Analisis Semiotika Foto Berita Spot News Persib Di Harian Seputar Indonesia Edisi Jawa Barat

(1)

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapat Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Disusun Oleh:

MOCH SOLEHUDIN

41807162

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

iv Oleh : Moch Solehudin

Nim. 41807162 Pembimbing

Arie Prasteyo, S.Sos., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Foto berita spot news yang ada di Harian Seputar Indonesia. Untuk menjawab tujuan tersebut ditanyakan bagaimana makna denotatif yang terkandung dalam foto berita spot news Persib di Harian Seputar Indonesia edisi Jawa Barat, bagaimana makna konotatif yang terkandung dalam foto berita spot news Persib di Harian Seputar Indonesia edisi Jawa Barat, bagaimana mitos yang terkandung dalam foto berita spot news Persib di Harian Seputar Indonesia edisi Jawa Barat.

Penelitian ini, menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan yang dipakai sebagai acuan dalm penelitian ini adalah pendekatan analisis semiotika dari Roland Barthes. Dan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data dari Roland Barthes. Yaitu Efek tiruan, Sikap (pose), Objek, Fotogenia, Estetisme, Sintaksis.

Hasil penelitian Dari klasifikasi tanda, denotasi dan konotasi. Makna dalam foto menandakan bahwa tanda, dan objek dalam foto Persib tersebut sangat berhubungan erat yang menimbulkan tanda dari foto tersebut ”Anak yang sedang termenung ” maka penanda dan petanda adalah sedang terjadinya suatu permasalah yang sedang menghinggapi anak tersebut. Sementara pada foto yang kedua “foto yang menggambarkan dua orang yang sedang berebut bola” maka penanda dan petandanya adalah adanya sebuah pertandingan yang sedang berlangsung.

Kesimpulan yang di dapat bahwa dalam setiap foto yang ditampilkan sudah terlihat makna denotatif, sedangkan pada makna konotatif dapat terlihat dari proses pengambilan sebuah foto, mulai dari teknik fotografi sampai pada teknik fotografi yang dapat menimbukan makna tertentu pada setiap foto yang ada. Mitos dapat terlihat setelah makna dari konotasi di temukan.

Saran Harian Seputar Indonesia di harapkan dapat memberikan pelatihan atau seminar mengenai foto jurnalistik dan juga mengenai Semiotika. Saran untuk universitas, Harapan besar peneliti adalah di tambahkannya mata kuliah yang membahas mengenai analisis.


(5)

vi

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan kegiatan penelitian ini. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita Rassululah, Nabi Muhamad SAW serta para sahabat dan seluruh pengikutnya semoga rahmat dan hidayah selalu dilimpahkan padanya.

Dalam melaksanakan penelitian serta penulisan skripsi ini tidak sedikit penulis menghadapai kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non teknis. Namun atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang penulis terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan pihak keluarga, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Mamah tercinta yang telah memeliharaku dengan penuh kasih dan sayang dari kecil sampai sekarang, Ayah, serta semua kakaku yang telah memberikan dukungan moril, materi serta kasih sayangnya.

Tak lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Yang Terhormat Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Unikom, yang telah memberikan perijinan untuk melakukan penelitian ke lapangan dan


(6)

vii

2. Yang Terhormat Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi & Public Relations sekaligus Dosen Wali yang telah banyak membantu baik saat penulis melakukan aktivitas perkuliahan maupun saat mengurus berbagai perijinan yang cukup membantu kelancaran penulis dalam pengembangan pada skripsi untuk dapat disidangkan, serta banyak memberikan bimbingan,arahan dan masukan ketika beliau mengajar.

3. Yang Terhormat Ibu Melly Maulin S.Sos, M.Si., selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi & Public Relations yang telah banyak memberi ilmu selama peneliti melakukan perkuliahan

4. Yang Terhormat Ibu Desayu Eka Surya S. Sos., M,Si., selaku Dosen Kemahasiswaan yang telah banyak memberikan, berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

5. Yang Terhormat Ibu Rismawaty, S.Sos, M.Si., selaku Dosen yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan, berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

6. Yang terhormat Bapak Arie Prasetyo, S.Sos., M.Si selaku staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi dan sekaligus pebimbing di dalam penyusunan skripsi ini. Peneliti mengucapkan banyak terima kasih atas segala masukan serta


(7)

viii

7. Yang terhormat Bapak Adiyana Selamet, S.IP, M.Si, Yadi supriadi S.Sos, M.Phil selaku staf dosen yang juga telah banyak membantu peneliti di dalam penyususnan skripsi ini. Saya selaku peneliti mengucapkan banyak sekali terima kasih.

8. Seluruh staf dosen yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, peneliti ucapkan banyak terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah di berikan. Semoga ilmu yang diberikan dapat menjadi salah satu bekal bagi peneliti di kemudian hari.

9. Mbak Astri Ikawati, Amd.Kom., Mbak Intan, S.Ikom., yang telah banyak membantu dalam hal kesekretariatan dan informasi yang diberikan.

10.Terima kasi saya ucapkan kepada kedua orang tua, yang telah memberi banyak bantuan, baik itu secara moril maupun materil. Berkat mereka berdua peneliti masih bisa mendapat pendidikan yang layak samapai keperguruan tinggi.

11.Terima kasih Untuk semua kakak-kakaku Ai jumanah, Imas maslilah, Ahmad

taufik hidayat dan semua saudara yang telah memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini


(8)

ix

Ganteng, Jang Ucok, Jang Deear, Jang Plong, Jang Rio, Indah, Apez, Wewet, Runtini ) Tomy, semuanya saya ucapkan banyak terima kasih atas segala bantuannya.

13.Terima kasih untuk anak-anak Paspud, yang telah memberi dukungan saat peneliti merasa tidak semangat dalam menyusun skripsi ini. Kepada Saryana, terima kasih selalu mau mendengar keluhan yang peneliti rasakan. Buat Ina terima kasih atas dukungan yang di berikan.

14.Untuk seluruh pihak yang telah memberikan bantuan serta saran-sarannya kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

Serta saya ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendorong peneliti selama proses penelitian ini berlangsung sampai tersusunnya tulisan ini. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang telah diperbuat, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.


(9)

x

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terimakasih

Bandung, Februari 2012


(10)

xi

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 12

1.3.1 Maksud Penelitian ... 12

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 12

1.4. Kegunaan Penelitian ... 12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 13

1.5. Kerangka Pemikiran ... 14

1.6. Subjek dan Objek penellitian ... 19


(11)

xii

2. Studi Pustaka ... 23

3. Internet Searching ... 23

1.9 Teknik Analisis Data ... 23

1.10 Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

1.10.1 Tempat Penelitian ... 25

1.10.2 Waktu Penelitian ... 26

1.11 Sistematika Penelitian ... 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 30

2.1 Komunikasi ... 30

2.1.1 Pengertian Komunikasi ... 30

2.1.2 Sifat Komunikasi ... 32

2.1.3 Tujiuan Komunikasi ... 33

2.2 Komunikasi Massa ... 34

2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 34

2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa ... 36

2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa ... 37

2.2.4 Karakteristik Media Massa ... 38

2.2.5 Tentang Surat Kabar ... 39

2.2.6 Pengertian surat Kabar ... 39

2.2.7 Fungsi dan Peranan surat Kabar ... 40

2.3 Foto Jurnalistik ... 42

2.3.1 Pengertian fofo Jurnalistik ... 42

2.3.2 Ciri-ciri Foto Jurnalsitik ... 45

2.3.3 fungsi foto jurnalistik ... 45

2.4 Foto berita ... 46

2.4.1 Sifat-sifat Fot Berita ... 47


(12)

xiii

2.5.2 Semiotika Roland Barthes ... 52

BAB III OBJEK PENELITIAN ... 58

3.1 Sejarah Perusahaan ... 58

3.1.1 HarianSeputar Indonesia Nasional ... 58

3.1.2 Harian Seputar Indonesia edisi Jawa Barat ... 60

3.1.3 Sejarah Divisi Redaksi ... 61

3.2 Logo Harian Seputar Indonesia Biro Jawa Barat ... 63

3.3 Produk Harian Seputar Indonesia Biro Jawa Barat ... 63

3.4 Struktur Perusahaan Harian Seputar Indonesia Jawa Barat ... 64

3.5 Job Description Harian Seputar Indonesia Biro Jawa Barat ... 70

3.6 Sarana dan Prasarana ... 74

3.6.1 Sarana ... 74

3.6.2 Prasarana ... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 77

4.1 Deskriptif Hasil Penelitian ... 77

4.2 Hasil Penelitian ... 78

4.2.1 Makna Denotatif Foto Berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat ... 78

4.2.2 Makna Konotatif Foto Berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat ... 81

4.2.3 Mitos yang terkandung pada Foto beriita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat ... 90

4.3 Hasil Pembahasan ...101

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...106

5.1 Simpulan ...106

5.2 Saran-saran ...108


(13)

(14)

xv

Table 3.3 Job Description ... 71 Tabel 3.4 Sarana Redaksi Harian Sindo Jabar ... 74 Table 3.5 Prasarana Harian Sindo Jabar ... 76


(15)

xvi

Gambar 1.4 Signifikasi Dua Tahap Barthes ... 18

Gambar 1.5 Foto Berita 1 ... 20

Gambar 1.6 Foto Berita 2 ... 20

Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes ... 53

Gambar 2.2 Signifikasi Dua Tahap Barthes ... 56

Gambar 3.1 Logo Harian Sindo Jawa Barat... 63

Gambar 3.2 Halaman Muka Sindo Jabar ... 64

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Sindo Jabar ... 65

Gambar 4.1 Foto Berita 1 ... 78

Gambar 4.2 Foto Berita 2 ... 79

Gambar 4.3 Foto Berita 1 ... 81

Gambar 4.4 Foto Berita 2 ... 87

Gambar 4.5 Foto Berita 1 ... 91


(16)

xvii

Lampiran 4 Surat pengantar penelitian ...116

Lampiran 5 Halaman Blog Tentang Foto Dalam Media Cetak ...117

Lampiran 6 Halaman Blog Tentang foto Jurnalistik ...118

Lampiran 7 Halaman Blog Tentang Viking ...119


(17)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Secara sederhana, pengertian foto jurnalsitik adalah berita yang disajikan dalam bentuk foto atau foto yang mempunyai sebuah nilai berita. Seperti halnya sebuah berita, foto jurnalistik pun harus memiliki nilai berita, mempunyai 5W (What,who, where, when, why) dan 1H (How) dan bersifat faktual serta di muat dalam media1.

Ada beberapa jenis foto jurnalistik dalam media massa khususnya surat kabar. Ada yang dikenal dengan nama spot news, yaitu sebuah foto tunggal yang menyajikan sebuah peristiwa yang berdiri sendiri. Kemudian foto human interest yaitu foto yang menyajikan kejadian sehari-hari yang tidak selalu menampilkan mutu berita yang hangat atau aktual, tetapi merupakan lukisan masyarakat. Jenis yang lain dalam foto jurnalistik foto, ada yang disebut foto essay, foto sequence, dan foto story. Ketiganya merupakan rangkaian foto yang bercerita. (Darmawan, 2009:166-168)

Foto jurnalistik merupakan salah satu produk jurnalistik yang dihasilkan oleh wartawan selain tulisan yang berbau berita (straight news/ hard news, berita bertafsir, berita berkedalaman / deep reports) maupun non berita (artikel, feature, tajuk rencana, pojok, karikatur dan surat pembaca).

1


(18)

Dan sebagai produk dalam pemberitaan, tentunya Foto jurnalistik memiliki peran penting dalam media cetak maupun cyber media (internet). Jadi karya foto jurnalistik sudah mendapat pengakuan sebagai karya jurnalistik dalam bentuk visual untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Fungsi foto dalam media cetak bisa dipergunakan sebagai ilustrasi sebuah berita. Penyajian foto dalam surat kabar telah membuat pemberitaan menjadi lebih lengkap, akurat dan juga menarik. Karena foto dapat digunakan untuk menyalurkan ide, berkomunikasi dengan masyarakat, mempengaruhi orang lain, hingga menghadirkan kenangan lama.

Foto dalam media massadapat juga berfungsi sebagai pelengkap. Selain itu, foto jurnalistik juga berfungsi sebagai penghias atau memperindah surat kabar. Foto juga dapat digunakan sebagai pemisah antara dua berita terhangat yang ditempatkan di halaman muka surat kabar. (Darmawan, 2009:1680)

Sejak fotografi ditemukan tahun 1839, dalam perkembangannya kini, telah jauh meninggalkan generasi awalnya. Teknologi digital yang saat ini sudah mulai masuk pada berbagai sendi-sendi kehidupan manusia, turut membawa fotografi ke era digitalisasi.

Kehadiran piranti teknologi fotografi berteknologi tinggi tentunya berpengaruh pada output-nya. Karya foto yang dihasilkan dapat dibuat atau dirubah sedemikian rupa sesuai kehendak sang fotografer. Dengan kekuatan visualisasi yang otentik, sebuah foto akan sangat representatif dipakai sebagai perpajangan dari tujuan kegiatan jurnalistik


(19)

Foto jurnalistik adalah foto yang mengandung nilai berita yang bersifat faktual dalam suatu peristiwa atau kejadian.Faktual intinya sesuatu yang berdasarkan fakta.

Foto jurnalistik memiliki lima fungsi seperti yang dinyatakan oleh penulis Journalism in America, an introduction to the new media, Thomas Elliot Berry (dalam Cahyadi, 2002). Pertama, untuk mengkomunikasikan berita (to communicate the news), Foto sering memiliki arti yang sangat penting dalam penyampaian berita.Ia terkadang menyempurnakan suatu berita, dimana tanpa kehadiran foto, berita tersebut akan terasa hambar. Kedua, fungsi foto jurnalistik adalah menimbulkan minat (to generate interest).Ketiga, foto jurnalistik berfungsi untuk menonjolkan dimensi lain dari sebuah objek pemotretan yang dipublikasikan (to give another dimension to a newsworthy figure). Keempat, foto jurnalistik berfungsi untuk meningkatkan berita (sisi kualitas pemberitaan) tanpa mengurangi arti berita, dan terakhir, foto jurnalistik dimanfaatkan untuk keperluan tata rias/perwajahan surat kabar dan majalah secar garis besar.2

Jurnalistik identik dengan pers atau bidang kewartawanan, yaitu kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita melalui media massa

Jurnalistik foto merupakan sebagian dari ilmu jurnalistik

(komunikasi).Jurnalistik foto adalah ilmunya, sedangkan foto jurnalistik adalah hasilnya. Foto jurnalistik adalah karya foto biasa tetapi memilki nilai

2


(20)

berita atau pesan yang layak untuk diketahui orang banyak dan disebarluaskan lewat media massa.

Beradasarkan pengertiannya media massa adalah sebuah tempat dimuat atau disiarkannya hasil kerja wartawan. Dan media massa memiliki empat fungsi utama yaitu : menyiarkan informasi (to inform), mendidik (to educate), untuk menghibur (to entertain), dan juga mempengaruhi (to influence). Keempat fungsi tersebut menjadi pilar utama unutk lahirnya sebuah media massa. Namun dalam konteks di Indonesia, media massa tidak hanya memiliki empat fungsi. Sesuai dengn isi amanah undang-undang No. 40 tahun 1999 tentang pers, media massa yang dianalogikan sebagai pers (wahana komunikasi massa) memiliki fungsi tambahan yaitu sebagai lembaga ekonomi (Hikmat 2011:46).

Media massa ini dapat di bagi kedalam dua kategori, yakni media massa cetak seperti surat kabar, dan majalah juga media massa elektronik seperti radio, televise, dan internet (Hikmat 2011:74).

Pada penelitian ini peneliti lebih menitik beratkan pada media massa cetak terutama surat kabar atau sering kita kenal dengan Koran. Koran berasal dari bahasa Belanda :krant, dari bahsa Perancis courant adalah suatu penerbitan yang ringan dan juga mudah di buang. Biasanya di cetak pada kertas yang biayanya rendah yang di sebut dengan kertas koran, yang berisi berita- berita terkini dalam berbagai topic (Hikmat 2011:75).


(21)

Topik-topik yang di sajikan di dalam surat kabar atau koran biasanya berupa evenpolitik, kriminalitas, olah raga, tajuk rencana, cuaca dan lain-lain.

Surat kabar atau koran yang biasa kita baca saat ini memiliki sejarah yang sangat panjang. Sejarah perkembangan pers di dunia, khususnya di eropa memang tidak dapat melepaskan diri dari sejarah perkembangan pers di romawi.Hal itu di tandai dengan lahirnya wartawan-wartawan pertama.Mereka adalah budak-budak belian yang oleh pemiliknya diberi tugas untuk mengumpulkan informasi, berita-berita, bahkan juga menghadiri sidang-sidang senat dan melaporkan semua hasilnya baik secara lisan maupun tulisan (Hikmat, 2011:28).

Di Indonesia pun pers terutama surat kabar memilki perjalanan yang sangat panjangMahi M. Hikamat dalam bukunya etika dan hukum pers menuliskan perjalanan pers di Indonesia kedalam enam era (zaman). Yang pertama era penjajahan, era kemerdekaan dan orde lama, era orde baru, era reformasi, era pemilu langsung, dan era pers dan bencana (Hikmat, 201:31-46).

Namun awal kebangkitan pers di Indonesia adalah pada era reformasi. Karena pada era eformasi ini, media massa seakan mendapat sebuah kemerdekaan dari belenggu pemerintahan orde baru. Sehingga bermunculan lah media-media baru seakan jamur di musim penghujan.


(22)

Pada masa sekaramg ini, media massa dapat menjadi sebuah lahan bisnis yang sangat menjajinkan. Banyak sekali koran-koran yang saat ini berhasil bahkan cakupan pemberitaannya nasional.Contohnya saja KOMPAS, TEMPO, Media Indonesia, Jawa Pos, dan juga Harian Seputar Indonesia yang baru enam tahun menggeluti dunia pers namun dipercaya mampu menyajikan berita-berita yang berkualitas.

Harian Sindo yang terbit perdana, pada 30 Juni 2005. Dilahirkan oleh PT Media Nusantara Informasi (MNI), sub-sidiary dari PT. Media Nusantara Citra (MNC) yang menaungi RCTI, TPI, Global TV dan Trijaya Network. PT. MNC sudah sangat berpengalaman dalam mengelola media serta terbilang mapan dan berpengaruh, baik di kalangan masyarakat maupun pengambil keputusan.

Harian Sindo juga hadir di Jawa Barat.Di tengah persaingan yang sangat ketat antara media-media lain yang ada di Jawa Barat khususnya koran seperti Pikiran Rakyat, Galamedia, Tribun Jabar, Bandung Exspres, Harian Seputar Indonesia Edisi Jawa Barat (Sindo Jabar) diluncurkan pertama kali pada 1 September 2005 atau dua bulan setelah SindoEdisi Nasional terbit pada 30 Juni 2005. Sindo Jabar terbit perdana dengan konten lokal Bandung Raya.

Sebagai media baru di Jabar, Sindo Jabar langsung mendapat perhatian karena lebih berani dan segar menyoroti hal-hal menyangkut good governance seperti public service, kebijakan publik, pembangunan,


(23)

transparansi, visi pemberantasan korupsi, dan proses penganggaran, olah raga serta aspek-aspek lain yang langsung berdampak pada publik.

Target pembaca adalah masyarakat kelas menengah ke atas, pendidikan Sarjana, segmentasi usia 18 tahun ke atas. Dengan diferensiasi pembaca laki-laki sebanyak 52% dan pembaca wanita sebanyak 48%.Target distribusi Harian Seputar Indonesia adalah kota-kota besar di seluruh Indonesia dengan jumlah pembaca sebesar 1 juta orang. (Sumber : Redaksi Harian Seputar Indonesia Biro Jawa Barat 2011)

Dilihat dari target pasar kebanyakan adalah laki-laki, tentunya harian Seputar Indonesia akan berusaha memberikan berita atau informasi yang di sukai oleh kaum pria yang salah satunya adalah berita olah raga terutama mengenai sepak bola.

Di Indonesia sepak bola merupak salah satu olah raga yang sangat di gemari.Kita lihat saja dua ajang berbeda Piala AFF dan Sea Games stadion utama Gelora Bung Karno (GBK) selalu dipadati oleh para suporter ketika timnas Indonesia bermain.Sehingga membuat GBK terlihat merah.

Di jawa barat pun sepak bola menjadi olah raga yang sangat di sukai.Apa lagi jawa barat meiliki tim sebesar Persib yang memilki sejarah yang sangat panjang.

Jika melihat perjalanan Persib Bandung selama mengikuti Kompetisi Sepak Bola Liga Indonesia yang dimulai sejak tahun 1994 sampai sekarang


(24)

boleh jadi Liga Indonesia I yang digelar tahun 1994-1995, merupakan tahun prestasi bagi Persib.

PERSIB meiliki supporter yang begitu fanatik, mereka sering di juluki sabagai Bobotoh.Bobotoh memang sudah sangat terkenal di Indonesia khususnya di Jawa Barat.Kecintaan bobotoh terhadap Persib Bandung memang selalu ditunjukan dengan selalu hadir di Stadion saat Persib Bandung bertanding kandang maupun tandang.

Melihat Begitu fanatiknya warga Jawa Barat terhadap PERSIB, Harian Sindo Jabar selau berusaha memberikan informasi yang dapat memuaskan para pecinta sepak bola terutama para Bobotoh yang selalu hadir dan mendukung tim kebanggaan PERSIB Bandung.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai foto berita spot news Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat terutama pada edisi 16 oktober 2011 dengan menggunakan analisis semiotika dari Roland Barthes. Di edisi 16 Oktober 2011, Harian Sindo menyajikan sebuah foto berita yang menunjukan kesedihan seorang anak yang melihat tim kebanggannya harus berbagi angka dengan lawannya. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini :


(25)

Gambar 1.1 Foto Berita 1

Judul Berita Masih Belum Maksimal

Sumber : Peneliti, yang di ambil dari Harian Sindo Jabar, tanggal 16 Oktober 2011

Selain itu, terdapat juga foto yang menggambarkan kedua pemain dari masing-masing keebelasan saling berebut bola

Gambar 1.2 Foto Berita 2

Judul Berita Persib Cari Aman

Sumber : Peneliti, yang di ambil dari Harian Sindo Jabar, tanggal 16 Oktober 2011


(26)

Peneliti melihat kedua foto diatas, memilki nilai penting pada pemberitaan terutama berita mengenai Persib.Jika kita lihat sebelum di gulirkannya laga perdana antara Persib dan Semen Padang, terjadi banyak sekali konflik di antara pengurus PSSI.

Bahkan di banyak media massa mengatakan bahwa laga pembuka bergulirnya Liga Indonesia musim ini antara Persib dan Semen Padang merupakan akal-akalan dari pengurus PSSI yang baru agar PSSI tidak dikenai sanksi oleh FIFA. Karena jika pada tanggal 15 Oktober 2011 tidak ada pertandingan maka PSSI diancam terkena sangsi.

Karena selama ini foto merupakan gambar nyata dari kehidupan, dalam hal foto jurnalistik tentunya tidak ada setting atau rekayasa terhadap objek agar peristiwa yang terjadi sesuai dengan keinginan sang fotografer, semuanya terjadi secara alami. Jadi, dengan foto jurnalistik yang bersifat spontan, mengandung makna tanda yang tersembunyi dibaliknya.Selain itu, yang menjadi ketertarikan peneliti untuk meneliti mengenai foto berita Persib adalah dari Persibnya itu sendiri. Team Persib memiliki cerita sejarah yang begitu panjang bahkan Persib menjadi salah satu ikon Kota Kembang (Bandung).

Pendekatan yang dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis semiotika dari Roland Barthes. Barthes berpendapat, bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari masyarakat tertentu, dalam waktu tertentu (Sobur, 2003:63). Semiotika atau dalam isitlah Barthes adalah semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari


(27)

bagaimana kemanusiaan (Humanity)memaknai hal-hal (Things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek-objek-objek itu hendak dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, 1988:179;Kurniawan, 2001:53 dalam Sobur, 2003:15). Dalam konsep Barthes, tanda Konotatif tidak sekadar memilki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya (Sobur, 2003:69).

Dari uraian-uraian diatas, yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut : “ BAGAIMANA ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BERITA SPOT

NEWS PERSIB DI HARIAN SEPUTAR INDONESIA EDISI JAWA BARAT?

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka identifikasi maslah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.Bagaimana makna Denotatif yang terkandung dalam foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat?

2.Bagaimana makna Konotatif yang terkandung dalam foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat?

3.Bagaimana Mitos yang terkandung dalam foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat?


(28)

4.Bagaimana analisis Semiotika yang terkandung dalam foto berita persib di Harian Seputar Indonesia Jawa barat?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Makna Denotatif, Makna Konotatif dan Mitos yang terkandung dalam foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui makana Denotif yang terkandung dalam foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui makna Konotatif yang terkandung dalam foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat.

3. Untuk mengetahui Mitos yang terkandung dalam foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat.

4. Untuk mengetahui Analisis Semiotika yang terkandung dalam foto berita persib di Harian Seputar Indonesia Jawa barat?

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis ini kita bisa mengungkap makna dan mengetahui tanda-tanda tersembunyi yang terdapat dalam berita foto di media cetak.


(29)

Diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca, tentang ilmu semiotika dan mampu memperkaya penelitian-penelitian dibidang semiotika yang sudah ada sebelumnya. Serta memberikan sumbangsih kepada ilmu komunikasi khususnya jurnalistik.

1.4.2. Kegunaan Praktis a. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dijadikan literatur dalam mendukung materi-materi perkuliahan bagi Universitas, Program Studi, dan mahasiswa-mahasiswi Ilmu Komunikasi, khususnya bidang fotografi kajian Ilmu Jurnalistik untuk melakukan penelitian selanjutnya.

b. Bagi Peneliti

Dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberikan tambahan ilmu serta pengetahuan baik dari segi teoritis ataupun praktisnya bagi peneliti, untuk mengetahui lebih jauh mengenai materi dari penelitian itu sendiri serta hal-hal yang berkaitan dengan kajian ilmu yang sesuai dengan bidang ilmu yang peneliti dapatkan selama perkuliahan. Dengan penelitian ini juga memberikan wawasan kepada peneliti, bahwa dalam kehidupan ini dipenuhi oleh tanda-yang tidak hanya cukup melihat maknanya dari apa yang terlihat, namun perlu diperhatikan pula makna lain yang terkandung dibalik tanda itu.


(30)

1.5. Kerangka Pemikiran

Semiotika adalah suatu metode analisis untuk mengkaji tentang tanda. Tanda-tanda adalah adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusahamencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. (Sobur, 2003:15)

Dalam semiotika secara historis, di bangun antara dua kubu semiotika, yaitu semiotika kontinental Ferdinand de Saussure dan Semiotika Amerika Charles Sander Peirce.

Semiotika, menurut Ferdinand de Saussure, adalah ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai dari kehidupan sosial.Ia mempelajari sistem-sistem, aturan, konvensi, yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Menurut Barthes dalam gambar atau foto, konotasi dapat dibedakan dari denotasi. Denotasi adalah apa yang terdapat di foto, konotasi adalah bagaimana foto itu diambil.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan didunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.Semiotika atau dalam istilah Barthes adalah semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things), Memakai (to signify) dalam hal ini

tidak dapat dicampur adukan dengan mengkomunikasikan (to

communicate).Memaknai berarti memakai objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek mendadak berkomunikasi, tapi juga menkonstitusi system terstruktur dari tanda.(Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001:53).

Roland Barthes merupakan seorang pemikir strukturalis yang mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussurean.Barthes juga dikenal sebagai intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama;


(31)

eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra (Sobur, 2003:63).

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader).Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem makna tataran pertama. Melanjutkan studi Hjelmselv, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja (Colbey & Jansz, 1999 dalam Sobur, 2003:68-69).

Gambar 1.3

Peta tanda Roland Barthes

Sumber.Paul Cobley & litza jansz. 1999. Dalam Sobur, 2003:69 Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2).Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika Anda mengenal tanda ”singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin (Colbey dan Janzs, 1999 dalam Sobur 2003:69).

1. Signifier (penanda)

2. signified (petanda) Denotative sign (tanda denotative)

4. CONOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA KONOTATIF)

5. CONOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONTATIF)


(32)

Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif (Sobur, 2003:69).

Denotasi yang dikemukaan Barthes memiliki arti yang berbeda dengan arti yang umum. Jika dalam arti umum denotasi adalah makna yang sesungguhnya, malah dipakai sebagai referensi dan mengacu pada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang diucapkan. Namun, pengertian denotasi, menurut Roland Barthes, ialah sistem signifikasi tingkat pertama, dan konotasi pada tingkat kedua.Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan dengan demikian sensor atau represi politis.Sebagai reaksi yang paling ekstrem melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opersif (Budiman, dalam Sobur, 2003:70-71).

Pemetaan perlu dilakukan pada tahap – tahap konotasi. Tahapan konotasi pun dibagi menjadi 2. Tahap pertama memiliki 3 bagian, yaitu : Efek tiruan, sikap (pose), dan objek. Sedangkan 3 tahap terakhir adalah :Fotogenia, estetisme, dan sintaksis.

Barthes tidak sebatas itu memahami proses penandaan, tetapi dia juga melihat aspek lain dari penandaan, yaitu mitos (myth) yang menandai suatu masyarakat. Mitos (atau mitologi) sebenarnya merupakan istilah lain yang dipergunakan oleh Barthes untuk idiologi. Mitologi ini merupakan level


(33)

tertinggi dalam penelitian sebuah teks, dan merupakan rangkaian mitos yang hidup dalam sebuah kebudayaan. Mitos merupakan hal yang penting karena tidak hanya berfungsi sebagai pernyataan (charter) bagi kelompok yang menyatakan, tetapi merupakan kunci pembuka bagaimana pikiran manusia dalam sebuah kebudayaan bekerja (Berger, 1982:32 dalam Basarah, 2006: 36).

Mitos ini tidak dipahami sebagaimana pengertian klasiknya, tetapi lebih diletakkan pada proses penandaan ini sendiri, artinya, mitos berada dalam diskursus semiologinya tersebut. Menurut Barthes mitos berada pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk system tanda-penanda-petanda, maka tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Konstruksi penandaan pertama adalah bahasa, sedang konstruksi penandaan kedua merupakan mitos, dan konstruksi penandaan tingkat kedua ini dipahami oleh Barthes sebagai metabahasa (metalanguage).Perspektif Barthes tentang mitos ini menjadi salah satu ciri khas semiologinya yang membuka ranah baru semiologi, yakni penggalian lebih jauh penandaan untuk mencapai mitos yang bekerja dalam realitas keseharian masyarakat (Kurniawan, 2001:22-23).

Dalam peta tanda Barthes mitos sebagai unsure yang terdapat dalam sebuah semiotik tidak Nampak, namun hal ini baru terlihat pada signifikasi tahap kedua Roland Barthes


(34)

Gambar 1.4

Signifikasi Dua Tahap Barthes

Sumber: John Fiske, Introduction to Communication Studies, 1990, hlm.88.dalam (Sobur, 2001:12)

Konotasi dalam kerangka Barthes identik dengan operasi ideologi,

yang disebutnya sebagai “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan

memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu (Budiman, 1999:22 dalam Sobur, 2003:71).Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai suatu system yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau, dengan kata lain, mitos adalah juga suatu system pemaknaan tataran kedua.Di dalam mitos pula sebuah petanda memiliki beberapa penanda.Bendera Union Jeck misalnya yang lengan-lengannya menyebar kedelapan penjuru, bahasa Inggris yang kini telah menginternasional.Artinya dari segi jumlah, petanda lebih miskin jumlahnya daripada penanda, sehingga dalam praktiknya terjadilah pemunculan sebuah konsep secara berulang-ulang dalam bentuk-bentuk yang berbeda.Mitologi


(35)

mempelajari bentuk-bentuk tersebut karena pengulangan konsep terjadi dalam wujud berbagai bentuk tersebut (Sobur, 2003:71).

1.6. Subjek dan Objek Penelitian

1.6.1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya akan diteliti. Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah foto berita Persib di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat edisi 16 oktober 2011.Karena pada edisi tersebut, di Harian Seputar Indonesia Jawa Barat terdapat foto berita yang menampilkan pertandingan sepak bola antara Persib dan Semen Padang sebagai laga pembuka bergulirnya Liga Indonesia.

Yang di jadikan sebagai subjek dalam penelitian ini adalah foto berita Persib terutama foto Spot news yang terdapat pada Harian Seputar Indonesia pada edisi 16 Oktober 2011. Dari beberapa foto yang ada peneliti memiih dua foto yang termsuk ke dalam foto berita spot news dapat di lihat di bawah ini :


(36)

Gambar 1.5 Foto Berita 1

Judul Berita Masih Belum Maksimal

Sumber : Peneliti, yang di ambil dari Harian Sindo Jabar, tanggal 16 Oktober 2011

Foto anak kecil terlihat menung melihat tim kebanggaannya harus berbagi angka dengan Semen Padang.

Gambar 1.6 Foto Berita 2

Judul Berita Persib Cari Aman

Sumber : Peneliti, yang di ambil dari Harian Sindo Jabar, tanggal 16 Oktober 2011


(37)

1.6.2. Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Harian Seputar Indonesia biro Jawa barat. Harian Seputar Indonesia Jawa barat merupakan salah satu surat kabar yang berada di Jawa barat. Harian Seputar Indonesia Jawa Barat diluncurkan pertama kali pada 1 September 2005. Dengan focus penelitian mengenai foto berita spot news yang berada di Harian Seputar Indonesia Jawa barat.

1.7. Metode Penelitian

Pendekatan yang dianggap sesuai dengan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika (semiotic analysis) Roland Barthes.Yang merupakan bagian dari salah satu kelompok metode analisis Foto.

”Pendekatan kualitatif dicirikan oleh tujuan peneliti yang berupaya

memahami gejala-gejala yang sedemikian ruapa yang tidak memrlukan kuantifikasi, atau karena gejala-gejala tersebut tidak dimungkinkan diukur

secara tepat.”(Garna, 1999:32)

Penelitian kualitatif dalam ilmu komunikasi adalah sebagai perspektif subjektif. Asumsi-asumsi dan pendekatan serta teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sangat relevan dengan ciri-ciri dari penelitian yang berperspektif subjektif seperti : (1) sifat realitas yang

bersifat ganda, rumit, semu, dinamis (mudah berubah-ubah),

dikonstruksikan, dan holistic : pembenaran realitas bersifat relative, (2) actor (subyek) bersifat aktif, kreatif dan memiliki kemauan bebas, dimana prilaku komunikai secara internal ikendalikan oleh individu, (3) sifat


(38)

hubungan dalam dan mengenai realitas , (4) hubungan peneliti dengan subjek penelitian juga bersifat strata, empati, akrab, interraktif, timbal balik, saling mempengaruhi dan berjangka lama, (5) tujuan penelitian terkait dengan hal-hal yeng bersifat khusus, (6) metode penelitian yang deskriptif, (7) analisis bersifat induktif, (8) otentisitas adalah kriteria kualitas penelitian subyektif, dan (9) nilai, etika, dan pilihan moral penelitian melekat dalam proses penelitian (Mulyana, 2002:147-148).

Peneliti menggunakan analisis semiotika, karena analisis ini lebih dapat memperdalam mengenai makna-makna yang terkandung dala sebuah foto.Baik itu makna denotative, konotatif, dan juga mitos.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani, semion yang berarti tanda (Sudjiman dan Van Zoest dalam sobur 2003:16) atau seme yang berarti penafsir tanda (Cobley dan Janes dalam Sobur:16).

1.8. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, seperti :

1. Studi Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data-data dan fakta-fakta yang termuat dalam dokumen. Bahan dokumen sering kali menerangkan peristiwa yang sudah terjadi mencakup kapan, apa, dimana, dan mencakup detil-detil dan hal-hal khusus (Koentjaraningrat, 1997:46). Penullis


(39)

mengumpulkan data-data mengenai berita foto yang terdapat dalam surat kabar Harian Seputar Indonesia biro Jawa Barat.

2. Studi Pustaka

Penulis mencari data penunjang yang berkaitan erat dengan penelitian ini dari berbagai sumber informasi tertulis yang tentunya relevan dengan masalah yang sedang diteliti.Sehingga didapatkan teori-teori yang dapat mendukung analisis penelitian.

3. Internet Searching

Untuk menghasilkan data yang lebih maskimal, peneliti juga memanfatkan dunia maya (internet) dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penelitian ini.

Metode penelusuran data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi online yang berupa data maupun

informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat

dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bungin, 2007:125)

1.9. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, fase-fase penelitian tidak dapat ditentukan secara pasti seperti halnya dalam penelitian kuantitatif. Tahap-tahap penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang tegas, oleh sebab desain serta focus penelitian dapat mengalami perubahan, jadi bersifat “


(40)

emergent ” (Nasution, 1996:33). Pada penelitian kualitatif, analisis data dilakukan secara induktif, menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substansif yang berasal dari data, data bersifat deskriptif dalam bentuk kata, gambar atau simbol, yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, serta pengkajian dokumen, berkecenderungan lebih kearah proses dari pada hasil (Hikmat, 2007:51).

Menurut Bogdan, analisis data adalah, “Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan

temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain” (Sugiyono, 2008:244)”.

Terdapat beberapa tahap dalam analisa data yang umum dilakukan dalam penelitian kualitatif, yaitu (Huberman dan Miles dalam Bungin, 2003:69) 1. Kategorisasi dan reduksi data, peneliti mengumpulkan informasi-informasi

yang penting yang terkait dengan masalah penelitian, dan selanjutnya mengelompokan data tersebut sesuai dengan topik masalahnya.

2. Sajian data. Data yang telah terkumpul dan dikelompokan itu kemudian disusun sistematis sehingga peneliti dapat melihat dan menelaah komponen-komponen penting dari sajian data.

3. Penarikan kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data sesuai dengan konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Dari interpretasi yang dilakukan akan diperoleh kesimpulan dalam menjawab masalah penelitian.


(41)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan analisis semiotik dari Roland Barthes. Barthes mengungkapkan dalam bukunya imaji music dan teks ada enam poin yang dapat di analisis yaitu:

1. Efek tiruan adalah mengintervenis denotasi tanpa tedeng aling-aling. 2. Sikap (pose) bangunan struktural yang pada awalnya ganda, yakni

denotative konotatif, sampai ke penerima hanya dalam bentuk konotasi sederhana.

3. Objek pengaturan sikap atau posisi objek mesti sungguh-sungguh diperhatikan karena makna akan diserap dari objek-objek yang difoto (entah dengan cara merekayasa secara artificial sikap objek sebelum di foto atau ada staf yang bertugas khusus menkurasi foto objek-objek tertentu).

4. Fotogenia,aspek-aspek teknis dalam produksi foto, seperti pencahayaan, dan pencetakan hasil.

5. Estetisme, yang diperlihatkan foto merujuk (secara serampangan) padaa ide sesungguhnya.

6. Sintaksis, beberapa foto membentuk suatu rangkaian yang saling bersambung engan foto lain (seperti ilustrasi atau cerita-cerita bergambar pada tabloid (Barthes, 1990:7-11).

1.10. Waktu dan Lokasi Penelitian

1.10.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Harian Seputar Indonesia biro Jawa Barat, yang berlokasi di Jalan Aceh No 62 Bandung.Telp (022) 4203371- 4204674.


(42)

1.10.2. Waktu Penelitian

Penelitian yang akan penulis laksanakan di mulai pada bulan September 2011 sebagai persiapan untuk melakukan penelitian dan diperkirakan hingga bulan februari 2012. Dapat di lihat pada tabel di bawah ini berikut :


(43)

Tabel 1.1

Rancangan Jadwal Penelitian

Kegiatan Septemb

er 2011 Oktobe r 2011 Novem ber 2011 Desem ber 2011 Januar i 2012 Februari 2012

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

PengajuanJudul

Penulisan Bab 1

Bimbingan

Seminar UP

Penulisan Bab II

Bimbingan

Penulisan Bab III

Bimbingan PengumpulanData Perusahaan Wawancara Bimbingan Pengalolahan Data

Penulisan Bab IV

Bimbingan

Penulisan Bab V

Bimbingan

PenyusunanSkripsi


(44)

1.11. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab dan disusun dengan sistematika, sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pendahuluan Membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian (meliputi; kegunaan teoritis, kegunaan praktis), kerangka pemikiran, daftar pertanyaan, subjek penelitian dan informan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, subjek penelitian, teknik analisis data, lokasi dan waktu penelitian (meliputi: lokasi penelitian, waktu penelitian), sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi, tinjauan mengenai jurnalistik, tinjauan mengenai fotografi, tinjauan mengenai teknik fotografi, jurnalistik foto dan foto berita pada surat kabar, tinjauan mengenai semiotik, tinjauan mengenai semiotik Roland Barthes, tinjauan mengenai semiotik foto.

BAB III Objek Penelitian

Mencakup tentang sejarah Harian Seputar Indonesia Jawa Barat, profil perusahaan Harian Seputar Indonesia Jawa Barat, pembagian halaman Harian Sindo Jabar, visi, misi dan motto redaksi Harian Sindo Jabar, logo Harian Sindo Jabar, struktur organisasi Harian Sindo Jabar, job description


(45)

redaksi Harian Sindo Jabar, sarana dan prasarana bagian redaksi Harian Sindo Jabar, foto berita Harian Sindo Jabar,kriteria dan syarat foto berita Harian Sindo Jabar.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Uraian data penelitian, hasil penelitian berdasarkan data lapangan yang terkumpul, mencakup tentang analisis makna Denotatif, Konotatif, dan Mitos foto berita yang terdapat di Harian Seputar Indonesai Jawa Barat hasil pembahasan.

BAB V Penutup

Mencakup tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang ada pada identifikasi masalah, saran untuk instansi tempat dilakukannya penelitian, dan saran bagi para penulis selanjutnya.


(46)

30

2.1. Komunikasi

2.1.1. Pengertian komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.

Berbicara tentang definisi komunikasi, banyak para ahli memaparkan pandangannya tentang pengertian komunikasi. Di antara para ahli sosiologi, ahli sosiologi, ahli psikologi, dan ahli politik di Amerika Serikat, yang menaruh minat perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovcland mengungkapkan bahwa ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pebentukan pendapat dan sikap (Effendy, 2003 :10).

Dari defines Hovland menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap public (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan


(47)

peranan yang amat penting. Bahkan Hovland mengatakan pengertian khusus komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of the individuals). Jadi dalam berkomuniasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diiinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain, hal itu bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikannya bersifat komunikatif yaitu komunikator akan menyampaikan pesan haru dipahami dan dimengerti oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif.

Menurut Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in society mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect. Paradigma Laswell di atas menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yaitu :

 Komunikator

 Pesan

 Message

 Komunikan


(48)

Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampain pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2.1.2. Sifat komunikasi

Menurut onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi memiliki sifat-sifat, adapun beberapa sifat komunikasi, yaitu :

1. Tatap muka (face to face) 2. Bermedia (Mediated)

3. Verbal (verbal) - Lisan (oral)

- Tulisan

4. Non verbal (Non- verbal)

- Gerakan/isyarat badaniah (gestural) - Bergambar (Pictorial)

(Effendy, 2003 : 7)

Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman aagar adanya umpan balik (feedback) dari komunikan itu sendiri, dalam penyampaian pesan komunikator juga menggunakan bahasa sebagai


(49)

lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan peaannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non vebal. Verbal di bagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan (Written/printed).Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gestural) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan sebagianya, dan juga mengggunakan gambar untuk mengemukakan idea tau gagasannya.

2.1.3. Tujuan komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku “llmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengatakan ada beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu:

1. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak

2. Memahami orang lain

3. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan

sesuatu itu bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang

dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

4. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti, “sebagai pejabat atau komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau


(50)

bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.”(Effendy, 2003 : 18).

2.2 Komunikasi massa

2.2.1 Pengertian komunikasimassa

Komunikasi massa, seperti bentuk komunikasi lainnya (Komunikasi antarpesona, komunikasi kelompok atau komunikasi organisasi), memiliki sedikitnya enam unsur, yakni komunikator, (penyampai pesan), pesan, media, komunikan (penerima pesan), efek dan umpan balik.

Berdasarkan pengertiannya, komunikasi massa meurut Bittner adalah adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar

orang (mass communication is massage communicated through a mass medium

to a large number of people) (Rakmat, 2003: 188, dalam Ardianto, Komala,Karlinah 2007:3). Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa.

Definisi komunikasi massa yang lebih perinci dikemukaan oleh ahli komunikasi Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of massages in industrial societies“. (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimilki orang dalam masyarakat industry (Rakmat, 2003: 188, dalam Ardianto, Komala,Karlinah 2007:3).


(51)

Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, diditribusikan kepada khalayak secara luas.

Komunikasi massa menurut Freidson dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamtkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat (Rakhmat, 2003 : 188 dalam Ardianto, Komala,Karlinah 2007:4 ).

Bagi Freidson, khalayak yang banyak dan tersebar itu dinyatakan dengan istilah sejumlah populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari berbagai lapisan masyarakat. Artinya pesan tidak hanya ditujukan untuk sekelompok orang tertentu, melainkan untuk semua orang. Hal ini sesungguhnya sama dengan istilah terbuka dari Meletzke. Freidson dapat menunjukkan cirri komunikasi massa yang lain yaitu adanya unsur keserempakan penerimaan pesan oleh komunikan, pesan dapat mencapai pada saat yang sama kepada semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat.

Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan para ahlli komunikasi, tampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa.


(52)

Bahkan, secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya.

2.2.1. Karateristik komunikasi massa

Definisi-definisi komunikasi massa itu secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu definisi yang satu dengan yang lainnya dapat dianggap saling melengkapi. Melalui definisi itu pula kita dapat mengetahui karateristik komunikasi massa. Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi antarpesona dan komunikasi kelompok. Perbedaannya terdapat

dalam komponen-komponen yang terlibat didalamnya dan proses

berlangsungnya komunikasi tersebut. Karateristik komunikasi massa adalah sebagai berikut :

1. Komunikator terlembagakan 2. Pesan berifat umum

3. Komunikannya anonym dan heterogen 4. Media massa menimbulkan keserempakan

5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan 6. Komunikasi massa bersifat satu arah

7. Stimulasi alat indra terbatas

8. Umpan balik tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect) (Ardianto, Komala,Karlinah 2007:7-11)


(53)

2.2.3 Fungsi komunikasi massa

Sementara itu, Effendy 1993 mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum adalah :

1. Fungsi informasi

Fungsi memberikan informasi itu diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai kepentingannya. Khlayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa akan haus informasi yang terjadi.

2. Fungsi pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku pada pemirsa atau pembaca.

3. Fungsi mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar.

Media massa (Mass Media) singkatan dari Media Komunikasi massa merupakan channel of mass yaitu saluran, alat/sarana yang dipergunakan dalam komunikasi massa. (Ardianto, Komala,Karlinah 2007:18-19)


(54)

2.2.4. Karakteristik Media Massa itu meliputi : 1. Publisitas, disebarluaskan kepada khalayak . 2. Universalitas, kesannya bersifat umum. 3. Perioditas, tetap/berkala

4. Kontinuitas, berkesinambungan 5. Aktualitas, berisi hal-hal baru

(Romly, 2002:5)

Isi media massa secara garis besar terbagi atas tiga kategori: berita, opini, feature, karena pengaruhnya terhadap media massa (dapat membentuk opini publik), media massa disebut “kekuatan keempat” (the four estate) setelah lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Bahkan karena idealisme dengan fungsi sosial kontrolnya media massa disebut-sebut “musuh alami” penguasa. (Romly,2002:5)

Media yang termasuk kedalam media massa adalah surat kabar, majalah, radio, tv, dan film. Kelima media tersebut dinamakan “the big five of mass media” (Lima besar media massa) media massa sendiri terbagi-bagi, media massa cetak (printed media) dan media massa elektronik (electronic media). Yang termasuk media massa cetak adalah Koran, tabloid, majalah, buku, newsletter, dan buletin. Sedangkan media massa elektronik adalah radio, tv, film, termasuk CD. (Romly, 2002:5)

Media massa merupakan institusi sosial baru, yang berkaitan dengan produksi dan distribusi pengetahuan dalam pengertian luas. Media massa


(55)

mempunyai sejumlah cirri-ciri yang menonjol, diantaranya adalah penggunaan tekhnologi yang relatif maju untuk produksi (massal) dan penyebarluasan pesan; mempunyai organisasi sistematis dan aturan-aturan social untuk pekerjaan ini;dan pesan mengarah pada audiens (yang tidak dikenal pengirim pesan) dalam jumlah besar dan audiens itu sendiri bebas untuk menerima atau menolak pesan itu. Institusi media massa pada dasarnya terbuka, beroperasi dalam dimensi publik untuk memberikan saluran komunikasi regular bagi berbagai pesan yang dimungkinkan secara kultural dan teknis, mendapat persetujuan dan dikendaki oleh banyak individu. (Kuper, 2000: 625)

2.2.5 Tentang Surat kabar

Surat kabar sebagai salah satu bentuk media massa, hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya. Secara fungsional Jurnalistik memang tidak dapat dipisahkan dengan surat kabar atau pers, sehingga Jurnalistik adalah bentuk komunikasinya sedangkan pers adalah dimana Jurnalistik itu disalurkan.

2.2.6. Pengertian surat kabar

Pada awalnya surat kabar sering diidentifikasi dengan pers namun karena pengertian pers sudah semakin luas, dimana televisi dan radio sekarang ini sudah dikategorikan sebagai pers juga, maka muncul pengertian pers dalam arti luas dan sempit. Dalam pengertian pers luas, pers meliputi seluruh media


(56)

massa, baik cetak maupun elektronik. Sedangkan dalam arti sempit, pers hanya meliputi media massa cetak saja, salah satunya adalah surat kabar.

Menurut Kurniawan Junaidi yang dimkasud dengan surat kabar adalah “Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak berupa lembaran berisi tentang berita-berita, karangan-karangan dan iklan serta diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum, isinya pun harus actual, juga harus bersifat universal, maksudnya pemberitaannya harus bersangkut paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan”. (Junaidi,1991 : 105)

2.2.7. Fungsi dan peranan surat kabar

Pada jaman modern sekarang ini, surat kabar tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsi surat kabat sekarang meliputi berbagai aspek, yaitu :

a. Menyiarkan informasi

Adalah fungsi surat kabar yang pertama dan utama khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran oran lain, apa yang dikatakan orang lain dan lain sebagainya.

b. Mendidik

Sebagai sarana pendidikan massa (Mass education), surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implicit dalam bentuk berita, bisa juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana.Kadang-kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek pendidikan.


(57)

c. Menghibur

Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk menimbangi berita-berita berat (Hard News) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur, tisak jarang juga berita mengandung minat insani (Human interest) dan kadang-kadang tajuk rencana. d. Mempengaruhi

Mempengaruhi adalah fungsinya yang ke empat yakni fungsi mempengaruhi akan menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari surat kabar secara implicit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. Fungsi mempengaruhi khusus untuk bidang peniagaan pada iklan-iklan yang dipesan oleh perusahaan-perusahaan. (Effendy, 1986 : 122-123)

Arti pentingnya surat kabar terletak pada fungsi utamanya dalam melengkapi berita bagi pembacanya, sebagai agen perubahan sosial. Menurut Schramm surat kabar atau pers dapat melakukan peran-peran sebagai berikut : 1. Pers dapat memperluas cakrawala pemandangan. Melalui surat kabar orang

dapat mengetahui kejadian-kejadian yang di alami di Negara-negara lain. 2. Pers dapat memusatkan perhatian khlayalak dengan pesan-pesan yang

ditulisnya. Dalam masyarakat modern gambaran kita tentang lingkungan yang diperoleh dari pers dan media massa lainnya, masyarakat menggantungkan pengetahuan pers dan media massa.


(58)

3. Pers mampu meningkatkan aspirasi. Dengan penguasaan media, suatu masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara meniru apa yang disampaikan oleh media tersebut.

4. Pers mampu menciptakan suasana membangun. “Melalui pers dan media massa dapat disebarluaskan informasi kepada masyarakat, ia dapat memperluas cakrawala, pemikiran serta membangun simpati, memusatkan

perhatian pada tujuan pembangunan sehingga tercipta suasana

pembangunan yang serasi dan efektif” (Rachmadi, 1990 : 17-18)

Dengan demikian surat kabar telah membawa banyak perubahan pada kehidupan individu dan masyarakat lewat berita-berita dan artikel yang disajikan, serta iklan-iklan yang ditawarkan dengan berbagai bentuk dan tulisan yang menarik, cakrawala pandangan seseorang menjadi bertambah, sehingga dapat tercipta aspirasi untuk membenahi diri dan lingkungannya.

2.3. Foto Jurnalistik

2.3.1 Pengertian foto jurnalistik

Jurnalistik foto adalah pengetahuan jurnalistik yang objeknya foto atau kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan foto, yang mengandung nilai berita dan disebar luaskan melalui media massa. Jurnalistik foto merupakan sebagian dari ilmu jurnalistik (komunikasi).Jurnalistik foto adalah “ilmunya”, sedangkan foto jurnalistik adalah “hasilnya”. Foto jurnalistik adalah karya foto “biasa” tetapi memilki nilai berita atau pesan yang “layak” untuk diketahui orang banyak dan disebarluaskan lewat media massa.

Jadi, selain fotonya, foto jurnalistik juga harus didukung dengan kata-kata yang terangkum dalam kalimat yang disebut dengan teks foto /caption foto,


(59)

dengan tujuan untuk menjelaskan gambar dan mengungkapkan pesan atau berita yang akan disampaikan ke publik. Jika tanpa teks foto maka sebuah foto hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi dibaliknya.

Foto dapat menggambarkan realitas secara objektif sehingga media massa membuatnya mencolok untuk disajikan dalam bentuk gambar. Foto jurnalistik, menurut Guru Besar Universitas Missouri, AS, Cliff Edom, adalah paduan kata words dan pictures. Sementara meurut editor majalah LIFE, William Hicks adalah kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya.

Ada delapan karakter foto jurnalistik yang menurut Frank P. Hoy, dari Sekolah Jurnalistik dan Telekomunikasi Walter Cronkite, Unversitas Arizona, dalam bukunya yang berjudul Photo journalism The Visual Approach (Hoy, dalam Alwi, 2004: 4), adalah sebagai berikut :

1. Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto (Comunication

Photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.

2. Medium foto jurnalistik adalah media cetak koran atau majalah, dan media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita (wire service).


(60)

3. Kegiatan foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita. 4. Foto jurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto.

5. Foto jurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek, sekaligus pembaca foto jurnalistik.

6. Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audience). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam.

7. Foto jurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.

8. Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak memenuhi kebutuhan informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers (freedom of speech dan freedom of press).

Fotografi secara ringkas sering didefinisikan sebagai ilmu melukis dengan menggunakan cahaya. Fotografi sebagai sarana untuk mencatat berita. Dengan teknik dalam bidang kimia dan teknologinya fotografi, pembuatan gambar dapat dipersingkat sampai pecahan satu detik, hingga hal ini menguntungkan sekali sebagai perekaman berita yang cepat.

Foto jurnalistik menurut Guru Besar Universitas Missouri AS, Cliff Edom adalah panduan kata words dan pictures. Sementara itu, menurut editor foto majalah Life dari 1937-1950, Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan suatu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antar latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya. Wilson mengatakan bahwa unit


(61)

dasar dari foto jurnalistik adalah tunggal dengan teks yang menyertainya disebut single picture. Foto tunggal bisa berdiri sendiri, bisa pula menyertai suatu berita atau features.

2.3.1. Ciri-ciri Foto Jurnalistik

Seperti yang ditulis oleh Sukatendel dalam Pratikto mengatakan definisi fotografi yang disampaikan dapat disimpulkan pada cirri-ciri yang melekat dalam hasil karya fotografi :

1. Memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri 2. Melengkapi suatu berita atau artikel

3. Dimuat dalam suatu berita 2.3.2. Fungsi Foto Jurnalistik 1. To communicate the news

Mengkomunikasikan berita karena foto sering sekali memiliki arti penting dalam penyampaian berita

2. To generate interest

Untuk menimbulkan minat, begitu melihat foto, pembaca ingin membaca berita

3. To gave another dimension to a news worthy figure

Untuk menonjolkan dimensi yang lain dari orang yang diberitakan 4. To make a brief but important announcement


(62)

5. To make the page attractive

Sebagai penghias halaman surat kabar 2.4. Foto berita

Sebuah foto harus mudah diingat dan punya kesan mendalam, sehingga pertama kali melihat orang tersebut langsung tahu apa yang terjadi atau mengetahui kejadian yang ditampilkan foto tersebut. Seperti yg dikutip dalam artikel Suara Pembaruan Daily oleh Bambang Parlupi, bahwa :

Foto berita yang baik adalah gambaran suatu peristiwa yang mampu mengekspresikan suasana kejadian yang sebenarnya.Kesan dan misi dalam tampilan foto tersebut harus bisa mengungkapkan peristiwa dengan jelas dan nyata.Sehingga dapat menggugah hati setiap orang yang menatapnya.1

Foto berita harus menarik, berbeda dari yang lain, aktual, informatif dan lain sebagainya. Hanya dengan melihat seketika, pembaca dibuat penarasan dan bertanya-tanya, apa sebenarnya yang ada di foto itu, apa yang sedang dilakukan, dimana terjadinya peristiwa itu, siapa orang itu. Setidaknya itu yang ada dibenak pembaca saat pertama kali melihat satu foto berita.Jika tidak muncul perasaan tersebut, berarti gambar yang terpampang tidak memenuhi kriteria sebuah foto berita. Sebab, foto yang baik adalah foto yang menarik dan lain daripada yang lain, jika kita membuat sebuah foto yang sama dengan yang orang lain buat, atau tidak ada perbedaannya baik itu dalam segi angle maupun ukuran lensa, maka foto itu dianggap tidak menarik karena sudah ‟biasa‟.

1


(63)

2.4.1. Sifat-Sifat Foto Berita

Berdasarkan atas sifat-sifatnya sebagai foto, maka foto mempunyai watak sebagai berikut :

1. Dia dapat dibuat dengan mudah dan cepat, jika teknik pemotretannya sudah dikuasai oleh wartawannya.

2. Dia mempunyai daya perekam, yang akurat dan tidak mungkin bohong dalam penguraian detil (selama foto itu tidak diganggu). Untuk itu wartawannya tidak usah bersandar pada ingat, atau mencatat denagn teliti. 3. Untuk kejadian-kejadian fisik (dapat dilihat) foto mempunyai keunggulan

dalam hal jelasnya menguraikan berita daripada tulisan.

4. Gambar tidak memerlukan penterjemahan di dalam pemberitaan lintas Negara, sedangkan berita yang ditulis perlu diterjemahkan.

5. Foto lebih kompak daripada berita tulis untuk menjelaskan secara essensi dari suatu berita, sebuah gambar nilainya sama dengan seribu kata.

6. Dampak sebuah foto berita lebih besar daripada berita tulis, karena respons perasaan manusia, lewat panca indera penglihatan lebih besar, lebih cepat dan mengenai langsung pikiran dan perasaan daripada membaca, yang harus melewati persepsi intelektuil, untuk mencapai pengertian, baru ke perasaan. (Rusmana, 1981:120).

Kelahiran foto berita tak dapat dipisahkan oleh rasa keingintahuan manusia. Apalagi salah satu keunggulan foto, yaitu foto dianggap “tak bisa


(64)

berbohong” dan dapat menangkap setiap detil penyajian membuat perkembangannya begitu cepat.

2.4.2. Jenis Foto Berita

A.E. Loosley dalam bukunya, The Bussiness of Photojournalism, membagi foto ke dalam tiga jenis :

1. Hard News : yang merupakan berita-berita utama yang sangat penting dan aktual.

2. Soft News : berita yang tidak begitu penting, tetapi baik juga untuk disiarkan. 3. Filter News : sebagai selingan atau pengisi saja. Kalau seandainya ruangan tak

memungkinkan, maka dapat juga tidak akan dimuat.

Jadi, dapat dikatakan pembagian ini berdasarkan penting atau tidak pentingnya suatu berita dimuat. Pembagian lain dapat ditinjau dari cara penyajiannya :

1. Spot News : foto tunggal yang meliputi kebakaran, banjir, kecelakaan, dll. 2. Photo Essay : suatu rangkaian foto yang menggambarkan sesuatu yang agak

mendalam. Sering juga disebut sebagai picture story (ada juga yang membedakannya)

3. Photo Sequence : suatu rangkaian foto juga, namun dapat dikatakan mendalam. Jadi, hanya suatu peristiwa singkat dengan beberapa foto.

4. Feature Photograph : menyangkut kehidipan sehari-hari, namun mengandung human interest. (Sukatendel, dalam Pratikto, 1987:157-158).

2.4.3. Syarat Foto Berita

Prof. Bernd. Heydemann, anggota persatuan Jerman untuk fotografi (Deutsche Gesellscahft fur Photographie) telah mengemukakan 6 (enam) syarat bagi foto berita yang dungkapkan pertama kali dalam Kongres D.G.Ph di Munchen.


(65)

1. Foto Berita harus mampu menonjolkan diri, melawan membanjirinya informasi berita (prinsip persaingan). Tidak dikatakan dengan cara yang bagaimana, apakah mencari yang sensasionil, yang menyentuh hai manusia atau dengan cara penyajian yang tidak konvensionil.

2. Foto berita harus disusun sedemikian rupa, hingga dia mudah diterima oleh pengaruh, tanpa kesukaran mengenalnya. Prinsip berkesan pada panca indera pengamat.

3. Foto berita harus mampu menyajikan beritanya dengan kekayaan detail gambar, yang dapat dikenal sebagai penyajian modern (prinsip originalitas). 4. Foto berita jangan mennyampaikan ulangan-ulangan dari gaya pemberitaan,

untuk mencegah efek dari immunisasi. (prinsip pembaruan terus, untuk menghindarkan kebosanan pembaca)

5. Foto berita harus mampu merangsang daerah-daerah sensitive dari proses penyampaian informasi dalam masyarakat. (proses relasi terhadap sensitivitas pengamat)

6. Foto berita harus benar-benar terjadi (“echt”) karena bila terjadi pemalsuan atau penipuan, dalam jangka panjang akan atas dasar pengalaman yang negative. Prinsip Glaubwurdigkeit Credibility sama dengan dapat dipercaya dan diandalkan (Soelarko, 1985:71).

Sementara Richard H. Logan III dalam bukunya, Elements of Photo Reporting, menyebut tiga syarat untuk menghasilkan foto berita yang baik:

1. Have impact

2. Singleness of purpose

3. Universal appeal (Pratikto, 1987:158)

Secara umum sebuah foto berita yang baik harus memiliki pendekatan universal. Sehingga pembaca yang datang dari latar belakang geografis dan pendidikan yang beragam, memiliki pengertian yang sama akanmakna foto yang disajikan (singleness of purpose). Untuk mencapai itu, perlu kejelian fotografer dalam merekam setiap aksi yang memiliki kekayaan detail gambar. Jika tidak, foto berita itu akan sulit dipersepsi dengan panca indera, apalagi menyentuh perasaan pembacanya. Sebuah foto berita juga dapat menjadi


(66)

“penyejuk” di tengah kebosanan pembaca menekuni padatnya kalimat-kalimat berita tulis.

2.4.4 Foto Berita dalam Surat Kabar

Fungsi foto dalam surat kabar bukan hanya sebagai ilustrasi sebuah berita. Namun, penyajian foto dalam surat kabar telah membuat pemberitaan menjadi lebih lengkap, akurat dan menarik, karena foto digunakan untuk menyalurkan ide, berkomunikasi dengan masyarakat, memengaruhi orang lain, hingga menghadirkan kenangan lama. Foto dalam media massa tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap pesan yang ingin disampaikan komunikator, tapi ia merupakan pesan itu sendiri. Sebuah foto yang disajikan dalam surat kabar (media massa cetak) tidak lepas dari tujuan jurnalistik, yaitu menyebarkan berita seluas-luasnya.

Sejak fotografi ditemukan tahun 1839, dalam perkembangannya kini, telah jauh meninggalkan generasi awalnya.Teknologi digital yang saat ini sudah mulai masuk pada berbagai sendi-sendi kehidupan manusia, turut membawa fotografi ke era digitalisasi.

Kehadiran piranti teknologi fotografi berteknologi tinggi tentunya berpengaruh pada output-nya.Karya foto yang dihasilkan dapat dibuat atau dirubah sedemikian rupa sesuai kehendak pemotretnya. Dengan kekuatan visualisasi yang otentik, sebuah foto akan sangat representatif dipakai sebagai perpajangan dari tujuan kegiatan jurnalistik.


(67)

Foto dapat menggambarkan realitas secara objektif sehingga media massa membuatnya mencolok untuk disajikan dalam bentuk gambar.Fotografi yang digunakan dalam media massa cetak, dipakai secara bebas dan terpisah dari naskah atau dapat pula dimaksudkan untuk menyertai berita. Foto jurnalistik juga dapat dipisahkan dengan menyediakan halaman khusus dan biasanya disertai uraian atau caption berita.Uraian ini berupa kata-kata mengenai peristiwa yang terjadi di dalam foto. Dengan kata lain foto tidak hanya dijadikan sebagai pelengkap berita, namun foto itu berdiri sendiri dengan kata lain foto adalah berita itu sendiri.

2.5 Semiotika

2.5.1. Sejarah dan Pengertian Semiotika

Dalam perbincangan mengenai semiotika sebagai sebuah ilmu , ada semacam ruang kontradiksi yang secra historis dibangun diantara dua kubu semiotika yaiutu semiotika Kontinental Ferdinand deSausure dan semiotika Amerika serikat Charles Sanders Pierce. Seakan-akan esistensi kedua kubu semiotika tersebut dapat direduksi berdasarkan kerangka oposisi biner. Seakan tidak ada lagi ruang di luar ruang oposisi biner tersebut (Sobur, 2003: v)

Sausure mendefinisikan semiotika di dalam Course in general

linguistics,Sebagai ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagan dari kehidupan social. Dalam definisi tersebut adalah sebuah relasi bahwa bila tanda merupakan bagian dari kehidupan social maka tanda juga merupakan bagian dari aturan-aturan sosialyang berlaku (Sobur, 2003: vii).


(68)

Sebagian besar karya-karya penting Saussure merupakan kumpulan dari catatan-catatan kuliah yang ditulis oleh para mahasiswanya yang kemudian dibukukan di Universitas Jenewa. Dalam tulisannya “Course in General

Linguistic”, Saussure beragumentasi bahwa sebuah ilmu yang menelaah

keberadaan tanda-tanda dalam sebuah masyarakat dapatlah dikukuhkan. Ilmu itu merupakan bagian dari psikologi sosial yang merupakan bagian dari psikologi umum, yang selanjutnya akan disebut dengan semiologi (dari kata Yunani “Semion‟ yang berarti tanda).

2.5.1. Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes merupakan seorang pemikir strukturalis yang mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussurean.Barthes juga dikenal sebagai intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama; eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra (Sobur, 2003:63).

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem makna tataran pertama. Melanjutkan studi Hjelmselv, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja (Colbey & Jansz, 1999 dalam Sobur, 2003:68-69).


(1)

110

skripsi yang telah ada (dengan pengambilan tema penelitian dari sudut

pandang atau identifikasi permasalahan yang berbeda, unik, dan menarik),

ataupun melalui penelusuran media onlie (internet).

2. Studi pendahuluan yang mendalam dan terarah terhadap penelitian yang telah

diteliti, orang yang ahli dibidang yang akan dikaji dalam penelitian, ataupun

dengan dosen-dosen, untuk menemukan dan mengungkap hal atau fenomena


(2)

111 Buku :

Barthes, Roland. 2010. Imaji Musik Teks. Yogyakarta: Jalasutra.

Barthes, Roland. 2010. Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa. Yogyakarta: Jalasutra.

Darmawan, Ferry. 2009. Dunia Dalam Bingkai. Yogyakarta: Graham Ilmu.

Danesi, Marcel,2010. Pesan Tanda dan Makna Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah. 2007. Komunikasi Massa. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Garna, Juditira K. 1999. Metode penelitian kualitatif. Bandung: Primaco Akademika

Hikmat, M, Mahi, 2011. Etika dan Hukum Pers. Bandung: Batic Press

Juanidi, Kurniawan. 1991. Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia

Juanidi, Kurniawan. 2001. Semiologi Roland Barthes. Magelang: Indonesia Tera.

Kuper, Adam. 2003. Ensiklopedia Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo

Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kalitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pratikto, Riyono,e.d. Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi: PT Remaja Rosdakarya


(3)

112

Rakhmat, Jalaludin 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sobur, Alex, 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: RemajaRosdakarya.

Soelarko, 1985. Pengantar Foto Jurnalistik. Bandung : PT Karya Nusantara

SumberLain :

Anisa, Silvi, 2008, Semiotik Foto Pasangan HADE Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2008 di Harian Umum Pikiran Rakyat, Bandung, Unikom.

Wahyuningsih, Sri, 2009, Representasi Pesan-Pesan Dakwah Dalam Film Ayat-Ayat Cinta (Analisis Semiotik Roland Barthes Mengenai Representasi Pesan-Pesan Dakwah Verbal dan Nonverbal Dalam Film Ayat-Ayat Cinta), Universitas Padjadjaran Bandung, Pogram Pascasarjana Program Studi Ilmu Komunikasi.

http://azteza.wordpress.com/category/persepsi-foto. (12 Nopember 2011)

http://persib.wordpress.com/sejarah-persib/lintasan-sejarah/. (22 Nopember 2011)

http://www.anneahira.com/viking-17187.htm. (10 Desember 2011)

http://yuyungabdi.com/new/index.php?show=tips. (14 Desember 2011)

http://www.suarapembaruan.com/News/2005/07/31/Fotograf/foto01.htm.


(4)

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : MOCH SOLEHUDIN

Nama Panggilan : Soleh

Tempat Tanggal Lahir : Cimahi 26 Juli 1988

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Pernikahan : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jalan Sadarmanah Rt 04/04 No 89

Kota Cimahi

Telp : 085722807796

Email

:

msoleh4@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

2007 - 2011 UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

Program Studi Ilmu Komunikasi


(5)

2004 – 2006 Sekolah Menengah Atas. SMA N 4 Cimahi

2000 – 2003 Sekolah Lanjut Tingkat Pertama. SMP N 9 Cimahi

1994 – 2000 Sekolah Dasar. SDN 1 Cimahi

PENGALAMAN ORGANISASI

PELATIHAN& PENGHARGAAN

NO JENIS PELATIHAN KET

1 Mentoring Agama Islam Bersertifikat

2 Seminar Budaya Preneurship UNIKOM 2010 Bersertifikat

3 Peserta Seminar Semiotika dan Workhshop 2011 Bersertifikat

4 Peserta Workhshop Foto Essay 2010 Bersertifikat

5 Peserta Seminar Saatnya Berkarir di Dunia Pertelevisian Bersertifikat

6 Peserta Study Tour Mass media 2009 Bersertifikat

NO NAMA ORGANISASI JABATAN PERIODE

1 Puma FC Tim Sepak Bola

SMP N 9 Sebagai Anggota 2002-2003

2 Tim Futsal SMA N 4 Sebagai Anggota 2004-2006

3 Osis SMA N 4 Cimahi Sebagai Anggota 2004-2006

4 BKR Sebagai Anggota 2010-2011


(6)

7 Peserta seminar Hardwear Bersertifikat

8 Seminar dan Workshop menulis di media online Ceritamu.com Bersertifikat

9 Kerja Praktek di Harian Umum Galamedia Bandung -

KEAHLIAN

Komputer Terbiasa dengan beberapa program komputer seperti MS. Word, MS Excel, MS Power Point, Adobe Photoshop, U lead dst.

Fotografi Retouch image, Digital Imaging, Editing

Demikian, segala yang tertulis di atas adalah yang sebenar-benarnya dan selengkap-lengkapnya.

Bandung, April 2012