PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS SEKOLAH, KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN MOTIVASI KINERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMPN SUB RAYON 4 BANDAR LAMPUNG

(1)

i

KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN MOTIVASI KINERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMPN SUB

RAYON 4 BANDAR LAMPUNG Oleh

SISMIATI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) pengaruh supervisi akademik pengawas sekolah terhadap kinerja guru dalam pembelajaran, 2) pengaruh komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru dalam pembelajaran, 3) pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaran, 4) pengaruh supervisi akademik pengawas sekolah, komunikasi interpersonal, dan motivasi kerja guru secara simultan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang menguji kausalitas (pengaruh) regresi dengan metode survei. Sampel penelitian di dapat dengan menggunakan rumus Taro Yamane sebanyak 51 responden dari populasi 105 orang guru yang mengajar di SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung. Data diperoleh melalui angket, kemudian dianalisis menggunakan teknik regresi, baik regresi linear sederhana maupun regresi linear ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi akademik terhadap kinerja guru sebesar 17%; 2) terdapat pengaruh positif dan signifikan komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru sebesar 15,3%; 3) terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru sebesar 35,5%; dan 4) terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi akademik, komunikasi interpersonal, dan motivasi kerja guru secara simultan terhadap kinerja guru sebesar 40,9%.

Kata kunci: kinerja guru, supervisi akademik, komunikasi interpersonal, motivasi kerja guru.


(2)

ii ABSTRACT

EFFECT OF ACADEMIC SUPERVISION SCHOOL SUPERVISORS, INTERPERSONAL COMMUNICATION, MOTIVATION OF TEACHER

TOWARD TEACHER PERFORMANCE IN THE LEARNING IN SMPN SUB RAYON 4 BANDAR LAMPUNG

By SISMIATI

The purpose of this study was to determine: 1) the influence of the academic supervision of the teacher's performance in learning, 2) the influence of interpersonal communication on the performance of teachers in learning, 3) the influence of teachers' motivation to work on the performance of teachers in learning, 4) the influence of academic supervision,interpersonal communication, and motivation of teachers working simultaneously on the performance of teachers teaching in SMPN Sub Rayon 4 Bandar Lampung.

This type of study is a quantitative study that examined the causality(effects) regression with survey methods. Study sample in the can by using the formula Taro Yamane by 51 respondents from a population of 105 teachers who teach in SMPN Sub Rayon 4 Bandar Lampung. Data obtained through a questionnaire, and then analyzed using regression techniques, both simple linear regression and multiple linear regression.

The results showed that: 1) there is a significant and positive impact on the performance of the academic supervision of teachers by 17%, 2) there is a significant and positive impact on the performance of teachers' interpersonal communication of 15.3%, 3) there positive and significant influence teacher work motivation of teachers' performance by 35.5%, and 4) there is a positive and significant academic supervision, interpersonal communication, and motivation of teachers working simultaneously on the performance of teachers at 40.9%.

Key words: performance of teachers, academic supervision, interpersonal communication, motivation of teachers.


(3)

(4)

iv


(5)

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan dari Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan tesis ini saya kutip dari orang lain, telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika yang berlaku dalam penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang menyatakan,


(7)

vii

Orang melewati dalam hidupnya tanpa ada satu hak yang ia tunaikan atau satu fardu yang ia lakukan atau pujian yang ia hasilkan atau ilmu yang ia dapat maka sesungguhnya ia telah durhaka kepada dirinya dan menganiaya dirinya sendiri

(Dr. Yusuf Qordhowi)

Zaman memiliki kita tapi kita tidak memilikinya, kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok atau pada tahun-tahun mendatang, yang kita tahu apa yang hadir bersama kita, masa yang kita lalui hanya bisa kita kenang.


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati serta rasa syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan tesis ini kepada:

 Kedua orang tua ku terhormat Bapak Suryani (Alm.) dan Ibu Kasirah, atas do’a-do’a yang selalu dipanjatkan

 Putra-putri ku tersayang Ika Phuspita Sari dan Ridho Wahyu Saputra, atas support dan pengertiannya.

 Kakak-kakakku dan adik-adikku tercinta atas pengertiannya  Rekan-rekan yang selalu memberi motivasi


(9)

ix

Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Sugeng Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung atas bimbingan dan pengarahannya

2. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung atas segala saran, masukan dan motivasinya.

3. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung atas bimbingan dan pengarahannya.

4. Bapak Dr. Sumadi, MS selaku Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 5. Ibu Dr. Sowiyah, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Manjemen

Pendidikan Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, serta sebagai dosen pembahas pada tesis ini


(10)

x

6. Bapak Dr. Supomo Kandar, MS. sebagai pembimbing pertama dalam penyusunan tesis ini sekaligus sebagai ketua tim penguji.

7. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S sebagai pembimbing kedua dalam penyusunan tesis ini sekaligus sebagai sekretaris.

8. Seluruh dosen Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

9. Seluruh kepala sekolah SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung yang telah memfasilitasi penelitian ini.

10. Seluruh dewan guru SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung, dan SMPN 24 Bandar Lampung yang telah bersedia menjadi responden.

11. Anak-anak tercinta atas dukungan dan pengertiannya.

12. Teman-teman mahasiswa Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Atas semua saran dan masukan yang diberikan, penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang menyatakan,


(11)

xi

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN... viii

SAN WACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah. ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 7

1.4 Rumusan Masalah ... 7

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

1.6.1 Manfaat Teoritis ... 9

1.6.2 Manfaat Praktis ... 9

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1.7.1 Kajian Ilmu... 10

1.7.2 Obyek Penelitian ... 10

1.7.3 Subyek Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS... 11

2.1 Tinjauan Pustaka... 11

2.1.1 Kinerja Guru ... 14

2.1.1.1 Pengertian Kinerja Guru ... 14

2.1.1.2 Indikator Kinerja Guru ... 16

2.1.1.3 Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 21

2.1.2 Supervisi Akademik ... 36

2.1.2.1 Pengertian Supervisi ... 36

2.1.2.2 Supervisi Akademik ... 40

2.1.2.3 Prinsip-prinsip Supervisi Akademik ... 44

2.1.3 Komunikasi Interpersonal... 46

2.1.4 Motivasi Kerja Guru ... 57

2.1.4.1 Teori-Teori Motivasi ... 59


(12)

xii

2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Motivasi Guru ... 65

2.2 Penelitian yang Relevan ... 70

2.3 Kerangka Pikir ... 71

2.3.1 Pengaruh Supervisi Akademik Terhadap Kinerja Guru ... 71

2.3.2 Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Kinerja Guru ... 72

2.3.3 Pengaruh Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru ... 73

2.3.4 Pengaruh Supervisi Akademik, Komunikasi Interpersonal, dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru ... 74

2.4 Hipotesis Penelitian ... 77

BAB III METODE PENELITIAN ... 78

3.1 Rancangan Penelitian ... 78

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 78

3.3 Populasi dan Sampel ... 78

3.4 Variabel Penelitian ... 80

3.5 Definisi Konseptual Variabel Penelitian ... 81

3.5.1 Kinerja Guru ... 81

3.5.2 Supervisi Akademik ... 81

3.5.3 Komunikasi Interpersonal ... 81

3.5.4 Motivasi Kerja Guru ... 82

3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian... 82

3.6.1 Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 82

3.6.2 Supervisi Akademik ... 83

3.6.3 Komunikasi Interpersonal ... 84

3.6.4 Motivasi Kerja Guru ... 85

3.7 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 85

3.8 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 88

3.9 Kalibrasi Instrumen ... 88

3.9.1 Uji Validitas Instrumen ... 88

3.9.2 Uji Reabilitas Instrumen ... 94

3.10 Teknik Analisis Data ... 97

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 99

4.1 Hasil Penelitian ... 99

4.1.1 Deskripsi Data ... 99

A. Kinerja Guru (Y) ... 99

B. Supervisi Akademik (X1)... 101

C. Komunikasi Interpersonal (X2) ... 103

D. Motivasi Kerja Guru (X3) ... 105

4.1.2 Uji Persyaratan Regresi... 107

A. Uji Normalitas Data ... 107

B. Uji Linearitas Regresi ... 108

4.1.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 111

A. Hipotesis Pertama ... 111


(13)

xiii

4.2.2 Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Kinerja Guru ... 128

4.2.3 Pengaruh Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru ... 131

4.2.4 Pengaruh Supervisi Akademik, Komunikasi Interpersonal, dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru ... 132

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 135

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 137

5.2 Impilkasi ... 137

5.3 Saran-Saran ... 139

DAFTAR PUSTAKA ... 140 LAMPIRAN


(14)

xiv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai LUN SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung Tahun

2010/2011... 1

2. Kebutuhan berkomunikasi interpersonal ... 52

3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 80

4. Kisi-kisi Kinerja Guru Dalam Pembelajaran ... 86

5. Kisi-kisi Supervisi Akademik Pengawas Sekolah... 86

6. Kisi-Kisi Instrumen Komunikasi Interpersonal Pengawas Dengan Guru ... 87

7. Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Kerja Guru ... 88

8. Uji Validitas Instrumen Kinerja Guru ... 91

9. Uji Validitas Instrumen Supervisi Akademik ... 92

10. Uji Validitas Instrumen Komunikasi Interpersonal... 93

11. Uji Validitas Instrumen Motivasi Kerja Guru... 94

12. Hasil Uji Reliabilitas Kinerja Guru dengan Program SPSS ... 95

13. Hasil Uji Reliabilitas Supervisi Akademik dengan Program SPSS ... 96

14. Hasil Uji Reliabilitas Komunikasi Interpersonal dengan Program SPSS... 96

15. Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Kerja Guru dengan Program SPSS ... 97

16. Deskripsi Variabel Kinerja Hasil Pengolahan dengan SPSS ... 100

17. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Y... 101

18. Deskripsi Variabel Supervisi Akademik Hasil Pengolahan dengan SPSS... 102

19. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Supervisi (X1) ... 103

20. Deskripsi Variabel Komunikasi Interpersonal Hasil Pengolahan SPSS... 104

21. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Komunikasi Interpersonal ... 105

22. Deskripsi Variabel Motivasi Kerja Guru Hasil Pengolahan SPSS... 106

23. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Motivasi Kerja Guru ... 107

24. Hasil Uji Normalitas Data dengan Program SPSS ... 109

25. Hasil Uji Linearitas Regresi Kinerja Guru dengan Supervisi Akademik ... 110

26. Hasil Uji Linearitas Regresi Kinerja Guru dengan Komunikasi Interpersonal ... 111

27. Hasil Uji Linearitas Regresi Kinerja Guru dengan Motivasi Guru ... 112

28 Hasil regresi data variabel kinerja guru dengan supervisi akademik ... 113

29 Hasil Perhitungan korelasi Pearson Product Moment supervisi akademik dengan kinerja guru ... 115

30 Hasil regresi data variabel kinerja guru dengan komunikasi interpersonal ... 117

31 Hasil Perhitungan korelasi Pearson Product Moment komunikasi interpersonal dengan kinerja guru ... 118


(15)

xv

34 Hasil regresi data variabel kinerja guru dengan supervisi akademik, komunikasi interpersonal dan motivasi kerja guru... 124 35 Hasil regresi data variabel kinerja guru dengan supevisi akademik,

komunikasi interpersonal, dan motivasi kerja guru... 124 36 Hasil Perhitungan korelasi Pearson Product Moment supervisi

akademik, komunikasi interpersonal, motivasi kerja guru dengan


(16)

xvi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tiga Tujuan Supervisi ... 43

2. Sistem Fungsi Supervisi Akademik ... 44

3. Hubungan komunikasi formal, non formal, dan in formal... 54

4. Konstelasi korelasi antar variabel penelitian... 76

5. Histogram dan Poligon Frekuensi Variabel Kinerja Guru (Y)... 101

6. Histogram dan Poligon Frekuensi Variabel X1 ... 103

7. Histogram dan Poligon Frekuensi Variabel X2... 105

8. Histogram dan Poligon Frekuensi Variabel X3... 107

9. Grafik Pengaruh Variabel supervisi akademik dengan kinerja guru ... 113

10. Grafik Pengaruh komunikasi interpersonal dengan kinerja guru ... 116

11. Grafik Pengaruh motivasi kerja dengan kinerja guru ... 120

12. Grafik Pengaruh supervisi akademik, komunikasi interpersonal, motivasi kerja guru dengan kinerja guru... 123

13. Grafik Pengaruh Variabel-variabel Penelitian... 125


(17)

xvii

Penulis dilahirkan di Desa Waringin Sri Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu pada tanggal 07 April 1964, merupakan anak ke empat dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Suryani (Alm.) dan Ibu Kasirah.

Pendidikan formal yang pernah penulis tempuh, SDN 3 Waringin Sari lulus tahun 1978, SMP PGRI Bandung Baru lulus tahun 1981, SMA Xaverius Pringsewu lulus tahun 1985, D2 FKIP UNILA jurusan keterampilan jasa lulus tahun 1987, D3 FKIP UNILA lulus tahun 1998, S1 FKIP UNILA lulus tahun 2001.

Penulis diangkat menjadi PNS pada tanggal 1 Maret 1992 sebagai guru SMP sampai dengan tahun 2010. Kemudian pada tanggal 27 Januari 2010 penulis diangkat menjadi pengawas SMP/SMA pada Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung sampai dengan saat ini.

Bandar Lampung, Mei 2012


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Respon terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi benar-benar bergantung pada kualitas sumber daya manusia, baik dalam kapasitas individu, keluarga, kelompok masyarakat, maupun sebagai bangsa. Kualitas sumber daya manusia sebagai penentu pembangunan diperlukan dunia pendidikan sebagai ikhtiar sentral yang harus diperhatikan semua pihak. Paradigma klasik mengatakan bahwa pendidikan berkembang untuk membentuk masyarakat yang berkualitas, akan tetapi, masyarakat pun berkemampuan membentuk pendidikan berkualitas.

Hal inilah yang menjadi salah satu tantangan berat bagi pengelola pendidikan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang cerdas, berakhlaq mulia, jujur, terampil dan profesional dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan kemampuan manajerial yang handal, serta berwawasan ke depan dengan mengingat masa lalu dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang menekankan bahwa pengelolaan pendidikan harus ditingkatkan dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan dan kebutuhan masyarakat, dengan tanpa meninggalkan identitas, norma agama, etika moral dan budaya luhur bangsa, baik untuk situasi dan kondisi masa kini dan masa yang akan datang.


(19)

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengembangkan fungsi dari pendidikan nasional tersebut maka guru merupakan ujung tombak dalam mewujudkannya.

Guru sebagai pelaksana pendidikan yang berhubungan langsung dengan peserta didik, mempunyai peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan serta menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Oteng Sutisna (1989:122) “Umumnya diakui bahwa keberhasilan dari setiap usaha manusia berkaitan dengan kualitas personil (guru) yang melaksanakan tugas pekerjaan yang perlu bagi pencapaian tujuan Pendidikan”. Pentingnya peranan guru dalam pencapaian tujuan Pendidikan juga dikemukakan oleh Ahmadi (2003:13) yang menyatakan bahwa “Betapapun baik dan lengkapnya kurikulum, metode, media, sumber, sarana dan prasarana, namun keberhasilan pendidikan terletak pada kinerja guru”. Menurut Moh. Uzer Usman (2006:7) : “Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal”.


(20)

3

Guru mempunyai tugas untuk mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan keterampilan tertentu. Kemampuan dan keterampilan tersebut sebagai bagian dari kompetensi profesionalisme guru.

Penerapan pengembangan guru di sekolah adalah pengembangan diri pribadi guru untuk menggali potensi yang ada di dalam dirinya. Salah satu ciri keberhasilan sekolah yang dinilai masyarakat adalah prestasi yang dicapai siswa setiap tahun. Sekolah yang dinilai baik dan dianggap berkualitas bila siswa mempunyai prestasi yang tinggi. Kualitas pendidikan dan lulusan seringkali dipandang tergantung kepada peran guru dalam pengelolaan komponen-komponen pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar, yang menjadi tanggung jawabnya.

Selain itu penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik akan diperoleh setelah uji kompetensi. Uji kompetensi guru akan dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian portofolio dan jalur pendidikan (Depdiknas, 2008:2).

Bila guru mempunyai kinerja yang baik maka hasil proses pembelajaran juga akan baik. Untuk itu kinerja guru memegang peranan penting dalam pencapaian pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas.


(21)

Penulis mencoba untuk mengkaji fenomena yang terjadi pada guru-guru di SMP Negeri se Sub Rayon 4 Bandar Lampung, bahwa terdapat kecenderungan menurunnya kinerja guru dimana berdasarkan pengalaman penulis menjadi pengawas SMP di Bandar Lampung yaitu melemahnya kinerja guru dalam pembelajaran bisa dilihat antara lain gejala-gejala guru yang sering membolos/mangkir mengajar, guru yang masuk ke kelas yang tidak tepat waktu atau terlambat masuk ke sekolah, guru yang mengajar tidak mempunyai persiapan mengajar atau persiapan mengajar yang kurang lengkap.

Guru hanya melaksanakan tugas rutin dalam kegiatan pembelajaran menunjukkan fenomena bahwa guru mengajar hanya sebuah rutinitas belaka tanpa adanya inovasi pengembangan lebih lanjut, bahkan adanya beberapa konsep metode belajar mengajar yang baru seperti belajar aktif kurang begitu menarik bagi mereka. Prinsip yang penting kegiatan pembelajaran sesuai dengan pembagian tugas mengajar yang telah ia penuhi sudah cukup bagi mereka.

Kecenderungan terjadi pada penurunannya kinerja guru diduga akibat dari program supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah memang belum maksimal. Pengawas sekolah selama ini hanya menjalankan rutinitas semata dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam melaksanakan supervisi akademik kepada guru. Terutama tugas pengawas dalam memberikan bimbingan mengenai beberapa metode dan konsep pembelajaran yang baru, sehingga guru masih melaksanakan pembelajaran menggunakan konsep yang lama.

Di sisi lain, komunikasi yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah pada saat pelaksanaan supervisi kepada guru-guru sering terkendala oleh sikap pengawas


(22)

5

sekolah itu sendiri. Terkadang pengawas sekolah bersikap arogan karena merasa bahwa posisinya lebih tinggi dari guru yang dibimbingnya. Kendala inilah yang mengakibatkan program dan bimbingan yang dilaksanakan oleh pengawas tidak tepat sasaran. Hal ini mengindikasikan bahwa proses komunikasi interpersonal pengawas sekolah memang belum berjalan dengan baik.

Kurangnya penghargaan yang diberikan pihak sekolah kepada guru lebih memperburuk kondisi tersebut. Hal ini tentu saja akan menyebabkan motivasi kerja guru menjadi menurun, karena guru beranggapan bahwa bekerja dengan baik maupun tidak baik pun sama saja hasilnya. Guru merasa kurang mendapat perhatian, walaupun pada dasarnya penghargaan bukan satu-satunya yang menjadi pertimbangan bagi mereka, namun dengan penghargaan yang diberikan oleh sekolah mereka akan merasa diperhatikan dan hal ini tentunya akan memotivasi pada diri guru untuk terus meningkatkan kinerjanya.

Di sisi lain, pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah belum sepenuhnya terlengkapi. Pada beberapa bagian masih kurang lengkap terutama pada sarana dan prasarana penunjang langsung proses pembelajaran seperti alat peraga. Hal ini dapat menyebabkan motivasi mengajar guru menjadi menurun, karena guru terkadang harus mengeluarkan biaya sendiri sebagai pemenuhan kebutuhan akan alat peraga pembelajaran. Hal ini akan berakibat buruk bagi motivasi kerja guru karena guru merasa tidak diperhatikan oleh pihak sekolah.


(23)

Survey perolehan hasil LUN SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung sebagai berikut:

Tabel 1. Nilai LUN SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung Tahun 2010/2011

No Sekolah Jumlah

Siswa

Nilai

tertinggi terendah Rata-rata

1 SMPN 10 B. Lampung 240 7,56 3,60 5,45

2 SMPN 7 B.Lampung 226 7,30 4,35 4,43

Sumber:Dokumen MKKS SMP Kota Bandarlampung

Berdasarkan hasil suvey awal yang dilakukan pada SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung, seperti yang terdapat pada tabel 1 di atas, tahun 2011 ini hasil LUN SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung masih rendah, dari dua SMP negeri di Sub Rayon 4 tersebut tidak ada sekolah yang mencapai nilai rata-rata 7. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja guru dalam proses pembelajaran guru pada SMP negeri Sub Rayon 4 ini masih rendah dalam artian belum maksimal.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang terkait dengan kinerja guru dalam pembelajaran adalah:

1.2.1 Kompetensi pengawas sekolah, kemampuan pengawas sekolah dalam tugas pengawasan dan rencana kerja masih rendah.

1.2.2 Pelaksanaan supervisi akademik, khususnya dalam penggunaan metode, teknik dan prinsip supervisi belum maksimal.

1.2.3 Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran belum memadai.


(24)

7

1.2.4 Komunikasi interpersonal antara pengawas dengan guru dalam melaksanakan supervisi akademik belum berjalan harmonis.

1.2.5 Kondisi dan situasi lingkungan kerja yang dihadapi guru belum kondusif. 1.2.6 Motivasi kerja guru, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing masih rendah. 1.2.7 Kinerja guru dalam pembelajaran masih rendah.

1.3 Batasan Masalah

Sehubungan dengan keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan kemampuan peneliti, maka dalam penelitian ini dibatasi pada :

1.3.1 Kinerja guru dalam pembelajaran

1.3.2 Pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas sekolah.

1.3.3 Komunikasi interpersonal antara pengawas sekolah dengan guru. 1.3.4 Motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

1.4 Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1.4.1 Adakah pengaruh pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas sekolah terhadap kinerja guru dalam pembelajaraan di SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung?


(25)

1.4.2 Adakah pengaruh komunikasi personal antara pengawas sekolah dengan guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaraan di SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung?

1.4.3 Adakah pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaraan di SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung?

1.4.4 Adakah pengaruh supervisi akademik, komunikasi interpersonal, dan motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap kinerja guru dalam pembelajaraan di SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang pengaruh supervisi akademik, komunikasi interpersonal, dan motivasi guru terhadap kinerja guru pada SMP Sub Rayon 4 Bandar Lampung. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh:

1.5.1 supervisi akademik pengawas sekolah terhadap kinerja guru dalam pembelajaran SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandarlampung.

1.5.2 komunikasi interpersonal pengawas sekolah dengan guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaran SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandarlampung.

1.5.3 motivasi kerja guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaran SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung.

1.5.4 supervisi akademik, komunikasi interpersonal dan motivasi guru secara bersama-sama terhadap kinerja guru dalam pembelajaran SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandarlampung.


(26)

9

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data informasi empirik dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya sumber daya manusia guru serta dapat menemukan komponen penting yang berhubungan dengan pengembangan pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas sekolah, komunikasi interpersonal pengawas sekolah dengan guru, dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru dalam pembelajaran.

1.6.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memiliki kemanfaatan sebagai berikut:

1.6.2.1 Manfaat bagi pengawas sekolah, yakni memberikan informasi tentang peran dan kontribusi pelaksanaan supervisi akademik dan komunikasi interpersonal dalam meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran. 1.6.2.2 Manfaat bagi guru. Memberikan informasi kepada guru tentang

pentingnya motivasi kerja guna pencapaian kinerja guru dalam pembelajaran.

1.6.2.3 Manfaat bagi sekolah. Memberikan informasi mengenai kontribusi motivasi kerja guru, terhadap kinerja guru dalam pembelajaran.


(27)

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

1.7.2 Kajian Ilmu

Penelitian ini merupakan bagian dari ilmu manajemen pendidikan, khususnya mengkaji prilaku individu dalam organisasi pendidikan.

1.7.3 Obyek Penelitian

Objek yang akan diteliti adalah kinerja guru, supervisi akademik pengawas sekolah, komunikasi interpersonal pengawas sekolah dengan guru, dan motivasi kerja guru.

1.7.4 Subyek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah seluruh guru yang mengajar di SMP Negeri Sub Rayon 4 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 105 orang guru.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS

Pembahasan pada bab II ini akan difokuskan pada empat komponen pokok yang berupa tinjauan pustaka, penelitian terdahulu yang relevan, kerangka berfikir dan hipotesis. Berdasarkan cakupan pembahasan tersebut, maka pada bagian ini akan diawali dengan pembahasan tentang tinjauan pustaka.

2.1 Tinjauan Pustaka

Sesuai dengan lingkup penelitian mengenai studi manajemen pendidikan yang mengkaji perilaku individu pada organisasi, maka penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari studi manajemen perilaku organisasi. Perilaku organisasi menurut Robbins (2008:10) merupakan bidang studi yang mempelajari dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan tujuan mengaplikasikan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki efektivitas organisasi. Topik-topik mengenai perilaku individu, yang secara khas dipelajari dalam perilaku organisasi adalah persepsi, nilai-nilai, pengetahuan, motivasi, serta kepribadian. Termasuk di dalam topik mengenai kelompok adalah peran, status kepemimpinan, komunikasi, dan konflik. Lebih lanjut Robbin (2008:12) mengemukakan bahwa perilaku organisasi menekankan pada pekerjaan, kerja, ketidakhadiran, perputaran karyawan, produktivitas, kinerja manusia, dan manajemen.


(29)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa studi perilaku organisasi terkait dengan manajemen pendidikan adalah mengenai dampak perilaku dalam organisasi (dalam hal ini prilaku pengawas sekolah dan guru) yang dikomunikasikan (komunikasi interpersonal) untuk mencapai tujuan yaitu efektifitas organisasi (kinerja guru).

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, manajemen tidak terlepas dari fungsinya yang menurut Hendri Fayol dalam Handoko (2002:21) yaitu: 1) Planningatau

perencanaan merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi kebijaksanaan proyek program prosedur metode sistem anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2) Organizingatau

pengorganisasian ini meliputi: a) penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi; b) Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan; c) penugasan tanggung jawab tertentu; dan d) pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugasnya. 3) Staffingatau penyusunan personalia

adalah penarikan (recruitment) latihan dan pengembangan serta penempatan dan

pemberian orientasi pada karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif. 4) Leadingatau fungsi pengarahan adalah bagaimana membuat

atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan. 5) Controllingatau pengawasan adalah penemuan dan penerapan

cara dan alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.


(30)

13

Pendapat tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Daft (2003:6) yang membagi fungsi manajemen menjadi empat yaitu:

1) Planningmerupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan pendefinisian

sasaran untuk kinerja organisasi di masa depan dan untuk memutuskan tugas-tugas dan sumber daya-sumber daya yang digunakan untuk mencapai sasaran tersebut.

2) Organizingmerupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan penugasan

mengelompokkan tugas-tugas ke dalam departemen-departemen dan mengalokasikan sumber daya ke departemen.

3) Leadingfungsi manajemen yang berkenaan dengan bagaimana menggunakan

pengaruh untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi. 4) Controllingfungsi manajemen yang berkenaan dengan pengawasan terhadap

aktivitas karyawan menjaga organisasi agar tetap berada pada jalur yang sesuai dengan sasaran dan melakukan koreksi apabila diperlukan.

Dari pendapat di atas jika dikaitkan dengan penelitian ini adalah bahwa dalam menjalankan fungsi manajemen tidak terlepas dari peran pengawas sekolah sebagai fungsi controlling melalui supervisi akademik, peran komunikasi

interpersonal dalam melaksanakan fungsi organizing, dan melaksanakan fungsi

leadingdalam mempengaruhi motivasi kerja guru agar tercapai sasaran organisasi

yaitu meningkatkan kinerja guru. Oleh karena itu pada tinjauan pustaka ini akan dibahas empat bahasan yakni kinerja guru, supervisi akademik, komunikasi interpersonal dan motivasi kerja guru.


(31)

2.1.1 Kinerja Guru

2.1.1.1 Pengertian Kinerja Guru

Istilah kinerja atau prestasi kerja berasal dari kata job performanceyaitu prestasi

kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Depdiknas, 2008:4). Kinerja diartikan juga sebagai tingkat atau derajat pelaksanaan tugas seseorang atas dasar kompetensi yang dimilikinya. Istilah kinerja tidak dapat dipisahkan dengan bekerja karena kinerja merupakan hasil dari proses bekerja. Dalam konteks tersebut maka kinerja adalah hasil kerja dalam mencapai suatu tujuan atau persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan. Kinerja dapat dimaknai sebagai ekspresi potensi seseorang berupa perilaku atau cara seseorang dalam melaksanakan tugas, sehingga menghasilkan suatu produk (hasil kerja) yang merupakan wujud dari semua tugas serta tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepadanya. Kinerja dapat ditunjukkan seseorang misalnya guru atau kepala sekolah atau pengawas sekolah, dapat pula ditunjukkan pada unit kerja atau organisasi tertentu misalnya sekolah, lembaga pendidikan, kursus-kursus, dll. Atas dasar itu maka kinerja diartikan sebagai hasil kerja yang dicapai seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggungjawabnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan.

Kinerja dapat pula diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. (LAN dalam Depdiknas, 2008:20). Menurut August W. Smith dalam Depdiknas (2008:20) kinerja adalah performance is output derives from processes,


(32)

15

human otherwise, artinya kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan

manusia. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu wujud perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi.

Adapun ukuran kinerja menurut T.R. Mitchell dalam Depdiknas (2008:20) dapat dilihat dari empat hal, yaitu:

1. Quality of work– kualitas hasil kerja

2. Promptness– ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan

3. Initiative– prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan

4. Capability – kemampuan menyelesaikan pekerjaan

5. Comunication– kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain.

Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan. Standar kinerja dapat dijadikan patokan dalam mengadakan pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dilaksanakan.

Menurut Ivancevich (1996) dalam Depdiknas (2008:20), patokan tersebut meliputi: (1) hasil, mengacu pada ukuran output utama organisasi; (2) efisiensi, mengacu

pada penggunaan sumber daya langka oleh organisasi; (3) kepuasan, mengacu pada keberhasilan organisasi dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau anggotanya; dan (4) keadaptasian, mengacu pada ukuran tanggapan organisasi terhadap perubahan.

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap


(33)

guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

2.1.1.2 Indikator Kinerja Guru

Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia

Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance

assessment instrumentyang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat

Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut dengan

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classroom

procedure), dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill).

A. Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran

Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP). Unsur/komponen yang ada dalam silabus terdiri dari:

a. Identitas Silabus

b. Stándar Kompetensi (SK) c. Kompetensi Dasar (KD) d. Materi Pembelajaran


(34)

17

e. Kegiatan Pembelajaran f. Indikator

g. Alokasi waktu h. Sumber pembelajaran

(Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007)

Program pembelajaran jangka waktu singkat sering dikenal dengan istilah RPP, yang merupakan penjabaran lebih rinci dan spesifik dari silabus, ditandai oleh adanya komponen-komponen :

a. Identitas RPP

b. Standar Kompetensi (SK) c. Kompetensi dasar (KD) d. Indikator

e. Tujuan pembelajaran f. Materi pembelajaran g. Metode pembelajaran h. Langkah-langkah kegiatan i. Sumber pembelajaran j. Penilaian

(Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007) B. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran. Semua tugas tersebut


(35)

merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaanya menuntut kemampuan guru. (Depdiknas, 2008: 23)

1. Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas menurut Sagala (2000:84) adalah suatu kegiatan yang erat hubungannya dengan pengajaran dan salah satu prasyarat untuk terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Pengertian Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remidial (Hasibuan dan Moedjiono, 1995:82). Berdasarkan uraian tersebut penulis menyimpulkan bahwa keterampilan guru dalam mengelola kelas adalah kemampuan yang dimiliki guru dalam rangka mengatur dan menjaga kondisi kelas agar tetap kondusif agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.

Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu masuk dan keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duduk siswa.


(36)

19

Kemampuan lainnya dalam pengelolaan kelas adalah pengaturan ruang/ setting tempat duduk siswa yang dilakukan pergantian, tujuannya memberikan kesempatan belajar secara merata kepada siswa.

2. Penggunaan Media dan Sumber Belajar

Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yang perlu dikuasi guru di samping pengelolaan kelas adalah menggunakan media dan sumber belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. (Ibrahim dan Nana S., 2003: 78)

Sedangkan yang dimaksud dengan sumber belajar adalah buku pedoman. Kemampuan menguasai sumber belajar di samping mengerti dan memahami buku teks, seorang guru juga harus berusaha mencari dan membaca buku-buku/sumber-sumber lain yang relevan guna meningkatkan kemampuan terutama untuk keperluan perluasan dan pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses pembelajaran.

Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual. Tetapi kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya.

Dalam kenyataan di lapangan guru dapat memanfaatkan media yang sudah ada (by utilization) seperti globe, peta, gambar dan sebagainya, atau guru dapat


(37)

mendesain media untuk kepentingan pembelajaran (by design) seperti membuat

media foto, film, pembelajaran berbasis komputer, dan sebagainya. 3. Penggunaan Metode Pembelajaran

Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Menurut Ibrahim dan Nana S. Sukmadinata (2003: 74) ”Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai”.

Karena siswa memiliki interes yang sangat heterogen idealnya seorang guru harus menggunakan multi metode, yaitu memvariasikan penggunaan metode pembelajaran di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan tanya jawab dan penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tugas dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan siswa, dan menghindari terjadinya kejenuhan yang dialami siswa.

C. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran

Sudijono (2003:1) menyebutkan: “Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu”. Selanjutnya Sudijono (2003:2) juga menyebutkan: “Evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya”. Dengan demikian evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.


(38)

21

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi.

2.1.1.3 Kinerja Guru dalam Pembelajaran

Kinerja guru mempunyai spesifikasi/kriteria tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru, namun yang berhubungan dengan kinerja guru dalam pembelajaran pada penelitian ini lebih ditekankan pada penguasaan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.

A. Kompetensi Pedagogik

1. Pengertian Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap


(39)

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud dengan pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa

2. Aspek-aspek Kompetensi Pedagogik

Menurut Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, pada Pasal 3 ayat 4 bahwasanya kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b). pemahaman terhadap peserta didik; c). pengembangan kurikulum atau silabus; d). perancangan pembelajaran; e). pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; f). pemanfaatan teknologi pembelajaran; g). evaluasi hasil belajar; dan h). pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

3. Indikator Kompetensi Pedagogik

Seorang guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang keguruan atau dengan kata lain ia telah terdidik dan terlatih dengan baik. Terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal saja akan


(40)

23

tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik didalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan kependidikan seperti yang tercantum dalam kompetensi guru. Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) menetapkan indikator yang berkenaan penguasaan kompetensi pedagogik, yaitu sebagai berikut:

a. Aspek menguasai karakteristik peserta didik, dengan indikatornya sebagai berikut:

1) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya,

2) Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,

3) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda,

4) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,

5) Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik,

6) Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok-olok, minder, dsb).


(41)

2. Aspek Menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, dengan indikator sebagai berikut:

1) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,

2) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,

3) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran,

4) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi kemauan belajar peserta didik,

5) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,

6) Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.

(Depdiknas, 2010: 41)

3. Aspek Pengembangan kurikulum, dengan indikator-indikatornya sebagai berikut:


(42)

25

2) Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan,

3) Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran,

4) Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5) sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.

(Depdiknas, 2010:43)

4. Aspek Kegiatan pembelajaran yang mendidik, dengan indikator-indikator sebagai berikut:

1) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya,

2) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan,

3) Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik,

4) Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran, bukan semata‐mata kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang


(43)

setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yamg benar,

5) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik, 6) Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu

yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik, 7) Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk

dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara produktif,

8) Guru mampu audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas,

9) Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain, 10) Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk

membantu proses belajar peserta didik. Sebagaicontoh: guru menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi sebelumnya, dan

11) Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio‐visual (termasuk TIK) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.


(44)

27

5. Aspek pengembangan potensi peserta didik, dengan indikator-indikator sebagai berikut:

1) Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masing-masing.

2) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masing-masing.

3) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta didik.

4) Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap individu.

5) Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.

6) Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan cara belajarnya masing-masing.

7) Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang disampaikan.


(45)

6. Aspek komunikasi dengan peserta didik, dengan indikator-indikator sebagai berikut:

1) Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka.

2) Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.

3) Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya.

4) Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama yang baik antarpeserta didik.

5) Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.

6) Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan meresponnya secara lengkap danrelevan untuk menghilangkan kebingungan pada peserta didik.


(46)

29

7. Aspek Penilaian dan Evaluasi, dengan indikator-indikator sebagai berikut: 1) Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP. 2) Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian,

selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.

3) Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.

4) Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.

5) Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya

(Depdiknas, 2010:51) B. Kompetensi Profesional

1. Pengertian Kompetensi Profesional

Menurut pendapat Hamzah B. Uno (2007: 15), guru merupakan suatu profesi yang berarti profesi tersebut memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar pendidikan. Profesi guru tersebut tidak


(47)

lain adalah sebagai pendidik ataupun pengajar. Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme, yaitu guru yang profesional adalah guru yang kompeten atau berkemampuan sehingga kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan atau kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Pengertian tersebut sejalan dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas mendidik, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Menurut Hamzah B. Uno (2007: 18-19), kompetensi profesional guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajar. Adapun kompetensi profesional mengajar yang harus dimiliki oleh seorang yaitu meliputi kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sistem pembelajaran, serta kemampuan dalam mengembangkan sistem pembelajaran.

Menurut pendapat Soediarto dalam Hamzah B. Uno (2007: 64), guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai beberapa kemampuan yaitu disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran, bahan ajar yang diajarkan, pengetahuan tentang karakteristik siswa, pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan, pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar, penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran, dan pengetahuan terhadap penilaian, serta mampu merencanakan, memimpin guna kelancaran proses pendidikan.


(48)

31

Menurut Uzer Usman (2006: 19), kompetensi profesional secara spesifik dapat dilihat dari indikator- indikator sebagai berikut.

a. Menguasai landasan pendidikan, yaitu mengenal tujuan pendidikan, mengenal fungsi sekolah dan masyarakat, serta mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan.

b. Menguasai bahan pengajaran, yaitu menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan penghayatan.

c. Menyusun program pengajaran, yaitu menetapkan tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan pengajaran, memilih dan mengembang-kan strategi belajar mengajar, memilih media pembelajaran yang sesuai, memilih dan memanfaatkan sumber belajar, melaksanakan program pengaja-ran, menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat, mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi belajar mengajar.

d. Menilai hasil dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru merupakan kemampuan yang harus dimiliki sebagai dasar dalam melaksanakan tugas profesional yang bersumber dari pendidikan dan pengalaman yang diperoleh. Kompetensi profesional tersebut berupa kemampuan dalam memahami landasan kependidikan, kemampuan merencanakan proses pembelajaran, kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, dan kemampuan mengevaluasi proses pembelajaran.


(49)

2. Komponen Kompetensi Profesional Guru

a. Kemampuan Memahami Landasan Kependidikan

Guru adalah tenaga profesional, sehingga tidaklah cukup apabila guru hanya menguasai apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya, tetapi juga harus memahami berbagai landasan dalam dunia pendidikan. Landasan tersebut sangatlah penting mengingat tugas guru adalah memberi bekal pengetahuan, ketrampilan, dan keahlian kepada para peserta didiknya.

Landasan kependidikan yang harus dikuasai guru menurut Uzer Usman (2006: 19), yaitu mengenal tujuan pendidikan, mengenal fungsi sekolah dan masyarakat, serta mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan. Sedangkan menurut E. Mulyasa (2007: 135-136), landasan kependidikan yang harus dikuasai guru yaitu landasan filosofis, psikologis, dan sosiologis.

b. Kemampuan Merencanakan Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran perlu direncanakan agar dalam pelaksanaannya dapat berlangsung dengan baik dan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Perencanaan proses pembelajaran bertujuan untuk memperkirakan mengenai tindakan apa yang yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan proses pembelajaran. Guru yang baik akan berusaha sebisa mungkin agar pengajarannya berhasil. Salah satu faktor yang dapat membawa keberhasilan itu adalah adanya perencanaan pengajaran yang dibuat guru sebelumnya.

Menurut E. Mulyasa (2007: 148), dalam rangka pengembangan kurikulum yang mencakup pada tingkat satuan pendidikan maka rencana pembelajaran dan silabus


(50)

33

merupakan tuntutan bagi setiap guru untuk menyusunnya, selain itu guru juga perlu menyusun program tahunan, program mingguan dan harian, program pengayaan remedial, serta program bimbingan dan konseling. Lebih lanjut menurut E. Mulyasa (2007: 249-254), yang dimaksud program tahunan yaitu program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

c. Kemampuan Melaksanakan Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan tahap pelaksanaan yang telah direncanakan oleh guru. Dalam kegiatan ini kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam pelaksanan proses pembelajaran guru juga harus menganalisa apakah siswa sudah memahami materi pembelajaran yang diberikan, dan apakah metode dalam pembelajaran perlu diubah atau tidak, sehingga apa yang menjadi tujuan proses pembelajaran dapat tercapai.

Menurut E. Mulyasa (2007: 255-258), pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi pembentukan ke arah yang lebih baik. Pembentukan kompetensi merupakan inti dari pelaksanaan proses pembelajaran yaitu bagaimana kompetensi dibentuk, dan bagaimana tujuan-tujuan pembelajaran direalisasikan.

d. Kemampuan Mengevaluasi Proses Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan tahap akhir dari proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional


(51)

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.

Menurut Oemar Hamalik (2005: 145), evaluasi dimaksudkan untuk mengamati hasil belajar siswa dan berupaya menentukan bagaimana menciptakan kesempatan belajar itu sendiri, selain itu untuk mengamati peranan guru, strategi pengajaran khusus, teori kurikulum, dan prinsip-prinsip belajar untuk diterapkan dalam pengajaran. Tujuan penilaian tidak lain adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang sejauh mana tingkat pencapaian siswa dalam memahami materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

3. Aspek dan Indikator Kompetensi Profesional Guru

Berkaitan dengan penilaian kinerja guru Depdiknas (2010:58-59) telah menentukan aspek dan indikator-indikator yang harus dikuasai oleh guru sebagai bagian dari kompetensi profesionalnya, yaitu:

a. Aspek penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, dengan indikator sebagai berikut: 1) Guru melakukan pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar

untuk mata pelajaran yang diampunya, untuk mengidentifikasi materi pembelajaran yang dianggap sulit, melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan memperkirakan alokasi waktu yang diperlukan.


(52)

35

2) Guru menyertakan informasi yang tepat dan mutakhir di dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

3) Guru menyusun materi, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang berisi informasi yang tepat, mutakhir, dan yang membantu peserta didik untuk memahami konsep materi pembelajaran.

b. Aspek mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif, indikator yang dijadikan acuan adalah:

1) Guru melakukan evaluasi diri secara spesifik, lengkap, dan didukung dengan contoh pengalaman diri sendiri.

2) Guru memiliki jurnal pembelajaran, catatan masukan dari teman sejawat atau hasil penilaian proses pembelajaran sebagai bukti yang menggambarkan kinerjanya.

3) Guru memanfaatkan bukti gambaran kinerjanya untuk mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya dalam program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).

4) Guru dapat mengaplikasikan pengalaman PKB dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran dan tindak lanjutnya.

5) Guru melakukan penelitian, mengembangkan karya inovasi, mengikuti kegiatan ilmiah (misalnya seminar, konferensi), dan aktif dalam melaksanakan PKB.

6) Guru dapat memanfaatkan TIK dalam berkomunikasi dan pelaksanaan PKB.


(53)

2.1.2 Supervisi Akademik

2.1.2.1 Pengertian Supervisi

Secara etimologis, supervisi menurut S. Wajowasito dan W.J.S Poerwadarminta yang dikutip oleh Ametembun (1993:1) : “Supervisi dialih bahasakan dari perkataan inggris “Supervision” artinya pengawasan.

Pengertian supervisi secara etimologis masih menurut Ametembun (1993:2), menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata super + vision : Super = atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisi.

Pengertian supervisi menurut Kimbal Wiles (1967) dalam Suharsimi Arikunto (2004:11) adalah “supervision is assistance in the development of a better

teaching-learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan

situasi belajar mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Bantuan tersebut merupakan kegiatan pelayanan yang disediakan untuk memfasilitasi dan membantu guru dalam menjalankan tugas mereka dengan baik.

Supervisi yang lakukan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Dalam hal ini supervisi lebih ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada kepala sekolah dalam melakukan pengelolaan kelembagaan secara efektif dan efisien serta mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan.


(54)

37

Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh pengawas satuan pendidikan antara lain kegiatannya berupa pengamatan secara intensif terhadap proses pembelajaran pada lembaga pendidikan, kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed back. (Razik dalam Depdiknas, 2008:5). Hal ini

sejalan pula dengan pandangan L. Drake dalam Depdiknas (2008:5) yang menyebutkan bahwa supervisi adalah suatu istilah yang sophisticated, sebab hal

ini memiliki arti yang luas, yakni identik dengan proses manajemen, administrasi, evaluasi dan akuntabilitas atau berbagai aktivitas serta kreatifitas yang berhubungan dengan pengelolaan kelembagaan pada lingkungan kelembagaan setingkat sekolah.

Rifa’i (1992:20) merumuskan istilah supervisi merupakan pengawasan profesional, sebab hal ini di samping bersifat lebih spesifik juga melakukan pengamatan terhadap kegiatan akademik yang mendasarkan pada kemampuan ilmiah, dan pendekatannya pun bukan lagi pengawasan manajemen biasa, tetapi lebih bersifat menuntut kemampuan profesional yang demokratis dan humanistik oleh para pengawas pendidikan.

Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi akademis, dan supervisi manajerial. Supervisi akademis menitikberatkan pada pengamatan supervisor terhadap kegiatan akademis, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Supervisi manajerial menitik beratkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran.


(55)

Gregorio (1966) dalam Depdiknas (2008:6) mengemukakan bahwa ada lima fungsi utama supervisi, yaitu: sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Fungsi inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi sekolah, dan pada lembaga terkait, maka tugas seorang supevisor antara lain berperan dalam melakukan penelitian mengenai keadaan sekolah secara keseluruhan baik pada guru, siswa, kurikulum tujuan belajar maupun metode mengajar, dan sasaran inspeksi adalah menemukan permasalahan dengan cara melakukan observasi, interview, angket, pertemuan-pertemuan dan daftar isian.

Fungsi penelitian adalah mencari jalan keluar dari permasalahan yang berhubungan sedang dihadapi, dan penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah, yakni merumuskan masalah yang akan diteliti, mengumpulkan data, mengolah data, dan melakukan analisa guna menarik suatu kesimpulan atas apa yang berkembang dalam menyusun strategi keluar dari permasalahan diatas. Fungsi pelatihan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan keterampilan guru/kepala sekolah dalam suatu bidang. Dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru cara-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran, dan jenis pelatihan yang dapat dipergunakan antara lan melalui demonstrasi mengajar, workshop, seminar, observasi, individual dan group

conference, serta kunjungan supervisi.

Fungsi bimbingan sendiri diartikan sebagai usaha untuk mendorong guru baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai perbaikan dalam menjalankan tugasnya. Kegiatan bimbingan dilakukan dengan


(56)

39

cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan dan merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu menerapkan sebuah prosedur mengajar yang baru.

Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan, seberapa besar telah dicapai dan penilaian ini dilakukan dengan berbagai cara seperti test, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa, melihat perkembangan hasil penilaian sekolah serta prosedur lain yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa supervisi merupakan aktivitas pembinaan yang dilakukan oleh supervisor dalam rangka meningkatkan performansi atau kemampuan guru dalam menjalankan tugas mengajarnya sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran agar lebih efektif. Pelaksanaan supervisi tidak hanya menilai penampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran melainkan esensinya yaitu bagaimana membina guru untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya yang berdampak pada peningkatan kualitas proses pembelajaran.

2.1.2.2 Supervisi Akademik

Sesuai dengan dimensi kompetensi yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Dalam Peraturan tersebut, Pengawas satuan pendidikan dituntut memiliki kompetensi supervisi manajerial dan supervisi akademik, di samping kompetensi kepribadian, sosial, dan penelitian dan pengembangan.


(57)

Esensi dari akademik berkenaan dengan tugas pengawas untuk untuk membina guru dalam meningkatkan mutu pembelajarannya, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Peraturan Menteri ini juga mengisyaratkan bahwa dalam profesi pengawas di Indonesia secara umum tidak dibedakan antara supervisor umum dengan supervisor spesialis, kecuali untuk mata pelajaran dan/atau jenis pendidikan tertentu. Sebagaimana dikemukakan oleh Pidarta M. (1999: 84-85) bahwa supervisor dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu supervisor umum dan supervisor spesialis. Supervisor umum tugasnya berkaitan dengan pemantauan pelaksanaan kurikulum serta upaya perbaikannya, dan memotivasi guru untuk bekerja dengan penuh gairah, dan menangani masalah-masalah pendidikan secara umum. Sedangkan supervisor spesialis lebih berkonsentrasi pada perbaikan proses belajar mengajar, terutama berkaitan dengan spesialisasi mereka. Mereka disebut pula dengan supervisor bidang studi, dan dipandang sebagai ahli dalam bidang tertentu sehingga mampu mengembangkan materi, pembelajaran, media dan bahan-bahan lain yang dibutuhkan.

Glickman (1981) dalam Depdiknas (2008:9), mendefinisikan supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam


(58)

41

mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.

Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya (Sergiovanni, 1987 dalam Depdiknas, 2008:10). Penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Apabila dikatakan bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka dalam pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya.

Alfonso, Firth, dan Neville dalam Depdiknas berpendapat ada tiga konsep pokok (kunci) dalam pengertian supervisi akademik, yakni:

1. Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah karakteristik esensial supervisi akademik. Sehubungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku guru.

2. Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh


(59)

karena supervisi akademik merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan guru.

3. Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya.

(Depdiknas, 2008:10)

Menurut Glickman (1981) dalam Depdiknas (2008:11) tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya. Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, 1980 dalam Depdiknas, 2008:11). Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan

(willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan

kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat. Sedangkang menurut Sergiovanni (1987) dalam Depdiknas (2008:11) ada tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Tiga Tujuan Supervisi TIGA

TUJUAN

Pengem-bangan Profesio-nalisme

Pengawas -an kualitas

Penum-buhan Motivasi


(60)

43

1. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuannya profesionalnnya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.

2. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya.

3. Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Menurut Alfonso, Firth, dan Neville dalam Depdiknas (2008:11) Supervisi akademik yang baik adalah supervisi akademik yang mampu berfungsi mencapai multitujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya memerhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan inilah supervisi akademik akan berfungsi mengubah perilaku mengajar guru. Pada gilirannya nanti perubahan perilaku guru ke arah yang lebih berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar murid yang lebih baik. Alfonso, Firth, dan Neville dalam Depdiknas (2008:12) menggambarkan sistem pengaruh perilaku supervisi akademik sebagaimana gambar 2.

Gambar 2. Sistem Fungsi Supervisi Akademik Perilaku

Supervisi Akademik

Perilaku Akademik

Perilaku Belajar


(61)

Gambar 2 tersebut di atas memperjelas kita dalam memahami sistem pengaruh perilaku supervisi akademik. Perilaku supervisi akademik secara langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap perilaku guru. Ini berarti, melalui supervisi akademik, supervisor mempengaruhi perilaku mengajar guru sehingga perilakunya semakin baik dalam mengelola proses belajar mengajar. Selanjutnya perilaku mengajar guru yang baik itu akan mempengaruhi perilaku belajar murid. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tujuan akhir supervisi akademik adalah terbinanya perilaku belajar murid yang lebih baik.

2.1.2.3 Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik

Beberapa istilah, seperti demokrasi (democratic), kerja kelompok (team effort),

dan proses kelompok (group process) telah banyak dibahas dan dihubungkan

dengan konsep supervisi akademik (Depdiknas, 2008:13). Pembahasannya semata-mata untuk menunjukkan bahwa perilaku supervisi akademik itu harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana supervisor sebagai atasan dan guru sebagai bawahan. Begitu pula dalam latar sistem persekolahan, keseluruhan anggota (guru) harus aktif berpartisipasi, bahkan sebaiknya sebagai prakarsa, dalam proses supervisi akademik, sedangkan supervisor merupakan bagian darinya.

Hal tersebut merupakan prinsip-prinsip supervisi akademik modern yang harus direalisasikan pada setiap proses supervisi akademik di sekolah-sekolah. Selain tersebut di atas, berikut ini ada beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan dan


(1)

Lampiran 10. Analisis Regresi Kinerja Guru dan Komunikasi Interpersonal

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 95.801 21.296 4.499 .000

Komunikasi .455 .144 .413 3.171 .003

a. Dependent Variable: Kinerja

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .413a .170 .153 11.543


(2)

Lampiran 11. Analisis Regresi Kinerja Guru Dan Motivasi Kerja Guru

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 56.652 20.002 2.832 .007

Motivasi .760 .142 .606 5.337 .000

a. Dependent Variable: Kinerja

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .606a .368 .355 10.077


(3)

Lampiran 12. Data Analisis Regresi Kinerja Guru, Supervisi Akademik,

Komunikasi Interpersonal Dan Motivasi Kerja Guru

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 23.952 23.299 1.028 .309

Supervisi .347 .177 .285 1.965 .055

Komunikasi .005 .169 .005 .032 .975

Motivasi .660 .150 .527 4.403 .000

a. Dependent Variable: Kinerja

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3495.493 3 1165.164 12.524 .000a

Residual 4372.546 47 93.033

Total 7868.039 50

a. Predictors: (Constant), Motivasi, Supervisi, Komunikasi b. Dependent Variable: Kinerja

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .667a .444 .409 9.645


(4)

(5)

(6)

Lampiran 15. Daftar r-tabel

Tabel r Product Moment Pada Sig.0,05 (Two Tail)

N r N r N r N r N r N r

1 0.997 41 0.301 81 0.216 121 0.177 161 0.154 201 0.138

2 0.95 42 0.297 82 0.215 122 0.176 162 0.153 202 0.137

3 0.878 43 0.294 83 0.213 123 0.176 163 0.153 203 0.137

4 0.811 44 0.291 84 0.212 124 0.175 164 0.152 204 0.137

5 0.754 45 0.288 85 0.211 125 0.174 165 0.152 205 0.136

6 0.707 46 0.285 86 0.21 126 0.174 166 0.151 206 0.136

7 0.666 47 0.282 87 0.208 127 0.173 167 0.151 207 0.136

8 0.632 48 0.279 88 0.207 128 0.172 168 0.151 208 0.135

9 0.602 49 0.276 89 0.206 129 0.172 169 0.15 209 0.135

10 0.576 50 0.273 90 0.205 130 0.171 170 0.15 210 0.135

11 0.553 51 0.271 91 0.204 131 0.17 171 0.149 211 0.134

12 0.532 52 0.268 92 0.203 132 0.17 172 0.149 212 0.134

13 0.514 53 0.266 93 0.202 133 0.169 173 0.148 213 0.134

14 0.497 54 0.263

94

0.201 134 0.168 174 0.148 214 0.134

15 0.482 55 0.261 95 0.2 135 0.168 175 0.148 215 0.133

16 0.468 56 0.259 96 0.199 136 0.167 176 0.147 216 0.133

17 0.456 57 0.256 97 0.198 137 0.167 177 0.147 217 0.133

18 0.444 58 0.254 98 0.197 138 0.166 178 0.146 218 0.132

19 0.433 59 0.252 99 0.196 139 0.165 179 0.146 219 0.132

20 0.423 60 0.25 100 0.195 140 0.165 180 0.146 220 0.132

21 0.413 61 0.248 101 0.194 141 0.164 181 0.145 221 0.131

22 0.404 62 0.246 102 0.193 142 0.164 182 0.145 222 0.131

23 0.396 63 0.244 103 0.192 143 0.163 183 0.144 223 0.131

24 0.388 64 0.242 104 0.191 144 0.163 184 0.144 224 0.131

25 0.381 65 0.24 105 0.19 145 0.162 185 0.144 225 0.13

26 0.374 66 0.239 106 0.189 146 0.161 186 0.143 226 0.13

27 0.367 67 0.237 107 0.188 147 0.161 187 0.143 227 0.13

28 0.361 68 0.235 108 0.187 148 0.16 188 0.142 228 0.129

29 0.355 69 0.234 109 0.187 149 0.16 189 0.142 229 0.129

30 0.349 70 0.232 110 0.186 150 0.159 190 0.142 230 0.129

31 0.344 71 0.23 111 0.185 151 0.159 191 0.141 231 0.129

32 0.339 72 0.229 112 0.184 152 0.158 192 0.141 232 0.128

33 0.334 73 0.227 113 0.183 153 0.158 193 0.141 233 0.128

34 0.329 74 0.226 114 0.182 154 0.157 194 0.14 234 0.128

35 0.325 75 0.224 115 0.182 155 0.157 195 0.14 235 0.127

36 0.32 76 0.223 116 0.181 156 0.156 196 0.139 236 0.127

37 0.316 77 0.221 117 0.18 157 0.156 197 0.139 237 0.127

38 0.312 78 0.22 118 0.179 158 0.155 198 0.139 238 0.127

39 0.308 79 0.219 119 0.179 159 0.155 199 0.138 239 0.126