Analisis Semiotika Foto Headline Pada Harian Pagi Radar Bandung
(2)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Strata Satu (S1) Pada Progam Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik
Disusun Oleh:
ALFIAN NUR41807056
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(3)
(4)
iv Oleh: Alfian Nur NIM. 41807056 Pembimbing: Rismawaty.S.Sos.,M.Si NIP.4127.35.30.002
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana analisis semiotika foto
headline pada harian pagi radar bandung, dengan cara melihat tanda-tanda yang terdapat pada foto. Sehingga makna dan arti dari tanda, objek, dan interpretant dalam foto headline kecelakaan tersebut dapat diketahui berdasarkan analisis semiotika.
Tipe penelitian ini adalah Pendekatan kualitatif, dengan menggunakan analisis semiotika (semiotic analysis) Charles Sander Pierce. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, dokumentasi, studi pustaka dan internet searching. Subjek penelitian ini adalah foto headline pada harian pagi radar bandung dan Objek penelitian adalah foto headline kecelakaan edisi November 2011.
Hasil penelitian ini menunjukan tanda dalam kedua foto headline kecelakaan mobil box cipaganti seruduk Pos KA dan polisi kumpulkan bukti adalah adanya mobil box. Jembatan kutai kartanegara yang terjebur kedalam sungai Mahakam, dan masih adanya sisa-sisa runtuhan jembatan yang masih berada diatas sungai Mahakam, rel kereta api yang menandakan kejadian tersebut berada di area perlintasan jalur kereta api yang terlihat pada latar kejadian. Berdasarkan objek adalah hancurnya sebuah Pos KA hingga tak berbentuk lagi yang diesebabkan mobil box cipaganti dan hancurnya jembatan Kutai Kartanegara yang sebagian bangkai nya putus dan terjebur kedalam sungai Mahakam. Berdasarkan interpretant adanya Mobil box cipaganti dan Jembatan Kutai Kartangera yang masih berada ditempat kejadian perkara.
Kesimpulan dari penelitian yang dilaksankan oleh peneliti dalam menganalisis kedua foto headline kecelakaan, berdasarkan Charles Sander Pierce Semiotika makna
sign (qualisign, sinsign, legisign), object (ikon, indeks, simbol) dan
interpretant(Rheme, Dicentsign, Argument). Telah mampu menguraikan makna tanda dasar dan terkecil, sehingga makna atau maksud sebenarnya dari foto tragis tersebut dapat diketahui.
Saran peneliti, dengan adanya kesinambungan pada penelitian dan diharapakan mampu memberikan masukan terhadap perkembangan pemahaman suatu foto kepada masyarakat, universitas dan peneliti selanjutnya tentang semiotika agar makna yang terkadung dalam foto dapat diketahui.
(5)
v By: Alfian Nur NIM. 41807056 Guide: Rismawaty.S.Sos.,M.Si NIP.4127.35.30.002
This study aims to determine how the semiotic analysis of headlines in the daily morning photo radar bandung, by looking at the signs contained in the photograph. So that the meaning and significance of the sign, object, and interpretant in the headline photo of the accident can be determined based on the semiotic analysis.
Type of study is a qualitative approach, using semiotic analysis (semiotic analysis) Charles Sanders Pierce. Techniques of data collection is done using interviews, documentation, library research and internet searching. The subject of this study is the headline in the daily morning photo radar and the object of research is Bandung headline photo November 2011 issue of the accident.
The results of this study in the second photo shows a sign of a car accident headlines postal box cipaganti seruduk Post KA and police gather evidence is the presence of the truck and the bridge that goes into the aquatic mammal Mahakam river, There is still remnants of the bridge collapse is still above the Mahakam river, rail indicating the train incident at the railway crossing area shown in the background scene. Based on the Post object is the destruction of a train that no longer form a box car diesebabkan cipaganti and destruction of bridges aquatic mammal that some of his dead end and enter the Mahakam river. Based on the interpretant of box cars and Bridge Kutai cipaganti Kartangera still was at the crime scene.
Conclusion of a study undertaken by researchers in analyzing the photo headline accident, according to the Charles Sander Pierce meaning Semiotics sign (qualisign, sinsign, legisign), object (icon, index, symbol) and interpretant (Rheme, Dicentsign, Argument). Have been able to decipher the meaning of basic signs and the smallest, so the actual meaning or intent of the tragic images can be known.
Advice of researchers, with financial sustainability in research and is expected to provide input to the development of understanding of an image to the public, university and further research on semiotics to the meaning found in a photograph can be known.
(6)
vi
KATA PENGANTAR Bismillahhirrahmannirrahim
Assallamualaikum Wr. Wb
Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya yang telah meridhoi segala jalan dan upaya peneliti dalam
menyelesaikan penelitian skripsi ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam melakukan penelitian skripsi ini tidak sedikit peneliti menghadapi
kesulitan serta hambatan baik tekhnis maupun non tekhnis. Namun atas izin Allah
SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang
peneliti terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak,
akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya peneliti tujukan kepada kedua
orang tua yang selalu membantu dan memberikan dukungan baik moral, spiritual, dan
material serta doa kepada peneliti hingga detik ini. Doa ananda, semoga ananda dapat
membahagiakan Mama dan Ayah serta menjadi seperti apa yang Mama dan Ayah
harapkan untuk menjadi manusia yang berguna setidaknya untuk hidup ananda
sendiri. Amiien.
Melalui kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin
menyampaikan rasa hormat, terimakasih, dan penghargaan yang sebesar-besarnya
(7)
vii
terselesaikan dengan baik. Tentu, tanpa dukungan dan partisipasi mereka, kesuksesan
ini tidak dapat diraih. Secara khusus, perkenankan penulis menyampaikan ucapan
terimakasih itu dengan sepenuh rasa hormat kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNIKOM yang telah memberi izin untuk
pengerjaan penelitian ini.
2. Drs. Manap Solihat., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah banyak membantu peneliti baik saat peneliti melakukan
kegiatan perkuliahan maupun dalam menyelesaikan penelitian.
3. Melly Maulin P, S.Sos M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi sekaligus Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah
banyak membantu penulis khususnya melalui pengetahuan dan wawasan
yang ibu berikan kepada penulis pada saat penulis mengikuti perkuliahan.
4. Rismawaty S.Sos.,M.Si Selaku Dosen Program Studi Ilmu Komuikasi
Sekaligus pembimbing yang telah memberikan nasehat-nasehat dan ilmu
yang sangat berguna bagi peneliti, semoga jasa Ibu dapat imbalan yang
setimpal dari Allah SWT. Amien
5. Desayu Eka Surya S.Sos M.Si selaku Dosen Program Studi Ilmu
Komunikasi sekaligus dosen wali yang telah banyak memberikan
nasehat-nasehat, dorongan serta bantuan kepada penulis pada saat mengikuti
(8)
viii
6. Adiyana Slamet S.IP.,M.Si yang telah banyak memberikan referensi
tentang materi penelitian dan motivasinya untuk terus berjuang dalam
menyelesaikan skripsi.
7. Kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UNIKOM.
Terima kasih dengan segala bantuan untuk membantu kelancaran
penyusunan skripsi ini.
8. Astri Ikawati, A. Md. Kom dan Rr. Sri Intan Fajarini, S.I.Kom Terima
kasih dengan segala bantuan dalam mengurus perizinan yang berkaitan
dengan penelitian yang peneliti laksanakan.
9. Kepada Rahman dan Ramdhani selaku redaktur foto dan wartawan foto
pada Surat Kabar Harian Pagi Radar Bandung yang telah menjadi
Informan peneliti waktu menyusun skripsi. Terima kasih atas waktu yang
bapak luangkan untuk kesedian menjadi informan peneliti dalam
menyelesaikan skripsi.
10.Kepada kedua adikku tercinta Widya Nanda dan Ari Munandar yang
selalu memberi dukungan kepada peneliti.
11.Kepada seluruh teman saya Eko, Ludi, Soleh, Fazly, Juned, Gingin,
Cangkir, Hendra ocan, Deny beng-beng, Bayu, Juni, Gilang kencana, dan
seluruh teman – teman di Unikom. Makasih buat dukungan dan
(9)
ix
12.Kepada Nay, Arif, Niken, Ade, Fiqih, Ajeng, Ami, Jay, Adit, Kausar,
Fani, Rommy, Irfan, Oji, Yuki dan seluruh teman – teman di Bandar
Lampung lain nya terima kasih buat dukungan dan semangatnya.
13.Kepada Egi, Gigin, Ekek, Ully, Ivo, Sofhi, Risky, Fahri, Erick dan seluruh
penghuni Kosan B6 Ceria terima kasih buat segala dukungan dan
semangatnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih diperlukan
penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan
kata-kata yang tepat, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk kesempurnaan penelitian ini, dan penelitian selanjutnya di masa
yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini dan
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca
lainnya umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah
diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Amiien.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bandung, Februari 2012
(10)
ix
LEMBAR PENGESAHAN ... i
SURAT PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 7
1.3Maksud dan Tujuan Penelitan 1.3.1 Maksud Penelitian ... 8
1.3.2 Tujuan Penelitan... 8
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Penelitian Teoritis ... 9
1.4.2 Kegunaan Penelitian Praktisi ... 9
1.5Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 10
1.5.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 13
1.6 Pertanyaan Peneliti ... 16
1.7Subjek dan Objek Penelitian 1.7.1 Subjek Penelitian ... 17
1.7.2 Objek penelitian ... 19
(11)
x
1.11.1 Waktu Penelitian ... 24
1.11.2. Lokasi Penelitian ... 24
1.12 Sistematika Penulisan ... 26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 28
2.1 Komunikasi Massa ... 28
2.1.1 Ciri-ciri Komunikasi Massa ... 29
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa ... 31
2.2 Media Cetak ... 32
2.2.1 Fungsi Surat Kabar ... 33
2.2.2 Sifat Surat Kabar ... 34
2.3Foto Headline ... 34
2.4Pengertian Jurnalistik ... 36
2.4.1 Bentuk Jurnalistik ... 37
2.4.2 Komponen Jurnalistik ... 38
2.4.3 Pengertian Fotografi ... 39
2.5 Pengertian Foto Jurnalistik ... 40
2.5.1 Keunggulan Foto Jurnalistik ... 43
2.5.2 Teknik Foto Jurnalistik ... 44
2.5.3 Jenis-jenis Foto Jurnalistik ... 45
2.5.4 Karakteristik Foto Jurnalistik ... 46
2.6 Pengertian Semiotika ... 49
2.6.1 Semiotika Charles Sander Peirce ... 50
2.6.2 Teori Segitiga Makna ... 51
BAB III OBJEK PENELITIAN ... 53
3.1 Sejarah Harian Pagi Radar Bandung ... 54
(12)
xi
3.5.1 Data Teknis ... 58
3.5.2 Data Sirkulasi ... 59
3.5.3 Struktur Perusahaan ... 61
3.5.4 Job description Perusahaan ... 64
3.5.5 Struktur Divisi Redaksi ... 66
3.5.6 Job Description Divisi Redaksi ... 68
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 70
4.1 Hasil Penelitian Foto Headline Mobil Box Cipaganti seruduk Pos KA 4.1.1 Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Sign ... 74
4.1.2 Hasil Analisis Berdasarkan KlasifikasiObject ... 76
4.1.3 Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Interperetant ... 79
4.2 Hasil Penelitian Foto Headline Polisi Kumpulkan Bukti 4.2.1 Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Sign ... 82
4.2.2 Hasil Analisis Berdasarkan KlasifikasiObject ... 84
4.2.3 Hasil Analisis Berdasarkan Klasifikasi Interperetant ... 86
4.3 Analisis Semiotika Tentang Foto Headline Kecelakaan ... 88
4.4 Pembahasan ... 90
BAB V PENUTUP ... 97
5.1 Kesimpulan ... 97
5.2 Saran ... 99
5.2.1 Saran Bagi Universitas ... 99
5.2.2 Saran Bagi Masyarakat ... 100
(13)
xii
(14)
1
1.1. Latar Belakang Masalah
Visualisasi memiliki peranan penting terhadap keberadaan pesan
verbal yang akan di sampaikan kepada khalayak di dalam media massa baik
cetak ataupun elektronik, pesan yang disampaikan akan tampak lebih “hidup”
dengan adanya visualisasi gambar. Artinya visualisasi akan menambah tingkat
reliabilitas atau kebenaran fakta yang disampaikan media tersebut. Meskipun
pada akhirnya pencitraan kebenaran informasi berasal dari redaksi media massa
tersebut akan ditentukan oleh public sebagai khalayak.
Visualisasi pada media massa dikenal terbagi menjadi dua macam,
yaitu visualisasi yang terdapat pada media elektronik seperti video rekam dan
sebagainya, kemudian yang kedua adalah visualisasi yang terdapat pada media
cetak yang juga disebut visualisasi gambar, meliputi foto jurnalistik yang
mendukung sebuah berita, hingga gambar-gambar yang memiliki seni.
Media cetak pada dasarnya merupakan media yang sebagian besar
menyajikan berbagai bentuk pesan informasi. Informasi-informasi tersebut
dapat berupa informasi berita, tips-tips maupun pesan-pesan dalam bentuk
(15)
berita sepenuhnya, tentu porsi berita lebih banyak daripada porsi pesan
informasi dalam bentuk tips-tips atau entertainment.
Pemberitaan dengan menggunakan unsure foto jurnalistik pada surat
kabar berperan untuk mempengaruhi pembaca, agar kefaktualan berita dapat di
percaya terhadap peneguhan pengetahuan dari pengalaman yang telah di
peroleh sebelumnya, memberi informasi baru, menambah wawasan
pengetahuan dan membentuk opini. Foto jurnalistik mampu merekam sesuatu
secara tepat, objektif, hingga membuatnya cocok untuk menyajikan peristiwa
yang mengandung berita dan informasi. Dengan foto jurnalistik maka isi dari
berita bisa tersirat terlebih dahulu dan lebih jauh lagi foto jurnalistik dapat
menampilkan berbagai keadaan, lingkungan, suasana, perasaan dan aksi secara
lengkap dan akurat.
Persaingan dunia pers semakin menajam, bukan hanya karena zaman
semakin maju tetapi juga terselip unsure bisnis didalamnya. Keuntungan adalah
salah satu kata yang mungkin bisa kita ambil sebagai symbol dari dunia pers
saat ini. Berdasarkan penelitian yang di kutip oleh ken kobre seorang pewarta
berita dan pengajar jurnalistik, ternyata hanya 12% dari pembaca yang tertarik
melihat halaman depan surat kabar yang di sajikan tanpa sentuhan karya
fotografi. Tetapi begitu di tambahkan satu foto saja, presentase pembacanya
meningkat hingga 42%. Artinya, jika skala foto jurnalistik pada tiap surat kabar
(16)
jumlahnya. Dengan kata lain oplah surat kabar tersebut akan meningkat tajam
yang berarti keuntungan besar.
Jurnalistik foto adalah pengetahuan jurnalistik yang obyeknya foto atau
kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan foto yang
mengandung nilai berita melalui media massa. Jadi dalam setiap foto jurnalistik
memanglah harus mengandung nilai berita yang penting diketahui oleh
masyarakat luas.
Foto jurnalistik merupakan foto yang dimuat untuk di publikasikan
dalam media massa sebagai pendukung berita tulis atau berfungsi sebagai head line (halaman muka) dan suatu medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti visual atas suatu peristiwa pada masyarakat seluas-luasnya dalam waktu
yang singkat. Foto jurnalistik yakni sebagai pemeran utama dalam
penyampaiaan pesan informasi kepada pembaca surat kabar.
Foto jurnalistik sebagai salah satu teknik komunikasi visual yang
dapat memberikan nilai estetika (keindahan) dan artistic (seni) harusnya juga
memiliki aturan-aturan atau etika tersendiri dalam penerbitannya. Dan dalam
proses penerbitan foto jurnalistik, setiap surat kabar memiliki kebijakan atau
parameter tersendiri. Setiap media massa memiliki aturan dan kebijakan yang
(17)
Foto-foto tersebut biasanya menerangkan kejadian atau peristiwa yang
ada dalam isi berita tersebut. Foto-foto seperti itu, biasa disebut foto jurnalistik.
Foto jurnalistik identik dengan foto-foto yang terdapat dalam media cetak baik
majalah, tabloid ataupun suratkabar. Meski tidak semua isi foto yang ada dalam
jenis-jenis media cetak tersebut sepenuhnya foto jurnalistik, namun hampir
sebagian besar foto yang ada bernilai jurnalistik dari pada foto yang tidak
termasuk foto jurnalistik atau fotografi seni, terlebih dalam media cetak
suratkabar. Porsi foto jurnalistik di surat kabar lebih bernilai jurnalistik dari
pada majalah atau tabloid. Hal ini karena tingkat intensitas pembaharuan surat
kabar lebih sering dari pada tabloid atau majalah.
Foto headline harus menarik berbeda dari yang lain, actual, informative dan lain sebagainya. Hanya dengan seketika, pembaca dibuat penasaran dan
bertanya-tanya apa sebenarnya yang ada di foto itu, apa yang dilakukan, dimana
terjadinya peristiwa itu dan siapa orang yang ada di foto itu. Setidaknya itu
yang ada dibenak pembaca saat pertama kali melihat foto headline. Jika tidak muncul rasa seperti itu, maka gambar yang tepampang di headline tidak memenuhi criteria sebuah foto. Sebab, foto yang baik adalah foto yang
menarik. Apabila kita membuat foto yang sama dengan yang lain maka foto
tersebut akan terlihat biasa saja dan dianggap tidak menarik.
Sebuah foto headline juga lebih gampang dibaca dibandingkan dengan berita tulis. Sebab, untuk memahami berita dibutuhkan kemampuan intelektual.
(18)
Sedangkan foto dapat langsung dipahami karena melibatkan usnur-unsur panca
indera yang langsung melekat di pikiran dan perasaan pembaca.
Berdasarkan isinya headline dapat dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu langsung dan tidak langsung. Headline langsung bersifat informatif dan terus terang. Headline seperti ini cenderung menggunakan daya tarik rasional. Daya tarik rasional membangkitkan kepentingan–diri audience. Daya tarik rasional menunjukkan bahwa produk tersebut akan menghasilkan manfaat yang
dikatakan. Contohnya adalah headline yang menunjukkan kualitas, nilai ekonomis, manfaat, atau kinerja suatu produk. Ditinjau dari segi demografis
dan psikografis, tampaknya audience pada kebudayaan industrial paling respontif terhadap headline ini. Headline tidak langsung tidak seselektif
headline langsung dalam memberi informasi. Headline jenis ini cenderung menggunakan daya tarik emosional. Daya tarik emosional mencoba
membangkitkan emosi positif atau negatif yang akan memotivasi pembelian.
Dalam hal ini headline memiliki asosiasi yang unik bagi audience yang secara emosional mampu mendorong munculnya suatu image yang baik mengenai produk yang diiklankan. Hal itu dapat dicapai dengan menggunakan daya tarik
negatif seperti rasa takut, rasa bersalah, dan malu agar orang berhenti
(19)
digunakan daya tarik emosional yang positif seperti humor, cinta, kebanggaan,
dan kebahagiaan. 1
Surat Kabar Harian Pagi Radar Lampung merupakan salah satu grup
Jawa Pos. SKH Radar Lampung berdiri pada tahun 2003, tepatnya 11 April 2003 yang berada dibawah manajemen PT. Radar Bandung Intermedia.
Harian Pagi Radar Bandung mempunyai slogan “Selalu Tampil beda”
yang membedakan dengan koran lain, yang menjadi keunggulan surat kabar
Harian Pagi Radar Bandung yang membedakan dengan surat kabar lain nya.
Selalu tampil beda itu karena Kami dapat mengganti layout kami kapan saja meyesuaikan dengan pembaca, misalnya mungkin hari ini layout kami seperti ini mungkin besok dapat berubah layout nya ini yang membedakan kami dengan koran lain, dan tidak seperti koran lain yang membutuhkan waktu yang
lama untuk mengganti layoutnya.
Penelitian ini dilakukan pada foto headline berita Surat Kabar Harian Pagi Radar Bandung edisi bulan November 2011, dengan sampel 2 foto
headline berita kecelakaan yang di muat dari selama bulan November 2011. Mengapa peneliti memilih edisi bulan November 2011, Karena 2 foto headline
berita kecelakaan tersebut ramai dibicarakan khalayak khususnya masyarakat
Bandung itu sendiri. Peneliti mengambil media Harian Pagi Radar Bandung
1
(20)
karena umur Harian Pagi Radar Bandung sendiri masih tergolong muda, yaitu
baru berumur 8 tahun. Menurut peneliti foto yang diambil sebagai sampel pada
foto headline Kecelakaan pada Harian Pagi Radar Bandung dapat mengandung
Sign, Object, dan Interpretant sebagaimana yang akan diteliti oleh peneliti. Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk membahas
atau mengajukan judul penelitian :
“ BAGAIMANA ANALISIS SEMIOTIKA FOTO HEADLINE
PADA HARIAN PAGI RADAR BANDUNG ? ”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka identifikasi maslah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Sign yang terkandung dalam foto headline Harian Pagi Radar Bandung?
2. Bagaimana Objek yang terkandung dalam foto headline pada Harian Pagi Radar Bandung?
3. Bagaimana Interperetant yang terkandung dalam foto headline pada Harian Pagi Radar Bandung?
4. Bagaimana analisis semiotika foto headline pada Harian Pagi Radar Bandung?
(21)
1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud peneliti ini adalah untuk mengetahui dan menelaah lebih jauh
bagaimana Tanda, Objek dan Interpretant yang terkandung dalam foto
headline kecelakaan Harian Pagi Radar Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Sign yang terkandung dalam foto headline pada Harian Pagi Radar Bandung.
2. Untuk mengetahui Object yang terkandung dalam foto headline pada Harian Pagi Radar Bandung.
3. Untuk mengetahui Interperetant yang terkandung dalam foto headline
pada Harian Pagi Radar Bandung.
4. Untuk mengetahui analisis semiotika foto headline pada Harian Pagi Radar Bandung.
(22)
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Penelitian Teoritis
Kegunaan teoritis ini dapat mengetahui makna yang tersebunyi
didalam foto head line dalam surat kabar bagi pembaca. Diharapkan dapat memperkaya khazanah kajian foto jurnalistik yang layak di
publikasikan pada khalayak. Dan juga hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan bahan kajian lanjut bagi penelitian-penelitian ilmu
komunikasi khususnya didalam dunia jurnalistik.
1.4.2 Kegunaan Penelitian Praktisi
1. Bagi Peneliti, dengan dilakukan nya penelitian ini dapat memberi tambahan ilmu serta pengetahuan baik dari praktisnya bagi
peneliti, untuk mengetahui lebih jauh mengenai materi dari peneliti
itu sendiri serta hal-hal yang berkaitan dengan kajian ilmu yang
sesuai dengan bidang ilmu yang peneliti teliti dapatkan selama
perkuliahan. Dengan penelitian ini juga memberikan wawasan
kepada peneliti, bahwa dalam kehidupan ini dipenuhi oleh tanda
yang tidak hanya cukup melihat makna nya dari apa yang terlihat,
namun perlu diperhatikan pula makna lain yang terkandung dibalik
(23)
2. Bagi Universitas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dijadikan literatur dalam mendukung materi-materi
perkuliahan bagi Universitas, program studi, dan
mahasiswa-mahasiswi ilmu komunikasi, khususnya bidang fotografi kajian
Jurnalistik untuk melakukan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Perusahaan, peneliti ini dapat menambah masukan dan bisa dijadikan sebagai ukuran untuk melihat kualitas media massa cetak
ini dalam penyajian foto headline yang akan datang.
1.5. Kerangka Pemikiran
1.5.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Secara etimologis semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang
berarti penafsir tanda atau tanda dimana sesuatu dikenal. Semiotika ialah
ilmu tentang tanda atau studi tentang bagaimana sistem penandaan
berfungsi. Semiotika ialah cabang ilmu dari filsafat yang mempelajari
“tanda” dan biasa disebut filsafat penanda. Semiotika adalah teori dan
analisis berbagai tanda dan pemaknaan. Secara umum, semiotik
didefinisikan sebagai berikut. Semiotics is usually defined as a general philosophical theory dealing with the production of signs and symbols as
(24)
part of code systems which are used to communicate information. Semiotics includes visual and verbal as well as tactile and olfactory signs (all signs or signals which are accessible to and can be perceived by all our senses) as they form code systems which systematically communicate information or massages in literary every field of human behaviour and enterprise.
(Semiotik didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan
produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode
yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi
tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory [semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita
miliki] ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara
sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap
kegiatan dan perilaku manusia).
Dalam semiotika Pierce, sebuah tanda bukanlah merupakan suatu
entitas atau keberadaan tersendiri, melainkan terkait dengan objek dan
penafsirnya. Jadi dalam sebuah tanda dapat kita bentuk sebuah segitiga.
Yang pertama adalah tanda itu sendiri, yang kedua objek yang menjadi
acuan bagi tanda, dan yang ketiga penafsir yang menjadi pengantara antara
(25)
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji
tanda. Menurut Charles Sander Peirce dalam buku Semiotika Komunikasi,
karangan Alex Sobur, semiotika mempunyai konsep dasar yakni:
Konsep tentang tanda-tanda : tak hanya bahasa dan system komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun sejauh terkait dengan pikiran manusia seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena, jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas.”(2003:13)
Gambar 1.1
Teori Segitiga Makna Charles Sander Peirce
Sign
Interpretant
Object
Sumber: komunikasi semiotika, 2003
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis semiotika dengan
model teori segitiga makna (triangle meaning), dalam buku karangan Sobur, Semiotika Komunikasi, Charles Sander Peirce, yakni “ tanda ( sign atau
representament) adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang” (2003 : 40-41). Sedangkan object adalah sesuatu yang di rujuk tanda. Sementara
(26)
interpretant adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang object
yang di rujuk oleh tanda.
Tanda dalam penelitian ini adalah foto jurnalistik, sedangkan untuk
object yang dirujuk tanda adalah apa isi dari foto jurnalistik tersebut lalu
interpretant nya yakni pemahaman masyarakat akan makna dari foto tersebut. Hubungan ini saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Tanda
menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan),
Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Pemaknaan dari tanda dalam penelitian
ini yakni simbol, indeks, dan ikon, yang akan menciptakan opini yang berbeda antara masyarakat.
1.5.2 Kerangka Pemikiran Konseptual
Peneliti menggunakan teori segitiga makna dari seorang pendiri teori
semiotika yakni, Charles Sander Peirce, yaitu teori segitiga makna atau biasa disebut Triangle Meaning, teori ini merujuk pada tiga hal yakni, tanda, objek dan interpretan. Ketiga hal ini saling berhubungan satu dengan
lainnya.
Berikut ini adalah analisis teori segitiga makna Charles Sander Peirce
(27)
Gambar 1.2
Analisi Teori Segitiga Makna Charles Sander Peirce
Sumber : Analisis Peneliti, November 2011
Sign atau tanda dapat dibagi menjadi tiga yaitu qualisign, sinsign, dan
legisign. Qualisign adalah tanda yang berkaitan dengan kualitas, kata keras menujukan kualitas tanda, misalnya kata-kata yang keras, lembut, dan
lain-lain. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Contoh kata “hangus” pada kalimat “kayu yang hangus” memberikan
tanda bahwa kayu tersebut baru terbakar. Legisign adalah norma yang Analisis
semiotika
Foto
Headline objek
qualisign
sinsign
legisign
ikon
indeks
simbol
rheme
dicent signm
argument sign
(28)
terkandung dalam tanda, misalya tulisan “dilarang menginjak rumput”
merupakan suatu norma yang bersifat larangan.
Object dapat dibagi menjadi ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang mana terdapat hubungan dengan dengan penanda karena
kemiripan. Contoh dari ikon adalah foto bayi menjadi pananda dari sosok bayi yang sesungguhnya. Indeks adalah tanda yang memiliki hubungan dengan penanda secara bawaan dan umumnya bersifat sebab akibat.
Misalnya gambar asap menunjukkan ada sesuatu yang terbakar. Sementara
itu simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan pananda melalui konvensi atau kesepakatan bersama. Tanda ini cenderung bersifat arbitrary.
Interpretant maka dapat dibagi menjadi rheme, dicent sign, dan
argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan penafsir untuk menafsirkan berdasarkan pilihan. Dicent sign adalah tanda yang sesuai dengan kenyataan. Sementara argument merupakan tanda yang diberikan seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu.
(29)
1.6. Pertanyaan Peneliti
A. Sign yang terkandung dalam foto headline Harian Pagi Radar Bandung 1. Bagaimana Qualisign yang terkandung dalam foto headline pada
Harian Pagi Radar Bandung?
2. Bagaimana Sinsign yang terkandung dalam foto headline pada Harian Pagi Radar Bandung?
3. Bagaimana Legisign yang terkandung dalam foto headline pada Harian Pagi Radar Bandung?
B. Object yang terkandung dalam foto headline Harian Pagi Radar Bandung 1. Bagaimana Ikon yang terkandung dalam foto headline pada Harian
Pagi Radar Bandung?
2. Bagaimana Indeks yang terkandung dalam foto headline pada Harian Pagi Radar Bandung?
3. Bagaimana Simbol yang terkandung dalam foto headline pada Harian Pagi Radar Bandung?
(30)
C. Interperetant yang terkandung dalam foto headline Harian Pagi Radar Bandung
1. Bagaimana Rheme yang terkandung dalam foto headline pada Harian Pagi Radar Bandung?
2. Bagaimana Dicent sign yang terkandung dalam foto headline pada Harian Pagi Radar Bandung?
3. Bagaimana Argument yang terkandung dalam foto headline pada Harian Pagi Radar Bandung?
1.7. Subjek dan Objek Penelitian
1.7.1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah foto headline Harian Pagi Radar Bandung. Peneliti memilih Harian Pagi Radar Bandung, karena
Harian Pagi Radar Bandung merupakan salah satu media di Kota bandung
yang ada di Kota Bandung dan dianggap telah memiliki pengalaman di dunia
jurnalistik dalam memuat foto head line yang actual, berkualitas dan menarik perhatian masyarakat.
Dalam penelitian ini adalah foto-foto yang menjadi foto head line pada Surat Kabar Harian Pagi Radar Bandung terdapat 2 foto head line
(31)
Tabel 1.1
Foto Headline Kecelakaan Edisi November 2011
NO Edisi Foto Head line
1 25 November 2011
Mobil Box Cipaganti seruduk Pos KA
2 28 November 2011
Polisi Kumpulkan Bukti
(32)
1.7.2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah foto-foto berita headline kecelakaan pada edisi November 2011.
Pemilihan foto berita kecelakaan ini karena dalam foto kecelakan
dapat memberi peringatan atau himbauan kepada masyakat pembaca agar
tidak terjadi dengan yang ada di foto tersebut. Dan mereka harus berhati-hati
setiap mengendarai kendaraan maupun berjalan kaki.
Berdasarkan hal ini, maka peneliti memilih 2 buah foto headline yang memuat tentang foto-foto kecelakaan pada edisi bulan November 2011.
Jumlah pemilihan sebanyak 2 buah, karena disesuaikan dengan foto yang
keluar menjadi headline kecelakaan dan menjadi banyak sorotan dari kalangan masyarakat.
Penelitian memilih 2 foto antara lain:
1. Edisi Minggu, 25 November 2011. Judul: Mobil Box Cipaganti seruduk
Pos KA.
(33)
1.8. Metode Penelitian
Pendekatan kualitatif menekankan pada makna dan pemahaman dari
dalam (verstehen), penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), dan lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari.
Penelitian kualitatif yakni salah satu metode penelitian yang bertujuan
untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir
induktif, yaitu, jenis penalaran yang melangkah dari suatu yang khusus ke
yang umum. Melalui penelitian inilah peneliti dapat mengenali subjek lebih
dalam, karena dalam penelitian kualitatif ini peneliti terlibat langsung dalam
situasi dan setting fenomena yang menjadi objek penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika,
dengan melakukan analisis isi terhadap isi foto jurnalistik head line Surat Kabar Harian Pagi Radar Bandung, dimana peneliti melakukan analisis
terhadap pemuatan gambar atau foto tersebut. Model teori yang dipakai yakni
teori segitiga makna dari Charles Sander Peirce dengan pemaknaannya yaitu
sign, objek dan interpretant. Foto-foto head line selama satu bulan dikumpulkan dan di amatai pemuatan gambarnya dan juga dari sisi lain
(34)
1.9. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling penting dalam
penelitian ini, karena tujuan utama penelitian ini adalah mendapatkan data
sebanyak-banyaknya sesuai dengan kebutuhan permasalahan yang menjadi
objek penelitian. Berikut adalah teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
:
1. Studi Literatur
Studi literature adalah studi kepustakaan yaitu penelusuran kepustakaan
untuk memperoleh data yang diperlukan dari berbagai sumber bacaan baik
yang bersifat dokumen, buku cerita, laporan, majalah, surat kabar dan
lain-lain. Semua itu digunakan oleh peneliti untuk memperoleh informasi yang di
butuhkan dalam penelitian. Selain itu peneliti menggunakan studi kepustakaan
media lain selain media cetak yakni media elektronik yaitu berupa akses
internet, yang dimana di dalam akses internet peneliti bisa mendapatkan
informasi atau referensi-referensi data yang juga menunjang dalam
pelaksanaan penelitian ini.
2. Wawancara
Yaitu peneliti mengumpulkan informasi dengan mewawancarai atau
bertanya jawab dengan narasumber yang berkompeten dalam bidang masalah
(35)
permasalahan yang diangkat dan telah ditentukan. Wawancara adalah salah
satu cara pengumpulan data yang real dengan mengutip pendapat dan opini
dari narasumber yang berkaitan.
3. Internet
Burhan Bungin, dalam bukunya yang berjudul Metodelogi Penelitian
Kuantitatif; Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu
Sosial Lainnya mengatakan:
“Metode penelusuran data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi yang berupa data maupun data-informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis” (Bungin, 2005: 148).
1.10. Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data kedalam bentuk
yang lebih mudah untuk dipahami dan di interpretasikan. Dalam penelitian ini
teknik analisis deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan tanda-tanda
foto headline Kecelakaan dalam Surat Kabar Harian Pagi Radar Bandung. Seperti yang di katakan dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif, Baswori
dan Suwandi :
“ Analisis data deskriptif yakni data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa kata-kata , gambar dan bukan angka-angka.”(2008:28)
(36)
Analisis semiotika digunakan sebagai alat analisis, dengan teori
Charles sander peirce yaitu teori segitiga makna. Teori segitiga makna terdiri
dari sign (tanda), object (objek), dan interpretant. Yang dirujuk tanda dalam penelitian ini yakni foto jurnalistik pada headline Surat Kabar Harian Pagi Radar Bandung.
Teknik analisis penelitian ini adalah teknik analisis data induktif yaitu
dari hal-hal yang khusus lalu di perluas ke hal-hal yang umum. Teknik ini
biasa di gunakan dalam penelitian kualitatif karena beberapa alasan, dibuku
karangan Baswori dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, di jelaskan
mengapa analisis data induktif dipakai dalam penelitian kualitatif :
1.Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda yang terdapat dalam data.
2.Analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-reponden menjadi eksplisit, dikenal dan akuntabel.
3.Dapat mengurai latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatulatar lainnya.
4.Lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan.
5.Dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.(2008:27)
Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif atraktif yaitu
suatu logika yang bertitik tolak dari “khusus ke umum”. Konseptualisasi,
kategorisasi dan deskripsi dikembangkan atas dasar kejadian yang terjadi
(37)
analisis data tak bisa dipisahkan satu dengan yang lain dalam penelitian
kualitatif.
1.11. Waktu dan Lokasi Penelitian
1.11.1. Lokasi penelitian
Lokasi yang digunakan untuk penelitian Surat Kabar Harian
Pagi Radar Bandung Jl. Gandapura No. 61 Bandung.
Telp : (022) 4221240 Fax : (022) 4204372
E-mail : radarbandung@gmail.com
1.11.2. Waktu Penelitian
Penelitian yang akan di laksanakan oleh penulis di mulai pada
bulan September 2011 sebagai persiapan untuk melakukan penelitian
dan diperkirakan hingga bulan februari 2012. Dan pengambilan
sampel foto headline kecelakaan sendiri diambil pada bulan November 2011. Dapat di lihat pada tabel di bawah ini berikut :
(38)
Tabel 1.2
Rencana Penelitian
Sumber: Peneliti, November 2011
Kegiatan September 2011 Oktober 2011 November 2011 Desember 2011 Januari 2012 Februari 2012
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
PengajuanJudul
Penulisan Bab 1
Bimbingan
Seminar UP
Penulisan Bab II
Bimbingan
Penulisan Bab III
Bimbingan
PengumpulanData Perusahaan
Wawancara
Bimbingan
Pengalolahan Data
Penulisan Bab IV
Bimbingan
Penulisan Bab V
Bimbingan
PenyusunanSkripsi
(39)
1.12. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab dan disusun dengan
sistematika, sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pendahuluan Membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian (meliputi; kegunaan teoritis,
kegunaan praktis), kerangka pemikiran (meliputi; kerangka pemikiran teoritis,
kerangka pemikiran konseptual), daftar pertanyaan, subjek penelitian dan objek
penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,
lokasi dan waktu penelitian (meliputi: lokasi penelitian, waktu penelitian),
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi, tinjauan mengenai
jurnalistik, tinjauan mengenai fotografi, tinjauan mengenai teknik fotografi,
jurnalistik foto dan foto berita pada surat kabar, tinjauan mengenai semiotika,
tinjauan mengenai semiotika Charles Sanders Pierce, tinjauan mengenai
(40)
BAB III Objek Penelitian
Mencakup tentang sejarah Harian Pagi Radar Bandung, profil perusahaan
Harian Pagi Radar Bandung, pembagian halaman Harian Pagi Radar Bandung,
visi, misi dan motto redaksi Harian Pagi Radar Bandung, logo Harian Pagi
Radar Bandung, struktur organisasi Harian Pagi Radar Bandung, job
description redaksi Harian Pagi Radar Bandung, sarana dan prasarana bagian
redaksi Harian Pagi Radar Bandung, foto berita Harian Pagi Radar Bandung,
criteria dan syarat foto berita Harian Pagi Radar Bandung.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Uraian data penelitian, hasil penelitian berdasarkan data lapangan yang
terkumpul, mencakup tentang analisis makna Sign, Objek, dan Interpretant foto berita yang terdapat pada Surat Kabar Harian Pagi Radar Bandung hasil
pembahasan.
BAB V Penutup
Mencakup tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang ada pada
identifikasi masalah, saran untuk instansi tempat dilakukannya penelitian, dan
(41)
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa berasal dari kata media of mass communication ( media komunikasi massa). Dalam buku karangan Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa,
dikatakan bahwa, “Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa
(media cetak dan elektronik).”(2007:4)
Dalam Pengantar Ilmu Komunikasi karya Cangara dijelaskan definisi dari
Komunikasi Massa adalah sebagai berikut:
Proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada masyarakat atau khalayak yang sifatnya sosial melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film. ( 1998:36)
Sedangkan dalam buku Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat karya
Widjaja, Komunikasi Massa di definisikan : “Komunikasi yang ditujukan kepada
massa.” (1993 : 19)
Dalam buku Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek karangan Effendi
komunikasi massa memiliki pengertian yaitu : “Komunikasi yang menggunakan
(42)
Dari beberapa pengertian atau definisi mengenai komunikasi massa terlihat
bahwa inti dari proses komunikasi ini adalah media massa sebagai salurannya untuk
menyampaikan pesan kepada komunikasn untuk mencapai tujuan tertentu. Media
dalam komunikasi massa terdiri dari media elektronik yakni televisi dan radio, lalu media cetak yakni, surat kabar, majalah dan tabloid. Media dalam komunikasi massa
harus di tekankan karena banyak media yang bukan media massa yakni di antaranya
media tradisional sperti kentongan, angklung,gamelan, dan lain-lain.
Massa dalam komunikasi massa lebih menunjuk pada penerimaan pesan yang
berkaitan dengan media massa. Massa disini menunjuk pada khalayak, penonton,
pemirsa, atau pembaca.
2.1.1 Ciri Komunikasi Massa
Komunikasi massa mempunyai beberapa ciri khusus yang
membedakan tipe komunikasi ini dengan tipe komunikasi yang lain. Masih
mengutip dari karya Cangara yang menjelaskan beberapa ciri-ciri Komunikasi
Massa yaitu :
1. Sumber dan penerima di hubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanin. Sumber juga merupakan lembaga atau institusi yang terdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, teknisi dan sebagainya. Karena itu proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana dan lebih rumit.
2. Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baiknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Tetapi dengan
(43)
perkembangan komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa elektronik sperti radio dan televisi maka umpan balik dari khalayak bis dilakukan dengan cepat kepada penyiar.
3. Sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak dan luas, ia mampu mengatasai jarak dan waktu, serta tahan lama bila di dokumentasikan. Dari segi ekonomi, biaya produksi komunikasi massa cukup mahal dan memerlukan dukungan tenaga kerja relative banyak untuk mengelolanya. (1998 : 36)
Selain itu komunikasi massa mempunyai ciri-ciri yang juga dijelaskan
oleh Effendi di buku Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, yaitu :
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah. Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan ke komunikatornya. Dengan kata lain komunikatornya tidak mengetahui tanggapan para pembacanya atau penontonnya tentang pesan yang ia sampaikan.
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga. Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu komunikatornya melembaga.
4. Pesan bersifat umum. Pesan ini bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum.
5. Media komunikasi massa menimbuklakan keserempakan. Ciri lain dari komunikasi massa yaitu kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.
6. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen. Komunikan dari komunikasi massa bersifat heterogen yaknitidak saling mengenal satu sama lain dan berasal dari seluruh status social, umur, jenis kelamin, agama, ras, suku,budaya dan lain-lain.(1984:35)
(44)
2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa akan terus menerus berperan penting dalam
kehidupan kita. Komunikasi massa menjadi mata dan telinga bagi masyarakat
luas pada umumnya dan komunikasi massa menjadi sarana pengambil
keputusan serta membentuk opini yang bisa digunakan untuk
mengembangkan nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu
komunikasi massa memiliki fungsi selain fungsi umum yang sudah kita
ketahui.
Cangara dalam bukunya, Pengantar Ilmu Komunikasi mengutip dari
pakar komunikasi Goran Hedebro, menjelaskan tentang 12 fungsi Komunikasi
Massa, yakni :
1. Menciptakan iklim perubahan dengan memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku kea rah modernisasi. 2. Mengajarkan penampilan baru.
3. Berperan sebagai pelipat ganda ilmu pengetahuan.
4. Menciptakan efisiensi tenaga dan biaya terhadap mobilitas seseorang.
5. Meningkatkan aspirasi seseorang.
6. Menumbuhkan partisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap hal-hal yang menyangkut orang banyak.
7. Membantu orang menemukan nilai baru dan keharmonisan dari suatu situasi tertentu.
8. Mempertinggi rasa kebangsaan.
9. Meningkatkan aktivitas politik seseorang.
10. Mengubah struktur kekuasaan dalam suatu masyarakat.
11. Menjadi sarana untuk membantu pelaksanaan program-program pembangunan.
12. Mendukung pembangunan ekonomi, social, dan politik suatu bangsa. (1998:63)
(45)
Manfaat yang begitu besar dari komunikasi massa harusnya patut
kita syukuri dengan memanfaatkan serta mengembangkan komunikasi
massa tersebut sebaik mungkin, agar dengan komunikasi massa ini
interaksi antar masyarakat satu bangsa bisa terjalin dengan baik sesuai
dengan tujuan dari komunikasi massa sendiri.
2.2. Media Cetak
Media cetak atau yang lebih umum di kenal adalah surat kabar atau Koran,
majalah, bulletin dll. Surat kabar berisi hal-hal yang menyangkut informasi yang
penting. Surat kabar ada yang terbit setiap harinya atau harian, mingguan, 2 minggu
sekali atau 1 bulan sekali. Surat kabar adalah medium massa utama bagi orang untuk
memperoleh berita. Surat kabar mengandung isi yang sangat penting diantaranya,
berita, saran, komik, opini, dan data.
Menurut Gunadi dalam Himpunan Istilah Komunikasi, surat kabar adalah: “Bentuk cetakan yang terbit yang memuat serba-serbi pemberitaan meliputi bidang-bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. “ (1998: 112)
Umumnya surat kabar memang berisikan oleh berita. Setiap harinya kita
disajikan berita-berita yang terbaru di dalam suratkabar. Surat kabar
menginformasikan pesan, pendapat atau opini yang lengkap terhadap masyarakat.
Melalui informasi dan artikel-artikel yang ada didalamnya suratkabar adalah
(46)
2.2.1. Fungsi Surat Kabar
Beberapa fungsi surat kabar yang ada menurut Denis McQuail yang di
kutip dari buku Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, yakni :
1. Sebagai jendela pengalaman yang meluaskan pandangan dan memungkinkan kita mampu memahami apa yang terjadi di sekitar kita, tanpa campur tangan pihak lain, atau sikap memihak.
2. Juru bahasa yang menjelaskan dan memberi makna terhadap peristiwa yang terpiash dan kurang jelas.
3. Pembawa atau pengantar informasi.
4. Jaringan interaktif yang menghubungkan pengirim dengan penerima melalui berbagai macam umpan balik.
5. Papan penunjuk jalan yang secara aktif menunjukan arah, memberikan bimbingan dan instruksi.
6. Penyaring yang memilih bagian pengalaman yang perlu di beri perhatian secara khusus dan menyisihkan aspek lainnya, baik secara sadar dan sistematis atau tidak.
7. Cermin yang memantulkan citra masyarakat terhadap masyarakat itu sendiri, biasanya pantulan citra itu mengalami distorsi karena ada penonjolan terhadap segi yang ingin di tonjolkan oleh para anggota masyarakat, atau seringkali segi yang mereka ingin hakimi atau cela.
8. Tirai penutup dan menutupi kebenaran demi pencapaian tujuan propaganda atau pelarian dari suatu kenyataan.(1987:
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi surat kabar
bisa menimbulkan efek negative yang besar dari manfaatnya yang juga sangat
(47)
2.2.2. Sifat Surat Kabar
Dalam Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, karya Effendi,
mengatakan bahwa surat kabar memiliki beberapa sifat sebagai media pers,
yakni :
1. Terekam. Ini berarti bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat, dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf yang dicetak pada kertas. Dengan demikian, setiap peristiwa atau hal yang di beritakan, terekam sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan dapat dikaji ulang, bisa dijadikan dokumentasi.
2. Menimbulkan perangkat mental secara aktif. Karena berita surat kabar yang di dokumentasikan kepada khalayak menggunakan bahasa dengan huruf tercetak, “mati” di atas kertas, maka untuk dapat mengerti maknanya, pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya secara aktif. Oleh karena itu, wartawan menyusunnya harus menggunakan bahasa yang umum dan lazim sehingga mudah mencernakannya.(2000:155-156)
Dari kedua sifat surat kabar ini bisa kita simpulkan bahwa apa
yang di sajikan oleh suratkabar sanggat mempengaruhi pembaca karena
selain sifatnya yang bisa di dokumentasikan juga dikarenakan surat
kabar membuat pembaca menggunakan nalar serata daya pikirnya
dalam mencerna setiap informasi yang di bacanya di surat kabar.
2.3. Foto Headline
Sebuah foto headline harus mudah diingat dan punya kesan mendalam sehingga pertama kali melihat orang tersebut langsung tahu apa yang terjadi dan
(48)
Foto headline harus menarik berbeda dari yang lain, actual, informative dan lain sebagainya. Hanya dengan seketika, pembaca dibuat penasaran dan
bertanya-tanya apa sebenarnya yang ada di foto itu, apa yang dilakukan, dimana terjadinya
peristiwa itu dan siapa orang yang ada di foto itu. Setidaknya itu yang ada dibenak
pembaca saat pertama kali melihat foto headline. Jika tidak muncul rasa seperti itu, maka fambar yang tepampang di headline tidak memenuhi criteria sebuah foto. Sebab, foto yang baik adalah foto yang menarik. Apabila kita membuat foto yang
sama dengan yang lain maka foto tersebut akan terlihat biasa saja dan dianggap tidak
menarik.
Sebuah foto headline juga lebih gampang dibaca dibandingkan dengan berita tulis. Sebab, untuk memahami berita dibutuhkan kemampuan intelektual. Sedangkan
foto dapat langsung dipahami karena melibatkan usnur-unsur panca indera yang
langsung melekat di pikiran dan perasaan pembaca.
Berdasarkan isinya headline dapat dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu langsung dan tidak langsung. Headline langsung bersifat informatif dan terus terang.
Headline seperti ini cenderung menggunakan daya tarik rasional. Daya tarik rasional membangkitkan kepentingan–diri audience. Daya tarik rasional menunjukkan bahwa produk tersebut akan menghasilkan manfaat yang dikatakan. Contohnya adalah
headline yang menunjukkan kualitas, nilai ekonomis, manfaat, atau kinerja suatu produk. Ditinjau dari segi demografis dan psikografis, tampaknya audience pada kebudayaan industrial paling respontif terhadap headline ini.
(49)
Headline tidak langsung tidak seselektif headline langsung dalam memberi informasi. Headline jenis ini cenderung menggunakan daya tarik emosional. Daya tarik emosional mencoba membangkitkan emosi positif atau negatif yang
akan memotivasi pembelian. Dalam hal ini headline memiliki asosiasi yang unik bagi audience yang secara emosional mampu mendorong munculnya suatu image
yang baik mengenai produk yang diiklankan. Hal itu dapat dicapai dengan
menggunakan daya tarik negatif seperti rasa takut, rasa bersalah, dan malu agar
orang berhenti melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan. Selain itu,
juga dapat digunakan daya tarik emosional yang positif seperti humor, cinta,
kebanggaan, dan kebahagiaan.1
2.4 Pengertian Jurnalistik
Istilah “jurnalistik” berasal dari kata “journalistiek” salam bahasa belanda atau
“journalism” dalam bahasa inggris. Keduanya bersumber dari bahasa latin “diurnal”
yang berarti harian atau setiap hari. Didalam buku Jurnalistik Baru karya Tebba,
Jurnalistik berarti : “Kegiatan mengumpulkan bahan berita, mengolahnya sampai
menyebarluaskannya kepada khalayak.” (2005 : 9)
Diterangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia jurnalistik berarti
Kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar, majalah, atau
1
(50)
berkala lainnya. Dari definisi Jurnalistik di atas dapat di jelakan bahwa jurnalistik
adalah pekerjaan yang berhubungan erat dengan informasi.
Pengertian jurnalistik lainnya datang dari buku karangan Sumadiria,
Jurnalistik Indonesia, yakni “Kegiatan yang menungkinkan pers atau media massa
bekerja dan diakui eksistensinya.”(2005:2)
Sumadiria, Jurnalistik Indonesia mengatakan bahwa junalistik memiliki
definisi yaitu:
Secara teknis, jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, menolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dan secepat-cepatnya. (2005:3)
Jurnalistik sangat berkaitan erat dengan media, itu dikarenakan media adalah
alat penyebarluasaan hasil dari poreses jurnalistik itu sendiri.
2.4.1 Bentuk Jurnalistik
Berhubungan dengan erat dengan media massa membuat jurnalistik
memiliki bebrapa bentuk. Seperti yang ada dalam buku Sumadiria, Jurnalistik
Indonesia, jurnalistik dibagi menjadi tiga bagian besar : “Jurnalistik media
cetak, jurnalistik media elektronik, dan jurnalistik media audio visual.”
(51)
1. Jurnalistik Media Cetak
Memiliki 2 faktor yakni factor verbal dan vaktor visual. Dimana dalam
factor verbal kita patut menekankan pada pemlihan kata an di factor visual
harus dapat menunjukan kemampuan kita dalam menata, menempatkan,
medesain, tataletak dan hal lain yang menyangkut dalam segi perwajahan.
2. Jurnalistik Media Elektronik
Jurnalistik ini biasa juga disebut dengan radio.radio sangat di pengaruhi oleh
dimensi verbal, teknologikal dan fisikal.
3. Jurnalistik Media Elektronik Audiovisual
Jurnalistik televisi adalah nama lain dari jurnalistik ini. Jurnalistik ini adalah gabungan dari segi verbal, visual, teknologikal, dan dimensi dramatikal.
2.4.2. Komponen Jurnalistik
Namun, secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi
atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa. Dari pengertian kedua ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam
dunia jurnalistik:
1. Informasi
2. Penyusunan Informasi
3. Penyebarluasan Informasi
(52)
2.4.3. Pengertian Fotografi
”Fotografi menurut Amir Hamzah Sulaeman mengatakan bahwa
fotografi berasal dari kata foto dan grafi yang masing-masing kata tersebut
mempunyai arti sebagai berikut: foto artinya cahaya dan grafi artinya menulis
jadi arti fotografi secara keseluruhan adalah menulis dengan bantuan cahaya,
atau lebih dikenal dengan menggambar dengan bantuan cahaya atau merekam
gambar melalui media kamera dengan bantuan cahaya (1981;94)”.
Fotografi juga merupakan gambar, fotopun merupakan alat visual
efektif yang dapat menvisualkan sesuatu lebih kongkrit dan akurat, dapat
mengatasi ruang dan waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat lain dapat dilihat
oleh orang jauh melalui foto setelah kejadian itu berlalu.
Pada dasarnya tujuan dan hakekat fotografi adalah komunikasi.
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antara fotografer dengan
penikmatnya, yaitu fotografer sebagai pengatar atau perekam peristiwa untuk
disajikan kehadapan khalayak ramai melalui media foto.
Fotografi kewartawanan mempunyai daya jangkau yang sangat luas.
Dia menyusupi seluruh fase intelektual hidup kita, membawa pengaruh besar
atas pemikiran dan pembentukan pendapat publik. Kerja seorang wartawan
foto adalah titipan mata dari masyarakat di mana foto yang tersaji adalah
(53)
adalah profesi pekerjaan untuk memperoleh bahan gambar bagi pemakaian
editorial dalam surat kabar, majalah serta penerbitan lain. Sedangkan
pekerjaannya sendiri memperoleh gambar-gambar yang akan melukiskan
berita, memperkuat berita yang ditulis oleh reporter dan menyajikan berita
secara visual.
2.5. Pengertian Foto Jurnalistik
Jurnalistik identik dengan pers atau bidang kewartawanan, yaitu kegiatan
mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita melalui media massa.
Foto-foto berita menjadi bagian penting dari surat kabar sejak tahun 1920-an. Para
penerbit semula tidak terlalu suka banyak mengurus soal fotografi, namun kini cara
pikir tersebut berubah sesuai dengan kemajuan jaman dan kesuksesan tabloid.
Tabloid adalah suatu bentuk wadah media informasi yang menjual berita dengan foto,
dimana semakin sensasional fotonya semakin oplah penjualan tabloid meningkat.
Jurnalistik foto adalah pengetahuan jurnalistik yang obyeknya foto atau kegiatan
mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan foto yang mengandung nilai
berita melalui media massa. Jadi dalam setiap foto jurnalistik memanglah harus
mengandung niali berita yang penting diketahui oleh masyarakat luas.
Sesuai dengan sasaran yang esensial dari pekerjaan jurnalistik atau
kewartawanan, yaitu membantu khalayak ramai mengembangkan sikap untuk
menghargai apa yang dianggap baik, di samping merangsang kemauan untuk
(54)
koran adalah secepatnya disampaikan kehadapan sidang pembaca. Secepatnya berarti
sesuai dengan sajian kehangatan peristiwa itu sendiri, sehingga betapa baiknya
sebuah photo belumlah punya arti sebagai berita jika hanya disimpan dalam laci atau
album.
Menurut Cliff Edom (Guru Besar Missouri University, AS) yang di
sampaikan oleh Audy Mirza Alwi dalam buku karangannya, Fotografi Jurnalistik,
yakni Foto jurnalistik adalah paduan kata words dan pictures.(2004:4)
Foto jurnalistik berbeda dengan foto-foto keluarga, foto kenangan, foto
proyek bangunan dan lain-lain, karna foto jurnalistik memiliki tujuan yanga berbeda
dengan foto-foto tersebut. Foto jurnalistik bertujuan untuk di konsumsi media masa
yang memiliki berita, disamping itu foto jurnalistik dapat pula bertujuan menghiasi
halaman media masa agar tidak kaku dengan berisikan tulisan-tulisan saja.
Sedangkan menurut Wilson Hicks (Editor foto Majalah Life, 1937 – 1950)
yang masih di sampaikan oleh Alwi dalam bukunya, Foto Jurnalistik, adalah: “Foto
jurnalistik adalah kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan
komunikasi ketika ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial
pembacanya.”(2004:4)
Foto jurnalistik yakni foto yang berkisah dengan sebuah gambar
melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam waktu, yang seluruhnya
(55)
jurnalistik adalah hal yang sangat terkait dengan berita yang patut dilaporkan dan
diketahui orang banyak. Fotografi dengan segala sifatnya mampu merekam sesuatu
secara tepat dan objektif, membuatnya sangat cocok untuk menyajikan peristiwa
yang mengandung unsur berita.
Foto jurnalistik sangatlah penting dalam memperkuat nilai berita, hal ini di
kuatkan oleh hasil wawancara peneliti dengan salah satu dari wartawan Surat Kabar
Harian Pagi Radar Bandung yang mengatakan hal yang sama seperti diatas.
Fotojurnalisik adalah suatu media sajian informasi berupa bukti visual
(gambar) atas berbagai peristiwa yang disampaikan kepada masyarakat
seluas-luasnya dengan tempo dan waktu yang cepat.
Foto jurnalistik secara umum memiliki ciri-ciri sebagai berikut; Memiliki nilai
berita atau menjadi berita itu sendiri --berita yang mandiri; menjadi pelengkap
(ilustrasi) suatu berita/artikel; Dimuat dalam suatu media, media cetak atau online.
Foto jurnalistik juga merupakan media penyampai. Untuk jenis fotojurnalistik
biasanya alat penyampai melalui media massa, surat kabar (koran), majalah, tabloid
dsb. Dan dalam perkembangan, kini foto-foto peristiwa juga bisa diakses melalui
media internet.
Pada awalnya foto jurnalistik ini hanya sebagai foto pendukung sebuah
(56)
pelengkap. Tetapi kini foto jurnalistik berkembang pesat dan mampu menjadi sebuah
foto berita yang mandiri di dalam sebuah penerbitan.
Foto ini adalah kelompok foto yang digolongkan sebagai foto yang tujuan
permotretannya karena keinginan “bercerita” pada orang lain. Jadi foto-foto di jenis
ini kepentingan utamanya ingin menyampaikan pesan (massage) pada orang lain dengan maksud agar orang lain tersebut melakukan sesuatu tindakan psikis maupun
psikologis terhadap suatu peristiwa yang disajikan.
2.5.1 Keunggulan Foto Jurnalistik
Foto jurnalistik dalam media masa sangat diperlukan dan penting.
Dikarenakan foto jurnalistik memiliki banyak unggulan. Yurnaldi (1992:92),
yang dikutip oleh Ermanto, Menjadi Wartawan Handal Dan Profesional,
mengungkapkan keunggulan-keunggulan tersebut:
1. Nilai sebuah foto sama dengan sebuahberita karena mengungkapkan semua aspek dari kenyataan dengan menyiratkan rumus 5w + 1h
2. Foto jurnalistik membuat segar halaman surat kabar dan menolong pembaca untuk melihat hal-hal yang menarik
3. Foto jurnalistik dapat memisahkan dua berita agar tidak monoton 4. Foto jurnalistik dapat dibuat dengan mudah, cepat, dan akurat 5. Foto jurnalistik dapat mengejar jangka waktu
6. Foto jurnalistik tidak memerlukan penerjemahan untuk pemberitaan lintas negara
7. Foto jurnalistik lebih kompak
8. Foto jurnalistik memiliki efek yang lebih besar kepada pembaca. (2005:154)
Foto jurnalistik dalam media masa terbgi manejadi dua kelompok besar. Yang pertama foto berita yakni foto yang tujuannya untuk menyampaikan pesan, informasi, kejadian, dan peristiwa. Foto berita bias muncul tanpa ada berita yang
(57)
tertulis, tetapi bias juga diikuti oleh berita yang tertulis. Kedua foto penulis
artikel foto-foto ini bertujuan untuk membantu menjelaskan sebuah tulisan
atau artikel.
Dari beberapa penjelasan tentang foto jurnalistik dapat peneliti maknai
bahwa foto jurnalistik sangat berperan besar dalam sebuah surat kabar.
2.5.2 Teknik Foto Jurnalistik
Memotret suatu foto jurnalistik memerlukan teknik. Selain teknik
dalam memotret foto jurnalistik seorang wartawan harus memiliki objek foto
terlebih dahulu. Objek foto jurnalistik tersebut haruslah kejadian atau
peristiwa yang memiliki nilai berita. Tanpa teknik memotret suatu objek foto
jurnalistik hasilnya pasti tidak akan maksimal. Dalam Ermanto, Menjadi
Wartawan Handal Dan Profesional, menjelaskan beberapa teknik pemotretan:
1. Pengambilan objek
Harus dikuasai tekniknya secara baik. Pengambilan objek terlebih dahulu diawali oleh menentukan objeknya. Pengambilan objek dibedakan atas enam jenis yakni, longshot, medium longshot, medium shot, medium closeup, closeup, ekstrim closeup.
2. Pembingkaian
Pembingkaian objek perlu dilakukan secara baik agar foto terbingkai dengan baik. Pembingkaian adalah meletakan suatu objek dalam bingkai (bidang foto) secara seimbang. Pembingkaian yang baik adalah meletakan objek dalam kertas foto secara seimbang. Foto yang baik dari segi pembingkaian adalah foto yang objeknya terletak seimbang dalam kertas foto .
3. Sudut pengambilan
Merupakan kegiatan kreatif yang dilakukan pemotret dalam memandang dan mengabadikan objek . (2005:154-156)
(58)
Pada Harian Pagi Radar Bandung sendiri wartawan yang
mengambil foto berita biasanya memperhitungkan angel, yakni angel foto
harus hidup, dengan demikian foto akan menjadi focus utama saat
pembaca membaca Koran tersebut.
2.5.3 Jenis-Jenis Foto Jurnalistik
Foto jurnalistik memilki beberapa jenis, hal ini juga dijelaskan didalam, Foto Jurnalistik Metode Memoteret Dan Mengirim Foto Kemedia Masa, karya Alwi, yakni:
1. Spot photo
Foto spot adalah foto yang di buat dari peristiwa yang tidak terjadwal atau tidak terduga yang diambil oleh sifotografer langsung dilokasi kejadian. Contohnya foto peristiwa kecelakaan, kebakaran, dan perkelahian
2. General news photo
Adalah foto-foto yang di abadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin, dan biasa. Temanya bias bermacam-macam, yaitu politik, ekonomi, humor. Contohnya yakni mentri membuka pameran, badut dalam pertujukan, dan lain-lain.
3. People in the news photo
Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita. Yang di tampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu. Bias kelucuannya, nasib, dan sebagainya. Contohnya, foto ali abbas, anak korban bom pada perang irak, atau foto manatan presiden as.
4. Daily life photo
Adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari segi kemanusiawiannya (human intrest). Misalnya, foto tentang pedagang gitar. 5. Portrait
Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close-up dan “mejeng”. Ditampilkan karena adanya ke-khasan pada wajah yang dimiliki atau ke-khasan lainnya.
6. Sport photo
Adalah foto yang di buat dari peristiwa olah raga. Karena olah raga berlangsung pada jarak tertentu antara atlete dengan penonton dan fotografer, dalam pembuatan foto olah raga di butuhkan perlengkapan yang memadai, misalnya lensa yang panjang serta kamera yang menggunakan motor drive.
(59)
Foto olah raga biasanya menampilkan gerakan dan ekspresi atlete dan hal lain yang menyangkut olah raga.
7. Science and technology photo
Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, foto penemuan micro chip computer baru.
8. Art and culture photo
Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya. Misalnya, pertunjukan iwan fals di panggung, kegiatan artis di belakang panggung dans sebagainya.
9. Sosial and environment
Adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya. Contohnya, foto penduduk di sekitar kali manggarai yang sedang mencuci piring. (2004:7-9)
2.5.4. Karakteristik Foto Jurnalistik
1. Pada dasarnya foto jurnalistik adalah merupakan gabungan antara foto dan
berita. Sehingga keduanya antara foto dan berita (teks foto) memiliki
keterikatan yang tak bisa dipisahkan. Sebuah foto mampu memberikan
informasi yang lengkap apabila dilengkapi keterangan foto (caption).
Berdasarkan standar internasional press keterangan foto (teks foto) selalu
melekat di dalam foto itu sendiri dengan melilihat keterangan foto di dalam
file info buka photoshop.
2. Foto jurnalistik disajikan dengan sejujur-jujurnya, bagaimana adanya tanpa
ada rekayasa dalam penyajiannya. Fotojurnalistik biasanya memiliki media
(60)
jumlah tiras yang diterbitkan. Namun dalam perkembangannya kini
fotojurnalitik bisa dilihat melalui internet.
3. Lingkup foto jurnalistik adalah manusia. Itu sebabnya seorang jurnalis foto
harus punya kepentingan mutlak pada manusia. Sehingga dalam
penyajiannya fotojurnalistik selalu ada unsur manusia, Seorang redaktur
akan selalu menanyakan "Kok fotomu nggak ada manusianya". Itu
sebabnya unsur manusia di dalam fotojurnalistik sangatlah penting dan
mutlak.
4. Bentuk liputan foto jurnalitik adalah suatu upaya yang muncul dari bakat
dan kempuan seseorang jurnalisfoto yang bertujuan melaporkan beberapa
aspek dari berita. Tuga junalisfoto adalah melaporkan apa yang dilihat oleh
mata kemudian direkam dalam sebuah gambar (image) yang kemudian
disampaikan secara luas melalui media massa. Berilah kesan bawa
pembaca (masyarakat) seolah-olah berada dilokasi peristiwa. Itu sebabnya
bagi seorang fotojurnalis sangat pentik memiliki kemampuan dalam
melakukan perekaman yang dituangkan dalam sebuah gambar yang dengan
mudah dipahami oleh orang awam (masyarakat luas).
5. Foto jurnalistik adalah media komonukasi visual hasil liputan dari seorang
foto jurnalis yang disampaikan kepada masyarakat luas. Fotojurnalistik
(61)
karya-
karyanya setelah melakukan hasil liputannya. Sehingga tak heran jika
dalam sebuah media menyiapkan halamannya secara khusus untuk
memajang foto-foto hasil liputan jurnalisfotonya. Baik foto yang di sajikan
dalam bentuk display maupun dalam bentuk essai foto (foto bercerita).
6. Foto jurnalistik membutuhkan tenaga penyunting yang handal, berwawasan
visual yang luas, jeli, arif dan bermoral dalam menilai foto-foto yang
dihasilkan oleh fotojurnalis. Seorang penyunting (redaktur foto) juga harus
mampu membantu mematangkan ide-ide dan konsep jurnalisfoto yang
melakukan liputan terhasap sebuah peristiwa. Penyunting foto juga harus
mampu memberi masukan, memilih foto agar tidak monoton terhadap
foto-foto yang hendak disiarkan (dimuat).
7. Foto jurnalistik memiliki akurasi yang tinggi, karena seorang jurnalis secara
langsung merekam peristiwa yang terjadi dilokasi. Pada setiap event seperti
bentrokan, kerusuhan, perang dsb, seorang fotojurnalis selalu berada di
garda paling depan, guna mengabadikan peristiwa melalui kameranya. 2
2
(62)
2.6. Pengertian Semiotika
Secara etimologis semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti
penafsir tanda atau tanda dimana sesuatu dikenal. Semiotika ialah ilmu tentang tanda
atau studi tentang bagaimana sistem penandaan berfungsi. Semiotika ialah cabang
ilmu dari filsafat yang mempelajari “tanda” dan biasa disebut filsafat penanda.
Semiotika adalah teori dan analisis berbagai tanda dan pemaknaan. Secara umum,
semiotik didefinisikan sebagai berikut. Semiotics is usually defined as a general philosophical theory dealing with the production of signs and symbols as part of code systems which are used to communicate information. Semiotics includes visual and verbal as well as tactile and olfactory signs (all signs or signals which are accessible to and can be perceived by all our senses) as they form code systems which systematically communicate information or massages in literary every field of human behaviour and enterprise. (Semiotik didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem
kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi
tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory [semua tanda-tanda atau sinyal yang bisa
diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki] ketika tanda-tanda
tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi
atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia).
Secara ringkas semiotika ialah Ilmu Tanda. Bagaimana menafsirkan dan
(63)
atau suatu makna baru saat ia digunakan. Semiotika merupakan suatu metode analisa
isi media atau suatu teks, dimana analisa tersebut mengadaptasi model analisa
linguistik dari Ferdinand de Saussure (1960). Ferdinand de Saussure memberikan
pengertian semiotika sebagai : sebuah ilmu yang mempelajari tentang bekerjanya
tanda-tanda sehingga dapat dipahami dalam masyarakat. Dengan semiotika akan
dapat ditampilkan apa saja yang membentuk tanda-tanda dan bagaimana bekerjanya.
Menurut Berger, dalam Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam Kebudayaan
Kontemporer, adalah:
Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya adalah semiotika (semiotics). Bagi Peirce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat ditetapkan pada segala macam tanda. (2000:11-22).
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah semiotika lebih populer daripada
semiologi.
2.6.1 Semiotika Charles Sander Peirce
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji
tanda. Menurut Peirce dalam buku Semiotika Komunikasi, yang dikutip
Sobur, semiotika mempunyai konsep dasar yakni:
Konsep tentang tanda-tanda : tak hanya bahasa dan system komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun—sejauh terkait dengan pikiran manusia—seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena, jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas.(2003:13)
(64)
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis semiotika dengan
model teori segitiga makna (Triangle Meaning), dalam buku karangan Sobur, Semiotika Komunikasi, Charles Sander Peirce, yakni “ tanda (sign atau representament) adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang” (2003 : 40-41). Sedangkan objek adalah sesuatu yang di rujuk tanda. Sementara
interpretant adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang
di rujuk oleh tanda.
2.6.2 Teori Segitiga Makna
Peneliti menggunakan teori segitiga makna dari seorang pendiri teori
semiotika yakni, Charles Sander Peirce, yaitu teori segitiga makna atau biasa disebut Triangle Meaning, teori ini merujuk pada tiga hal yakni, tanda, objek dan interpretan. Ketiga hal ini saling berhubungan satu dengan lainnya.
Untuk lebih jelasnya berikut adalah gambar dari teori segitiga makna: Gambar 2.1
Gambar Teori Segitiga Makna Charles Sander Peirce
Sign
Interpretant Object
(65)
Hal yang menjadi pandangan pokok dalam teori segitiga makna ini, yakni :
1. Sign (tanda) : adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang
2. Objek : adalah sesuatu yang di rujuk tanda
3. Interpretant : tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek
yang di rujuk oleh tanda.
Tanda terdiri dari ikon, indeks dan symbol. Ketiga hal tersebut adalah
hal-hal yang terkandung dalam pemaknaan tanda.
Sign atau tanda dapat dibagi menjadi tiga yaitu qualisign, sinsign, dan
legisign. Qualisign adalah tanda yang berkaitan dengan kualitas, kata keras menujukan kualitas tanda, misalnya kata-kata yang keras, lembut, dan
lain-lain. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Contoh kata “hangus” pada kalimat “kayu yang hangus” memberikan
tanda bahwa kayu tersebut baru terbakar. Legisign adalah norma yang terkandung dalam tanda, misalya tulisan “dilarang menginjak rumput”
merupakan suatu norma yang bersifat larangan.
Object dapat dibagi menjadi ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang mana terdapat hubungan dengan dengan penanda karena
kemiripan. Contoh dari ikon adalah foto bayi menjadi pananda dari sosok bayi yang sesungguhnya. Indeks adalah tanda yang memiliki hubungan dengan penanda secara bawaan dan umumnya bersifat sebab akibat.
(66)
Misalnya gambar asap menunjukkan ada sesuatu yang terbakar. Sementara
itu simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan pananda melalui konvensi atau kesepakatan bersama. Tanda ini cenderung bersifat arbitrary.
Interpretant maka dapat dibagi menjadi rheme, dicent sign, dan
argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan penafsir untuk menafsirkan berdasarkan pilihan. Dicent sign adalah tanda yang sesuai dengan kenyataan. Sementara argument merupakan tanda yang diberikan seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu.
(67)
54
`BAB III
OBJEK PENELITIAN
Objek penelitian adalah lokasi dari tempat media mempublikasikan berita yang akan diteliti oleh penulis untuk melakukan penelitian ini secara detail. Tempat media melakukan penelitian ini di Harian Pagi Radar Bandung. Berikut isi objek judul penelitian yang akan diangkat.
3.1Sejarah Harian Pagi Radar Bandung
Berbicara tentang Radar Bandung, ada baiknya kita membicarakan terlebih dahulu JAWA POS sebagai perusahaan induk Radar Bandung. Jawa Pos yang sekarang dipimpin oleh Dahlan Iskan, memiliki sejarah yang sangat panjang.
Ini bermula ketika JAWA POS lahir dengan mengusung nama Java Pos, kemudian berubah menjadi Djawa Pos, yang akhirnya berubah
kembali menjadi Jawa Pos. Didirikan oleh The Chung Sen seorang warga
Indonesia kelahiran Bangka. Saat itu Jawa pos dikenal sebagai Harian Melayu Tionghoa. Karena pada tahun 1950-an Jawa Pos telah memiliki tiga surat kabar yang berbahasa Indonesia, Tionghoa, dan Belanda. Dan sebutan lainnya hingga saat ini adalah ‘Raja’ surat kabar di Surabaya.
Karena kemerosotan jumlah oplah hingga 7700 eks, pengelolaan Jawa Pos diserahkan kepada Tempo pada tanggal 1 april 1982. Hal
(68)
tersebut terjadi ketika Dahlan Iskan masih menjadi kepala biro di Tempo Surabaya.
Namun selepas itu, Jawa Pos kembali bersinar. Hingga sekarang, Jawa Pos memiliki banyak penerbitan pers diseluruh Indonesia. Diantaranya adalah koran terbitan lokal. Dan salah satunya adalah Radar Bandung.
Radar Bandung lahir pada tanggal 11 April 2003, atas dasar prediksi pengembangan wilayah usaha penerbitan Pers di pusat Jawa Barat. Radar Bandung hadir juga untuk pelebaran sayap Jawa Pos di wilayah Jawa bagian barat.
Berdirinya Radar Bandung, diprakarsai juga oleh Radar Bogor. Sebagai koran yang telah lebih dulu berdiri, dan memiliki prestasi membanggakan. Untuk pengelolaan manajemen, dan jumlah oplah.
Harian Pagi Radar Bandung mempunyai Jargon “Selalu Tampil beda, yang membedakan dengan koran lain, yang menjadi keunggulan surat kabar Harian Pagi Radar Bandung yang membedakan dengan surat kabar lain, menurut Ega Gantina selaku Sekretaris Harian Pagi Radar Bandung ,“Selalu tampil beda itu karena Kami dapat mengganti layout kami kapan saja meyesuaikan dengan pembaca, misalnya mungkin hari ini layout kami seperti ini mungkin besok dapat berubah layoutnya ini yang
(69)
membedakan kami dengan koran lain,kami tidak seperti koran lain yang membutuhkan waktu yang lama untuk mengganti layoutnya.”
3.2Visi dan Misi Harian Pagi Radar Bandung
Adapun visi Radar Bandung adalah menjadi surat kabar yang bisa diterima oleh masyarakat khususnya masyarakat Bandung.
Adapun Misi Radar Bandung sebagai berikut :
1. Menjadi bacaan alternatif masyarakat Bandung dan sekitarnya. 2. Membuat anggel-anggel berita yang kritis dan menarik,
3. Menjadi bacaan Community Newspaper,
4. Membuat lahan bisnis.
3.3 Logo Harian Pagi Radar Bandung
Gambar 3.1
Logo Harian Pagi Radar Bandung
(1)
Pembahasan
Makna ini timbul apabila adanya unsur penggabungan antara satu tanda dengan objek lainnya. Yaitu terlihat pada hancurnya sebuah Pos KA hingga tak berbentuk lagi manandakan tabrakan terjadi dengan benturan yang sangat keras yang diseruduk oleh Mobil Box Cipaganti
Hancurnya sebuah jembatan Kutai Kartanegara, yang sebagian bangkai nya putus dan terjebur kedalam sungai Mahakam. Dan mengakibatkan air sungai Mahakam menjadi keruh dan berwarna kecoklatan seperti yang terlihat dalam foto headline Polisi Kumpulkan Bukti
(2)
Pembahasan
Dalam foto headline Polisi Kumpulkan Bukti kejadian yang sedang terjadi pada waktu itu adalah akibat lalainya supir Mobil Box Cipaganti yang membuat Pos KA hancur dan tidak berbentuk lagi. Dibalik kejadian dalam hancurnya Pos KA terjadi benturan yang begitu keras dan membawa masyarakat sekitar berdatangan karena ingin menyaksikan apa yang telah terjadi
foto headline Polisi Kumpulkan Bukti menandakan bahwa hancurnya Jembatan Kutai Kartanegara yang sebagian masih berada diatas sungai Mahakam dan terlihat pula tiang-tiang penyanggah yang masih berdiri kokoh diatas pondasi jembatan Kutai Kartanegara tersebut
(3)
Berdasarkan Semiotika (makna tanda (sign), obyek (object) dan interpretan (interpretant) yang ada pada foto headline
kecelakaan yang tragis pada Harian Pagi radar Bandung telah mampu menguraikan makna tanda dasar dan terkecil, sehingga makna atau maksud yang sebenarnya dari foto headline
kecelakaan tersebut dapat diketahui. Dengan demikian,
interpretasi penulis terhadap tanda atau objek dalam headline
kecelakaan tersebut tepat dan sesuai dengan fakta yang
sebenarnya terjadi dalam sebuah peristiwa ataupun kejadian.
PENUTUP
(4)
Saran Bagi Universitas
Harapan besar peneliti, pihak program studi lebih dapat mengadakan mata kuliah-mata kuliah yang lebih dapat mewakili kebutuhan masing-masing konsentrasi ilmu, serta mata kuliah seperti semiotika, framing, dan konstruksi sosial media massa.
Harapan Peneliti dengan adanya tambahan mata kuliah seperti semiotika, Tujuannya, untuk dapat lebih mempertajam kemampuan mahasiswa dalam menganalisis dan mengungkap gejala atau fenomena yang terkait dengan dunia Ilmu Komunikasi, khususnya pada kajian bidang foto.
(5)
Saran Bagi Masyarakat
Penelitian ini sepatutnya lebih dikembangkan oleh para peneliti foto. Dengan adanya kesinambungan pada penelitian dan
diharapakan mampu memberikan masukan terhadap
perkembangan pemahaman suatu foto kepada masyarakat itu sendiri. Karena foto merupakan salah satu media visual untuk merekam, mengabadikan atau menceritakan suatu peristiwa. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti dan penelitian selajutnya (baik dari
mahasiswa/mahasiswi Konsentrasi Humas dan Jurnalistik), agar dapat memilih lebih selektif, unik, dan menarik untuk tema-tema penelitian yang memiliki aplikasi terhadap Ilmu Komunikasi dan konsentrasi ilmu masing-masing.
(6)