KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN PRODUKSI DESA GUNUNG SANGKARAN KECAMATAN BLAMBANGAN UMPU KABUPATEN WAY KANAN

ABSTRACT
DIVERSITY OF BIRDS
OF FOREST PRODUCTION IN GUNUNG SANGKARAN VILLAGE
KECAMATAN BLAMBANGAN UMPU KABUPATEN WAY KANAN
By
ANGGI HANDARI
Forest production is one of the habitat forp many species of birds as a place of
refuge, rest and feed providers. However, the disruption of human activity in the
presence of settlements, permanent roads in the region as well as decreasing the
existing structure of the composition stands in the region led to the decline in bird
species that exist within the production forest area non Giham Tahmi registers.
The purpose of this study is to determine the diversity of bird species in the forest
production of Gunung Sangkaran village, Kecamatan Blambangan Umpu,
Kabupaten Way Kanan in May – June 2011 on two different types of habitat that
is expected to be a scientific basis for the protection and conservation of birds.
This research was conducted by the concentrated method. This method is done by
direct observation at one point in the two types of habitat, in habitat type I
(Acacia mangium stands), and habitat type II (Hevea braziliensis stands). The
data obtained are used to calculate indices of diversity and equality. Observations
were made during the three repetitions. Based on the results described that the
diversity of bird species in the forest production of Gunung Sangkaran village in

2011 had been consisted of 29 species from 14 families (2642 individuals). In
type II habitat had been the highest shannon index diversity (H '= 3.000) at the age
of two years of rubber, whereas type I habitat H' = 2,807. For the equality index
was classified as stable community.
Key words: forest production, birds, habitat, index diversity, index equality, way
kanan.

ABSTRAK
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG
DI HUTAN PRODUKSI DESA GUNUNG SANGKARAN KECAMATAN
BLAMBANGAN UMPU KABUPATEN WAY KANAN
Oleh
ANGGI HANDARI
Hutan produksi merupakan salah satu habitat berbagai jenis burung sebagai
tempat berlindung, istirahat dan penyedia pakan. Namun adanya gangguan dari
aktivitas manusia dengan adanya pemukiman, jalan permanen di dalam kawasan
maupun menurunnya struktur komposisi tegakan yang ada dalam kawasan
menyebabkan semakin menurunnya spesies burung yang ada didalam kawasan
hutan produksi non register Giham Tahmi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui keanekaragaman jenis burung di hutan produksi desa Gunung

Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan pada bulan
Mei – Juni 2011di dua tipe habitat yang berbeda yang diharapkan dapat menjadi
dasar ilmiah bagi perlindungan dan pelestarian burung.
Penelitian ini dilakukan dengan metode terkonsentrasi. Metode ini dilakukan
dengan pengamatan secara langsung pada satu titik di dua tipe habitat, yaitu tipe
habitat I (tegakan Acacia mangium), dan tipe habitat II (tegakan Karet). Data yang
didapat digunakan untuk menghitung indeks keanekaragaman dan kesamarataan.
Pengamatan dilakukan selama tiga kali pengulangan. Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa keanekaragaman jenis burung di hutan produksi desa Gunung
Sangkaran pada tahun 2011 terdiri dari 29 jenis dari 14 famili (2642 individu).
Pada tipe habitat II memiliki indeks keanekaragaman shannon tertinggi yaitu (H’=
3,000) pada karet umur dua tahun, sedangkan tipe habitat I hanya memiliki indeks
keanekaragaman shannon sedang yaitu (H’= 2,807). Untuk indeks kesamarataan
seluruhnya tergolong stabil.
Kata kunci: hutan produksi, burung, habitat, indeks, indeks keanekaragaman,
indeks kesamarataan, way kanan.

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN PRODUKSI DESA
GUNUNG SANGKARAN KECAMATAN BLAMBANGAN UMPU
KABUPATEN WAY KANAN


Oleh
ANGGI HANDARI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN PRODUKSI
DESA GUNUNG SANGKARAN KECAMATAN BLAMBANGAN UMPU
KABUPATEN WAY KANAN
(Skripsi)


Oleh
ANGGI HANDARI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran ................................................................
2. Peta lokasi hutan produksi Desa Gunung Sangkaran Kecamatan
Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan ..................................................
3. Lokasi titik pengamatan burung dengan keterangan
warna kuning adalah hutan produksi desa Gunung Sangkaran

di Kabupaten Way Kanan...............................................................................
4. Grafik keanekaragaman jenis burung pada dua tipe habitat di hutan p
roduksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu,
Kabupaten Way Kanan ...................................................................................
5. Grafik perbedaan jumlah jenis pada dua tipe habitat di hutan
produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu,
Kabupaten Way Kanan ...................................................................................
6. Grafik indeks kesamarataan burung pada dua tipe habitat di hutan
Produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu
Kabupaten Way Kanan ...................................................................................
7. Burung Bondol Jawa (Lonchura aurigester) ditemukan Bodogol,
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Januari 2009, pada penelitian
di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan
Umpu, Kabupaten Way Kanan jugaditemukan selama Mei – Juni 2011
(Foto : Baskoro, 2009).......................................................................................
8. Burung Bondol Haji (Lonchura maja) ditemukan pada tanggal 14 Juni
2008 oleh Lincoln, terdapat pada penelitian di hutan produksi Desa
Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten
Way Kanan selama Mei-Juni 2011 (Foto : Issa, 2008)…………………........
9. Burung Bondol Perut Putih (Lonchura leucogastra) berada di Taman

Nasional Bukit Tigapuluh, Jambi 17 Juli 2011, terdapat pula pada
penelitian burung di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran,
Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanam
selama Mei-Juni 2011(Foto : Arifin, 2011)....................................................
10. Burung Bondol Peking (Lonchura punctulata) sedang hinggap
di hutan mangrove Desa Sungai Teladas, yang juga ditemukan
pada penelitian di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran
Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama
bulan Mei-Juni 2011 (Foto : Utama, 2011)..................................................
11. Burung Pipit Benggala (Amandava amandava) sedang bermain
di semak alang-alang, pada penelitian burung di hutan produksi
Desa Sangkaran juga ditemukan jenis ini selama bulan

6
21

22

32


34

36

39

40

41

42

Mei – Juni 2011 (Foto : Maruly, 2011) ........................................................
12. Burung Manyar Emas (Ploceus hypoxanthus) sedang bertengger di
kawasan pantai Jatimalang, Purworejo 03 April 2008, terdapat juga
pada penelitian di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan
Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni
2011 (Foto : Setiawan, 2008) .......................................................................
13. Burung Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigester) ditemukan di Tembalang,
Semarang, Jawa Tengah tahun 2009, juga ditemukan pada penelitian di

Desa Gunung Sangkaran, Keamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way
Kanan selama bulan Mei – Juni 2011 (Foto : Baskoro, 2009). ....................
14. Burung Cucak Kuning (Pygnonotus melanicterus) ditemukan
di Semarang tahun 2009, juga ditemukan pada penelitian di Desa
Gunung Sangkaran, Keamatan Blambangan Umpu, Kabupaten
Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011
(Foto : Baskoro, 2009) .................................................................................
15. Burung Cucak Bersisik (Pygnonotus squamatus) sedang berada
di Tone Nga Chang Waterfall, Songkla, Thailand tanggal 5 Desem
ber 2002, juga terdapat di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran,
Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama
bulan Mei – Juni 2011 (Foto : Jearwattanakonak, 2002) ............................
16. Burung Elang Hitam (Ictinaetus malayensis) berada di Kendal
pada tahun 2009, jenis ini terdapat pula pada penelitian di hutan
produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu,
Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011
(Foto : Baskoro, 2009……………………………………………………..
17. Burung Madu Kelapa (Anthreptes malacensis) yang ada di hutan
mangrove Desa Sungai Burung, Kabupaten Tulang Bawang sedang
menghisap madu jenis ini juga ada pada penelitian burung di hutan

produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu,
Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011
(Foto : Utama, 2011) ....................................................................................
18. Burung Madu Sriganti (Nectarinia jugularis) ditemukan di Tembalang,
Semarang jenis betina pada tahun 2009, juga ditemukan di Desa Gunung
Sangakaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan
selama bulan Mei – Juni 2011 ( Foto : Baskoro, 2009) ...............................
19. Burung Tekukur Biasa (Streptopelia bitorquata) sedang berjalan di
permukaan tanah di Watomohai, Sulawesi Utara tanggal 19 Agustus
2010, burung ini juga ditemukan di areal penelitian burung di hutan
produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu,
Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011
(Foto : Baskoro, 2010) .................................................................................
20. Burung Perkutut Jawa (Geopilia striata) sedang bertengger

43

44

45


46

47

48

49

50

51

21.

22.

23.

24.


pada sebuah pohon kering di Taman Nasional Baluran, Situbondo,
Jawa Timur 2009, juga ditemukan pada penelitian burung di hutan
produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu,
Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011
(Foto : Baskoro, 2009) .................................................................................
Burung Walet Sarang Hitam (Collocalia maxima) sedang terbang
di langit Singapura tanggal 7 September 2008, burung ini juga terlihat
pada penelitian di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran,
Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama
bulan Mei – Juni 2011 (Foto: Wikipedia, 2012) ..........................................
Burung Kadalan Kembang (Phaenicophaeus javanicus) sedang
mencari – cari mangsanya dengan bertengger di pohon Akasia
mangium (Acacia mangium) di hutan produksi Desa Gunung
Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan
selama bulan Mei – Juni 2011 (Foto : Handari, 2011) ........................ ……
Burung Bubut Alang – alang (Centropus bengalensis) sedang bertengger
di pohon petai cina (Leucaena glauca) di daerah Gedawang, Jawa Tengah
tanggal 02 Desember 2010, burung ini juga ditemukan pada penelitian
burung di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan
Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan
Mei – Juni 2011 (Foto : Baskoro, 2010)…………………………………..
Burung Sikatan Bubik (Musciapa dauurica) di Taman Geneca, Bandung,
20 Juni 2008, burung ini juga ditemukan di hutan produksi Desa Gunung
Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan
selama bulan Mei – Juni 2011 ( Foto : Anonimous, 2008).........................

52

53

54

55

56

25. Burung Kipasan Mutiara (Rhipidura perlata) di Jambi, Sumatera, 05
Februari 2011, juga terdapat di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan
Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei
– Juni
Foto : Fitriawan,
…………………………………………………………… 57

26. Burung Elang Tiram (Pandion haliaetus) sedang hinggap di daerah Rawa
Pening, Ambarawa, Jawa Tengah tahun 2008, jenis ini terdapat pula pada
penelitian di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan
Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011
(Foto : Baskoro, 2009) ....................................................................... ……..
27. Burung Kicuit Kerbau (Motacilla flava) sedang berada di
permukaan tanah di Situbondo, Jawa Timur tanggal 09 Agustus
2010, burung ini juga ditemukan di hutan produksi Desa Gunung
Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan
selama bulan Mei – Juni 2011 ( Foto : Winnasis, 2011)...............................

28. Burung Murai Batu (Monticola solitaries) sedang bertengger di
sebuah ranting pada tanggal 18 Mei 2011, burung ini juga ditemukan

59

58

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan
Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan
Mei – Juni 2011 (Foto : Adsense, 2011) .....................................................
Burung Bentet Kelabu (Centropus bengalensis) sedang hinggap
di pohon Acacia mangium di Kampus Universitas Indonesia, Depok,
13 Desember 2009, burung ini juga ditemukan di hutan produksi
Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu,
Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011
(Foto : Dimar, 2009) ....................................................................................
Burung Cabai Jawa (Dicaeum trochileum) sedang hinggap pula
di dahan pohon di Cibubur 23 Januari 2011, burung ini juga
ditemukan di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran,
Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama
bulan Mei – Juni 2011(Foto : Minoritaskiri, 2011) .....................................
Burung Cabai Merah (Dicaeum cruentatum) sedang hinggap pada
buah sebuah tanaman di Singapura tanggal 10 Agustus 2009, burung ini
juga ditemukan di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan
Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan
Mei – Juni 2011 (Foto : Tie, 2009) ..............................................................
Burung Cabai Polos (Dicaeum concolor) sedang hinggap di
dahan yang berbunga pada tanggal 25 Oktober 2005, burung ini juga
ditemukan di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan
Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama
bulan Mei – Juni 2011 (Foto : Baskoro, 2005) ............................................
Burung Cabai Tunggir Coklat (Dicaeum everetti) sedang terlihat
mencari makan pada daerah Borneo tanggal 3 Juni 2010, burung ini
juga ditemukan di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran,
Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama
bulan Mei – Juni 2011(Foto : Shi, 2010) .....................................................
Burung Alap – alap Kawah (Falco foregirus) sedang terbang,
burung ini juga ditemukan pada penelitian burung di hutan produksi
Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten
Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011
(Foto : Ibo, 2011).........................................................................................
Burung Alap – alap Macan (Falco severus) ditemukan pada tahun
2007, yang juga ditemukan pada penelitian burung di hutan produksi
Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten
Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011
(Foto : Suvarna, 2007) .................................................................................
Grafik perjumpaan burung perhari di hutan produksi Desa Gunung
Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten
Way Kanan pada dua tipe habitat ................................................................

60

61

62

63

64

65

66

67

68

37. Burung kadalan kembang (Phaenicophaeus javanicus) bertengger
di atas tegakan Acacia mangium pada penelitian di Desa Gunung
Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan
selama bulan Mei – Juni 2011 .....................................................................
38. Burung madu sriganti (Nectarina jugularis) bermain dan hinggap
di bawah tegakan Hevea braziliensis pada penelitian di Desa Gunung
Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan
selama bulan Mei – Juni 2011 .....................................................................
39. Hutan produksi pada tegakan Mangium (Acacia mangium)
umur 7 tahun di titik pengamatan 1, Desa Gunung Sangkaran
Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama
bulan Mei – Juni 2011............................................................................. ....
40. Hutan produksi pada tegakan Mangium (Acacia mangium)
umur 7 tahun di titik pengamatan 2, Desa Gunung Sangkaran
Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama
bulan Mei – Juni 2011............................................................................. ....
41. Hutan produksi pada tegakan Mangium (Acacia mangium)
umur 7 tahun di titik pengamatan 3, Desa Gunung Sangkaran
Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama
bulan Mei – Juni 2011..................................................................................
42. Hutan produksi pada tegakan Mangium (Acacia mangium)
umur 1 tahun, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan
Umpu Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni 2011 ............... ....
43. Hutan produksi pada tegakan Karet (Hevea braziliensis) umur 2
tahun di titik pengamatan 1, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan
Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama bulan
Mei – Juni 2011. ..........................................................................................
44. Hutan produksi pada tegakan Karet (Hevea braziliensis) umur 2
tahun di titik pengamatan 2, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan
Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama bulan
Mei – Juni 2011. ..........................................................................................
45. Hutan produksi pada tegakan Karet (Hevea braziliensis) umur 2
tahun di titik pengamatan 3, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan
Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni
2011..............................................................................................................
46. Hutan produksi pada tegakan Karet (Hevea braziliensis) umur 6
tahun di titik pengamatan 4, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan
Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni
2011..............................................................................................................
47. Hutan produksi pada tegakan Karet (Hevea braziliensis) umur 6
tahun di titik pengamatan 5, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan

73

73

103

103

104

104

105

105

106

106

Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni
2011..............................................................................................................
48. Hutan produksi pada tegakan Karet (Hevea braziliensis) umur 6
tahun di titik pengamatan 6, Desa Gunung Sangkaran Kecamatan
Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni
2011..............................................................................................................
49. Hutan produksi yang bersampingan dengan jalan permanen
di kawasan hutan produksi Desa Gunung Sangkaran, Kecamatan
Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan selama bulan Mei – Juni
2011..............................................................................................................
50. Plang lokasi kawasan hutan produksi giham tahmi di Desa Gunung
Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan
selama bulan Mei – Juni 2011 .....................................................................

107

107

108

108

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................

i

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................

iii

I. PENDAHULUAN ..........................................................................................

1

A.
B.
C.
D.

Latar Belakang ........................................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................................
Manfaat Penelitian ..................................................................................
Kerangka Pemikiran ................................................................................

1
4
5
5

II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................

8

A. Burung .....................................................................................................
1. Pergerakan Burung ..............................................................................
2. Peranan Burung ...................................................................................
3. Keanekaragaman Jenis Burung ...........................................................

8
9
10
11

4. Nilai Penting Burung ......................................................................................
B. Keanekaragaman Hayati ....................................................................................

11
12

C. Keanekaragaman Jenis ............................................................................
D. Hutan Produksi ........................................................................................

13
14

E. Pengertian Habitat .............................................................................................
F. Hutan Produksi sebagai Habitat Burung ............................................................
G. Upaya Konservasi ...............................................................................................

15
17
19

III. METODE PENELITIAN ..........................................................................

21

A.
B.
C.
D.
E.

Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................
Alat dan Bahan ........................................................................................
Batasan Penelitian ...................................................................................
Jenis Data ................................................................................................
Metode dan Cara Kerja ...........................................................................

21
21
21
21
22

F. Analisis Data .......................................................................................................
1. Analisis Keanekaragaman Jenis Burung ......................................................
2. Analisis Dskriptif ..........................................................................................

22
25
26

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .........................................

27

A. Letak dan Luas Desa ...............................................................................

27

B. Topografi, Jenis Tanah dan Iklim ...........................................................
C. Keadaan Sosial Ekonomi Mayarakat dan Tingkat Pendidikan ...............
D. Vegetasi Hutan Produksi desa Gunung Sangkaran .................................

27
29
29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................

30

A. Hasil Penelitian .......................................................................................
1. Jenis Burung di Hutan produksi desa Gunung Sangkaran ................
2. Tingkat Keanekaragaman Jenis.........................................................
a. Indeks Keanekaragaman................................................................
b. Indeks Kemerataan ........................................................................
c. Tingkat Indeks Kesamaan .............................................................
B. Pembahasan .............................................................................................
1. Deskripsi Jenis Burung .....................................................................
2. Peranan Habitat .................................................................................
3. Status Lindung ..................................................................................
3. Gangguan dan Ancaman ...................................................................
4. Upaya Konservasi .............................................................................

30
30
32
32
35
36
38
38
71
75
77
77

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................

79

A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran ........................................................................................................

79
80

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

81

LAMPIRAN
A. Tabel-tabel...............................................................................................
B. Foto-foto..................................................................................................

88-102
103-104

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Alikodra, H.S. 2010. Teknik Pengelolaan Satwaliar : Dalam Rangka
Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor. 367 Halaman.
Badan Pusat Statistik. 2008. Lampung Dalam Angka 2008. BPS Provinsi
Lampung. Bandar Lampung. 661 Halaman.
Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang No.41 tahun 1999 tentang
Kehutanan. Salinan Kepala Biro Hukum dan Organisasi. Dephutbun.
Jakarta.
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Way Kanan. 2011. Hutan Produksi
Way Giham Tahmi non Register. Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Way Kanan. Blambangan Umpu. 3 Halaman.
Ewusie, J.Yanney. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Edisi Bahasa Indonesia.
Penerbit ITB. Bandung. 369 halaman.
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Forest Watch Indonesia. 2001. Keadaan Hutan Indonesia. Bogor , Indonesia:
Forest Watch Indonesia dan Washington D.C.: Global Forest Watch
Harianto, S. P. dan Setiawan, A. 1999. Konservasi Sumber Daya Hutan. Suatu
Pengantar. Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan. Bandar Lampung. 128
Halaman.
Indryanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta
Jaya, Y.P. 2009. Studi Keanekaragaman Jenis Burung Untuk Pengembangan
Wisata Birdwatching di Rawa Universitas Lampung. (Skripsi). Universitas
Lampung. Lampung. Tidak dipublikasikan.
Kurnia, I. 2003. Studi Keanekaragaman Jenis Burung Untuk Pengembangan
Wisata Birdwatching di Kampus IPB Darmaga. (Skripsi). Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 137 halaman. Tidak dipublikasikan.
Mac Kinnon, J., Philipps, K., dan Van Balen, B.. 1998. Seri Panduan Lapangan
Burung-Burung Di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. LIPI. Bogor.

Mustari, A. H. 1992. Jenis-Jenis Burung Air di Hutan Mangrove Desa Sungai
Cimanuk, Indramayu-Jawa Barat. Media Konservasi Vol. 14 (1), Oktober
1992 : 39-46. Bogor.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B Sounders Co.
Philadelpia.
Odum, E. P. 1994. Dasar – Dasar Ekologi, edisi tiga. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta. 697 Halaman.
Pangesti, M. H. T. 2009. Monitoring dan Inventarisasi Burung. Pusat Diklat
Departemen Kehutanan. Bogor. Hal 17-21.
Peraturan Perundang-Undangan. 1999. Lampiran Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 7 tahun 1999. Biro Peraturan Perundang-Undangan.
Jakarta.
Rohadi, D. 2011. Keanekaragaman Jenis Burung di Rawa Universitas Lampung.
(Skripsi). Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan
Komunitas. Jakarta: Penerbit Usaha Nasional.
Solahudin, A. M. 2003. Keanekaragaman Jenis Burung Air di Lebak Pampangn
Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan.
(Skripsi). Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.
Thomas, J.W., C. Maser, J.E Rodiek. 1979. Riparian Zona. In “Wildlife Habitat
in Managed Forest” (J.W Thomas, ed). Agriculture Handook 553: 40-47.
U.S. Dept. of Agriculture, Washington, D.C.
Utama, M. T. 2011. Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Mangrove Desa
Sungai Burung, Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang Bawang.
(Skripsi). Jurusan Manajemen Hutan. Universitas Lampung. Bandar
Lampung. Tidak dipublikasikan.
Wibowo, R. B. 2005. Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Mangrove Desa
Pulau Pahawang Kecamatan Punduh Pedada Kabupaten Lampung Selatan.
(Skripsi). Jurusan Manajemen Hutan. Universitas Lampung. Bandar
Lampung. Tidak dipublikasikan.
Zulfan. 2009. Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Mangrove Krueng
Bayeun, Kabupaten Aceh Timur Nangroe Aceh Darussalam. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan.

Sumber Internet
Adnense. 2011. Murai Batu. http://burung-mania.blogspot.com/2011/05/bakalanmurai-batu.html. Diakses 12 Januari 2012.
Akhiarif. 2011. Definisi Keanekaragaman Spesies. http://id.shvoong.com/writingand-speaking/2121955-definisi-keanekaragaman-spesies/. Diakses 2
April 2011
Anonimous. 2008. Sikatan Bubik.
http/dasarburungwordpress.com/2008/06/20/Sikatan-bubuik/. Diakses 10
Januari 2012.
Anonimous. 2010. Burung Indonesia. http://www.burung
org/detail_text.php?op=articledanid=93. Diakses 3 Januari 2010.
Arifin, M. 2011. Bondol Perut Putih.
http://www.fobi.web.id/key/Jambi?g2_itemId=66275.. Diakses 10
Januari 2012.
Baskoro. 2005. Cabai Polos.
http://www.fobi.web.id/key/Dicaeidae,typespec?g2_itemId=27202.
Diakses 12 Januari 2012
Baskoro. 2009. Bondol Jawa.
http://www.bio.undip.ac.id/sbw/spesies/sp_bondol_jawa.htm. Diakses 16
Januari 2012.
Baskoro. 2009. Cucak Kutilang. http://teksdi.blogspot.com/2011/04/informasimengenai-burung-kutilang.html. Diakses 12 Januari 2012
Baskoro, 2009. Cucak Kuning.
http://bio.undip.ac.id/sbw/spesies/sp_cucak_kuning.htm. Diakses 12
Januari 2012
Baskoro. 2009 Elang Hitam. http://kendalnationalpark.web.id/gallery/burungburung kendal -09/. Diakses 12 Januari 2012
Baskoro, 2009. Madu Sriganti.
http://www.bio.undip.ac.id/sbw/spesies/sp_burung_madu_sriganti.htm.
Diakses 12 Januari 2012
Baskoro, 2009. Perkutut Jawa. http://www.fobi.web.id/v/aves/f-col/geostr/Perkutut-Jawa_Baluran_17.jpg.html. Diakse 12 Januari 2012
Baskoro. 2009. Elang Tiram.
http://www.bio.undip.ac.id/sbw/spesies/sp_burung_elang tiram.htm.
Diakses 12 Januari 2012.

Baskoro. 2010 Tekukur Biasa.
http://www.fobi.web.id/key/Sulawesi+Tenggara?g2_itemId=25684.
Diakses 12 Januari 2012
Baskoro. 2010 Bubut Alang – alang.
http://www.fobi.web.id/key/Cuculidae?g2_itemId=11976. Diakses 12
Januari 2012
Daget. 1976. Kreteria Kesamarataan.
http;//www.elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/. Diakses 29 Desember
2011.
Dimar. 2009. Bentet Kelabu. http://www.bio.undip.ac.id/search burung/Si Bentet
yang Kepepet « Indonesian Hotspot.htm. Diakses 16 Januari 2012.
Direktorat Inventarisasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Hutan, Direktorat
Jenderal Planologi Kehutanan. 2009. Peta Penunjukan Kawasan Hutan
dan Perairan Provinsi Lampung.
http://www.dephut.go.id/informasi/umum/hl_lampung.htm. Diakses 22
Januari 2011.
Efendi. 1992. Klasifikasi Keanekaragaman Hayati.
http://www.members.tripod.com/biodiv/klasifik.htm. Diakses 2 April
2011.
Fitriawan, F. 2011. Kipasan Mutiara.
http//orientalbirdimages.org/birdimages?Php?action=GirdspesiesdanBird-ID2255. Diakses 12 Januari 2012.
Hernowo, J. B. 1989. Suatu Tinjauan Terhadap keanekaragaman Jenis Burung dan
Peranannya di Hutan Lindung Bukit Soeharto Kalimantan Timur.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10961/JawardiBudiS
uatuTinjauanTerhadap.pdf. Diakses 11 Februari 2011.
Hernowo, J. B., dan Prasetyo, L.B. 1989. Konsepsi Ruang Terbuka Hijau Di Kota Sebagai
Pendukung Pelestarian Burung.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10961/Jawardidan
Prasetyo Konsepsi Ruang Terbuka Hijau.pdf. Diakses 11 Februari 2011.

Ibo, C. 2009. Alap – alap Kawah.
http://cepsibo.wordpress.com/2011/03/14/peregrine-falcon-atau-alapalap-kawah-falco-peregrinus//. Diakses 12 Januari 2012.
Indonesia Ornithologist Union (IDOU). 2008. Info Daftar Burung Indonesia
Terkini:Pembangunan118-spesies-burung-terancam.

http://www.koransindojakarta.com/ pembangunan118-spesies-burungterancam /html. Diakses 2 April 2011.
Issa. 2008. Bondol Haji. http/www.avifaunafree.com/ Diakses 10 Januari 2012.
Irwanto. 2006. Perencanaan Perbaikan Habitat Satwa Liar Burung Pasca
Bencana Alam Gunung Meletus. http://irwantoshut.com/saasharefile/
perencanaan perbaikan habitat satwa liar burung pasca bencana alam
gunung meletus.pdf. Diakses 29 Maret 2010.
Jearwattanakonak, A. 2002. Cucak Bersisik.
http://orientalbirdimages.org/search.php?action=searchresult&Bird_ID=1
677. Diakses 12 Januari 2012.
Tie, J. 2009. Cabai Merah. http://naturespies.blogspot.com/2009/08/scarletbacked-flowerpecker-dicaeum.html. Diakses 12 Januari 2012.
Marully, A. 2011. Pipit Benggala.
http://www.kutilang.or.id/burung/konservasi/pipit-benggala/ (bird
education, 16 sep 2011. Diakses 12 Januari 2012.
Minoritaskiri. 2011. Cabai Jawa. http://ruangkiri.blogspot.com/2011/01/temukenal-dengan-si-burung-di-cibubur.html. Diakses 16 Januari 2012.
Narisa, C. 2010. Konsep Keanekaragaman Hayati.
http://www.scribd.com/doc/9680540/Konsep-Keanekaragaman-Hayati.
Diakses 2 April 2011.
Ontario, J., Hernowo, J. B., Haryanto dan Ekarelawan. 1990. Pola Pembinaan Habitat
Burung di Kawasan Pemukiman Terutama Perkotaan.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/28105/Jojo_Ontario_
Isye.pdf. Diakses 11 Februari 2011.
Paterson.1980. Buru g Pustaka Ala Life Tira Pustaka.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10961/JawardiBudi_
SuatuTinjauanTerhadap.pdf. Diakses 11 Februari 2011.

Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia. 2011. Gambaran Umum
Program Burung Indonesia.
http://www.burung.org/index_cont.phpop=proverview&mn=pr. Diakses
2 April 2011.
Ramdhani. 2008. Burung dan Dasar-Dasar Birdwatching.
http://www.deriramdhani’s.weblog.com. Diakses 2 September 2010.

Santoso, N. 2008. Tinjauan Aspek Konservasi Dalam Pembinaan Hutan Tanaman
Industri.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/24583/tinjau
an_aspek_konservasi_dalam_pembangunan_hutan.pdf. Diakses 11
Februari2011.

Setiawan, B. 2008. Manyar Emas. http://kabarburungkibc.wordpress.com/edisiapril-2009/burung-burung-manyar-3-april-2008-jatimalang/. Diakses 10
Januari 2012.
Suvarna, R. 2007. Alap-alap Macan.
http//sangperegrine.wordpress.com/category/info/thechroniclesofsaxory.
Diakses 12 Januari 2012

Utari, W.D. 2000. Keanekaragaman Burung Pada Beberapa Tipe Habitat Di
Areal Hutan Tanaman Industri PT Riau Andalan Pulp dan Paper dan
Perkebunan Kelapa Sawit PT Duta Palma Nusantara Group Provinsi
Dati Riau. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/E00wdu.pdf.
Diakses 11 Februari 2011.
Shi, W.T. 2010. Cabai Tunggir Coklat. http;//
ofnorthborneobirdsandothers//search burung/plain-flowerpecker.html.
Diakses tanggal 16 Januari 2012Winnasis. 2010. Sikatan Bubik.
http://www.fobi.web.id/v/aves/f-ral/gal-str. Diakses 16 Januari 20112.
Winnasis. 2011. Kicuit kerbau. http://www.fobi.web.id/v/aves/f-ral/gal-str.
Diakses 16 Januari 2012.
Wikipedia. 2012. Walet Sarang Hitam. http://id.wikipedia.org/wiki/. Diakses 12
Januari 2012.

.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Burung

Burung adalah salah satu pengguna ruang yang cukup baik, dilihat dari
keberadaan dan penyebarannya dapat secara horizontal dan vertikal. Secara
horizontal dapat diamati dari tipe habitat yang dihuni oleh burung, sedangkan
secara vertikal dari stratifikasi profil hutan yang dimanfaatkan. Keberadaan
jenis burung dapat dibedakan menurut perbedaan strata, yaitu semak, strata
antara semak dan pohon, dan strata tajuk. Setiap jenis strata mempunyai
kemampuan untuk mendukung kehidupan jenis-jenis burung. Penyebaran
vertikal terbagi dalam kelompok burung penghuni atas tajuk dan kelompok
burung pemakan buah (Fachrul, 2007).

Tipe habitat utama pada jenis burung sangat berhubungan dengan kebutuhan
hidup dan aktivitas hariannya. Tipe burung terdiri dari tipe burung hutan
(forest birds), burung hutan kayu terbuka (open woodland birds), burung lahan
budidaya (cultivated birds), burung pekarangan rumah (rural area birds),
burung pemangsa (raptor birds) dan burung air atau perairan (water birds)
(Kurnia, 2003 dalam Wibowo, 2005).

A. 1. Pergerakan Burung

Pergerakan adalah suatu strategi dari individu ataupun populasi untuk
menyesuaikan dan memanfaatkan keadaan lingkungannya agar dapat
hidup dan berkembang biak secara normal. Pergerakan individu yang
menyebar dari tempat tinggalnya , biasanya secara perlahan-lahan dan
mencangkup wilayah yang tidak begitu luas disebut dispersal.

Salah satu bentuk pergerakan satwa liar terutama burung adalah migrasi
(Alikodra, 1990). Menurut Mackinnon (1998), migrasi adalah gerakan
pindah secara musiman di antar dua wilayah geografis.

Migrasi dapat dibedakan menjadi tiga (Alikodra, 1990), yaitu :
a. Migrasi musiman adalah migrasi yang terjadi karena perubahan
iklim dengan cara menurut garis lintang dan ketinggian tempat
maupun secara lokal.
b. Migrasi harian biasanya disebut juga dengan pergerakan harian yang
disebabkan oleh berbagai jenis satwa liar termasuk burung dalam
jangka waktu 24 jam melakukan pergerakan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Mereka mempunyai tempat-tempat yang jelas
untuk tempat tidur, berlindung, mencari makan dan air, dan tempat
berkembang biak.
c. Migrasi perubahan bentuk adalah migrasi yang biasa terdapat pada
serangga yang mempunyai beberapa tingkat kehidupan (telur-larvastadium dewasa).

Pola pergerakan lainnya adalah nomad, yaitu pergerakan individu
ataupun populasi yang tidak tetap dan sulit dikenali secara pasti. Hal
ini berbeda dengan kegiatan migrasi, dimana migrasi merupakan
pergerakan yang dilakukan dengan arah dan rute yang tetap
mengikuti kondisi lingkungan dan akan kembali ke wilayah asalnya
(Alikodra, 1990).

A. 2. Peranan Burung

Kehadiran burung merupakan sebagai penyeimbang lingkungan. Jika
ditinjau dari banyak jenis burung yang memakan serangga dan
besarnya porsi makan burung maka fungsi pengontrol utama
serangga di hutan tropika adalah burung. Dalam membantu regerasi
hutan tropika terutama pada proses penyebaran biji dan penyerbuan
bunga, burung memiliki andil yang cukup besar. Telah dijumpai 12
jenis burung yang secara potensial memiliki kemampuan membantu
proses penyerbukan, sehingga kehadiran burung mutlak diperlukan
dalam ekosistem hutan tropika (Hernowo,1989).

Burung merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai
yang tinggi baik ditinjau dari segi nilai ekologis, ilmu pengetahuan,
ekonomi, rekreasi, seni, dan budaya. Bahkan dapat dikatakan burung
merupakan satwa liar yang paling dekat dengan lingkungan manusia.
Dengan demikian kehadiran satwaliar ini perlu dilestarikan (Ontario
dkk, 1990).

A. 3. Keanekaragaman Jenis Burung

Menurut Pangesti (2009) Indonesia memliki keanekaragaman 1530
spesies jenis burung tersebar di 7 (tujuh) wilayah zoogeografi.
Wilayah tersebut ialah Sumatera (6000 spesies), Jawa (498 spesies),
Sulawesi (380 spesies), Kalimantan (479 spesies), Maluku (344
spesies), Nusa Tenggara (398 spesies), dan Irian Jaya (647 spesies).
Pengelompokkan jenis burung didasarkan pada tipe habitat yang
diakui terbagi menjadi tiga kelompok (Mackinnon, 1998) yaitu
burung merandai, burung pantai dan burung terestial.

A. 5. Nilai Penting Burung

Ramdhani (2008) mengatakan bahwa burung memiliki nilai penting
di dalam ekosistem antara lain:
1. Berperan dalam proses ekologi (sebagai penyeimbang rantai
makanan dalam ekosistem).
2. Membantu penyerbukan tanaman, khususnya tanaman yang
mempunyai perbedaan antara posisi benang sari dan putik.
3. Sebagai predator hama (serangga, tikus, dan sebagainya).
4. Penyebar/agen bagi beberapa jenis tumbuhan dalam
mendistribusikan bijinya.

Ramdhani (2008) mengatakan bahwa selain memiliki nilai penting di
dalam ekosistem, burung pun bermanfaat bagi manusia, antara lain:

1. Sebagai bahan penelitian, pendidikan lingkungan, dan objek
wisata (ekoturism).
2. Sebagai sumber protein yang berasal dari daging dan telurnya.
3. Memiliki nilai estetika, diantaranya warna bulunya yang indah,
suaranya yang merdu, tingkahnya yang atraktif sehingga banyak
dijadikan objek dalam lukisan, atau sebagai inspirasi dalam
pembuatan lagu maupun puisi.
4. Memiliki nilai ekonomi, diantaranya sarang, telur, daging, bulu,
kotoran, binatang awetan, industri pembuatan sangkar, pakan,
dan sebagainya.

B. Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati berkembang dari keanekaragaman tingkat gen,
keanekaragaman tingkat jenis dan keanekaragaman tingkat ekosistem.
Keanekaragaman hayati perlu dilestarikan karena didalamnya terdapat
sejumlah spesies asli sebagai bahan mentah perakitan varietas-varietas
unggul. Kelestarian keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem akan
terganggu bila ada komponen-komponennya yang mengalami gangguan
(Narisa, 2010).
Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati
yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub
(iklim kutub). Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari
berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai,
ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan

tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lainlain. Masing-masing ekosistem ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri
(Narisa, 2010).
Indonesia memiliki kekayaan spesies hidupan liar dan ekosistem yang tidak
dijumpai di lokasi lain di dunia ini. Memiliki 27,500 spesies tumbuhan
berbunga (10% dari total jumlah spesies tumbuhan berbunga dunia), 515
spesies satwa mamalia (12% dari total jumlah spesies satwa mamalia dunia),
511 spesies reptilia , 270 spesies amfibia (16% dari total jumlah spesies
amfibia dunia) dan 1,598 spesies burung (17% dari total jumlah spesies
burung dunia) memberikan gambaran betapa Indonesia menjadi salah satu
pusat kekayaan keanekaragaman hayati dunia (Perhimpunan Pelestarian
Burung Liar Indonesia, 2011).

C. Keanekaragaman Jenis

Menurut Ewusie (1990) dalam Fachrul (2007) keanekaragaman jenis burung
akan tinggi jika keanekaragaman jenis tumbuhan (vegetasi) tinggi pula. Hal
ini disebabkan oleh setiap jenis satwa hidupnya bergantung pada sekelompok
jenis tumbuhan tertentu.
Keanekaragaman spesies atau jenis menunjukkan jumlah keragaman spesies
dalam suatu daerah. Keragaman seperti ini dapat diukur dengan banyak cara.
Jumlah spesies dalam suatu daerah sering digunakan sebagai tolok ukur
keanekaragaman jenis, namun tolok ukur yang lebih tepat adalah
keanekaragaman secara taksonomi (taxonomic diversity) yang

mempertimbangkan hubungan antar spesies dalam suatu daerah (Efendi,
1992).
Indeks keanekaragaman hayati telah dikembangkan terutama untuk
menunjukan keanekaragaman spesies, keanekaragaman didefinisikan sebagai
jumlah spesies yang ditemukan dalam komunitas (Akhiarif, 2011).
D. Hutan Produksi

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan hujan tropis
terbesar di dunia. Dalam hal luasnya, hutan tropis Indonesia menempati
urutan ketiga setelah Brasil dan Republik Demokrasi Kongo (Forest Watch
Indonesia, 2001). Namun demikian kerusakan hutan tropis di Indonesia terus
meningkat secara tajam. Menurut data Forest Watch Indonesia (2001) lebih
dari 20 juta hektar hutan sudah ditebang habis sejak tahun 1985 tetapi
sebagian besar dari lahan ini belum pernah diolah menjadi alternatif
penggunaan lahan yang produktif.

Hutan produksi merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan. Pemanfaatan hutan produksi dapat berupa
pemanfaatan kawasan, pemanfaatan lingkungan, pemanfaatan hasil hutan
kayu bukan kayu, serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu.
Pemanfaatan hutan produksi dilaksanakan mealui izin usaha kawasan, izin
usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu
dan bukan kayu, izin pemungutan hasil hutan kayu, izin pemanfaatan hasil
hutan bukan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan bukan kayu (Departemen
Kehutanan, 1999).

Dalam menjamin asas keadilan, pemerataan, dan lestari, maka izin usaha
pemanfaatan hutan dibatasi dengan mempertimbangkan aspek kelestarian
hutan dan aspek kepastian usaha. Pemegang izin usaha berkewajiban untuk
menjaga, memelihara dan melestarikan hutan tempat usahanya. Usaha
pemanfaatan hasil hutan meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan,
pemanenan, pengolahan, dan pemasaran hasil hutan. Sedangkan pemanenan
dan pengolahan hasil hutan tidak boleh melebihi daya dukung hutan secara
lestari (Departemen Kehutanan, 1999).

Hutan produksi dapat juga disebut dengan Hutan Tanaman (HT). Pada
umumnya hutan tanaman berawal dari kawasan hutan sekunder atau bekas
tebangan yang tidak produktif dan semak belukar. Walaupun demikian pada
kawasan hutan sekunder masih terdapat beberapa keanekaragaman hayati
yang tergolong unik, khas, langka, dilindungi atau endemik. Oleh karena itu
sangat penting dalam proses perencanaan pembangunan hutan tanaman dan
pihak pengelola mempertimbangkan keberadaan keanekaragaman jenis hayati
yang ada didalamnya untuk dapat dipertahankan (Santoso, 2008).

Santoso (2008) menyatakan pemahaman aspek konservasi dalam
pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI), perlu dikaji dan diperjelas
sehingga pelaksaan lapangan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pembangunan hutan tanaman dalam pelaksanaannya merupakan upaya
merubah ekosistem alam menjadi ekosistem alam yang produktif pada suatu
kawasan dengan system lahan yang bervariasi, pada kawasan tetap baik yang

merupakan habitat bagi satwaliar maupun merupakan tempat mencari sumber
penghidupan bagi masyarakat sekitar (langsung atau tidak langsung).

E. Pengertian Habitat

Menurut Irwanto (2006), satwa liar membutuhkan pakan, air dan tempat
berlindung dalam hidupnya dari teriknya panas matahari dan pemangsa serta
tempat untuk bersarang, beristirahat dan memelihara anaknya. Seluruh
kebutuhan tersebut diperolehnya dari lingkungan atau habitat dimana satwa
liar hidup dan berkembangbiak. Suatu habitat yang baik akan menyediakan
seluruh kebutuhan satwa liar untuk hidup dan berkembang-biak secara
normal, sehingga menjamin kelestariannya dalam jangka panjang.

Dilihat dari komposisinya di alam, habitat satwa liar terdiri dari 3 komponen
utama yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu (Irwanto, 2006) :
a. Komponen biotik, meliputi : vegetasi (masyarakat tumbuhan), satwa liar
lain dan organisme mikro.
b. Komponen fisik, meliputi : air, tanah, iklim, topografi dan tata guna lahan
yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia.
c. Komponen kimia, meliputi seluruh unsur kimia yang terkandung dalam
komponen biotik maupun komponen fisik di atas.

Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana suatu spesies
atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung perkembang
biakan organisme yang hidup di dalamnya secara normal. Habitat memiliki
kapasitas tertentu untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme.

Kapasitas untuk mendukung organisme disebut daya dukung habitat (Irwanto,
2006).
Berdasarkan stratifikasi penggunaan ruang pada profil hutan maupun
penyebaran secara horizontal pada beberapa tipe habitat menunjukkan adanya
kaitan erat antara burung dengan lingkungan hidupnya terutama dalam pola
adaptasi dan strategi dalam mendapatkan sumberdaya. Setiap jenis burung
akan menempati habitat tertentu sesuai dengan kebutuhan hidupnya dan
memainkan peranan tertentu pula dalam lingkungannya. Keberhasilan burung
untuk hidup disuatu habitat sangat ditentukan oleh keberhasilannya dalam
memilih dan menciptakan relung khusus baginya (Paterson, 1980 yang
dikutip oleh Hernowo, 1989).

F. Hutan Produksi sebagai Habitat Burung

Menurut Alikodra (2010) pengelolaan habitat satwa dihutan produksi dapat
dibedakan menurut tujuan pengelolaannya, yaitu:
a.

Pengendalian gangguan satwaliar.

b.

Pengelolaan satwaliar untuk diambil hasilnya.

c.

Meningkatkan suatu populasi satwaliar yang langka.

Alikodra (2010) menyatakan pegelolaan hutan sangat berpengaruh terhadap
kehidupan satwa liar, diperlukan pengelolaan yang memadukan aspek satwa
liar dan produksi kayu. Langkah awal untuk memadukan aspek tersebut
dengan teknik pengelolaan terencana dengan mempertimbangkan beberapa
hal yaitu : tata waktu perlakuan silvikultur, pengaturan tegakan menurut

ruang, pengaturan kondisi tegakan, luas petak, tipe tanah, dan kelestarian
satwaliar (jenis pergerakan, perilaku, dan sistem produksi).

Faktor yang berperan dalam sistem pengelolaan hutan terpadu untuk
menghasilkan kayu dan satwa liar dari suatu hutan produksi adalah dengan
mempertahankan zona riparian yang terletak ditepi-tepi sungai. Zona riparian
ni ditandai dengan adanya jenis tumbuhan yang memerlukan air dan
kelembapan untuk pertumbuhan yang normal, memiliki tipe tumbuhan yang
memerlukan air. Satwa liar sangat menyukai daerah riparian dibandingkan
dengan daerah lainnya (Alikodra 2010).

Hasil penelitian di Hutan Blue Mountain menunjukkan bahwa dari 378
spesies satwaliar yang hidup didarat, 25 diantaranya sangat tergantung pada
zona riparian yang menggunakannya sebagai habitat. Beberapa alasan
mengapa zona riparian menjadi sangat penting bagi satwa liar (Thomas dkk,
1979 dalam Alikodra, 2010):
a) Adanya sumber air yang diperlukan satwa liar sebagai komponen habitat.
b) Daerah riparian memberikan beranekaragam daerah pertemuan diantara
beberapa habitat yang sangat disukai oleh satwaliar.
c) Dapat memberikan iklim mikro lebih baik dari daerah lainnya.
d) Zona riparian sepanjang sungai dapat berfungsi sebagai hutan yang dapat
menghubungkan berbagai kondisi habitat.
e) Tersedianya air yang cukup bagi tumbuhan.
f) Zona riparian dapat berperan sebagai koridor yang diperlukan satwa liar
sebagai jalur migrasi

G. Upaya Konservasi

Konservasi adalah manajemen penggunaan biospher oleh manusia sehingga
memungkinkan diperolehnya keuntungan terbesar secara lestari untuk
generasi sekarang dengan tetap terpeliharanya potensi untuk memenuhi
kebutuhan dan aspirasi generasi yang akan datang. Konservasi sumber daya
hayati mempunyai tiga tujuan, yaitu memelihara proses-proses ekologi
penting dan sis