Mikroorganisme dalam Fermentasi 1. Saccharomyces Cereviceae

12 TEKNIK KIMIA UPN”VETERAN”JAW A TIMUR II.6. Mikroorganisme dalam Fermentasi II.6.1. Saccharomyces Cereviceae Jenis khamir yang paling banyak digunakan adalah Saccharomyces Cereviseae . Secara komersial khamir roti telah diproduksi pada tahun 1846 dengan ditemukan proses “wina” oleh Mautner menggunakan bahan dasar malt dan jagung. Biakan Saccharomyces Cereviceae secara khusus digunakan dalam pembuatan khamir roti dan fermentasi alkohol. Saccharomyces Cereviseae ini bersifat fermentatif kuat. Tetapi dengan adanya oksigen, Saccharomyces Cereviseae ini juga melakukan respirasi yaitu mengoksidasi gula menjadi karbondioksida dan air. Srikandi Fardiaz, 1992 Adapun sifat-sifat dari Saccharomyces Cereviseae antara lain adalah : 1. Berbentuk bulat, ellips bulat telur. 2. Tidak berflagella. 3. Tidak mempunyai klorofil. 4. Dapat membentuk spora. Ragi ini memerlukan bahan makanan dan keadaan lingkungan tertentu untuk pertumbuhannya dan perkembang biakkannya. Unsur-unsur yang diperlukan, seperti : karbon, hidrogen, oksigen, fosfor, kalium, nitrogen, belerang, kalsium, besi, dan magnesium. Selain itu juga diperlukan vitamin- vitamin. D.Syamsul Bachri

II.6.2. Pertumbuhan Mikroorganisme

Pertumbuhan sel merupakan puncak aktivitas fisiologik yang saling mempengaruhi secara beraturan. Proses pertumbuhan ini sangat kompleks mencakup pemasukan nutrient dasar dari lingkungan ke dalam sel, konversi bahan-bahan nutrient menjadi energi dan berbagai konstituent sel yang vital serta perkembang biakkan. Pertumbuhan mikroorganisme dapat ditandai dengan peningkatan jumlah dan masa sel, sedangkan kecepatan petumbuhan tergantung pada lingkungan fisik dan kimianya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 13 TEKNIK KIMIA UPN”VETERAN”JAW A TIMUR Pertumbuhan mikroorganisme dapat digambarkan sebagai kurva berikut : Gambar II.2. kurva Pertumbuhan Kultur Jasad Renik Keterangan Gambar : a.Fase Adaptasi Fase ini adalah waktu penyesuaian suatu mikroorgnisme yang dipindahkan ke media lain yang berbeda dari media asalnya. Lamanya fase ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : 1.Medium dan lingkungan pertumbuhan Jika nutrient yang tersedia dan kondisi lingkungan yang baru sangat berbeda dengan sebelumnya, diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim – enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme. 2. Jumlah inokulum Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat fase adaptasi. b.Fase Pertumbuhan Awal Setelah mengalami fase adaptasi, sel mulai membelah dengan kecepatan yang masih rendah karena baru selesai tahap penyesuaian diri. c. Fase Pertumbuhan Logaritmik Sel jasad renik membelah dengan cepat dan konstan, dimana pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya, seperti pH, kandungan nutrient, suhu dan kelembabab udara. Pada fase ini sel membutuhkan energi lebih benyak dari fase lainnya dan juga paling sensitive terhadap keadan lingkungan. d. Fase Pertumbuhan lambat Pada fase ini pertumbuhan populasi jasad renik diperlambat karena beberapa sebab : Log konsentrasi massa sel II III I waktu IV Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 14 TEKNIK KIMIA UPN”VETERAN”JAW A TIMUR 1.Zat nutrisi didalam medium sudah sangat berkurang. 2.adanya hasil – hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan jasad renik. e. Fase Pertumbuhan Statis tetap Pada fase ini, jumlah populasi sel tetap, karena jumlah sel yang mati sama dengan jumlah sel yang tumbuh. Ukuran sel menjadi lebih kecil, karena sel terus membelah sementara nutrisi yang ada semakin berkurang. Pada fase ini sel memjadi lebih tahan terhadap keadaan akstrim seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan kimi. f. Fase Menuju Kematian dab Fase Kematian Pada fase ini sebagian populasi jasad renik mulai mengalami kematian karena beberapa sebab, yaitu : 1.Nutrient didalam medium sudah habis 2.energi cadangan didalam sel habis Jumlah sel yang mati akan semakin banyak, dan kecepatan kematian dipengaruhi oleh kondisi nutrient, lingkungan dan jenis jasad renik. II.7. Landasan Teori II.7.1 Fungsi dari HCl

Dokumen yang terkait

Pembuatan Etil Asetat Dari Hasil Hidrolisis, Fermentasi Dan Esterifikasi Kulit Pisang Kepok (Musa Paradisiaca L.)

10 104 84

Pembuatan Bioetanol Dari Eceng Gondok Dengan Proses Hidrolisis, Fermentasi, Dan Ekstraksi Secara Terpadu

7 125 143

Pengaruh Lama Fermentasi Dan Berat Ragi Roti Terhadap Kadar Bioetanol Dari Proses Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Jerami Padi Dengan Hcl 30%

2 81 61

PRARANCANGAN PABRIK BIOETANOL DARI JERAMI PADI DENGAN PROSES HIDROLISIS DAN FERMENTASI Prarancangan Pabrik Bioetanol Dari Jerami Padi Dengan Proses Hidrolisis Dan Fermentasi Kapasitas 64.000 Kilo Liter/Tahun.

0 4 11

PENDAHULUAN Prarancangan Pabrik Bioetanol Dari Jerami Padi Dengan Proses Hidrolisis Dan Fermentasi Kapasitas 64.000 Kilo Liter/Tahun.

0 3 21

DAFTAR PUSTAKA Prarancangan Pabrik Bioetanol Dari Jerami Padi Dengan Proses Hidrolisis Dan Fermentasi Kapasitas 64.000 Kilo Liter/Tahun.

0 4 4

PRARANCANGAN PABRIK BIOETANOL DARI JERAMI PADI DENGAN PROSES HIDROLISIS DAN FERMENTASI Prarancangan Pabrik Bioetanol Dari Jerami Padi Dengan Proses Hidrolisis Dan Fermentasi Kapasitas 64.000 Kilo Liter/Tahun.

2 7 12

PRODUKSI HIDROGEN DARI JERAMI PADI MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK DAN FERMENTASI.

0 2 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jerami Padi - Pengaruh Lama Fermentasi Dan Berat Ragi Roti Terhadap Kadar Bioetanol Dari Proses Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa Jerami Padi Dengan Hcl 30%

0 0 13

PEMBUATAN ETHANOL DARI JERAMI PADI DENGAN PROSES HIDROLISIS DAN FERMENTASI

0 0 14