KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN RAKYAT PEKON KELUNGU KECAMATAN KOTAAGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

(1)

ABSTRACT

BIRD DIVERSITY IN COMMUNITY FOREST KELUNGU VILLAGE KOTAAGUNG SUB DISTRICT

TANGGAMUS DISTRICT By

Maya Adelina, Sugeng P. Harianto dan Nuning Nurcahyani

Bird is one of the wild animals that often utilized by people. Since the condition of natural ecosystems pressed continually, the conservation efforts for bird also need to be done. Conservation efforts also need to be done in other areas, one of them is at the community forest. One of the community forest identified as bird habitats is the community forest in Kelungu Village. Besides as timber production, community forest also serve as protection and preservation place of birds diversity. This research necessary because of the lack the data about the diversity of bird species in this area. The purposes of this research was to determine the diversity of bird species in the community forest Kelungu Village, Kotaagung Subdistrict, Tanggamus, Lampung Province. The research was conducted in June 2015 using a direct observation method (point count) at three points of the observation location that were the border between the community forest and the settlement (PC 1), between the palm garden and protected forest (PC 2), and river border lines (PC 3) with 3 repetitions. The results showed there were 27 bird species from 16 families (3018 individuals). The first habitat type has (H’= 1,701) Shannon Weiner diversity index. The second habitat type has (H’2,630) then the third habitat type has (H’= 2,58) were classified moderate.


(2)

Evenness index in first habitat (J= 0,578) was classified relatively, in second habitat (J= 0,817) and third habitat (J= 0,801) were classified stable. Similarity index (PC I and II = 0,773) and (PC I and III = 0,773) were classified high category, (PC II and III = 1) very high category.


(3)

ABSTRAK

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN RAKYAT PEKON KELUNGU KECAMATAN KOTAAGUNG

KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

Maya Adelina, Sugeng P. Harianto dan Nuning Nurcahyani

Burung adalah salah satu jenis satwaliar yang banyak dimanfaatkan oleh manusia. Kondisi ekosistem alami yang terus mengalami tekanan menyebabkan perlu dilakukan berbagai upaya konservasi burung. Upaya konservasi juga perlu dilakukan di hutan rakyat. Salah satu hutan rakyat yang teridentifikasi sebagai habitat burung adalah hutan rakyat Pekon Kelungu. Hutan rakyat selain memproduksi kayu, juga berfungsi sebagai tempat perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis burung. Penelitian ini perlu dilakukan karena belum adanya data mengenai keanekaragaman jenis burung di areal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung yang terdapat di hutan rakyat Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2015 dengan menggunakan metode pengamatan langsung (point count) pada tiga titik di lokasi pengamatan yaitu: perbatasan antara hutan rakyat dengan pemukiman (PC 1), antara hutan rakyat dengan hutan lindung (PC 2), dan jalur sempadan sungai (PC 3) dengan 3 kali pengulangan. Dari hasil penelitian ditemukan 27 spesies burung dari 16


(4)

famili (3018 individu). Pada tipe habitat I memiliki indeks keanekaragaman shannon (H’= 1,701) pada Tipe habitat II yaitu (H’2,630), sedangkan tipe habitat III (H’= 2,58). Kriteria indeks Shannon Wiener tersebut tergolong sedang. Indeks kesamarataan J pada tipe habitat I (J= 0,578) tergolong labil, pada tipe habitat II (J= 0,817) dan pada tipe habitat III (J= 0,801) tergolong stabil. Indeks kesamaan spesies (PC I dan II = 0,773), (PC I dan III = 0,773) kategori tinggi, (PC II dan III = 1) kategori sangat tinggi.

Kata kunci: burung, keanekaragaman jenis, hutan rakyat, dan Pekon Kelungu


(5)

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN RAKYAT PEKON KELUNGU KECAMATAN KOTAAGUNG

KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

MAYA ADELINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(6)

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN RAKYAT PEKON KELUNGU KECAMATAN KOTAAGUNG

KABUPATEN TANGGAMUS

(Skripsi)

Oleh

MAYA ADELINA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka penelitian keanekaragaman spesies burung di hutan rakyat Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus Juni

2015 ... 5 2. Peta lokasi penelitian Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung

Kabupaten Tanggamus Skala 1:50000 (Sumber : Peta Administratif

Kab. Tanggamus, 2010) ... 14 3. Penempatan titik pengamatan burung menggunakan metode titik

hitung (Point Count) di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus dengan skala 1:24.000 (Pergola,

2015)... 16 4. Elang hitam(Ictinaetusmalayensis) pada penelitian keanekaragaman

jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung

Kabupaten Tanggamus Juni 2015(Foto: Hendri, 2011). ... 32 5. Elang bondol (Haliastur indus) pada penelitian keanekaragaman

jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung

Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto: Purwanto, 2012)... 32 6. Perkutut jawa (Geopelia striata) pada penelitian keanekaragaman

jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung

Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto: Adelina dkk, 2015)... 33 7. Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto:

Ayat, 2011) ... 34 8. Puyuh batu (Coturnix chinensis) pada penelitian keanekaragaman

jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung


(8)

viii

9. Walet sapi (Collocalia esculenta) pada penelitian keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung

Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto: Adelina dkk, 2015). ... 36 10._Layang-layang rumah (Delichon dasypus) pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto:

Chang , 2008)... 37 11._Cucak kuning (Pycnonotus melanicterus) pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto:

Adelina dkk, 2015)... 38 12._Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto:

Adelina dkk, 2015)... 39 13._Madu pengantin (Nectarinia sperata) pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto:

Ismavel, 2015)... 40 14._Madu sriganti (Nectarinia jugularis) pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto:

Manda, 2009). ... 41 15. Perenjak jawa (Prinia familiaris) pada penelitian keanekaragaman

jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung

Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto: Adelina dkk, 2015) ... 42 16._Kecici lurik (Locustella lanceolata) pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto:

Irving, 2014) ... 43 17._Kecici belalang (Locustella certhiola) pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto:

Frieda, 2014) ... 43 18._Kucica hutan (Copsychus malabaricus) pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto:


(9)

ix

19._Kaca mata topi hitam (Zosterops atricapilla) pada penelitian keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto:

Sitorus, 2015) ... 45 20._Kaca mata biasa, (Zosterops palpebrosus) pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto:

Adelina dkk, 2015 ... 46 21._Kaca mata gunung (Zosterops montanus ) pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto:

Irving, 2013). ... 47 22. Gereja (Passer montanus) pada penelitian keanekaragaman jenis

burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung

Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto: Yeliseev, 2007)... 48 23._Bondol haji(Lonchura maja)pada penelitian keanekaragaman jenis

burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung

Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto: Yohanes, 2013)... 49 24._Bondol peking (Lonchura punctulata) pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto:

Delberghe, 2012)... 50 25._Bondol jawa (Lonchura leucogastroides) pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto:

Adelina dkk, 2015)... 51 26._Gelatik batu (Parus Major) pada penelitian keanekaragaman jenis

burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung

Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto: Adelina dkk, 2015) ... 52 27._Sikatan ninon (Eumias indigo) pada penelitian keanekaragaman

jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung

Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto: Adelina dkk, 2015) ... 53 28._Takur warna warni (Megalaima refflesii) pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto:


(10)

x

29._Berkecet biru (Erithacus cyane) pada penelitian keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung

Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto: Adelina dkk, 2015) ... 55 30._Kicuit kerbau (Motacilla flava) pada penelitian keanekaragaman

jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung

Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto: Adelina dkk, 2015) ... 56 31._Histogram indeks keanekaragaman (H’) burung pada tiga stasiun

(Point count) pada penelitian keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten

Tanggamus Juni 2015 ... 57 32._Histogram indeks kesamarataan (J’) burung pada tiga Stasiun

(Point count) pada penelitian keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten

Tanggamus Juni 2015 ... 59 33._Sarang burung pada penelitian keanekaragaman jenis burung di

hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten

Tanggamus Juni 2015 (Foto: Adelina dkk, 2015)... 71 34._Foto bersama tim penelitian pada penelitian keanekaragaman jenis

burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung

Kabupaten Tanggamus Juni (Foto: Adelina dkk, 2015). ... 71 35._Kegiatan pengamatan pada penelitian keanekaragaman jenis

burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung

Kabupaten Tanggamus Juni 2015 (Foto: Adelina dkk, 2015). ... 72 36._Kondisi vegatasi pada penelitian keanekaragaman jenis burung di

hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten


(11)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Burung ... 6

2.2 Habitat Burung ... 7

2.3 Hutan Rakyat ... 8

2.3.1 Definisi Hutan Rakyat ... 8

2.3.2 Ciri Hutan Rakyat ... 9

2.3.3 Peranan Hutan Rakyat ... 9

2.4 Keanekaragaman Jenis Burung ... 10


(12)

iv

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat ... 13

3.2 Alat dan Bahan ... 14

3.3 Batas Penelitian ... 14

3.4 Jenis Data yang Dikumpulkan... 14

3.4.1 Data Primer ... 14

3.4.2 Data Sekunder ... 15

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 16

3.5.1 Orientasi Lapangan ... 16

3.5.2 Pengamatan Burung ... 16

3.5.2.1 Titik I : Hutan Rakyat Dekat Pemukiman ... 17

3.5.2.2 Titik II : Hutan Rakyat Berbatasan Dekat Hutan Lindung ... 17

3.5.2.3 Titik III Jalur Sempadan Sungai ... 17

3.5.3 Kondisi Habitat Secara Umum ... 18

3.6 Analisis Data ... 18

3.6.1 Analisis Indeks Keanekaragaman Burung ... 18

3.6.2 Analisis Indeks Kesamarataan ... 19

3.6.3 Analisis Indeks Kesamaan Spesies Antar Habitat ... 19

3.6.4 Analisis Deskriptif ... 20

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kecamatan Kotaagung ... 21

4.1.1 Keadaan Umum Wilayah ... 21


(13)

v

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 22

4.2 Pekon Kelungu ... 23

4.2.1 Legenda dan Sejarah Pekon Kelungu serta Perkembangannya 23 4.2.2 Geografis ... 24

4.2.2.1 Letak dan Luas Wilayah ... 24

4.2.2.2 Iklim ... 25

4.2.3 Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk ... 25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 27

5.1.1 Keanekaragaman Spesies Burung ... 27

5.2 Pembahasan ... 30

5.2.1 Keanekaragaman Spesies Burung ... 30

5.2.2 Keanekaragaman Spesies ... 56

5.2.2.1 Keanekaragaman Spesies ... 56

5.2.2.2 Indeks Kesamarataan ... 58

5.2.2.3 Tingkat Kesamaan Spesies (Similarity Index) ... 59

5.2.3 Peranan Habitat Bagi Burung ... 61

5.2.4 Status Lindung ... 62

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel ... Halaman

1. Daftar Nama-Nama Kepala Pekon Kelungu pada penelitian keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu

Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 ... ...24 2. Spesies burung yang ditemukan pada penelitian keanekaragaman

jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan

Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 ... ...27 3. .Indeks keanekaragaman dan kesamarataan spesies burung pada

penelitian keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon

Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015.... ...28 4. Jenis vegetasi pada penelitian keanekaragaman jenis burung di

hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten

Tanggamus Juni 2015 ... ...29 5 Indeks kesamaan spesies antar habitat pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu

Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 ... 60 6 Total spesies burung yang ditemukan pada penelitian

keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu

Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015 ... 73 7 Total Data hasil pengamatan jenis burung di perbatasan hutan

rakyat dan pemukiman (PC1) pada penelitian keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan

Kotaagung Kabupaten Tanggamus ... 74 8 Total Data hasil pengamatan jenis burung di perbatasan hutan

rakyat dan pemukiman (PC2) pada penelitian keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan

Kotaagung Kabupaten Tanggamus ... 76 9 Total Data hasil pengamatan jenis burung di perbatasan hutan

rakyat dan pemukiman (PC3) pada penelitian keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan


(15)

(16)

(17)

MOTTO HIDUP

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan) tetaplah

bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada

Tuhanmulah hendaknya kamu berharap

(QS. Asy-Syarh: 6;7;8)

Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu Allah

akan memudahkan baginya jalan ke surga


(18)

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung... Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW...

Dengan mengharapkan keberkahan dari Allah, Ku persembahkan karya sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada

Ayahanda Mursalin H. S dan ibunda Dansi S.P.d yang telah memdidik dan membesarkanku dengan segala do a terbaiknya, kesabaran dan limpahan kasih sayang,

selalu menguatkan dan selalu mendukung disegala langkahku.

Saudaraku Trisia Alventina, Puzi Hikma Ayu, dan kurnia Agung yang selalu memberikan kehangatan, kasih sayang canda tawa.

Sahabat-sahabatku dan saudarku Kehutanan 2011 (Forever) atas bantuan dan motivasi serta kebersamaan yang tak terlupakan.


(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Maya Adelina dilahirkan di Sarirejo, Lampung Selatan pada tanggal 31 Maret 1993. Penulis merupakan anak ke dua dari empat bersaudara, pasangan Bapak Mursalin H.S dan Ibu Dansi S.Pd. Pendidikan yang ditempuh penulis yaitu pada tahun 1999 lulus dari Taman Kanak-kanak (TK) Tunas Melati II Natar. Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri I Natar selesai pada tahun 2005, tahun 2008 penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I Natar, dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri I Natar yang diselesaikan pada tahun 2011. Penulis tercatat sebagai mahasiswi Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Unila.

Selama menjadi mahasiswi Penulis mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Kehutanan (HIMASYLVA). Pada Agustus 2014 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ngeliron, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah, dan telah menyelesaikan laporan dengan judul“ Keanekaragaman Jenis Burung di RPH Ngeliron BKPH Ngeliron KPH Randublatung Perum


(20)

Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah” dan pada Januari 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Banjar Agung, Kecamatan Banjar Agung, Kabupaten Tulang Bawang. Pada tahun 2015 penulis melakukan penelitian dengan judul“ Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Koataagung Kabupaten Tanggamus”.


(21)

i

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya, shalawat teriring Salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang berjudul Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus”.

Kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Pembimbing I yang telah memberikan waktu, saran dan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

4. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Pembimbing II atas saran-saran perbaikan, kesabaran dan motivasinya hingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(22)

ii

5. Ibu Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut., M.P., selaku pembahas saran-saran perbaikan dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan namun semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis,


(23)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan, binatang peliharaan, pemenuhan kebutuhan ekonomi, dan estetika (Darmawan, 2006). Jumlah penduduk yang meningkat dan tingginya pemanfaatan jenis burung oleh manusia, mengakibatkan terjadinya tekanan spesies dan habitat alami burung. Hilangnya vegetasi menyebabkan juga hilangnya sumber pakan bagi burung (Firdaus, Setiawan, dan Rustiati, 2014). Manfaat burung bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap kelestarian spesies burung (Darmawan, 2006). Keterancaman tersebut diakibatkan oleh menurunnya kualitas lingkungan dan hilangnya habitat. Tingginya keanekaragaman jenis burung di suatu wilayah didukung oleh tingginya keanekaragaman habitat karena habitat bagi satwa liar secara umum berfungsi sebagai tempat untuk mencari makan, minum, istirahat, dan berkembang biak (Alikodra, 1990).

Konservasi burung di Indonesia saat ini masih terpusat pada kawasan konservasi seperti Cagar Alam, Suaka Margasatwa, dan Taman Nasional. Upaya konservasi perlu dilakukan di kawasan lain, salah satunya adalah di hutan rakyat. Hutan rakyat menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999


(24)

2

tentang Kehutanan adalah hutan hak yang berada pada tanah yang dibebani hak milik. Hutan rakyat selain berfungsi memproduksi kayu, dapat juga dimanfaatkan sebagai kawasan pelestarian keanekaragaman jenis burung.

Selain sebagai indikator keanekaragaman hayati, burung merupakan spesies yang keberadaannya disukai oleh masyarakat dan kemunculannya pada lokasi yang berada di sekitar pemukiman dapat menimbulkan interaksi manusia dengan lingkungannya. Penelitian tentang burung merupakan hal yang sangat penting karena burung bersifat dinamis dan mampu menjadi indikator perubahan lingkungan yang terjadi pada daerah di mana burung tersebut berada (Bibby, Neil, dan David, 2004). Kondisi ekosistem alami yang terus mengalami tekanan menyebabkan perlu dilakukan upaya-upaya konservasi (Holmes dan Rombang, 2001).

Keberadaan burung di Hutan Rakyat Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus belum diketahui secara pasti tingkat keanekaragamannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu, sehingga diperoleh data keanekaragaman jenis burung dalam upaya konservasi burung beserta habitatnya.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus.


(25)

3

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung yang terdapat di hutan rakyat Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai sumber informasi tentang keanekaragaman jenis burung.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar ilmiah bagi pelestarian dan perlindungan burung untuk dinas instansi terkait dan sebagai dasar penelitian lanjutan.

1.5. Kerangka Pemikiran

Hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus adalah suatu sistem pengelolaan tanaman kehutanan yang dikelola oleh masyarakat. Menurut Pramono, Fauzi, Widyani, Heriansyah, dan Roshetko (2010), hutan rakyat dapat diartikan sebagai tanaman kayu yang ditanam pada lahan-lahan milik masyarakat. Struktur vegetasi yang masih rapat, menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat tinggal berbagai jenis satwa, salah satu jenis satwa yang terdapat di lokasi tersebut yaitu burung. Kegiatan manusia dan keberadaan hutan rakyat Pekon Kelungu yang dekat dengan pemukiman penduduk dapat menimbulkan gangguan dan mengancam keberadaan serta kelestarian berbagai jenis satwa liar terutama burung. Saat ini data mengenai keanekaragaman jenis


(26)

4

burung di kawasan hutan rakyat Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus belum tersedia, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung di Desa tersebut.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan langsung (point count) (Bibby, Jones, dan Marsden, 2000).yang di bagi menjadi 3 titik pengamatan berdasarkan kondisi lingkungannya. Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-08.30 WIB dan pada sore hari pukul 15.30-18.00 WIB. Setiap jenis spesies burung yang ditemukan diidentifikasi menggunakan buku panduan Lapangan Identifikasi Jenis Burung di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan (Mackinnon, Philipps, dan Balen, 1998). Komposisi penyusunan vegetasi diperoleh melalui metode Rapid Assessment (Brower, Jerrold dan Von Ende. 1990) untuk mendapatkan gambaran secara umum tipe vegetasi ditemukannya keberadaan burung. Perhitungan populasi burung menggunakan indeks keanekaragaman (Shannon-Wienner), indeks kesamarataan, dan indeks kesamaan

(Similarity index.) (Odum, 1971). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya pengelolaan konservasi dalam perlindungan dan pelestarian burung di lokasi tersebut. Berikut kerangka penelitian disajikan pada Gambar 1.


(27)

5

Gambar 1. Kerangka penelitian keanekaragaman spesies burung di hutan rakyat Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus Juni 2015.

Hutan Rakyat

Satwa Liar

Burung

Penelitian

- Jumlah dan Jenis

- Indeks Keanekaragaman - Indeks Kesamarataan - Indeks Kesamaan Antar

Habitat

Komposisi Penyusun Vegetasi

Point Count Rapid Assessment


(28)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Burung

Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan (Wirasiti, Suarni, Gunawan, dan Raka 2005). Welty (1982) mendiskripsikan burung sebagai hewan yang memiliki bulu, tungkai atau lengan depan termodifikasi untuk terbang, tungkai belakang teradaptasi untuk berjalan, berenang dan hinggap, paruh tidak bergigi, jantung memiliki empat ruang, rangka ringan, memiliki kantong udara, berdarah panas, tidak memiliki kandung kemih dan bertelur.

Menurut Alikodra (2002) burung adalah salah satu komponen ekosistem hutan, dimana kehadirannya dalam ekosistem hutan memiliki arti penting bagi kelangsungan siklus kehidupan dalam hutan tersebut. Burung berperan sebagai organisme penyebar benih (seed dispersal) dan penyerbukan (pollinator) dalam siklus keberlangsungan suatu hutan.

Burung merupakan salah satu penghuni ruang yang cukup baik, dilihat dari keberadaan dan penyebaranya dapat secara horizontal dengan mengamati tipe habitat yang dihuni oleh burung , selain itu keberadaan dan penyebaraannya dapat dilihat secara vertikal dar stratifikasi profil hutan yang dimanfaatkan. Keberadaan


(29)

7

jenis burung dapat dibedakan menurut perbedaan strata yaitu semak, strata antara semak, pohon dan strata tajuk. Setiap jenis strata memiliki kemampuan untuk mendukung kehidupan jenis-jenis burung. Penyebaran vertikal terbagi dalam kelompok burung penghuni atas tajuk dan kelompok burung pemakan buah (Fachrul, 2007).

2.2. Habitat Burung

Habitat adalah kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup dan berkembangbiaknya satwaliar (Alikodra, 2002). (Sozer, Saaroni, dan Nurwatha, 1999), habitat merupakan tempat makhluk hidup berada secara alami (Paerman, 2002), struktur vegetasi mempengaruhi pemilihan habitat oleh burung, apabila habitat tidak lagi memenuhi kebutuhan hidup, maka burung tersebut akan berpindah.

Alikodra (1990) menyatakan bahwa habitat adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen, baik komponen fisik maupun komponen biotik yang merupakan satu kesatuan kawasan dan dipergunakan sebagai tempat hidup dan berkembangbiaknya satwa liar. Pada umumnya tanaman yang banyak mengundang burung adalah tanaman yang menghasilkan makanan untuk burung tersebut, seperti kersen (Muntingia calabura ) “buah kersen”, jambu air (Eugenia equea) “nektar dari bunga jambu”, bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) “nektar dan serangga yang ada di bunga”, rambutan (Nephelium lappaceum) “ulat pada


(30)

8

merah”, dan pisang hias (Nephelium lappaceum) “nektar bunga dan bakal bunga”.

Tanaman lainnya berfungsi sebagai tempat bermain, berteduh, dan bertengger burung.

Burung memanfaatkan pohon, semak, perdu, dan rumput sebagai tempat makan, bermain, beristirahat, bertengger, dan kawin. Aktivitas yang dilakukan burung disiang bertengger dan beristirahat, dan pada sore hari burung-burung makan kembali untuk persediaan ketika istirahat di malam hari. Sebagai komponen habitat burung, pohon dapat berfungsi sebagai cover (tempat berlindung dari cuaca dan predator, bersarang, bermain, beristirahat, dan mengasuh anak). Selain menyediakan bagian-bagian pohon (daun, bunga, dan buah) suatu pohon dapat berfungsi sebagai habitat (niche) berbagai jenis organisme lain yang merupakan makanan tersedia bagi burung. Suatu jenis burung biasanya memerlukan kondisi lingkungan dan jenis makanan yang spesifik. Di sisi lain, setiap jenis pohon dan komposisi jenis pohon suatu komunitas dapat menciptakan berbagai kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan yang spesifik bagi jenis-jenis burung tertentu (niche atau relung ekologi). Dengan makin banyak jenis pohon berarti akan tercipta banyak relung ekologi yang memungkinkan berbagai jenis burung dapat hidup secara bersama (Setiawan, Alikodra, Gunawan dan Darnaedi, 2006).

2.3. Hutan Rakyat

2.3.1. Definisi Hutan Rakyat

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu ekosistem berupa hamparan lahan berisi


(31)

9

sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan disebutkan bahwa hutan rakyat adalah hutan hak yang berada pada tanah yang dibebani hak milik. Pengertian ini mencakup semua hutan yang tumbuh di atas lahan milik rakyat, baik petani perseorangan maupun bersama-sama atau badan hukum.

2.3.2 Ciri Hutan Rakyat

Menurut (Wijayanto 2007; Sayuti 2012), pada umumnya hutan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain :

1) Tidak merupakan suatu kawasan yang kompleks, akan tetapi terpencar-pencar di tanah pedesaan lainnya.

2) Bentuk usahanya tidak selalu murni berupa usaha bercocok tanam pohon-pohonan, ada kalanya perkebunan, peternakan dan lain-lain.

3) Kelangsungan hutan rakyat sangat tergantung oleh kebutuhan lahan untuk kepentingan pemukiman usaha tani di luar kehutanan dan kesinambungan pengolahan serta penanaman.

2.3.3 Peranan Hutan Rakyat

Djajapertjunda (2003) menyatakan bahwa hutan rakyat adalah sama halnya sepeti hutan-hutan lainnya yang tanamannya terdiri atas pohon-pohon sebagai jenis utamanya, maka peranannya pun tidak banyak berbeda, yaitu: (a). Ekonomi:


(32)

10

untuk memproduksi kayu dan meningkatkan industri kecil sebagai upaya untuk meningkatkan peranan jaringan ekonomi rakyat. (b). Sosial: guna membuka lapangan kerja. (c). Ekologi: sebagai penyangga kehidupan masyarakat dalam mengatur tata air, mencegah bencana banjir, erosi dan sebagai prasarana untuk memelihara kualitas lingkungan hidup (penyerap CO2 dan produsen O2). (d). Estetika: memberikan keindahan alam. (e). Sumber: merupakan sumberdaya alam untuk ilmu pengetahuan, antara lain ilmu biologi, ilmu lingkungan dan lain-lain.

2.4 Keanekaragaman Jenis Burung

Pada tingkat yang paling sederhana, keanekaragaman didefinisikan sebagai jumlah jenis yang ditemukan dalam komunitas (Primack, Indrawan, dan Kramadibrata 2007). Pengukuran terhadap keanekaragaman merupakan dugaan atas jenis-jenis penting pada suatu komunitas berdasarkan jumlah, biomassa,

cover, dan produktivitas. Keanekaragaman lebih besar jika kelimpahan populasi satu sama lain merata (Desmukh, 1992).

Keanekaragaman hayati dapat dikelompokkan menjadi tiga tingkat yaitu keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetik, dan keanekaragaman komunitas. Ketiga tingkatan keanekaragaman hayati tersebut diperlukan untuk kelanjutan kelangsungan hidup di bumi dan penting bagi manusia. Kekayaan jenis burung di suatu tempat tidak tersebar merata tetapi tinggi di beberapa habitat tertentu dan rendah di habitat lainnya (Sujatnika, Joseph, dan Nurwatha, 1995).

Keanekaragaman jenis burung berbeda pada setiap habitat, tergantung kondisi lingkungan dan faktor yang mempengaruhinya. Syafrudin (2011) menyebutkan


(33)

11

bahwa ada enam faktor yang saling berkaitan dan menentukan naik turunnya keanekaragaman jenis suatu komunitas yaitu: waktu, heterogenitas, ruang, persaingan pemangsaan, kestabilan lingkungan dan produktifitas.

setiap jenis hayati memiliki fungsi dalam melestarikan ekosistem yang ditempatinya, maka sudah seharusnya setiap jenis hayati harus tetap dipertahankan keberadaan dan fungsinya. Namun demikian, di antara sedemikian banyak jenis hayati yang terdapat di bumi ini, beberapa kelompok di antaranya jika ada perubahan lingkungan pendukungnya akan menjadi rawan punah. Kelompok hayati rawan punah tersebut antara lain yang bersifat endemik, migran, pemangsa puncak, megaherbivora dan berbiak dalam kelompok. Oleh karena itu jenis hayati yang termasuk dalam kelompok rawan punah perlu tetap memiliki habitat dengan luasan yang cukup dalam bentuk kawasan konservasi.

2.5 Konservasi Burung

Menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

Upaya konservasi satwa liar meliputi dua hal penting yang harus mendapat perhatian yaitu pemanfaatan yang hati-hati dan pemanfataan yang harmonis. Pemanfaatan yang hati-hati berarti mencegah terjadinya penurunan produktivitas, bahkan menghindarkan sama sekali terjadinya kepunahan spesies. Pemanfaatan


(34)

12

yang harmonis, berarti mempertimbangkan dan memperhitungkan kepentingan-kepentingan lain, sehingga terjadi keselarasan dan keserasian dengan seluruh kegiatan baik lokal, regional, maupun nasional bahkan dalam kaitannya dengan kepentingan konservasi satwa liar secara internasional (Alikodra, 2002).


(35)

13

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di hutan rakyat Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2...Peta lokasi penelitian Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Skala 1:50000 (Sumber : Peta Administratif Kab. Tanggamus, 2010).


(36)

14

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Jam digital digunakan untuk menentukan waktu perjumpaan pada burung yang ditemukan, GPS (Global Positioning System) digunakan untuk menentukan titik pada lokasi pengamatan. Binokuler digunakan untuk membantu melihat objek burung, lembar pengamatan (tally shett) digunakan untuk memcatat jenis, aktivitas dan keterangan lainnya pada saat pengamatan. Buku Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan karangan (Mac Kinnon, Philipps, dan Van Balen, 1998) digunakan untuk mengidentifikasi burung. Bahan yang digunakan adalah spesies burung yang ada di dalam kawasan.

3.3. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini meliputi:

1. Penelitian dilakukan selama sembilan hari waktu efektif Penelitian hanya dilakukan pada burung jenis diurnal dan didentifikasi secara visual dengan radius sejauh mata memandang.

2. Penelitian dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca yaitu cuaca cerah dan mendung, apa bila hujan maka penelitian tidak dilakukan.

3.4. Jenis Data yang Dikumpulkan

3.4.1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari observasi langsung di lapangan berupa data mengenai spesies-spesies burung yang dijumpai di lokasi dengan


(37)

15

menggunakan metode titik hitung (Point Count). Pengamatan dilakukan dengan diam pada titik tertentu kemudian mencatat perjumpaan terhadap burung dengan parameter yang diukur yaitu jenis, waktu, jumlah, dan aktivitas burung tersebut. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan titik hitung (Point Count). Setiap jenis burung yang dijumpai pada setiap titik pengamatan dicatat dengan segala bentuk aktifitasnya.

Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-08.30 WIB dan pada sore hari pukul 15.30-18.00 WIB. Perhitungan populasi dilakukan dengan menghitung langsung jumlah burung yang diamati dengan data populasi tertinggi yang digunakan untuk perhitungan indeks keanekaragaman, serta berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar hutan rakyat Pekon Kelungu untuk mendukung data yang diperoleh di lapangan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi data penunjang yang berkaitan dengan penelitian ini untuk mencari, mengumpulkan, dan menganalisis data penunjang berupa keadaan fisik lokasi penelitian, vegetasi, iklim, peta lokasi dan jenis-jenis burung dengan menggunakan literatur dari pustaka, jurnal dan sumber pustaka lainnya untuk melengkapi data primer yang diambil di lapangan.


(38)

16

3.5. Metode Pengumpulan Data

3.5.1. Orientasi Lapangan

Orientasi di lapangan bertujuan untuk mengenal areal penelitian, kondisi di lapangan dan titik pengamatan untuk memudahkan pengamatan.

3.5.2. Pengamatan Burung

Pengamatan burung dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan secara langsung yaitu menggunakan metode Point Count dengan cara menetapkan titik-titik lokasi yang sesuai pergerakan dan kondisi lingkungan yang ada. Berikut penempatan titik pengamatan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Penempatan titik pengamatan burung menggunakan metode titik hitung (Point Count) di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus dengan skala 1:24.000 (Pergola, 2015).


(39)

17

Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-08.30 WIB dan pada sore hari pada pukul 15.30-18.00 WIB, Pengamatan dilakukan pada tiga titik pengamatan dan dilakukan sebanyak 9 hari pada setiap titiknya.

Pembagian titik lokasi penelitian sebagai berikut:

3.5.2.1. Titik I : Hutan Rakyat Dekat Pemukiman

Titik pengamatan ini berada di kebun yang dekat dengan pemukiman masyarakat, jenis tanaman yang terdapat di lokasi pengamatan yaitu, cempaka, durian, kakao, sengon, petai, duku, cengkeh, dan manggis.

3.5.2.2. Titik II : Hutan Rakyat Berbatasan Dekat Hutan Lindung.

Titik pengamatan yang ke dua ini merupakan titik pengamatan yang berada di dekat hutan lindung, dimana mewakili kondisi tegakan di hutan rakyat, dengan struktur tegakan yang rapat dan vegetasinya didominasi oleh tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan.

3.5.2.3. Titik III Jalur Sempadan Sungai

Titik pengamatan yang ke tiga ini merupakan titik pengamatan yang berada di sepanjang jalur sungai. Jenis tanaman yang mendominasi yaitu tanaman berkayu dan buah-buahan.

Setiap spesies burung yang dilihat atau didengar dicatat jenis dan jumlahnya. Burung yang tidak dapat dikenali dapat diidentifikasi dengan menggunakan buku panduan lapangan identifikasi jenis burung di Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan (1998).


(40)

18

3.5.3. Kondisi Habitat Secara Umum

Kondisi umum areal pengamatan diamati dengan metode Rapid Assessment yang merupakan modifikasi dari habitat Assessment untuk mendapatkan gambaran secara umum tipe vegetasi ditemukannya keberadaan burung. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan penyusun habitat secara umum (Brower, Jerrold, and Von Ende, 1990).

3.6. Analisis Data

3.6.1. Analisis Indeks Keranekaragaman Burung

Analisis keranekaragaman burung dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman (Diversity index) Shannon-Wienner (Odum, 1971; Fachrul, 2007), dengan rumus sebagai berikut:

H’=-∑ Piln (Pi),dimanaPi = (ni/N)

Keterangan :

H’= Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah individu seluruh jenis

Kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) adalah sebagai berikut (Odum,1971; Fachrul, 2007):

≤ 1 : keanekaragaman rendah,

1< < 3: Keanekaragaman sedang ≥ 3 : Keanekaragaman tinnggi


(41)

19

3.6.2. Analisis Indeks Kesamarataan

Indeks kesamarataan (Evenness index) diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

J= H’/Hmaxatau j =-∑ pi ln (pi)/ ln (S) Keterangan :

J= Indeks kesamarataan,

S= Jumlah jenis.

Kriteria indeks kesamarataan (J) menurut Daget (1976) dalam Solahudin (2003) adalah sebagai berikut:

0 < J≤ 0,5 : Komunitas tertekan,

0,5 < J≤ 0,75 : Komunitas labil,

0,75 < J≤ 1 : Komunitas stabil.

Nilai indeks kesamarataan spesies dapat menggambarkan kestabilan suatu komunitas, yaitu bila angka nilai kesamarataan di atas 0,75 maka dikatakan komunitas stabil. Bila semakin kecil nilai indeks kesamarataan spesies maka penyebaran spesies tersebut tidak merata, artinya dalam komunitas ini tidak ada spesies yang mendominasi sehingga kemungkinan kurang adanya persaingan dalam mencari kebutuhan hidup.

3.6.3. Analisis Indeks Kesamaan Spesies Antar Habitat

Indeks kesamaan (Similarity index) diperlukan untuk mengetahui tingkat kesamaan komposisi spesies antar dua habitat, dihitung dengan menggunakan rumus (Odum, 1993; Indriyanto, 2006).


(42)

20

IS = 2C/(A+B) Keterangan :

A = Jumlah spesies dalam komunitas A B = Jumlah spesies dalam komunitas B

C = Jumlah spesies yang sama pada kedua komunitas.

3.6.4. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan pemanfaatan habitat dan vegetasi oleh burung. Hasil yang diperoleh ditabulasikan dan diuraikan secara deskriptif berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan.


(43)

21

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Kecamatan Kotaagung

4.1.1. Keadaan Umum Wilayah

Kotaagung adalah sebuah kecamatan yang juga merupakan pusat pemerintahan (ibu kota) Kabupaten Tanggamus, Lampung, Indonesia dan merupakan kota terbesar di kabupaten ini. Kotaagung terletak di bawah kaki Gunung Tanggamus dan di sisi pantai Teluk Semaka. Kecamatan Kotaagung terbagi atas tiga kelurahan (Kelurahan Baros, Kelurahan Pasar Madang dan Kelurahan Kuripan), sepuluh pekon (Pekon Kedamaian, Pekon Kelungu, Pekon Kotaagung, Pekon Kusa, Pekon Negri Ratu, Pekon Penanggungan, Pekon Pardasuka, Pekon Teratas, Pekon Terbaya dan Pekon Terdana) dengan luas wilayah 10.130 Ha. Secara geografis Kecamatan Kotaagung terletak pada posisi 104o18'-105o12' Bujur Timur dan 5o05'-5o56' Lintang Selatan.

Kotaagung memiliki batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Tanggamus 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wonosobo 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gisting 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Semaka (Pemerintah Kabupaten Tanggamus, 2015).


(44)

22

4.1.2. Keadaan Penduduk/Demografis

Penduduk Kecamatan Kotaagung terdiri dari penduduk asli (Lampung) dan penduduk pendatang dari luar daerah seperti Sunda, Jawa, Bali, Madura, Palembang, dan Bengkulu. Jumlah kepala keluarga di wilayah Kecamatan Kotaagung Penduduk kecamatan ini berjumlah 3498 KK, 29.749 jiwa (Pemerintah Kabupaten Tanggamus, 2015).

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang terdapat di Kecamatan Kotaagung terdiri dari sarana dan prasarana perhubungan, pemerintahan, pemasaran, dan social pendidikan. Kecamatan Kotaagung memiliki prasarana perhubungan berupa jalan aspal, jalan diperkeras dan jalan tanah yang semuanya dapat dilalui sepanjang tahun. Sarana perhubungan berupa alat transportasi yang terdiri dari bus, angkot, ojek, dan becak. Prasarana pemerintah yang ada di kecamatan ini berupa balai pekon sebanyak 22 kantor, kantor kelurahan sebanyak tiga kantor dan satu kantor kecamatan. Prasarana pemasaran dikecamatan ini berupa pasar yang terletak di pusat kecamatan. Prasarana sosial kecamatan berupa 30 masjid, 27 mushola, satu kantor pos, satu puskesmas, satu poliklinik/balai pengobatan, satu kantor polisi, satu kantor Telkom, satu kantor PLN, dua bank (bank BRI dan bank Lampung). Sedangkan sarana pendidikan yang dimiliki adalah delapan TK, 25 SDN, empat Madrasah, dua SD swasta, empat SD swasta islam, enam SLTPN, tiga SLTP swasta umum, tiga SLTP swasta islam, tiga SMUN, satu MAN, satu SMU swasta umum, dan dua SMK (Profil Pekon Kelungu, 2015).


(45)

23

4.2. Pekon Kelungu

4.2.1. Legenda dan Sejarah Pekon Kelungu serta Perkembangannya

Asal mula masyarakat Pekon Kelungu berawal dari eksodus/keluarnya sebagian dari warga Marga Buai Manik Sekala Berak Kabupaten Lampung Barat, yang disebabkan oleh adanya gempa bumi dahsyat. Pada Abad ke-16 mereka memutuskan pindah ke Semangka dan membuka hutan dan menetap di aliran sungai Way Jelay dikarenakan sungai digunakan sebagai keperluan sehari-hari nampak bewarna keungu-unguan maka daerah tempat tinggal mereka dinamaka Kelungu.

Pada tahun 1918 datang dua keluarga dari Jawa yang salah satu keluarga tersebut bernama Iskak mereka membuka lahan yang menjadi ulayat/asal Pekon Kelungu di Dusun Sinar Lebak, dua keluarga tersebut merupkan cikal bakal suku pendatang di Pekon Kelungu, yang sekarang di samping suku Lampung ada juga suku Jawa, Sunda, Banten, Palembang dan sebagainya. Pada tahun 1979 Dusun Pardasuka dan Dusun Repong Bakau memisahkan diri dari Desa/Pekon Kelungu dan membentuk Desa/Pekon sendiri yang bernama Desa/Pekon Parda Suka. Nama-nama kepala Pekon Kelungu disajikan pada Tabel 1.


(46)

24

Tabel 1. Daftar Nama-Nama Kepala Pekon Kelungu pada penelitian keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Juni 2015

No Nama Kepala Desa/Pekon Masa Bakti Keterangan

1 Abu Hasan 1928 s.d 1940 Status Kepala

Kampung

2 Abu Durani 1940 s.d 1942 Status Kepala

Kampung 3 Muhammad Nur (Gelar/Adok

Batin Kapitan)

1942 s.d 1963 Status Kepala Kampung 4 Zubaidi (Gelar/Adok Dalom

Bangsa Ratu)

1963 s.d 1970 Status Kepala Kampung

5 Ismail 1970 s.d 1975 Status Kepala

Kampung

6 Azhar Sonnur 1975 s.d 1980 Status Kepala

Kampung 7 Mad Hasan (Gelar/Adok

Batin Kelana Jaya)

1980 s.d 1998 Status Kepala Desa/Pekon

8 Dulmannan 1998/ s.d 2006 Status Kepala

Desa/Pekon

9 Hartono Maret 2006 s.d

September 2006

Pejabat Sementara 10 Agus Mila Wati 2006 s.d Juni 2010 Mengundurkan

Diri Seblum Habis Jabatan

11 Imron Juni 2010 s.d

November 2010

Pejabat Sementara (Sumber: Profil Pekon Kelungu, 2015).

4.2.2. Geografis

4.2.2.1. Letak dan Luas Wilayah

Pekon Kelungu berada di Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus yang mempunyai luas 105 Ha yang terdiri atas dua Dusun dan empat RT, dengan batas wilayah sebaai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Pekon Kusa


(47)

25

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Pekon Negeri Ratu

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Pekon Teratas (Profil Pekon Kelungu, 2015).

4.2.2.2 Iklim

Iklim di Pekon Kelungu sebagaimana pekon-pekon lain di wilayah Indonesia yaitu memiliki dua musim pada setiap tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim hujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung.

4.2.3. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk

Pekon Kelungu mempunyai jumlah penduduk 1403 jiwa yang tersebar dalam dua Dusun (RW) dan empat Rukun Tangga (RT). Dusun I 785 jiwa, Dusun II 618 jiwa. Mayoritas mata pencarian penduduk Pekon Kelungu adalah sebagai petani dan buruh tani. Potensi pertanian yang ada adalah produksi padi dengan cara pertanian yang tradisional (tadah hujan) dalam satu tahun hanya dapat produksi dua kali. Selain dari pertanian masyarakat bermata pencaharian sebagai petani lahan kering dengan potensi kakau (coklat) durian, duku, rambutan dll. Jenis unggulan Pekon adalah produksin padi. Peternakan yang ada hanyalah ternak ikan yang dilakukan oleh 2% penduduk Pekon Kelungu.

Sebagian besar penduduk Pekon Kelungu bermata pencaharian sebagai petani, selangkapnya sebagai berikut: petani 33 jiwa, pedagang 15 jiwa, PNS tiga jiwa,


(48)

26

buruh 550 jiwa dan lainnya 244 Jiwa. Pendapatan perkapita penduduk dapat

dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1. Petani (30%) : Rp. 150.0000 s/d 300.000/bulan 2. Buruh Tani (65%) : Rp. 150.0000/bulan

3. Pedagang (5%) : Rp. 250.000/bulan (Sumber: Profil Pekon Kelungu, 2015).


(49)

66

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus pada bulan Juni 2015 ditemukan 27 spesies burung dengan jumlah individu 3.018 yang berasal dari 16 famili. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi yaitu H’=2.630 terdapat pada stasiun dua di antara hutan rakyat dekat hutan lindung dan terendah yaitu H’ = 1,701 terdapat pada hutan rakyat dekat pemukiman.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian, disarankan perlunya penelitian tentang ketersediaan pakan bagi burung, migrasi burung, dan perilaku burung di Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus


(50)

65

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, M. 2015. Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Alikodra, H. S. 2002. Pengelolaan Satwaliar. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

______________. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Bogor. Institut pertanian Bogor. Bogor.

Ayat, A. 2011. Burung-burung Agroforest di Sumatera. World Agroforestry Centre. Bogor.

Bibby, C., D. B. Neil dan H. David . 2004. Bird Census Techniques. The Cambridge University Press. UK.

________, M. Jones., dan S. Marsden. 2000. Survei Burung. SMKG Mardi Yuana. Bogor.

Brower, J. E., H. Z Jerrold dan C. N. Von Ende. 1990. Field And Laboratory Method For General Ecology. Wm. C. Brown Publisher. America.

Chang, P. 2008.Delichon dasypus. https://www.flickr.com/photos/23032104@N0 0/2678770295. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Daget, J. 1976. Les Modèles Mathématiques en Ecologie. Masson, Paris.

Darmawan, M.P. 2006. Keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe habitat di Hutan Lindung Gunung Lumut Kalimantan Timur. (Skripsi) Institut Pertanian Bogor. Bogor.

David, B. 2009. Coturnix chinensis. http://animaldiversity.org/accounts/ Coturnix_chinensis/pictures/collections/contributors/david_blank/Cchinen sis2/ Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Delberghe, A. 2012.Lonchura punctulata. https://www.flickr.com/photos/230321 04@N00/2678770295. Diakses pada tanggal 9 September 2015.


(51)

66

Departemen Kehutanan. 1999. Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Kementrian Kehutanan. Jakarta. Desmukh, I. 1992.Ekologi dan Biologi Tropika. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Djajapertjunda, S. 2003. Mengembangkan Hutan Milik di Jawa. Alqaprint

Jatinangor. Sumedang.

Fachrul, M. F. 2007.Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.

Firdaus, A. B., A. Setiawan dan E. L. Rustiati 2014. Keanekaragaman Spesies Burung Di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Lampung Barat.Jurnal Sylva LestariVol. 2(2): 1-6. Frieda. 2014. Locustella certhiola. https://www.flickr.com/photos/50169565@N0

6/16796243528. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Handari , A. 2012. Keanekaragaman jenis burung di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan. (Skripsi) Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hendri. 2011. Elang Hitam. http://4raptor.wordpress.com / 2012/ 08/04 /elang-ikan-kepala-kelabu/. Diakses tanggal 9 September 2015.

Holmes, D dan W. M. Rombang. 2001. Daerah Penting bagi Burung: Sumatera. PKA/BirdLife International-Indonesia Programme. Bogor.

Indriyanto, 2006.Ekologi Hutan.Bumi aksara. Jakarta.

Irving, D. 2013. Zosterops montanus. https://www.flickr.com/photos/40195635@ N03/9065307096. Diakses pada tanggal 10 September 2015.

__________. 2014.Locustella lanceolata. https://www.flickr.com/photos/m40195 635@N03/15655304142. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Ismavel, V. A 2015. Nectarinia sperata http://orientalbirdimages.org/search. php?Bird_ID=2118. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

MacKinnon, J., K. Phillipps., dan B. van Balen 1998. Seri Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor: Birdlife International-Indonesia Program Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI.

Manda. 2009. Nectarinia jugularis. https://www.flickr.com/photos/26893598@N 02/3999764013/. Diakses pada tanggal 9 September 2015.


(52)

67

Martin. F., S. P. Harianto. dan B. S. Dewi. 2012. Keanekaragaman jenis burung di pulau anak Krakatau Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau.Jurnal Sylva LestariVol. 1 (2) 13-14.

Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B Sounders Co. Philadepia.

__________. 1993.Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Paerman, P.B. 2002. The Scale of Community Structure: Habitat Varition and

Avian Guilds in The Tropical Forest. Ecological Monographs. Vol. 72: 19-39.

Pemerintah Kabupaten Tanggamus. 2015. Letak Geografis Kabupaten Tanggamus. Tanggamus.go.id/v2/letak-geografis-kabupaten-tanggamus/. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Peta Lokasi Penelitian Pekon Kelungu. 2010. Peta Administratif Kabuaten Tanggamus.

Pergola, B., B. S. Dewi dan R. A. Surya. 2013. Keanekaragaman Jenis Burung di Lahan Basah Rawa Bujung Raman Desa Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat. Prosiding Seminar Nasional SATEK V. Universitas Lampung. Lampung.

Pergola, B. 2015. Peta lokasi penempatan titik pengamatan burung di Hutan Rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus. Tidak dipublikasikan.

Pramono. A. A., M. A. Fuzi., M. A. Widyani., I. Heriansyah dan J. M. Roshetko. 2010.Pengelolaan Hutan Jati Rakyat. Cifor. Bogor.

Purwanto. 2012. Elang Bondol. http://raptorindonesia.org/publication/foto/elang-bondol-haliastur-indus/. Diakses pada tanbggal 9 September 2015.

Primack, R.B., M. Indrawan., dan J. Supriatna. 2007. Biologi Konvservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Profil Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus. 2015. Tanggamus. Lampung.

Ramdhani. 2008. Burung dan Dasar-Dasar Birdwatching. http://www.deri

ramdhani’s.com. Diakses tanggal 29 September. 2015.

Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya. Jakarta.


(53)

68

_________________. 1999. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang

Kehutanan. Jakarta.

Rohiyan, M., A. Setiawan dan E. L. Rustiati. 2014. Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Pinus dan Hutan Campuran Muarasipongi Kabupaten Mandailing Natal sumatra Utara. Jurnal Sylva Lestari. Vol.2 (2) Hal. 89-98.

Sayuti, S. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agribisnis hutan rakyat di Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung. (Thesis). Universitas Dipenogoro. Semarang.

Setiawan, A., H. S. Alikodra., A. Gunawan dan D. Darnaeidi. 2006. Keanekaragaman Jenis Pohon dan Burung di Beberapa Areal Hutan Kota Bandar Lampung.Jurnal Manajemen Hutan Tropika.Vol. XII (1) : 1-13. Simanjutak, E J., B. Nurdjali dan S. Siahaan. 2013. Keanekaragaman Jenis

Burung Diurnal di Perkebunan Kelapa Sawit PTPN XIII Desa Amboyo Inti Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak . Jurnal Hutan Lestari. Vol 1(13): 317-326.

Sitorus, J. 2009. Zosterops atricapilla. https://www.flickr.com/photos/8597269@ N07/3473419000. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Smavel. 2015. Nectarinia sperata. https://www.flickr.com/photos/26893598@N0 2/3999764013/. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Usaha Nasional. Jakarta.

Solahudin, A. M. 2003. Keanekaragaman jenis burung air di Lebak Pampangan Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatra Selatan. (Skripsi). Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar lampung. Tidak dipublikasiakan.

Sozer, R., Y. Saaroni dan P.F. Nurwatha. 1999. Jenis-Jenis Burung Dilindungi yang Sering Diperdagangkan. Yayasan Pribumi Alam Lestari. Bandung. Sujatnika, P., Joseph., T. R. Soehartono., M. J. Crosby dan A. Mardiastuti. 1995.

Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pendekatan Daerah Burung Endemik. PHPA/BirdLife International-Indonesia Programme. Jakarta.

Syafrudin, D. 2011. Keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe habitat di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung. (Skripsi). Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(54)

69

Triyanah, E., S. P. Harianto, dan B. S. Dewi, B. 2014. Biodiversitas Burung di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung. Prosiding Seminar Nasional Silvikultur November 2014. Yogyakarta.

Welty, J. C. 1982.The Life of Bird. Saunders College Publishing. Philadelphia. Wijayanto. 2007. Hutan Rakyat. http://eprints.undip.ac.id/42358/2/BAB_II_myt.

pdf. Diakses pada tanggal 23 Maret. 2015.

Wirasiti, N. N., N. M. Rai Suarni., A. Gunawan dan D. Darnaedi. 2005. Jenis-Jenis dan Karakteristik Burung yang Ditemukan di Kawasan Bedugul dan Sekitarnya. Bumi LestariJournal of Environment. Vol. 5(2) : 1-9.

Yeliseev, S. 2007. Passer montanus. https://www.flickr.com/photos/13861029@ N00/2056024614. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Yohanes, P. 2013. Bondol haji(Lonchura maja). https://www.flickr.com/photos/4 5546341@N05/8484334198. Diakses pada tanggal 9 September 2015.


(1)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus pada bulan Juni 2015 ditemukan 27 spesies burung dengan jumlah individu 3.018 yang berasal dari 16 famili. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi yaitu H’=2.630 terdapat pada stasiun dua di antara hutan rakyat dekat hutan lindung dan terendah yaitu H’ = 1,701 terdapat pada hutan rakyat dekat pemukiman.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian, disarankan perlunya penelitian tentang ketersediaan pakan bagi burung, migrasi burung, dan perilaku burung di Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, M. 2015. Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Alikodra, H. S. 2002. Pengelolaan Satwaliar. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

______________. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Bogor. Institut pertanian Bogor. Bogor.

Ayat, A. 2011. Burung-burung Agroforest di Sumatera. World Agroforestry Centre. Bogor.

Bibby, C., D. B. Neil dan H. David . 2004. Bird Census Techniques. The Cambridge University Press. UK.

________, M. Jones., dan S. Marsden. 2000. Survei Burung. SMKG Mardi Yuana. Bogor.

Brower, J. E., H. Z Jerrold dan C. N. Von Ende. 1990. Field And Laboratory Method For General Ecology. Wm. C. Brown Publisher. America.

Chang, P. 2008.Delichon dasypus. https://www.flickr.com/photos/23032104@N0 0/2678770295. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Daget, J. 1976. Les Modèles Mathématiques en Ecologie. Masson, Paris.

Darmawan, M.P. 2006. Keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe habitat di Hutan Lindung Gunung Lumut Kalimantan Timur. (Skripsi) Institut Pertanian Bogor. Bogor.

David, B. 2009. Coturnix chinensis. http://animaldiversity.org/accounts/ Coturnix_chinensis/pictures/collections/contributors/david_blank/Cchinen sis2/ Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Delberghe, A. 2012.Lonchura punctulata. https://www.flickr.com/photos/230321 04@N00/2678770295. Diakses pada tanggal 9 September 2015.


(3)

Djajapertjunda, S. 2003. Mengembangkan Hutan Milik di Jawa. Alqaprint Jatinangor. Sumedang.

Fachrul, M. F. 2007.Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.

Firdaus, A. B., A. Setiawan dan E. L. Rustiati 2014. Keanekaragaman Spesies Burung Di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Lampung Barat.Jurnal Sylva LestariVol. 2(2): 1-6. Frieda. 2014. Locustella certhiola. https://www.flickr.com/photos/50169565@N0

6/16796243528. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Handari , A. 2012. Keanekaragaman jenis burung di hutan produksi Desa Gunung Sangkaran Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan. (Skripsi) Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hendri. 2011. Elang Hitam. http://4raptor.wordpress.com / 2012/ 08/04 /elang-ikan-kepala-kelabu/. Diakses tanggal 9 September 2015.

Holmes, D dan W. M. Rombang. 2001. Daerah Penting bagi Burung: Sumatera. PKA/BirdLife International-Indonesia Programme. Bogor.

Indriyanto, 2006.Ekologi Hutan.Bumi aksara. Jakarta.

Irving, D. 2013. Zosterops montanus. https://www.flickr.com/photos/40195635@ N03/9065307096. Diakses pada tanggal 10 September 2015.

__________. 2014.Locustella lanceolata. https://www.flickr.com/photos/m40195 635@N03/15655304142. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Ismavel, V. A 2015. Nectarinia sperata http://orientalbirdimages.org/search. php?Bird_ID=2118. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

MacKinnon, J., K. Phillipps., dan B. van Balen 1998. Seri Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor: Birdlife International-Indonesia Program Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI.

Manda. 2009. Nectarinia jugularis. https://www.flickr.com/photos/26893598@N 02/3999764013/. Diakses pada tanggal 9 September 2015.


(4)

Martin. F., S. P. Harianto. dan B. S. Dewi. 2012. Keanekaragaman jenis burung di pulau anak Krakatau Kawasan Cagar Alam Kepulauan Krakatau.Jurnal Sylva LestariVol. 1 (2) 13-14.

Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B Sounders Co. Philadepia.

__________. 1993.Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Paerman, P.B. 2002. The Scale of Community Structure: Habitat Varition and

Avian Guilds in The Tropical Forest. Ecological Monographs. Vol. 72: 19-39.

Pemerintah Kabupaten Tanggamus. 2015. Letak Geografis Kabupaten Tanggamus. Tanggamus.go.id/v2/letak-geografis-kabupaten-tanggamus/. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Peta Lokasi Penelitian Pekon Kelungu. 2010. Peta Administratif Kabuaten Tanggamus.

Pergola, B., B. S. Dewi dan R. A. Surya. 2013. Keanekaragaman Jenis Burung di Lahan Basah Rawa Bujung Raman Desa Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat. Prosiding Seminar Nasional SATEK V. Universitas Lampung. Lampung.

Pergola, B. 2015. Peta lokasi penempatan titik pengamatan burung di Hutan Rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus. Tidak dipublikasikan.

Pramono. A. A., M. A. Fuzi., M. A. Widyani., I. Heriansyah dan J. M. Roshetko. 2010.Pengelolaan Hutan Jati Rakyat. Cifor. Bogor.

Purwanto. 2012. Elang Bondol. http://raptorindonesia.org/publication/foto/elang-bondol-haliastur-indus/. Diakses pada tanbggal 9 September 2015.

Primack, R.B., M. Indrawan., dan J. Supriatna. 2007. Biologi Konvservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Profil Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus. 2015. Tanggamus. Lampung.

Ramdhani. 2008. Burung dan Dasar-Dasar Birdwatching. http://www.deri ramdhani’s.com. Diakses tanggal 29 September. 2015.

Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya. Jakarta.


(5)

Mandailing Natal sumatra Utara. Jurnal Sylva Lestari. Vol.2 (2) Hal. 89-98.

Sayuti, S. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agribisnis hutan rakyat di Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung. (Thesis). Universitas Dipenogoro. Semarang.

Setiawan, A., H. S. Alikodra., A. Gunawan dan D. Darnaeidi. 2006. Keanekaragaman Jenis Pohon dan Burung di Beberapa Areal Hutan Kota Bandar Lampung.Jurnal Manajemen Hutan Tropika.Vol. XII (1) : 1-13. Simanjutak, E J., B. Nurdjali dan S. Siahaan. 2013. Keanekaragaman Jenis

Burung Diurnal di Perkebunan Kelapa Sawit PTPN XIII Desa Amboyo Inti Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak . Jurnal Hutan Lestari. Vol 1(13): 317-326.

Sitorus, J. 2009. Zosterops atricapilla. https://www.flickr.com/photos/8597269@ N07/3473419000. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Smavel. 2015. Nectarinia sperata. https://www.flickr.com/photos/26893598@N0 2/3999764013/. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Usaha Nasional. Jakarta.

Solahudin, A. M. 2003. Keanekaragaman jenis burung air di Lebak Pampangan Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatra Selatan. (Skripsi). Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar lampung. Tidak dipublikasiakan.

Sozer, R., Y. Saaroni dan P.F. Nurwatha. 1999. Jenis-Jenis Burung Dilindungi yang Sering Diperdagangkan. Yayasan Pribumi Alam Lestari. Bandung. Sujatnika, P., Joseph., T. R. Soehartono., M. J. Crosby dan A. Mardiastuti. 1995.

Melestarikan Keanekaragaman Hayati Indonesia: Pendekatan Daerah Burung Endemik. PHPA/BirdLife International-Indonesia Programme. Jakarta.

Syafrudin, D. 2011. Keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe habitat di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung. (Skripsi). Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(6)

Triyanah, E., S. P. Harianto, dan B. S. Dewi, B. 2014. Biodiversitas Burung di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung. Prosiding Seminar Nasional Silvikultur November 2014. Yogyakarta.

Welty, J. C. 1982.The Life of Bird. Saunders College Publishing. Philadelphia. Wijayanto. 2007. Hutan Rakyat. http://eprints.undip.ac.id/42358/2/BAB_II_myt.

pdf. Diakses pada tanggal 23 Maret. 2015.

Wirasiti, N. N., N. M. Rai Suarni., A. Gunawan dan D. Darnaedi. 2005. Jenis-Jenis dan Karakteristik Burung yang Ditemukan di Kawasan Bedugul dan Sekitarnya. Bumi LestariJournal of Environment. Vol. 5(2) : 1-9.

Yeliseev, S. 2007. Passer montanus. https://www.flickr.com/photos/13861029@ N00/2056024614. Diakses pada tanggal 9 September 2015.

Yohanes, P. 2013. Bondol haji(Lonchura maja). https://www.flickr.com/photos/4 5546341@N05/8484334198. Diakses pada tanggal 9 September 2015.