21
edisi tahun 2015
Berdasarkan hasil observasi awal kempuan berbicara dalam Bahasa Inggris speaking siswa kelas IX A SMP
Negeri 3 Bebandem, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem belum memperoleh nilai kreteria ketuntasan
minimum KKM masih rendah, meskipun guru sudah mencoba menggunakan berbagi metode seperti
memorizing and demonstrating dialog ataupun role play. Metode ini pada dasarnya bagus tapi siswa masih
mengalami kesulitan dalam menentukan topik pembicaraan dan dalam penggunaan kosa kata dan tata bahasa. Hal
tersebut diatas terjadi karena siswa kurang termotivasi untuk berbicara dan kesulitan untuk menentukan idetopik
yang akan dibicarakan. Oleh karena itu penulis mencoba metode simulasi dengan bantuan alat praga wayang untuk
meningkatkan kemampuan berbicara kelas IX A SMP Negeri 3 Bebandem, Karangasem. Metode ini merupakan
untuk menyampaikan berbagai informasi dengan wayang sebagai alat peraga siswa untuk berdialog. Diharapkan
mampu menyampaikan berbagai informasi dengan berbicara tanpa merasa takut, ataupun malu karena pada
saat mereka berbicara seolah–olah yang berbicara adalah wayang yang mereka peragakan, bukan diri mereka sendiri.
B. Identifikasi masalah
Berbagai permasalah yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas IX A SMP Negeri 3
Bebandem;1 Teknik pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran belum mampu memotovasi
siswa untuk berbicara dalam bahasa Inggis. 2 Siswa masih mengalami kesulitan berbicara dalam Bahasa
Inggiris terkait dengan keterbatasan pengetahuan tata bahasa, kosa kata dan menentukan topik pembicaraan.
Kemampuan meliputi hasil belajar dan respon siswa terhadap metode simulasi dengan bantuan alat peraga
wayang.
Pembahasan
A. Kajian Teori.
Pembahasan dalam penelitian ini meliputi; 1 keterkaitan media wayang Werdah dan Sangut dalam pengajaran
speaking dengan curriculom bahasa Inggris 2004, 2 Model Pemelajaran CTL Contextual Teahcing Learning,
3 Speaking berbicara dalam bahasa inggris , 4 Model pemelajaran berbicara dengan metode simulasi dengan
bantuan wayang werdah dan sangutWayang Informasi Gap .
Menurut Briggs 1977 dalam Materi pelatihan Terintegrasi Bahasa Inggris 2005 menyebutkan, penting kiranya
memilih media yang cukup sederhana bagi pemahaman siswa tapi cukup memadai dalam menantang dan
merangsang siswa untuk berfikir. Sebuah wayang lebih berarti dari pada seribu kata. Jika kita menggunakan
alat peraga dalam situasi belajar, akan terjadi hal yang menakjubkan. Bukan hanya untuk merangsang
modalitas visual tetapi juga menyalakan jalur saraf dalam lingkungan belajar yang mendukung.
Karena alasan tersebut di atas, belajar berbicara dalam bahasa inggris haruslah dimulai dengan menguasai
pengetahuan yang cukup tentang berbicara dan menguasai grammartata bahasa dan kosa kata
vocabulary yang memadai. Model pembelajaran berbicara dalam bahasa Inggris dengan metode
simulasi dengan bantuan alat peraga wayang dirancang sedemikan rupa untuk membantu siswa mengatasi
kesulitan dalam mengemukakan pikiranpendapat, dimana wayang sebagai pusatfokus penyampain
informasi, kepada orang lain secara lisan.
B. Langkah - langkah pembelajaran.
Ada beberapa cara yang biasa dilakukan dalam penerapan metode simulasi dengan bantuan alat peraga
wayang dalam pemelajaran berbicara anatara lain: 1. meminta siswa memainkan wayang ke depan kelas,
kemudian siswa tersebut sebagai dalang, siswa akan melakukan monolog =. Engan tanya jawab anatara
werdah dan sangut, padaahal yang berbicara siswa itu sendiri.
2. meminta siswa yang lainnya mencari dua helai daun yang besar kemudian siswa memberi nama tokoh wayang
atau nama orang pada masing – masing daun tersebut. Setelah itu mereka kita suruh mempragakan daun
tersebut supaya berinteraksi satu sama lainnya. Inilah yang disebut dengan “Gap Comunucation Activity”.
3. Setiap siswa memegang satu wayang kemudian berdiaolog, seolah olah yang berbicara wayang yang
mereka bawa, ketika mebuat kesalahan bukan mereka yang salah tapi wayang yang mereka bawa.
4. Siswa boleh mengembangkan imajinasi dalam menyampaikan informasi dengan memainkan wayang
tersebut dengan membentuk kelompok maksimal 4 orang. Satu orang memperagakan wayang, yang 3 orang
mengamati dengan mecatat kesalahan temannya.
C. Hasil pembelajaran.