Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 3
Sebagai salah satu sub sistem agribisnis yaitu sub sektor usaha tani. Budi daya ikan nila dalam jakapung memiliki potensi yang menjanjikan. Dengan hasil ikan yang
tidak berbau tanah karena tidak sempat menyentuh tanah, budidaya ikan nila dalam jakapung dapat dikatakan sebagai produk unggulan daerah yang memiliki daya saing
dengan memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimiliki Kabupaten Bangli berupa potensi Danau Batur.
Jika pembudidayaan ikan nila dalam jakapung telah mencapai angka maksimal, diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yakni kemiskinan dan tenaga kerja
khususnya di pedesaan. Kemiskinan disini diartikan sebagai kemiskinan penduduk terutama di pedesaan, maka dari itu dimaksimalkannya pembudidayaan ikan nila
dalam jakapung dimaksudkan agar petani nelayan tidak menganggur dan masalah tenaga kerja sedikit demi sedikit teratasi terutama untuk penduduk yang bertempat
tinggal di desa sekitar Danau Batur dalam lingkup mikro.
Dimaksimalkannya budidaya ikan nila dalam Jakapung diharapkan diikuti dengan hasil produksi ikannya pun meningkat. Ikan nila Danau Batur yang banyak diminati
karena selain sehat, tidak bau dan tidak kotor ini nantinya bisa diekspor sehingga pendapatan untuk kabupaten meningkat. Saat ini produksi ikan nila Danau Batur baru
dimanfaatkan oleh penduduk untuk bisnis restoran yang menyediakan menu ikan nila Danau Batur.
Danau Batur memiliki potensi yang layak diperhitungkan untuk menunjang kegiatan kepariwisataan. Beberapa petani nelayan sudah mencoba pembudidayaan
ikan air tawar yang hasilnya cukup menjanjikan. Tetapi pembudidayaan ini belum secara serius digarap untuk kepentingan pariwisata yang seharusnya dapat memberikan
manfaat cukup besar bagi masyarakat lokal dan bagi para wisatawan. Pembudidayaan ikan nila dalam jakapung di Danau Batur bisa menarik minat wisatawan lokal maupun
mancanegara untuk berkunjung dan melihat kegiatan petani nelayan dalam memelihara ikan nila. Selain menikmati pemandangan indah Gunung Batur dan Danau
Batur, juga dapat menyaksikan secara langsung bagaimana pembudidayaan ikan nila di Danau Batur. Wisatawan terutama wisatawan mancanegara dipastikan akan tertarik
untuk mengamati kegiatan tersebut.
Keberadaan restoran-restoran yang menyediakan menu olahan ikan nila Danau Batur dapat dirancang sebagai finishing kegiatan berwisata di Batur. Adanya potensi
ikan air tawar sebagai pengembangan wisata alternatif di Danau Batur jika dapat direalisasikan bukan tidak mungkin akan menambah PAD Pemkab Bangli dari sektor
pariwisata. Termasuk pula peran petani nelayan di sekitar Danau Batur tentunya akan memperoleh peningkatan penghasilan dengan disajikannya berbagai paket tour melalui
pengembangan wisata alternatif seperti wisata alam maupun agrowisata.
1.2 Rumusan Masalah
Bertolak dari pemikiran diatas maka permasalahan dalam tulisan ini dapat dirumuskan, yaitu : “Bagaimana persepsi masyarakat terhadap potensi ikan air tawar
di Danau Batur sebagai pengembangan wisat a altenatif?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah sebagai untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap potensi ikan air tawar di Danau Batur sebagai pengembangan
wisata alternatif.
Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 4
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi pengembangan.
Penelitian ini merupakan kesempatan untuk dapat mengetahui peluang dan dukungan untuk pengembangan potensi perikanan sebagai wisata alternatif.
2. Manfaat operasional berkaitan dengan kebijakan dan pebisnis pariwisata.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah maupun swasta untuk pariwisata alternatif sebagai salah satu komponen penting dalam
pengambilan keputusan. II.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Persepsi Rangkuti 2005 mengemukakan bahwa persepsi diidentifikasikan sebagai suatu
proses dimana individu memilih, mengorganisasikan, serta mengartikan stimulus yang diterima melalui alat inderanya menjadi suatu makna. Meskipun demikian, makna dari
proses persepsi tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu individu yang bersangkutan. Persepsi terhadap produk atau jasa berpengaruh terhadap tiga faktor,
yaitu : 1.
Tingkat kepentingan. Tingkat kepentingan didefinisikan sebagai keyakinan pelanggan sebelum mencoba
atau membeli produk atau jasa, yang akan dijadikan standar acuan dalam menilai kinerja produk atau jasa tersebut. Terdapat dua tingkat kepentingan pelanggan,
yaitu : a.
Adequate service, yaitu kinerja jasa minimal yang masih dapat diterima berdasarkan perkiraan jasa yang mungkin akan diterima dan tergantung pada
alternatif yang tersedia. b.
Desired service, yaitu tingkat kinerja jasa yang diharapkan diterima yang merupakan gabungan dari kepercayaan mengenai apa yang dapat dan harus
diterimanya. 2.
Kepuasan. Kepuasan didefinisikan sebagai respons terhadap ketidaksesuaian antara tingkat
kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan, salah satunya adalah persepsi
mengenai kualitas jasa yang berfokus pada lima dimensi jasa. Selain itu juga dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, kualitas produk, harga, dan faktor-faktor
yang bersifat pribadi serta yang bersifat situasi sesaat. Persepsi mengenai kualitas jasa tidak mengharuskan pelanggan menggunakan jasa tersebut terlebih dahulu
untuk memberikan penilaian.
3. Nilai.
Nilai didefinisikan sebagai pengkajian secara menyeluruh manfaat dari suatu produk, yang didasarkan pada persepsi atas apa yang telah diterima dan yang telah
diberikan oleh produk tersebut. Pengguna akan semakin loyal apabila produk atau jasa tersebut semakin bernilai baginya.
2.2
Pariwisata Alternatif Koslowski dan Travis dalam Sunarta 2002, pariwisata alternatif merupakan
suatu kegiatan kepariwisataan yang tidak merusak lingkungan, berpihak pada ekologis,
Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 5
dan menghindari dampak negatif dari pembangunan pariwisata berskala besar yang dijalankan pada suatu area yang tidak terlalu cepat pembangunannya.
Selain itu oleh Saglio, Bilsen, dan Gonsalves dalam Sunarta 2002 menyebutkan bahwa pariwisata alternatif adalah kegiatan kepariwisataan yang memiliki gagasan
yang mengandung arti sebagai suatu pembangunan yang berskala kecil atau juga sebagai suatu kegiatan kepariwisataan yang disuguhkan kepada wisatawan, dimana
segala aktivitasnya turut melibatkan masyarakat.
Holden dalam Sunarta 2002, pariwisata alternatif merupakan suatu proses yang mempromosikan suatu destinasi yang kondisinya memang benar-benar layak dan
pantas diantara komunitas yang berbeda-beda, dimana diperlukan untuk memperoleh pemahaman, solidaritas, dan kesamaan diantara seluruh komponen.
Middleton 1998, menyebutkan bahwa pariwisata alternatif merupakan suatu bentuk produk pariwisata yang mempertimbangkan bahkan menuntut lebih akrab
lingkungan dan tidak merusak budaya. Archer and Cooper 1993, menyatakan bahwa pariwisata alternatif merupakan
suatu pergerakan yang memiliki jalan keluar untuk “mengobati sakit” dari pariwisata
massal Mass Tourism. Cohen 1987 dalam Gartner 1996, menyebutkan bahwa pariwisata alternatif
bersumber dari dua pandangan ideologi yang sejaman, yaitu bahwa pariwisata alternatif merupakan reaksi atas konsumerisme modern, dan pariwisata alternatif
merupakan reaksi dari eksploitasi yang dilakukan negara berkembang. Butler dalam Gartner 1996 memaparkan dampak yang mungkin terjadi dari
adanya pariwisata alternatif terhadap aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi, yaitu pada Tabel 2.1.
Variasi pariwisata alternatif dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1.
Pariwisata Adventure Merupakan suatu kegiatan pariwisata alternatif yang bernuansa petualangan
Adventure. Petualangan dalam skala kecil dapat terdiri dari bird watching, scuba diving, dalam skala menengah terdiri dari kegiatan yang bernuansa olah raga
seperti canoing, dan rafting. Sedangkan dalam skala besar meliputi kegiatan petualangan seperti halnya taman safari.
2. Pariwisata Alam
Merupakan kegiatan pariwisata alternatif yang memfokuskan diri pada studi dan observasi yang berkaitan dengan flora tumbuhan dan fauna binatang, selain itu
juga berkaitan dengan kegiatan landscape. 3.
Community Tourism Community Tourism atau pariwisata kerakyatan merupakan suatu kegiatan
pariwisata yang dijalankan oleh rakyat, baik dari perencanaan sampai evaluasi dan segala manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut sepenuhnya untuk rakyat
yang bersangkutan.
Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 6
Tabel 2.1. Dampak yang Mungkin Terjadi dari Adanya Pariwisata Alternatif
Terhadap Aspek Sosial, Lingkungan, dan Ekonomi
Dampak Sosial
Lingkungan Ekonomi
A. Wisatawan
- Jumlah
- Tingkah Laku
- Lokasi
- Waktu
- Hubungan
- Kesamaan
B. Sumber Daya
- Kerapuhan
- Keunikan
- Kapasitas
C. Kegiatan Ekonomi
- Merugikan
- Kebocoran
D. Politik
- Kontrol Lokal
- Perencanaan
Tambahan Positif
Dipertanyakan Negatif
Positif Negatif
Negatif Netral
Netral Netral
Positif Sedikit Positif
Positif Sedikit Negatif
Positif Sedikit Positif
Negatif Negatif
- Sedikit Negatif
Negatif Negatif
Sedikit Positif Netral
Netral Tidak Diketahui
Tidak Diketahui Negatif
Negatif Negatif
Positif Netral
Positif Netral
Netral Netral
Negatif Negatif
Netral Netral
Sumber : Butler dalam Gartner 1996 III.
METODE PENELITIAN 3.1
Lokasi dan Obyek Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Songan, Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli. Dipilihnya Desa Songan sebagai lokasi penelitian, karena pada lokasi tersebut banyak ditemui masyarakat yang berorientasi pada ikan air tawar berupa ikan
nila. Obyek penelitian ini adalah masyarakat yang berorientasi pada ikan air tawar berupa ikan nila.
3.2 Jenis dan Sumber Data