
1 Berat Isi grcc
- 2,248 2,259 2,283 2,296 2,344
2 VMA
≥ 18 18,61 18,63 18,23 18,18 16,95
3 VIM
3 – 6 7,55
6,44 4,83
3,61 0,97
4 VFA
≥ 65 59,5 65,4 73,5 80,2 94,3
5 Stabilitas kg
≥ 800 1466 1581 1613 1400 1345
6 Flow mm
≥ 2 2,78 3,20 3,35 3,42 4,18
7 MQ kgmm
≥ 200 531,63 493,80 482,96 410,59 321,86
Dari nilai karakteristik campuran yang dihasilkan pada test Marshall tersebut diatas pada tahap I, sesuai Spesifikasi Baru serta dari hasil analisa
seperti pada Tabel 4.4 diketahui seluruh parameter Marshall yang memenuhi persyaratan terletak pada rentang kadar aspal 6,5 - 7,5.
dapatkan nilai karakteristik yang memenuhi persyaratan dan terletak pada rentang kadar aspal antara 6,5 - 7,5. Dalam penelitian ini, besarnya
kadar aspal optimum diambil berdasarkan nilai tengah dari rentang kadar aspal yang memenuhi persyaratan tersebut ditambah nilai 0,1, yaitu
sebesar ; KAO
= 6,5 + 7,5 : 2 + 0,1
= 7,1
Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Penentuan Kadar Aspal Optimum KAO
4.1.5. Hasil Pemeriksaan