Permasalahan di Sanitasi Permasalahan Penataan Bangunan dan Lingkungan

13 Lingkungan Genteng, dan Lingkungan Telagamas. PDAM mencakupi 98 KK atau 4518 KK diseluruh lingkungan Kelurahan Subagan. Sebanyak 922 KK masih menggunakan sumur bor di Lingkungan Jasri Kaler dan Lingkungan Jasri Kelod.

3.3 Permasalahan di Sanitasi

Permasalahan Sanitasi difokuskan pada permasalahan keberlanjutan berdasarkan aspek sosial, aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek keuangan dan aspek lingkungan. Permasalahan di sektor sanitasi ini kami buat berdasarkan kondisi eksisting infrastruktur sanitasi umum MCK umum yang ada di lingkungan Kelurahan Subagan. Informasi disajikan dalam tabel berikut: Masalah Faktor Penyebab Aspek Teknis -Jumlah bangunan MCK lokasi sanitasi umum masih sangat kurang jumlahnya untuk menampung masyarakat yang tidak memiliki MCK pribadi. -Sarana MCK yang rusak dan kotor menjadikannya kumuh dan tidak dapat digunakan. -Lantai yang penuh dengan sampah serta lantai yang belum dikeramik sehingga berlumut dan licin. -Tembok MCK umum yang sudah tidak kokoh dan mulai berlubang. -Kloset atau jamban yang tidak befungsi dengan semestinya. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memelihara bangunan MCK umum untuk kepentingan bersama. Aspek Sosial Dilihat dari kondisi bangunan MCK umum yang rusak, kepedulian masyarakat terhadap hal ini masih sangat kecil dan belum antusias untuk merawat dan membenahi MCK umum yang rusak dengan swadaya masyarakat masing-masing. Kurang pedulinya masyarakat dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga dan merawat MCK umum 14 Aspek Kelembagaan Tidak ada lembaga atau gerakan masyarakat dibidang sanitasi Tidak ada lembaga atau gerakan masyarakat dibidang sanitasi Aspek Keuangan Tidak adanya anggaran untuk pengelolaan sanitasi Rendahnya anggaran desa Aspek Lingkungan Sepanjang aliran drainase dan sungai berbau menyengat Kurangnya kepedulian masyarakat lingkungan

3.4 Permasalahan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Permasalahan penataan bangunan dan lingkungan dapat dilihat dari jumlah bangunan di Lingkungan Kelurahan Subagan, dengan data sebagai berikut: Data Bangunan Rumah Lingkungan Jumlah Yang Dilengkapi IMB Jumlah Rumah Tidak Layak Huni Jumlah Rumah Beresiko Terhadap Bencana Telagamas 293 5 24 24 Karangsokong 452 10 10 10 Galiran Kaler 948 33 5 5 Tengah 243 1 1 Gede 378 19 2 2 Galiran 458 27 3 3 Genteng 238 18 3 3 Desa 503 7 7 Jasri Kaler 784 9 2 2 Jasri Kelod 707 7 5 5 Total 5004 128 62 62 Sumber : Buku Profil Kelurahan Subagan, 2015. Kondisi bangunan di Kelurahan Subagan tergolong kumuh dan padat. Data bangunan rumah yang terdapat di kelurahan Subagan dengan jumlah 5004 unit. Pekarangan rumah yang dihuni rata-rata oleh 1-3 KK. Kondisi bangunan tidak teratur, fasede bangunan tidak seragam, Terdapat 62 unit bangunan tidak layak huni yang tersebar di seluruh lingkungan Kelurahan Subagan. Jarak antar bangunan sangat rapat dan masih banyak bangunan semi permanen. Kondisi jalan penghubung sangat sempit dan tidak dilengkapi dengan sarana pemadam kebakaran. Kondisi lingkungan Kelurahan Subagan kurang tertata dengan baik. Terdapat jalan lingkungan dengan perkerasan rusak sepanjang 2396 meter dan seluas 2,26 Ha tidak terlayani. Panjang drainase dengan konstruksi buruk 2829 15 meter dan panjang area yang tidak terlayani 3118 meter. Tidak ada area untuk pengolahan sampah dan limbah. Potensi resiko yang terjadi akibat kondisi bangunan yang rapat dan kumuh di Kelurahan Subagan yaitu kebakaran, banjir, dan penyakit. Kebakaran menjadi resiko yang sangat besar karena kepadatan bangunan tinggi, selain itu tata letak bangunan yang tidak teratur dan jarak antar bangunan yang dekat mengakibatkan kebakaran mudah menyebar. Banyaknya sampah yang menumpuk di saluran drainase diakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat menyebabkan terjadinya banjir dan juga dapat menimbulkan berbagai sumber penyakit. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya kepemilikan IMB tergolong rendah karena sangat banyak masyarakat yang belum memiliki IMB atas rumah atau bangunan yang mereka miliki. Namun ada beberapa masyarakat yang pekarangannya sudah turun temurun dan tradisional masih belum memiliki IMB karena mereka kurang tau mengenai manfaat, cara mencari dan pentingnya kepemilikan IMB bagi bangunan mereka.

3.5 Permasalahan Penataan Permukiman