Hubungan Shear Connector Penghubung Geser

LAPORAN TUGAS AKHIR ”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 45

II.7.6 Hubungan

Elemen hubungan terdiri dari komponen hubungan pelat penyambung, pelat pertemuan, pelat pendukung, pelat penghubung dan penghubung baut, pen, las. Hubungan harus direncanakan sedemikian rupa agar mampu menahan dan menyalurkan semua aksi rencana. Kekuatan rencana tiap elemen tidak boleh kurang dari aksi rencana yang dihitung. Klasifikasi hubungan ada 2 macam yaitu hubungan konstruksi kaku dan hubungan konstruksi tidak kaku.

II.7.6.1 Hubungan dalam Unsur Utama

Hubungan dan sambungan dalam unsur utama hanya boleh digunakan baut mutu tinggi dalam sambungan gesek, tetapi tidak untuk hubungan unsur sekunder seperti ikatan dan kerangka melintang atau untuk hubungan unsur sekunder dengan unsur utama.

II.7.6.2 Luas Lubang

Dalam menghitung pengurangan akibat lubang pengencang, luas penuh dari lubang dalam bidang sumbunya harus digunakan, ada 2 jenis lubang yaitu: 1. Lubang tidak selang-seling Untuk lubang yang tidak selang-seling, luas yang dikurangi adalah jumlah maksimum luas lubang dalam tiap penampang melintang tegak lurus pada arah aksi rencana unsur. 2. Lubang selang-seling Untuk lubang selang-seling, luas yang dikurangi harus yang terbesar dari - Pengurangan untuk lubang tidak selang-seling - Jumlah luas semua lubang dalam tiap garis selang-seling yang menerus melintang unsur. g p S t S 4 2 Dimana: S p = Jarak lubang searah gaya mm S g = Jarak lubang tegak lurus gaya mm t = Tebal bahan yang dilubangi mm LAPORAN TUGAS AKHIR ”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 46

II.7.6.3 Perencanaan Baut

1. Mutu baut dan luas penampang baut dapat dilihat pada tabel dibawah: Tabel II.24 Mutu Baut MUTU BAUT KEKUATAN TARIK MINIMUM f uf Mpa 4.6 400 8.8 830 10.9 1000 Sumber BMS 1992 Tabel II.25 Luas Penampang Baut DIAMETER NOMINAL BAUT d f mm LUAS BAUT mm 2 A c A s A o M16 144 157 201 M20 225 245 314 M24 324 353 452 M30 519 561 706 M36 759 817 1016 Sumber BMS 1992 Gambar II.9 Lubang Selang-seling Arah S g S p S p LAPORAN TUGAS AKHIR ”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 47 Dimana : A c = Luas inti baut mm 2 A s = Luas untuk menghitung kekuatan tarik mm 2 A o = Luas nominal polos baut mm 2 2. Kekuatan nominal baut - Kekuatan geser nominal baut V f = 0,62f uf k r n c A c +n o A o N V u ≤ ØV f Bila menggunakan elemen pelat pengisi dengan tebal 6-20 mm, maka kekuatan geser nominal baut harus direduksi dengan 15. - Kekuatan tarik nominal baut N tf = A s f y N N u ≤ ØN tf - Kekuatan tumpu nominal pelat lapis V b = 3,2d f t p f up N Untuk pelat lapis yang memikul komponen gaya yang bekerja menuju suatu ujung, kekuatan tumpu nominal pelat lapis harus nilai terkecil dari rumus di atas dan di bawah ini: V b = a e t p f up N V up ≤ ØV b Dimana: k r = Faktor reduksi panjang yang dibaut n = Jumlah bidang geser yang melalui baut f uf = Kuat tarik minimum baut Mpa f up = Kuat tarik minimum pelat lapis Mpa d f = Diameter baut mm t p = Tebal pelat lapis mm a e = Jarak minimum antara lubang ke ujung pelat lapis mm V u = Kapasitas geser rencana baut N N u = Kapasitas tarik rencana baut N V up = Kapasitas tumpu rencana pelat lapis N LAPORAN TUGAS AKHIR ”Perencanaan Struktur Jembatan Rangka Baja Kali Krasak II” II- 48 Tabel II.26 Faktor Reduksi Panjang Yang Dibaut k r PANJANG mm L j 300 300 L j 1300 L j 1300 k r 1,0 1,075 - L j 4000 0,75 Sumber BMS 1992 3. Baut yang memikul kombinasi geser dan tarik Syarat: 1 2 2 ≤ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ tf u f u N N V V φ φ

II.8 Perencanaan Bangunan Atas