Bab 8 | Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia 123
1 Belanda hanya mengakui kekuasaan Republik
Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatra. 2
Republik Indonesia dan Belanda akan bersama-sama membentuk Negara Indonesia Serikat yang terdiri atas
Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Kalimantan.
3 Negara Indonesia dan Belanda merupakan Uni
Indonesia-Belanda yang diketuai oleh Ratu Juliana. Hasil perundingan yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak tersebut ternyata dilanggar oleh Belanda. Pada 21 Juli 1947, Belanda denga tiba-tiba menyerang wilayah
Republik Indonesia. Belanda berhasil merebut sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sehingga wilayah
Indonesia semakin sempit. Tindakan Belanda ini dikenal dengan nama Agresi Militer Belanda I.
Tindakan agresi Militer Belanda I mendapat tentangan dari dunia internasional. Beberapa negara seperti India,
Amerika Serikat, dan Australia mengecam tindakan Belanda ini. Mereka mengusulkan membahasnya di Dewan
Keamanan PBB. Pada 1 Agustus 1947, PBB memerintahkan agar Belanda dan Indonesia menghentikan tembak-
menembak. Akhirnya, pada 4 Agustus 1947 Belanda mengumumkan gencatan senjata.
Gambar 8.8
Sutan Syahrir
Sumber: www.swaramuslim.net
Gambar 8.9
Perundingan Linggajati
Sumber: www.swaramuslim.net
terdiri atas Australia, yang dipilih oleh Indonesia, Belgia, yang dipilih oleh Belanda, dan Amerika Serikat dipilih oleh Australia
dan Belgia. KTN memrakarsai terjadinya perjanjian Renville.
Perjanjian antara Indonesia dan Belanda ini dilaksanakan di atas Kapal Renville milik angkatan laut Amerika Serikat.
Perjanjian Renville dilaksanakan pada 8 Desember 1947 dan hasil perjanjiannya ditandatangani pada 17 Januari 1948.
Dalam perundingan ini delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifudin dan delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul
Gambar 8.10
Perwakilan KTN
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1986
Kadir. Hasil perjanjian Renville kembali merugikan Bangsa Indonesia dan wilayah Indonesia menjadi semakin sempit. Isi perjanjian Renville adalah sebagai berikut.
1 Belanda hanya mengakui daerah Republik Indonesia atas Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian kecil
Jawa Barat, dan Sumatera. 2
Tentara Republik Indonesia harus ditarik mundur dari daerah-daerah yang telah diduduki Belanda.
b. Perjanjian Renville
Setelah dimulainya gencatan senjata pada 4 Agustus 1945, PBB kemudian membentuk KTN Komisi tiga negara yang bertujuan untuk membantu menyelesaikan perang antara Belanda dan Indonesi. KTN
Di unduh dari : Bukupaket.com
Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SDMI Kelas V 124
Ternyata Belanda memang tidak bisa dipegang janjinya. Belanda kembali mengingkari hasil perjanjian yang telah
dibuat dengan Indonesia. Pada 19 Desember 1948 Belanda kembali melancarkan agresi militernya, yang dikenal dengan
nama Agresi Militer Belanda II. Dalam agresi ini Belanda berhasil merebut Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota
Indonesia. Belanda juga menangkap dan mengasingkan Sukarno-Hatta ke Pulau Bangka. Sebelum tertangkap,
Presiden Sukarno berhasil menghubungi Mr. Syarifuddin Prawiranegara melalui siaran radio. Presiden Sukarno
memberi mandat kepada Menteri Kemakmuran Mr.
Gambar 8.11
Perjanjian Renville
Sumber: www.swaramuslim.net
Syarifuddin Prawiranegara yang berada di Sumatra untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia PDRI dengan ibu kotanya Bukit Tinggi.
Agresi Militer Belanda II mendapatkan tentangan dari dunia internasional, terutama negara-negara Asia yang simpati akan perjuangan Bangsa Indonesia. Mereka menuntut agar Belanda segera ditarik
keluar dari Indonesia. PPB membentuk UNCI United Nation Commission for Indonesia atau Komisi PBB untuk Indonesia untuk kembali membantu menyelesaikan masalah Indonesia dan Belanda. UNCI
memrakarsai perundingan Roem Royen dan Konferensi Meja Bundar.
c. Perundingan Roem Royen
Pada tanggal 4 April 1949 Indonesia dan Belanda dipertemukan lagi dalam meja perundingan oleh UNCI. Perundingan tersebut disebut perundingan Roem Royen dan dilaksanakan di Jakarta. Dalam perundingan
ini delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Roem dan delegasi Belanda dipimpin oleh Dr. Van Royen. Isi Perjanjian Roem Royen adalah sebagai berikut.
1 Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke
Yogyakarta pada 1 Juli 1949. 2
Menghentikan semua gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik
3 Belanda menyetujui Republik Indonesia Serikat sebagai
bagian dari Negara Indonesia Serikat. 4
Akan diselenggarakan Konferensi Meja Bundar antara Belanda dan Indonesia di Den Haag setelah Pemerintah
Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta.
Gambar 8.12
Perundingan Roem-Royen
Sumber: www.swaramuslim.net
d. Konferensi Meja Bundar KMB
Sebagai tindak lanjut Perundingan Roem Royen, pada 23 Agustus 1949 – 2 November 1949 dilaksanakan Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda. Dalam perundingan ini delegasi Indonesia dipimpin oleh
Dr. Moh. Hatta dan delegasi BFO Badan Musyawarah Negara-Negara Federal dipimpin oleh Sultan Hamid II, dan Belanda dipimpin oleh Mr. Van Maarseveen. Sementara UNCI dipimpin oleh Chritchley. Isi
perundingan KMB sebagai berikut : 1
Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat RIS dan Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir Desember 1949.
2 RIS dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia-Belanda.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Bab 8 | Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia 125