Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
(Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)
SKRIPSI
Fritz Mesakh Tarigan Silangit 090304037
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN
(Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)
SKRIPSI
OLEH: FRITZ MESAKH TARIGAN SILANGIT
090304037 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Ketua

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing


Anggota

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) NIP: 196411021989032001

(Ir. Iskandarini, MM, PhD) NIP: 196405051994032002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
FRITZ MESAKH TARIGAN SILANGIT: Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Studi Kasus: Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan, Kabupaten Labuhanbatu Selatan), dibimbing oleh Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Ir. Iskandarini, MM, PhD.
Karet merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang memiliki peran cukup penting dalam perekonomian nasional. Sampai saat ini, permintaan akan hasil karet masih tinggi dikarenakan semakin meluasnya penggunaan karet sehingga permintaan terhadap bahan baku pun meningkat. Namun, perkebunan karet rakyat tidak dikelola dengan baik dan tanaman karet tua jarang diremajakan dengan tanaman baru. Hal tersebut menyebabkan produktivitas perkebunan karet rakyat sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi peningkatan pendapatan petani karet rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive). Metode penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan jumlah sampel 53 orang. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif, yaitu matriks SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki petani karet rakyat di daerah penelitian adalah keadaan iklim dan lahan, ketersediaan tenaga kerja, pengalaman bertani petani, dan jarak tanam tanaman karet; kelemahan yang dimiliki petani karet rakyat adalah jenis bibit karet, jumlah modal yang dimiliki petani, pemeliharaan kebun karet, penyadapan tanaman karet, dan kelompok tani; peluang yang dapat dimanfaatkan petani karet rakyat adalah permintaan getah karet, harga getah karet, dan peran pemerintah; ancaman yang dihadapi petani karet rakyat adalah penyakit tanaman karet, ekspansi lahan perkebunan kelapa sawit, dan getah karet milik pesaing. Strategi peningkatan pendapatan petani karet rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah memanfaatkan kondisi iklim dan lahan serta tenaga kerja yang tersedia untuk meningkatkan produksi getah karet; menjual getah karet kepada pembeli yang menawarkan harga tinggi; memberikan bantuan bibit karet unggul dan modal kepada petani karet; meningkatkan modal dengan mengoptimalkan permintaan getah karet; melaksanakan penyuluhan untuk menambah wawasan petani dalam berkebun karet; menemukan solusi yang tepat untuk mencegah adanya tanaman karet yang terserang penyakit dan mengobati tanaman karet yang terserang penyakit; melaksanakan tindakan pemeliharaan tanaman karet dengan baik untuk mengurangi risiko terserang penyakit tanaman karet; menanam bibit karet unggul dan mengelola kebun karet dengan baik agar kualitas getah karet yang dihasilkan dapat bersaing dengan pesaing penghasil getah karet.
Kata kunci: karet, faktor internal, faktor eksternal, strategi peningkatan pendapatan
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
FRITZ MESAKH TARIGAN SILANGIT, lahir di Kabanjahe pada tanggal 8 Juli 1991, merupakan anak dari Bapak Drs. A. Tarigan dan Ibu E. Peranginangin, SPd. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1996 masuk di Taman Kanak-Kanak (TK) Kemala Bhayangkari

Rantauprapat dan tamat tahun 1997. 2. Tahun 1997 masuk di Sekolah Dasar (SD) Negeri 112139 Rantauprapat dan
tamat tahun 2003. 3. Tahun 2003 masuk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3
Rantauprapat dan tamat tahun 2006. 4. Tahun 2006 masuk di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Rantauprapat
dan tamat tahun 2009. 5. Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB-SPMB. Penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Pantai Cermin
Kanan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan JuliAgustus tahun 2013.
Penulis melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan, Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada bulan Oktober tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan segala puji, hormat, dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Judul skripsi ini adalah “Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan”. Studi kasus penelitian di Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan, Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir.
Iskandarini, MM, PhD selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, membantu, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP-USU dan Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis , MEc selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah memberikan kemudahan selama masa perkuliahan. 3. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan motivasi penulis selama masa perkuliahan. 4. Seluruh Pegawai Program Studi Agribisnis FP-USU, yang membantu penulis dalam mengurus administrasi kampus. 5. Lurah Langgapayung, para pegawai Kantor Lurah Langgapayung, petugas penyuluh lapangan Kelurahan Langgapayung, dan para petani yang bersedia
Universitas Sumatera Utara

menjadi sampel penelitian, atas bantuan yang diberikan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian skripsi ini.
Secara khusus, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada orang tua tercinta, yaitu Bapak Drs. A. Tarigan dan Ibu E. Perangin-angin, SPd atas kasih sayang, nasihat, maupun dukungan melalui doa, materi, serta kesabaran dalam mendidik penulis selama menjalani perkuliahan, terkhusus dalam menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada adikadik, yaitu Alfreda Ariella br Tarigan, Mia Leilani br Tarigan, Ritchi Ephipanias Tarigan serta seluruh keluarga yang turut mendoakan dan memotivasi penulis.
Penulis juga berterimakasih kepada semua teman-teman mahasiswa/i Stambuk 2009 Program Studi Agribisnis tanpa terkecuali, yang menjadi inspirasi selama penulis menjalani perkuliahan. Terimakasih kepada Eksaudi, Jehovah Nissi, Loperay Agave GEYP, dan Koordinasi UKM KMK USU UP FP yang juga turut mendoakan dan memotivasi penulis.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk perbaikan karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan dunia pertanian.
Medan, Maret 2014

Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1.2. Identifikasi Masalah .......................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 1.4. Kegunaan Penelitian ..........................................................................


1 1 5 5 5

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................. 6 2.1. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 6 2.2. Landasan Teori ............................................................................... 10 2.2.1. Konsep Strategi ................................................................... 10 2.2.2. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ......................... 13 2.2.3. Analisis SWOT ................................................................... 14 2.3. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 17

III. METODE PENELITIAN .................................................................... 20 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ............................................ 20 3.2. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 22 3.3. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 23 3.4. Metode Analisis Data .................................................................... 24 3.5. Definisi dan Batasan Operasional ................................................. 28 3.5.1. Definisi ............................................................................. 28 3.5.2. Batasan Operasional .......................................................... 29

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ............................................................ 30 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian .......................................................... 30 4.1.1. Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan ............................... 30 4.1.2. Keadaan Penduduk ............................................................ 31 4.1.3. Sarana dan Prasarana ......................................................... 33 4.2. Karakteristik Sampel .................................................................... 33

Universitas Sumatera Utara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 35 5.1. Deskripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Petani Karet di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ........... 35 5.1.1. Faktor Internal ..................................................................... 36 5.1.2. Faktor Eksternal .................................................................. 45 5.2. Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ................................................. 52 5.2.1. Pembobotan Faktor-Faktor Internal dan Faktor-Faktor Eksternal ....................................................... 52 5.2.2. Penentuan Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ................. 55 5.2.3. Penentuan Alternatif Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ...... 60
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 64 6.1. Kesimpulan .................................................................................. 64 6.2. Saran ............................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel 1.
2. 3.

4.
5.
6. 7. 8.
9.
10. 11.
12. 13. 14. 15. 16.
17.

Judul
Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat Nasional Menurut Jenis Tanamannya Tahun 2011 Matriks SWOT Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Karet Rakyat di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Karet Rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2011 Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Karet Rakyat di Kecamatan Sungai Kanan Tahun 2011 Skala Teknik Komparasi Berpasangan Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Kelurahan Langgapayung Distribusi Penduduk Kelurahan Langgapayung Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2012 Distribusi Penduduk Kelurahan Langgapayung Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2012 Karakteristik Petani Sampel Kelurahan Langgapayung Faktor-Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) serta Faktor-Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Labuhan Batu Selatan Pembobotan Faktor-Faktor Internal Pembobotan Faktor-Faktor Eksternal Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal Gabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan Faktor Strategis Eksternal Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Matriks SWOT Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Halaman 3
16 21
22
22
26 31 32
32
33 51
53 54 55 56 58
61


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1. 2. 3. 4.

Judul
Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif Matriks SPACE dalam SWOT Skema Kerangka Pemikiran Matriks SPACE Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Halaman
12 15 19 59

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. 2.

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12.
13. 14. 15. 16.

Judul
Karakteristik Petani Karet di Kelurahan Langgapayung Parameter Penilaian Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Penilaian Tingkat Kepentingan Faktor Internal Penilaian Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Hasil Penilaian Faktor Internal Hasil Penilaian Faktor Eksternal Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Geometris Faktor Internal Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Geometris Faktor Eksternal Normalisasi Faktor Internal Normalisasi Faktor Eksternal Faktor Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Faktor Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Pembobotan Faktor - Faktor Internal Pembobotan Faktor - Faktor Eksternal Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
FRITZ MESAKH TARIGAN SILANGIT: Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Studi Kasus: Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan, Kabupaten Labuhanbatu Selatan), dibimbing oleh Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Ir. Iskandarini, MM, PhD.
Karet merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang memiliki peran cukup penting dalam perekonomian nasional. Sampai saat ini, permintaan akan hasil karet masih tinggi dikarenakan semakin meluasnya penggunaan karet sehingga permintaan terhadap bahan baku pun meningkat. Namun, perkebunan karet rakyat tidak dikelola dengan baik dan tanaman karet tua jarang diremajakan dengan tanaman baru. Hal tersebut menyebabkan produktivitas perkebunan karet rakyat sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi peningkatan pendapatan petani karet rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive). Metode penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan jumlah sampel 53 orang. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif, yaitu matriks SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki petani karet rakyat di daerah penelitian adalah keadaan iklim dan lahan, ketersediaan tenaga kerja, pengalaman bertani petani, dan jarak tanam tanaman karet; kelemahan yang dimiliki petani karet rakyat adalah jenis bibit karet, jumlah modal yang dimiliki petani, pemeliharaan kebun karet, penyadapan tanaman karet, dan kelompok tani; peluang yang dapat dimanfaatkan petani karet rakyat adalah permintaan getah karet, harga getah karet, dan peran pemerintah; ancaman yang dihadapi petani karet rakyat adalah penyakit tanaman karet, ekspansi lahan perkebunan kelapa sawit, dan getah karet milik pesaing. Strategi peningkatan pendapatan petani karet rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah memanfaatkan kondisi iklim dan lahan serta tenaga kerja yang tersedia untuk meningkatkan produksi getah karet; menjual getah karet kepada pembeli yang menawarkan harga tinggi; memberikan bantuan bibit karet unggul dan modal kepada petani karet; meningkatkan modal dengan mengoptimalkan permintaan getah karet; melaksanakan penyuluhan untuk menambah wawasan petani dalam berkebun karet; menemukan solusi yang tepat untuk mencegah adanya tanaman karet yang terserang penyakit dan mengobati tanaman karet yang terserang penyakit; melaksanakan tindakan pemeliharaan tanaman karet dengan baik untuk mengurangi risiko terserang penyakit tanaman karet; menanam bibit karet unggul dan mengelola kebun karet dengan baik agar kualitas getah karet yang dihasilkan dapat bersaing dengan pesaing penghasil getah karet.
Kata kunci: karet, faktor internal, faktor eksternal, strategi peningkatan pendapatan
Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup penting dalam kegiatan
perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yakni sekitar 14,72 persen pada tahun 2011 atau merupakan urutan ketiga setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Saat krisis ekonomi, sektor pertanian merupakan sektor yang cukup kuat menghadapi goncangan ekonomi dan ternyata dapat diandalkan dalam pemulihan ekonomi nasional (BPS, 2012).
Salah satu subsektor yang cukup besar potensinya adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor penting dalam sektor pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Pengembangan subsektor perkebunan merupakan salah satu pilihan yang cukup realistis sebagai bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia dengan tiga alasan utama. Pertama, bisnis perkebunan adalah bisnis yang mempunyai daya tahan tinggi karena berbasis pada sumberdaya domestik dan berorientasi ekspor. Hal ini tercermin dari bisnis perkebunan yang selalu tumbuh sekitar 4% per tahun pada 25 tahun terakhir. Kedua, bisnis perkebunan diyakini masih sangat prospektif dengan peluang pertumbuhan berkisar antara 2-8% per tahun, tergantung komoditasnya. Ketiga, bisnis perkebunan merupakan bisnis yang relatif intensif menggunakan tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang berlokasi di pedesaan. Sebagai negara berkembang dimana penyediaan lapangan kerja merupakan masalah yang

1
Universitas Sumatera Utara

mendesak, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan. Kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja menjadi nilai tambah sendiri, karena subsektor perkebunan menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Dengan karakteristik tersebut, bisnis perkebunan diharapkan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak, sekaligus memperbaiki ketimpangan distribusi pendapatan yang kini tengah dihadapi (Maryadi, 2005).
Karet alam merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang memiliki peran cukup penting dalam perekonomian nasional. Selain sebagai salah satu komoditas penghasil devisa negara diluar minyak dan gas, karet juga berperan sebagai sumber bahan baku industri dan pendapatan masyarakat. Karena itulah, keberadaan perkebunan karet dapat memacu perkembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah (Spillane, 1989).
Hingga saat ini, karet masih merupakan salah satu tanaman perkebunan primadona. Dikatakan demikian karena karet termasuk dalam tiga besar komoditas perkebunan yang memiliki areal pertanaman yang paling luas. Produksi tanaman ini juga termasuk tinggi jika dibandingkan dengan komoditas tanaman perkebunan lainnya. Data luas areal dan produksi perkebunan rakyat nasional menurut jenis tanamannya dapat dilihat pada tabel 1.
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat Nasional Menurut Jenis Tanamannya Tahun 2011

No. Jenis Tanaman
Tanaman tahunan 1. Karet 2. Kelapa 3. Kelapa sawit 4. Kopi 5. Kakao 6. Teh 7. Kapok 8. Jambu mete 9. Pala 10. Kayu manis 11. Kemiri 12. Pinang 13. Lada 14. Panili 15. Cengkeh

Luas Areal (ribu ha) Produksi (ribu ton)

2.931,8 3.709,1 3.468,6 1.245,2 1.585,2
56,5 162,6 570,6 121,6 104,8 215,9 148,5 179,0
25,2 463,0

2.486,0 3.162,8 10.178,4

604,8 644,7
45,9 47,5 122,1 22,1 92,9 105,3 78,9 77,8
3,5 73,8

Tanaman semusim 16. Tebu 17. Tembakau 18. Sereh wangi 19. Jarak kepyar 20. Nilam
Sumber: Statistik Indonesia 2012

243,8 224,1
20,5 4,1
23,4

1.191,2 126,9 2,5 1,7 1,7

Menurut Budiman (2012), sampai saat ini permintaan akan hasil karet masih tinggi. Permintaan yang tinggi tersebut dikarenakan semakin meluasnya penggunaan karet sehingga permintaan terhadap bahan baku pun meningkat. Penggunaan karet sebagai bahan baku dalam industrialisasi karet paling besar digunakan dalam pembuatan ban kendaraan. International Rubber Study Group (IRSG) memperkirakan bahwa permintaan karet dunia pada tahun 2035 adalah sebesar 31,3 juta ton untuk industri ban dan nonban, dan 15 juta ton diantaranya adalah karet alam.

Universitas Sumatera Utara

Banyak perkebunan karet yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Perkebunan karet yang besar banyak diusahakan oleh pemerintah serta swasta. Sedangkan perkebunan-perkebunan karet dalam skala kecil umumnya adalah perkebunan yang dimiliki oleh rakyat (perkebunan rakyat). Bila dihimpun secara keseluruhan, jumlah kebun karet rakyat di Indonesia sedemikian besar sehingga usaha tersebut cukup menentukan bagi perkaretan nasional (Zuhra, 2006).
Namun, perkebunan karet rakyat tidak dikelola dengan baik. Pengelolaan yang dilakukan hanya seadanya. Setelah ditanam, karet dibiarkan tumbuh begitu saja tanpa terlalu memperhatikan perawatannya. Petani hanya menanam karet tanpa mengenal klon baru yang menghasilkan produk yang lebih baik. Tanaman karet tua juga jarang diremajakan dengan tanaman baru. Hal tersebut menyebabkan produktivitas perkebunan karet rakyat sangat rendah. Produktivitas yang rendah juga diikuti dengan mutu karet olahan yang dihasilkan. Bokar atau bahan olah karet yang dihasilkan perkebunan karet rakyat rata-rata memiliki mutu yang rendah. Mutu karet yang memenuhi standar, memiliki harga jual tinggi, dan mampu memenuhi keinginan pasar rata-rata dihasilkan oleh perkebunan besar milik pemerintah dan swasta (Heru dan Agus, 2008).
Jika kondisi tersebut terus dibiarkan terjadi, maka sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 4 juta ton pada tahun 2025 yang ditetapkan pemerintah akan sulit dicapai. Hal ini dikarenakan, sasaran tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85 persen areal perkebunan karet rakyat telah menggunakan klon-klon karet unggul (Budiman, 2012).

Untuk meningkatkan produksi karet nasional perlu dilakukan berbagai upaya mengatasi permasalahan yang ada, khususnya di Kabupaten Labuhanbatu
Universitas Sumatera Utara

Selatan. Pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan mampu meningkatkan pendapatan petani serta membantu program pemerintah dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah dan nasional. Karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk merumuskan strategi peningkatan pendapatan petani karet rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
1.2. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian, yaitu bagaimana strategi peningkatan pendapatan petani karet rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah yang ada, maka dilakukan penelitian
yang bertujuan untuk merumuskan strategi peningkatan pendapatan petani karet rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
1.4. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informasi bagi petani karet dalam upaya meningkatkan pendapatan usahataninya.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan, terutama yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan petani karet rakyat.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi untuk pengembangan bidang ilmu.
Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka Karet (Hevea brasiliensis) merupakan spesies tanaman yang termasuk
dalam famili Euphorbiace atau tanaman getah-getahan. Dinamakan demikian karena golongan famili ini memiliki jaringan tanaman yang banyak mengandung getah (lateks) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanamannya terlukai. Mengingat manfaat dan kegunaannya, tanaman ini digolongkan ke dalam tanaman industri (Tim Penulis PS, 1999).
Tanaman ini dapat tumbuh pada kondisi lingkungan yang memiliki iklim tropis. Kebanyakan perkebunan karet diusahakan pada kawasan dengan letak lintang antara 15o LU hingga 10o LS. Sekalipun demikian, umumnya produksi lateks dapat tercapai apabila tanaman berada pada lokasi yang semakin mendekati garis khatulistiwa (5-6 oLU/LS) dengan suhu harian rata-rata yang diinginkan karet berkisar antara 25-30 oC (Budiman, 2012).
Tim Penulis PS (2008) menyatakan bahwa karet dapat tumbuh baik pada berbagai kondisi tanah, bahkan pada kondisi tanah yang kurang sesuai dengan tanaman yang lain. Karet toleran terhadap berbagai jenis tanah, baik pada tanahtanah vulkanis muda maupun tua, aluvial, bahkan tanah gambut. Karet juga toleran terhadap tanah yang ketersedian unsur hara di dalamnya kurang. Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan pemupukan. Selain itu, karet juga toleran terhadap kemasaman tanah. Tanpa memandang jenis tanah, karet dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 3,5-7,0.

6
Universitas Sumatera Utara

Setiawan dan Andoko (2005), menyatakan bahwa keberhasilan suatu usahatani karet ditentukan oleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas. Faktor tindakan kultur teknis paling banyak mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas. Beberapa faktor yang erat pengaruhnya antara lain: pembibitan, pembukaan dan persiapan lahan, peremajaan, penanaman tanaman penutup tanah, seleksi dan penanaman bibit, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (meliputi: penyisipan, pemeliharaan tanaman penutup tanah, penunasan, induksi percabangan, pengendalian gulma, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit), pemeliharaan tanaman menghasilkan (meliputi: manajemen tajuk, pengendalian gulma, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit), panen, pengangkutan dan pengolahan.
Bibit unggul paling tidak harus memenuhi dua kriteria, yakni unggul genetis dan unggul agronomis. Unggul genetis artinya karakter bibit dalam hal ketahanan hama dan penyakit tinggi, dan masa produksi lama. Unggul agronomis artinya cepat tumbuh, mudah perawatan, dan dapat ditumbuhkan dalam kisaran iklim yang luas (Maryadi, 2005).
Salah satu komponen dalam paket teknologi budidaya perkaretan adalah penggunaan klon anjuran. Seiring dengan perkembangan pemuliaan tanaman karet, kini klon-klon karet unggul dikelompokkan sesuai dengan potensi lateks dan kayu yang dihasilkan. Jenis-jenis klon yang dimaksud adalah: klon penghasil lateks, klon penghasil lateks-kayu, dan klon penghasil kayu. Walaupun unggul, penggunaan klon-klon tersebut harus disesuaikan dengan daerah pengembangan yang tepat karena masing-masing klon memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Universitas Sumatera Utara

Dengan kata lain, satu klon akan tumbuh dan berproduksi optimal pada agroekosistem yang sesuai dengan sifat-sifatnya (Tim Penulis PS, 2008).
Menurut Heru dan Agus (2008), penentuan jarak tanam yang ideal sangat ditentukan oleh sosok tanaman. Semakin tinggi dan lebar tajuk tanaman, harus semakin jauh jarak antartanamannya, dengan harapan tajuk tanaman dan perakarannya tidak saling bertaut. Idealnya, semakin jauh jarak antartanaman akan semakin baik hasilnya. Meskipun demikian, prinsip tersebut bertentangan dengan efisiensi penggunaan lahan. Karena itu, untuk setiap jenis tanaman harus ditentukan jarak tanam optimal, yaitu jarak tanam yang tidak menghambat pertumbuhan dan penggunaan lahan tetap efisien. Pada tanaman karet, jarak tanam optimal adalah 3 x 6 meter jika ditanam secara monokultur. Namun, jika ditanam secara tumpangsari, jarak tanam dapat lebih jauh lagi tergantung pada tanaman yang ditumpangsarikan.
Pemeliharaan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) akan berpengaruh pada saat penyadapan pertama. Pemeliharaan secara intensif dapat mempercepat awal penyadapan. Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan meliputi kegiatan penyisipan atau penyulaman, pemeliharaan tanaman penutup tanah, pembuangan tunas palsu atau penunasan, induksi percabangan, pengendalian gulma, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Kematian tanaman karet setelah penanaman masih dapat ditoleransi sebanyak 5%. Penyiapan bibit untuk penyulaman dilakukan bersamaan dengan penyiapan bibit untuk penanaman agar diperoleh keseragaman bibit yang tumbuh. Penyulaman dilakukan hingga tanaman berumur dua tahun (Tim Penulis, 1999).
Universitas Sumatera Utara

Memasuki tahun kelima dari siklus hidup karet, tanaman karet sudah disebut tanaman menghasilkan (TM). Tindakan pemeliharaan kebun karet pada tanaman menghasilkan (TM) meliputi manajemen tajuk, pengendalian gulma, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan tanaman produktif yang dilakukan dengan dosis yang tepat dan teratur dapat mempercepat pemulihan bidang sadapan, memberi kenaikan produksi 10-20%, meningkatkan resistensi tanaman terhadap gangguan hama dan penyakit dan tingkat produksi yang tinggi dapat dipertahankan dalam jangka waktu lebih lama (Heru dan Agus, 2008)
Nazaruddin dan Paimin (1998) mengemukakan bahwa tanaman karet secara umum memiliki masa produksi selama 25-30 tahun. Untuk menghasilkan lateks pada tanaman karet, pohon karet akan dilukai kulitnya dengan maksud untuk membuka pembuluh lateks sehingga lateks dapat mengalir keluar atau biasa disebut dengan isitilah penyadapan. Penyadapan pohon karet untuk pertama kalinya akan dilakukan jika tanaman karet yang berada dalam suatu hamparan lahan sudah matang sadap pohon dan matang sadap kebun. Matang sadap pohon adalah suatu kondisi di mana tanaman karet akan memberikan hasil lateks maksimal ketika disadap tanpa menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan kesehatan pohon karet tersebut. Dengan perawatan yang baik, matang sadap pohon umumnya bisa dicapai pada saat tanaman karet berusia 4-5 tahun. Ciri utama tanaman karet yang sudah matang sadap pohon adalah lilit batang yang sudah mencapai 45 cm pada ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi (kaki gajah). Pada saat matang sadap pohon, diharapkan ketebalan kulit kayu sudah mencapai 6-7 mm. Matang sadap kebun adalah jumlah tanaman yang sudah
Universitas Sumatera Utara

matang sadap pohon dalam suatu areal pertanaman karet sudah mencapai 60-70% ketika berusia 4-5 tahun.
Menurut Nazaruddin dan Paimin (1998), dalam pelaksanaan penyadapan harus diperhatikan ketebalan irisan, kedalaman irisan, waktu pelaksanaan penyadapan, kelengkapan peralatan sadap, dan pemulihan bidang sadap. Tebal irisan yang dianjurkan 1,5-2 mm, kedalaman irisan yang dianjurkan 1-1,5 mm dari lapisan kambium. Penyadapan sebaiknya dilakukan pada pagi hari, yakni pukul 05.00 pagi. Sedangkan pengumpulan lateksnya dilakukan antara pukul 08.0010.00 pagi. Peralatan sadap juga turut menentukan keberhasilan penyadapan. Semakin baik alat yang digunakan, akan semakin baik pula hasilnya. Terkait dengan pemulihan bidang sadap, aktivitas yang dapat dilakukan petani adalah pemberian unsur hara. Pemberian unsur hara selain penting untuk kelanjutan pertumbuhan tanaman karet, juga dapat membantu tanaman untuk mengoptimalkan kembali bagian tanaman yang telah mengalami pelukaan.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Konsep Strategi
Definisi strategi yang dikemukakan oleh Chandler (1962) dalam buku Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (2008) menyebutkan bahwa strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Perumusan ini penting adanya karena
Universitas Sumatera Utara

merupakan awal dari aktivitas komprehensif bagaimana perusahaan tersebut akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi yang dirumuskan dengan tepat akan memaksimalkan keunggulan kompetitif dan meminimalkan keterbatasan bersaing (Hunger dan Thomas, 2003).
Manajemen strategis didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai obyektivitasnya. Manfaat utama manajemen strategis untuk membantu organisasi merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui pendekatan yang lebih sistematis, logis, dan rasional, untuk menentukan pilihan strategis. Pada akhirnya organisasi dapat mengendalikan nasibnya sendiri karena mampu memulai dan mempengaruhi berbagai kegiatan (David, 2004).
Menurut David (2004), proses manajemen strategis merupakan proses yang dinamis dan berkesinambungan. Model proses manajemen strategis yang komprehensif disajikan pada gambar berikut:
Universitas Sumatera Utara

Melakukan audit
eksternal

Umpan Balik

Membuat pernyataan
visi dan misi

Menciptakan tujuan jangka panjang

Membuat, mengevaluasi, dan memilih
strategi

Melaksanakan strategi

Mengukur dan
mengevaluasi kinerja

Melakukan audit
internal

Perumusan

Pelaksanaan

Evaluasi

Gambar 1. Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif Sumber: David (2004)

Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap, yaitu perumusan (formulasi) strategi, pelaksanaan (implementasi) strategi, dan evaluasi strategi. Tahap perumusan strategi meliputi pengembangan pernyataan visi dan misi, menentukan kekuatan dan kelemahan, mengidentifikasi peluang dan ancaman, menetapkan tujuan jangka panjang, membuat strategi-strategi alternatif, dan mengevaluasi serta memilih strategi. Tahap pelaksanaan strategi disebut juga tahap tindakan yang berarti melaksanakan strategi-strategi yang telah dirumuskan. Pada tahap evaluasi strategi yang merupakan tahap akhir dalam manajemen strategis, dilakukan pengukuran dan evaluasi kinerja pelaksanaan strategi.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Lingkungan internal yang mencakup kekuatan dan kelemahan adalah
segala hal atau kegiatan dalam kendali organisasi yang dapat dilakukan dengan sangat baik atau buruk. Rangkuti (2003), menyatakan bahwa analisis lingkungan internal dilakukan dengan menilai atau mengindentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap divisi. Analisis lingkungan internal perusahaan merupakan proses untuk menentukan dimana perusahaan mempunyai kemampuan yang efektif sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang secara efektif dan dapat menangani ancaman di dalam lingkungan.
David (2004), menyebutkan faktor lingkungan internal yang akan dianalisis berhubungan dengan kegiatan fungsional perusahaan diantaranya adalah bidang manajemen, sumberdaya manusia, keuangan, produksi, pemasaran, dan organisasi. Analisis lingkungan internal ini pada akhirnya akan mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan.
Sedangkan faktor lingkungan eksternal yang dianalisis terdiri dari lingkungan makro dan mikro. Lingkungan makro adalah lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi keputusan dalam jangka panjang. Lingkungan ini terdiri dari sosial ekonomi, sosial budaya, dan teknologi. Sedangkan lingkungan mikro adalah kegiatan perusahaan yang secara langsung mempengaruhi kegiatan perusahaan itu sendiri. Lingkungan mikro terdiri dari pesaing, kreditur, pemasok, dan pelanggan (David, 2004).
Analisis lingkungan eksternal merupakan proses untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang sedang dihadapi perusahaan. Peluang merupakan
Universitas Sumatera Utara

kondisi yang menguntungkan bagi perusahaan, sedangkan ancaman adalah keadaan yang tidak menguntungkan bagi perusahaan (Rangkuti, 2003).
2.2.3. Analisis SWOT Rangkuti (2003) menyatakan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian, penting bagi perencana strategis (strategic planner) untuk menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) yang ada.
Menurut David (2004), matriks evaluasi posisi dan tindakan strategis (strategic position and action evaluation - SPACE matrix) adalah suatu alat yang penting dalam mencocokkan strategi. Rangkuti (2003) menyatakan bahwa hasil analisis pada tabel matriks faktor internal dan faktor eksternal dipetakan pada matriks evaluasi posisi dan tindakan strategis dengan cara sebagai berikut: 1. Sumbu horizontal (X) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan
sumbu vertikal (Y) menunjukkan peluang dan ancaman. 2. Posisi perusahaan ditentukan sebagai berikut:
a. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai Y > 0, sebaliknya jika peluang lebih kecil daripada ancaman maka nilai Y < 0.
b. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai X > 0, sebaliknya jika kekuatan lebih kecil daripada kelemahan maka nilai Y < 0.
Universitas Sumatera Utara

Faktor Eksternal

Y (+)

X (-)

Kuadran III Strategi Turn-Around
Kuadran IV Strategi Defensif

Kuadran I Strategi Agresif
Kuadran II Strategi Diversifikasi

X (+)

Y (-)
Gambar 2. Matriks SPACE dalam SWOT Sumber: Rangkuti (2003)

F a k t o r
I n t e r n a l

- Kuadran I Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan berada pada kondisi yang baik untuk menggunakan kekuatan internalnya guna memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).
- Kuadran II Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan masih memiliki kekuatan dari sisi internal walaupun menghadapi berbagai ancaman. Strategi yang harus diterapkan adalah penggunaan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara diversifikasi (baik produk ataupun pasar).

Universitas Sumatera Utara

- Kuadran III Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan menghadapi peluang besar, namun memiliki kendala dari sisi internal. Perusahaan sebaiknya tetap berada dekat dengan kompetensi dasar perusahaan dan tidak mengambil risiko berlebihan. Fokus strategi perusahaan pada kondisi ini adalah meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan sehingga dapat memanfaatkan peluang.
- Kuadran IV Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan berada pada situasi yang sangat sulit karena menghadapi berbagai ancaman dan memiliki banyak kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan pada kondisi ini adalah memperbaiki kelemahan dan menghindari ancaman. Salusu (1996), mengemukakan bahwa matriks SWOT adalah salah satu
alat analisis SWOT yang umum digunakan. Model ini dikembangkan oleh David pada tahun 1989. Pada model analisis ini, didaftarkan ancaman dan peluang untuk kemudian melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan cocok dengan faktor-faktor eksternal tersebut. Ada empat kemungkinan strategi yang dihasilkan dari analisis matriks SWOT, seperti yang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Matriks SWOT

OPPORTUNITIES (O) Susun daftar peluang
THREATS (T) Susun daftar ancaman Sumber: Salusu (1996)

STRENGTHS (S) Susun daftar kekuatan

WEAKNESSES (W) Susun daftar kelemahan

STRATEGI SO
Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI ST
Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

STRATEGI WO
Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang
STRATEGI WT
Perkecil kelemahan dan hindari ancaman

Universitas Sumatera Utara

- Strategi SO dipakai untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal.
- Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar.
- Strategi ST digunakan organisasi untuk menghindar, paling tidak memperkecil dampak dari ancaman yang datang dari luar.
- Strategi WT merupakan taktik pertahanan yang diarahkan pada usaha memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
2.3. Kerangka Pemikiran Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan salah satu sentra perkebunan
karet rakyat di provinsi Sumatera Utara. Luas lahan dan jumlah produksi kebun karet rakyat yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan daerah lainnya menunjukkan bahwa usaha perkebunan ini menjadi sektor andalan masyarakat setempat sebagai sumber mata pencaharian.
Namun, dikenal sebagai salah satu daerah sentra perkebunan belum tentu menjamin kesejahteraan petani karet rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Kesejahteraan petani yang dirasakan masih kurang akhirnya berimbas kepada pengelolaan kebun karet yang dilakukan seadanya. Sebagian petani berfokus pada aktivitas penyadapan yang menjadi sumber penghasilan petani dan merasa cukup hanya dengan melakukan pengendalian gulma dan manajemen tajuk tanaman.
Potensi petani karet rakyat yang kurang maksimal diikuti dengan permasalahan berkebun karet menjadi salah satu alasan dalam menyusun strategi peningkatan pendapatan petani karet. Strategi peningkatan pendapatan petani karet ini dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan faktor-
Universitas Sumatera Utara

faktor eksternal yang berkaitan dengan usahatani karet di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Untuk mengetahui alternatif strategi peningkatan pendapatan petani karet rakyat, maka faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal dianalisis dengan analisis SWOT.
Universitas Sumatera Utara

Secara sistematis, kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut:
Perkebunan Karet Rakyat Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Produksi rendah
Pendapatan rendah
Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan

Kelemahan

Peluang

Ancaman

Analisis SWOT
Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat Keterangan: : Menyatakan hubungan Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan salah satu kabupaten yang memiliki tanaman karet rakyat yang luas dengan produksi yang tinggi. Pada tahun 2011, Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan kabupaten yang memiliki produksi tanaman karet rakyat terbesar ketiga setelah Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Langkat. Hal ini disajikan pada tabel 3.
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Karet Rakyat di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

No. Kabupaten/Kota
Kabupaten 1. Nias 2. Mandailing Natal 3. Tapanuli Selatan 4. Tapanuli Tengah 5. Tapanuli Utara 6. Toba Samosir 7. Labuhanbatu 8. Asahan 9. Simalungun 10. Dairi 11. Karo 12. Deli Serdang 13. Langkat 14. Nias Selatan 15. Humbang Hasundutan 16. Pakpak Bharat 17. Samosir 18. Serdang Bedagai 19. Batu Bara 20. Padang Lawas Utara 21. Padang Lawas 22. Labuhanbatu Selatan 23. Labuhanbatu Utara 24. Nias Utara 25. Nias Barat

Luas Areal (ha)
1.853,00 46.458,00
9.783,75 23.767,50
7.944,14 325,00
20.317,23 6.828,36
12.131,70 161,20 51,20
4.768,20 39.547,00
5.963,00 2.878,60
690,00 -
10.489,00 214,00
25.336,00 4.156,78 25.136,00
21.817,00 7.700,97 3.683,00

Produksi (ton)
1.838,82 61.292,02
7.791,90 19.815,00
4.710,41 315,00
20.582,51 7.635,74
11.263,37 117,49 29,65
5.441,52 33.183,30
5.879,60 2.079,90
577,46 -
9.461,65 190,54
21.593,00 3.623,80
26.226,26 23.931,37
7.673,20 2.778,56

Produktivitas (kg/ha/tahun)
991,27 1.319,27
796,41 833,70 592,94 969,23 1.013,06 1.118,24 928,42 728,85 579,10 1.141,21 839,09 986,01 722,54 836,90
902,05 890,37 852,27 871,78 1.043,37 1.096,91 996,39 754,43

Kota

26. Gunungsitoli

2.533,85

Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka 2012

2.415,58

953,32

Penentuan Kecamatan Sungai Kanan sebagai daerah penelitian juga ditentukan secara purposive (sengaja) karena merupakan daerah yang memiliki luas areal, produksi, sekaligus produktivitas tertinggi dalam perkebunan karet rakyat. Data luas areal, jumlah produksi, dan produktivitas karet rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan disajikan pada tabel 4.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Karet Rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2011

No. Kecamatan

Luas Areal Produksi Produktivitas

(ha) (ton) (kw/ha)

1. Sungai Kanan

10.272

10.233

9,96

2. Torgamba

7.435

7.286

9,80

3. Kota Pinang

2.288

2.236

9,77

4. Silangkitang

3.614

3.546

9,81

5. Kampung Rakyat

2.620

2.925

11,16

Sumber: Kabupaten Labuhanbatu Selatan Dalam Angka 2012

Kelurahan Langgapayung dipilih menjadi lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa kelurahan ini memiliki luas dan produksi kebun karet tertinggi dibandingkan dengan desa lainnya yang ada di Kecamatan Sungai Kanan. Luas areal, produksi, dan produktivitas karet rakyat di Kecamatan Sungai Kanan disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Karet Rakyat di Kecamatan Sungai Kanan Tahun 2011

No. Desa / Kelurahan Luas Areal Produksi

(ha) (ton)

1. Batang Nadenggan

1.095

1.119,1

2. Langgapayung

1.913

1.933,8

3. Sabungan

1.093

1.113,5

4. Hajoran

1.036

918,9

5. Ujung Gading

514 523,5

6. Huta Godang

1.732

1.807,8

7. Parimburan

1.115

1.014,6

8. Sampean

1.132

1.178,4

9. Marsonja

642 622,7

Sumber: PPL Perkebunan Kecamatan Sungai Kanan

Produktivitas (kw/ha)
10,22 10,11 10,19
8,87 10,19 10,43
9,10 10,41
9,70

3.2. Metode Penentuan Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka

Universitas Sumatera Utara

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sampel

yang dipilih tersebut harus benar-benar dapat mewakili populasinya

(representatif).

Sampel penelitian adalah petani karet yang memiliki kebun karet sendiri

dengan kriteria lahan memiliki tanaman yang telah menghasilkan. Metode

penentuan sampel yang dipilih adalah purposive sampling, dimana anggota

sampel dipilih secara khusus sesuai dengan tujuan penelitian.

Penelitian tentang Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat di

Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan penelitian deskriptif. Oleh karena itu,

jumlah sampel penelitian adalah 10% dari populasi. Penentuan jumlah sampel

yang akan diwawancarai tersebut dikemukakan oleh Gay (1981) dalam buku

Metode Penelitian Ilmu Sosial (Idrus, 2009). Sesuai dengan rumus di atas, maka

jumlah sampel penelitian adalah:

n



10 100



526

n = 53 orang

keterangan:

n = jumlah sampel

3.3. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari petani karet melalui wawancara dengan berpedoman pada kuesioner, dimana sampel memberikan jawaban berdasarkan pertanyaan yang tersedia pada kuesioner. Selain itu, peneliti juga melakukan pengamatan langsung terhadap objek studi.

Universitas Sumatera Utara

Data sekunder yang dikumpulkan antara lain gambaran umum daerah penelitian, data demografi, data luas areal, produksi, produktivitas, harga karet di provinsi Sumatera Utara, dan data jumlah populasi petani karet. Data sekunder diperolah dari instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perkebunan, Kantor Lurah, buku literatur serta media internet yang sesuai dengan penelitian.
3.4. Metode Analisis Data Untuk mengidentifikasi masalah yaitu bagaimana strategi peningkatan
pendapatan petani karet rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan matriks SWOT yang bertujuan untuk menghasilkan strategi.
Secara lengkap, langkah-langkah dalam merumuskan strategi peningkatan pendapatan petani karet rakyat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan
petani karet rakyat di Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai