PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT DEFAULT, DAN OPINI AUDIT GOING CONCERN TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN DI INDONESIA

Judul Skripsi

: PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT
DEFAULT, DAN OPINI AUDIT GOING CONCERN TAHUN
SEBELUMNYA TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT
GOING CONCERN DI INDONESIA

Nama Mahasiswa

: Rivan Apriyan

No. Pokok Mahasiswa : 0811031049
Program Studi

: Akuntansi

Fakultas

: Ekonomi dan Bisnis

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Akt.
NIP. 19691008 199501 2 001

Basuki Wibowo, S.E., Akt.
NIP. 19560410 199003 1 001

2. Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt.
NIP. 19560620 198603 1 003

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji
Ketua

: Dr. Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Akt.


………………

Sekretaris

: Basuki Wibowo, S.E., Akt.

………………

Penguji Utama

: R. Weddie Andriyanto, S.E., M.Si., CPA.

………………

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si.
NIP 196109041987031001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 25 April 2013


PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISM

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis
dengan sungguh-sungguh dan tidak merupakan penjiplakan hasil karya orang lain
apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya
sanggup menerima hukuman sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Bandar Lampung, 27 April 2013
Penulis

RIVAN APRIYAN

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 12 April 1990, sebagai anak kedua dari
pasangan Bapak Drs Yansen dan Ibu Sumiati.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Bhakti Ibu Kedaton 1996,
Sekolah Dasar di SD Muhammadiyah Bandar Lampung tahun 2002, Sekolah Menengah

Pertama di SMP Negeri 10 Bandar Lampung tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas di
SMA Negeri 10 Bandar Lampung tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Strata Satu (S1) Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu
Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar”
(Al-Baqarah: 153)

Istiqomah, Meski Lelah Tetap Melangkah Fie Sabilillah.
( Rivan Apriyan )

Bismillahirrahmanirrahiim
Dengan segala kerendahan diri dan ketulusan hati
Kupersembahkan karya penuh perjuangan ini kepada:
Maha Pencipta Langit dan Bumi Allah SWT

Suri tauladan bagi umat manusia Nabi Muhammad SAW
Yang sangat kucintai Ayahanda dan Ibunda
Yang kusayangi kakak dan adik tercinta
Yang kukasihi sahabat-sahabatku

SANWACANA

Bismillahirohmannirrohim.
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan keridhoan dan
kemudahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan penuh
inspirasi. Tidak lupa, Shalawat serta salam juga penulis sampaikan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafaatnya di akhirat kelak.

Skripsi dengan judul “ Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Debt Default, Dan Opini
Audit Going Concern Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Di Indonesia” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi di Universitas Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Lampung. Terima kasih atas semua bimbingan, motovasi, kritik dan saran yang
telah diberikan.
3. Ibu Dr. Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Akt. dan Bapak Basuki Wibowo, S.E., Akt. selaku
pembimbing utama dan pendamping, sumber inspirasi dan referensi yang telah memberikan
waktu untuk memberi bimbingan, saran, kritik, semangat dan dukungannya dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak R. Weddie Andriyanto, S.E., M.Si., CPA. selaku penguji utama. Terima kasih atas
kesediaannya untuk dapat memberikan kritik dan sarannya yang membangun dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Komaruddin, S.E, M.Si., Akt. selaku pembimbing akademik yang telah membantu
dalam perihal akademik.

6. Seluruh bapak/ibu dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Terima kasih
untuk semua ilmu, wawasan, serta pelajaran yang telah diberikan selama ini.
7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Terima kasih
atas semua bantuannya.
8. Ayah dan Ibu tercinta, atas segala dukungan dan doa yang tiada henti kalian harap dan pinta

untukku di setiap sujud dan sepertiga malam, untuk pengorbanan dan kepercayaan yang
kalian berikan untukku. Terima kasih banyak atas kasih sayang, doa, dukungan, perhatian,
dan semua yang telah diberikan selama ini.
9. Kakak dan Adik yang memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian studi di
Universitas Lampung.
10. Seluruh keluarga terbaikku semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih
untuk semuanya doa dan dukungannya.
11. Sahabat seperjuangan: Feri Wahyudi, Bimo Muhammad, Try Syabandi Rasyid, Ridho Riadi
Ramli, Rangga Permana, Nanda Dwi Yantono, Wendra Martha, Febi Febrian, dan Suryo
Suharyo terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.
12. Teman-teman Akuntansi 2008: Andi Susetianto, Sabik Haryanto, Jery Bastian, Aan Sapri B,
Dwi Rahmalia, Desti Aripika, Winda Juliana ,Fatimah, Agnes Lisdiani, Florentina Pasaribu,
Shofaa Marwah, Reviyana Endriyani, Paulina, Siti, Santi Wahyu, Marizka Helita dan semua
yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas informasi perkuliahan, kerja sama
dan dukungannya selama ini. Semoga kita menjadi orang yang sukses.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang baik secara langsung ataupun
tidak langsung membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki kekurangan dan jauh dari
sempurna. Namun, penulis berharap semoga keberadaan skripsi ini dapat bermanfaat sebagai
sumber informasi maupun literatur bagi penulisan karya-karya ilmiah berikutnya.


Bandar Lampung, April 2013
Penulis,

Rivan Apriyan

DAFTAR ISI

Halaman
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah ....................................... 5
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 6
LANDASAN TEORI .......................................................................................... 8
2.1. Teori Agensi ....................................................................................... 8
2.2. Opini Audit ........................................................................................ 10
2.3. Opini Audit Going Concern ............................................................... 13
2.4. Kondisi Keuangan Perusahaan ........................................................... 16
2.5. Debt Default ....................................................................................... 21
2.6. Opini Audit Tahun Sebelumnya ........................................................ 22

2.7. Kerangka Penelitian Teoritis ............................................................... 23
2.8. Pengembangan Hipotesis ................................................................... 23
METODA PENELITIAN .................................................................................. 27
3.1. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 27
3.2. Metoda Pengumpulan Data ............................................................... 27
3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................ 28

3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ................... 28
3.5. Teknik Analisis Data ........................................................................ 31
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................................... 35
4.1. Analisis Statistik Deskriptif ............................................................... 36
4.2. Pengujian Hipotesis ............................................................................ 37
4.3. Pembahasan ........................................................................................ 46
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 55
5.1. Simpulan ............................................................................................ 55
5.2. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 56
5.3. Saran ................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
2.1 Kriteria titik cut off Model Z Score .........................................
21
3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria.............................

28

4.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ...................................................

36

4.2. Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test ...................................

39

4.3. Hasil Uji -2 Log Likehood (-2 LL Awal) ................................


40

4.4. Hasil Uji -2 Log Likehood (-2 LL Akhir) ................................

41

4.5. Hasil Uji Nagelkerke’s R Square ............................................

42

4.6. Hasil Uji Matrik Klasifikasi ....................................................

43

4.7. Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ......................................

44

1

BAB I
PENDAHULUAN

I.I

Latar Belakang
Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan

dunia bisnis di negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama
untuk melihat apakah kondisi perekonomian di negara itu dalam keadaan baik
atau buruk. Bila pergerakan dunia bisnis (perusahaan) turun yang ditandai dengan
melemahnya seluruh instrumen ekonomi yang ada maka menandakan kondisi
ekonomi negara tersebut dalam keadaan buruk.
Memburuknya pergerakan dunia bisnis dapat mengakibatkan
kelangsungan hidup (going concern) satuan usaha terganggu bahkan dapat
mengarah pada likuidasi atau kebangkrutan. Kelangsungan hidup suatu satuan
usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen membawa satuan
usaha tersebut untuk bertahan hdup selama mungkin. Oleh karenanya adalah
wajar jika kesalahan pertama ditujukan kepada pihak manajemen. Namun,
tuduhan kesalahan juga sangat berpotensi melebar hingga ke auditor (Ishak, 1999)
dalam (Ramadhani, 2004).
Going concern (kelangsungan hidup) adalah kelangsungan hidup suatu
badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas

2

sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut
menjadi bermasalah. Asumsi going concern berarti suatu badan usaha dianggap
akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan
tidak akan dilikuidasi dalam waktu jangka pendek. Opini audit going concern
merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan
dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Para pemakai
laporan keuangan merasa bahwa pengeluaran opini audit going concern ini sebagai
prediksi kebangkrutan suatu perusahaan.
Clarkson dan Simunic (1994) dalam Ayu Putri, (2011) melakukan studi
yang mengidentifikasi reaksi investor terhadap opini audit yang memuat informasi
kelangsungan hidup perusahaan berdasarkan pengungkapan hasil analisis laporan
keuangan. Studi tersebut menemukan bukti bahwa ketika investor akan
melakukan investasi maka mereka perlu untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan, dengan melihat laporan auditor, terutama yang menyangkut
kelangsungan hidup perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
investor sangat mengandalkan opini audit yang diberikan auditor untuk
melakukan keputusan investasi, karena ketika seorang investor akan melakukan
investasi ia perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, terutama yang
menyangkut tentang kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Hal ini membuat auditor mempunyai tanggung jawab yang besar untuk
mengeluarkan opini audit going concern yang konsisten dengan keadaan
sesungguhnya. Kajian atas opini audit going concern dapat dilakukan dengan
melihat kondisi internal perusahaan, seperti kondisi keuangan perusahaan, status

3

debt default, dan opini audit going concern tahun sebelumnya.
Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan perusahaan
sesungguhnya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan masalah going
concern (Ramadhany, 2004). Menurut Mckeo wn et. al. (1991) menyatakan
bahwa semakin kondisi perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin
besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya
pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan auditor tidak
pernah mengeluarkan opini audit going concern. Kesangsian terhadap
kelangsungan hidup perusahaan merupakan indikasi terjadinya kebangkrutan.
Altman dan McGough (1974) dalam Fanny dan Saputra (2005) menemukan
bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan suatu model prediksi
mencapai tingkat keakuratan 82% dan menyarankan penggunaan model prediksi
kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan
perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Beberapa penelitian
sebelumnya menyimpulkan bahwa model prediksi kebangkrutan menggunakan
rasio-rasio keuangan lebih akurat dibandingkan pendapat auditor dalam
mengelompokkan perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut (Altman dan
McGough, 1974; Koh dan Killough, 1990; Koh, 1991) dalam Fanny dan Saputra,
2005. Carcello dan Neal (2000) dalam Setyarno,dkk., (2009) menyatakan bahwa
semakin buruk kondisi keuangan perusahaan maka semakin besar kemungkinan
perusahaan menerima opini going concern.
Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) 30, indikator going concern
yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan audit adalah

4

kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya (default). Debt default
didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaaan) dalam membayar utang
pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, 1992 dalam
Praptitorini, 2009). Jika perusahaan dalam kondisi seperti ini maka kemungkinan
mengalami kebangkrutan sangat besar.
Pemberian opini going concern oleh auditor tidak terlepas dari opini audit
yang diberikan tahun sebelumnya, karena kegiatan usaha pada suatu perusahaan
untuk tahun tertentu tidak terlepas dari keadaan yang terjadi pada tahun
sebelumnya. Setyarno et. al. (2009) menyatakan bahwa auditor dalam
menerbitkan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini audit going
concern yang telah diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Penelitian
tersebut memberikan bukti empiris bahwa opini audit going concern tahun
sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern. Hal ini juga didukung oleh penelitian Carcello dan Neal (2000), Lennox
(2002), Ramadhany (2004), Setyarno dkk. (2009), Praptitorini dan Januarti
(2007), Januarti (2009), serta Putra (2010) yang menemukan hubungan positif
antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan.
Jika tahun sebelumnya auditor memberikan opini audit going concern maka pada
tahun berjalan semakin besar auditor akan memberikan kembali opini audit going
concern.
Uraian latar belakang masalah di atas mendorong peneliti melakukan
penelitian tentang pengaruh kondisi keuangan perusahaan, debt default, dan opini
audit going concern tahun sebelumnya pada penerimaan opini audit going

5

concern. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama perioda 2009 - 2011.
Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan-perusahaan manufaktur sebagai
sampel karena sektor manufaktur dominan di Asia, khususnya di Indonesia dan
unutk menjaga homogenitas data sehingga hanya menggunakan perusahaan
manufaktur saja, untuk menghindari terjadinya industrial effect yaitu risiko
industri yang berbeda antar suatu sektor industri yang satu dengan yang lain
(Setyarno, dkk., 2006), serta karena memiliki peran yang relatif besar dalam nilai
ekspor Indonesia terhadap perekonomian dan memiliki tingkat kompetisi yang
kuat sehingga rawan terhadap kasus-kasus kecurangan dan masalah going
concern.
Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Debt
Default, dan Opini Audit Going Concern Tahun Sebelumnya terhadap
Penerimaan Opini Audit Going concern pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
1.2

Rumusan dan Batasan Masalah Penelitian

1.2.1

Perumusan Masalah
Apakah kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit going concern?
Apakah status debt default berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan
opini audit going concern?
Apakah opini audit going concern tahun sebelumnya berpengaruh terhadap
kemungkinan penerimaan opini audit going concern?

6

1.2.2

Batasan Masalah
Peneliti membatasi penelitian pada variable-variabel yang diduga

berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan Opini Audit Going Concern
yaitu Kondisi Keuangan Perusahaan, Debt Default, dan Opini Audit Going
Concern Tahun Sebelumnya. Sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI selama periode 2009 sampai 2011.

1.3

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1

Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis

pengaruh kondisi keuangan perusahaan, debt default, dan opini audit going
concern tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3.2

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai

berikut:
1. Dapat menjadi bukti empiris serta memberikan kontribusi tambahan
terhadap penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya.
2. Bagi pengembangan teori dan pengetahuan di bidang ilmu akuntansi,
terutama berkaitan dengan pengauditan, khususnya dalam bidang keputusan
pemberian opini audit.
3. Bagi pemberi pinjaman (kreditur) mengenai informasi kebangkrutan bisa
bermanfaat untuk mengambil keputusan perusahaan mana saja yang akan

7

diberi pinjaman dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor
pinjaman yang telah diberikan.

4. Bagi praktisi akuntan publik terutama bagi auditor dalam memberikan penilaian
keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup (going concern)
perusahaan dimasa yang akan datang. Hal ini dengan memperhatikan kondisi
keuangan pada perusahaan.

5. Bagi investor, saham dan obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan
tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut
atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut.

8

BAB II
LANDASAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1

Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976) dalam Mirna dan Indira (2009)

menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih
prinsipal yang melibatkan agent untuk melaksanakan beberapa layanan bagi
mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan pada
agent. Agent diberi wewenang oleh principal untuk melakukan operasional
perusahaan, sehingga agent lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan
prinsipal. Ketimpangan informasi ini disebut asymetri informasi. Hal ini
memungkinkan prinsipal menderita agency cost. Yang dimana agency cost
merupakan risiko yang terjadi ketika seseorang (prinsipal) membayar seseorang
(agent) untuk menjalankan sebuah tugas padahal kepentingan agent bertentangan
atau tidak selaras dengan kepentingan prinsipal (Purbarini, 2009) dalam Indira
(2009).
Dalam hal ini dapat digambarkan seorang prinsipal adalah pemilik
perusahaan dan agent merupakan manajer atau manajemen yang diberi wewenang
oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan. Dalam kaitannya dengan
penerimaan opini audit going concern, agent (manajemen) bertanggung jawab

9

secara moral terhadap kelangsungan hidup perusahaan yang dipimpinnya.
Prinsipal (pemilik) memberi wewenang kepada agent untuk melakukan
operasional perusahaan, sehingga informasi lebih banyak diketahui oleh agent
dibandingkan pemilik. Baik prinsipal maupun agent diasumsikan orang ekonomi
rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Agent mungkin
akan takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik,
sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut.
Hal ini dapat memicu terjadinya konflik keagenan. Untuk itu dibutuhkan pihak
ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prisipal dan
agent.
Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjebatani kepentingan
pihak prinsipal (shareholders) dengan pihak agent (manajer) dalam mengelola
keuangan perusahaan (Setiawan, 2009) dalam Mirna dan Indira (2009). Auditor
sebagai pihak yang independen dibutuhkan untuk melakukan pengawasan
terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai dengan kepentingan
prinsipal melalui laporan keuangan. Prinsipal mengharapkan auditor memberikan
peringatan awal mengenai kondisi keuangan perusahaan. Data-data perusahaan
akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya
apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan
perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Auditor bertugas untuk
memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan, dan
mengungkapkan permasalahan going concern yang dihadapi perusahaan apabila
auditor meragukan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya.

10

2.2

Opini Audit
Tugas umum dari auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan

perusahaan. Opini yang diberikan auditor merupakan pernyataan kewajaran dalam
semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 1994, alenia 1). Pendapat atau
opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan
audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan
tersebut menginformasikan pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor
dan kesimpulan yang diperolehnya. Laporan keuangan merupakan sarana bagi
auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan,
untuk tidak menyatakan pendapat.
Terdapat lima jenis pendapat auditor menurut Mulyadi (2002), yaitu:
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Dalam pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai
dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum di Indonesia. Laporan audit yang
berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan audit yang paling
dibutuhkan semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun
oleh auditor. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi
keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akuntansi
keuangan, jika memenuhi kondisi berikut:
a) Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun
laporan keuangan.

11

b) Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup
dijelaskan.
c) Informasi dalam catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan
dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan.

2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified
Opinion With Explanatory Language)
Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas
atau bahasa penjelas yang lain dalam laporan audit, meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan.
Paragaraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi
penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi katakata dalam laporan audit baku adalah:
a) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.
b) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup.
c) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
d) Penekanan atas suatu hal.
e) Laporan audit yang melibatkan auditor lain.
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualifield Opinion)
Jika auditor menemukan kondisi-kondisi berikut ini maka ia akan
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian pada laporan audit:
a) Lingkup audit yang dibatasi oleh klien

12

b) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting / tidak dapat
memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar
kekuasaan klien maupun auditor.
c) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
d) Standar akuntansi keuangan yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan
auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum.
5. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika dia tidak
melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor
memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila
dia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien. Opini audit
diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat
memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan
yang diauditnya. Arens (1996) menyatakan bahwa laporan audit adalah langkah
terakhir dari proses audit. Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh
auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya (Mulyadi, 2002).
Laporan audit terdiri dari 3 paragraf antara lain: paragraf pengantar (introductory
paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion

13

paragraph) (Mulyadi,2002). Auditor memberikan opini harus didasarkan pada
keyakinan profesionalnya.
2.3

Opini Audit Going concern
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Ketika

suatu entitas dinyatakan going concern, artinya entitas tersebut dianggap akan
mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang, tidak
akan mengalami likuidasi dalam jangka waktu pendek (Setyarno,dkk., 2009).
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk
memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya
(SPAP, 2004). Auditor memiliki tanggung jawab untuk mengevaluasi status
kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya. Mengacu
kepada Statement On Auditing Standard No. 59, auditor harus memutuskan
apakah mereka yakin bahwa perusahaan klien dapat bertahan pada tahun yang
akan datang. PSA 29 paragraf 11 huruf d menyatakan bahwa keragu- raguan yang
besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor
menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan
audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
(Unqualified Opinion).
SPAP Seksi 341 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak
kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
terhadap opini auditor sebagai berikut:

14

a) Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan satuan
usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
pantas, ia harus :
1. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan
untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
2. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif
dilaksanakan.
b) Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi dan
peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya, auditor mempertimbangkan untuk memberikan
pernyataan tidak memberikan pendapat.
c) Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus
dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan efektivitas rencana tersebut.
1. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat.
2. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien
mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan
pendapat wajar tanpa pengecualian.
3. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak
mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan
pendapat tidak wajar.

15

Bagaimanapun juga hampir tidak ada panduan yang jelas atau hasil
penelitian yang dapat dijadikan pemilihan tipe going concern report yang dipilih.
Karena pemberian status going concern bukanlah tugas yang mudah. Auditor
dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang
menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, yaitu tidak
lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (Ikatan
Akuntan Indonesia, 2009: seksi 341). Signifikan atau tidaknya kondisi atau
peristiwa tersebut akan tergatung atas keadaan, dan beberapa diantaranya
kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan
kondisi atau peristiwa yang lain. Berikut ini beberapa contoh, namun tidak
terbatas pada kondisi dan peristiwa berikut (Tisnawati, 2009 dalam Fanny dan
Saputra, 2005):
1. Tren negatif, sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang terjadi,
kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio
keuangan penting yang buruk.
2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh,
kegagalan dalam memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa,
penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap
pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang,
kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau
penjualan sebagian besar aktiva.
3. Masalah intern, sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan
perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu,

16

komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk
secara signifikan memperbaiki operasi.
4. Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh, pengaduan gugatan
pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang
kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi,
kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau
pemasok utama, kerugian akibat bencana besar, seperti gempa bumi, banjir,
kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan, namun dengan
pertanggungan yang tidak memadai.
Beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup
adalah (Arens, 2003), yaitu:
1. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja
2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat
jatuh tempo dalam jangka pendek.
3. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan
seperti gempa bumi atau banjir atau masalah perburuhan yang tidak biasa,
dan
4. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah terjadi
dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.
2.4

Kondisi Keuangan Perusahaan
Kondisi keuangan perusahaan adalah suatu tampilan atau keadaan secara

utuh atas keuangan perusahaan selama periode atau kurun waktu tertentu. Kondisi
keuangan merupakan gambaran atas kinerja sebuah perusahaan. Media yang dapat

17

dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan
yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan
laporan posisi keuangan. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat
kesehatan perusahaan sesungguhnya. Menurut Mc Keown (1991) dalam
Ramadhany (2004) semakin memburuk atau terganggu kondisi perusahaan maka
akan semakin besar kemungkinan peusahaan menerima opini audit going concern.
Sebaliknya perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, auditor
tidak pernah memberikan opini audit going concern.
Penelitian mengenai kebangkrutan perusahaan diawali dari analisis rasio
keuangan, karena laporan keuangan lazimnya berisi informasi-informasi penting
mengenai kondisi dan prospek perusahaan di masa yang akan datang (Fraser,
1995 dalam Fanny dan Saputra, 2005). Beaver (1996) dalam Fanny dan Saputra
(2005) telah melakukan studi tentang kerentanan perusahaan terhadap kegagalan,
lima tahun sebelum perusahaan tersebut dinyatakan mengalami kesulitan
keuangan. Altman (1968) dalam Fanny dan Saputra (2005) juga telah melakukan
studi serupa untuk menemukan suatu model prediksi kebangkrutan dalam
beberapa periode sebelum kebangkrutan benar–benar terjadi.
Mutchler (1985) dalam Santosa (2007) mengungkapkan beberapa
karakteristik dari suatu perusahaan bermasalah, antara lain perusahaan memiliki
modal total negatif, arus kas negatif, pendapatan operasi negatif, modal kerja
negatif, kerugian pada tahun berjalan, dan defisit saldo laba tahun berjalan.
Altman dan McGough (1974) dalam Fanny dan Saputra (2005) menyarankan
penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk menilai

18

kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya, karena
penelitiannya menemukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan
menggunakan suatu model prediksi mencapai tingkat keakuratan 82%
dibandingkan dengan menggunakan prosedur audit tradisional, sebagai contoh
hanya melihat dari laba bersih sebelum pajak yang negatif. Fanny dan Saputra
(2005) menemukan bahwa penggunaan model prediksi kebangkrutan yang
dikembangkan oleh Altman mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit
dibandingkan dengan The Zmijeski model dan The Springate model. Penelitian
yang dilakukan oleh Setyarno, et al., (2009) juga berhasil membuktikan bahwa
model prediksi kebangkrutan Altman berpengaruh signifikan terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Sampai dengan saat ini, Z Score model ini masih lebih banyak digunakan
oleh para peneliti, praktisi, serta para akademis di bidang akuntansi dibandingkan
model prediksi kebangkrutan lainnya (Altman, 1993) dalam Fanny dan Saputra
(2005). Model yang telah dikembangkan oleh Altman ini telah mengalami suatu
revisi pada tahun 1993. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan
penyesuaian yang dilakukan agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya
untuk perusahaan-perusahaan manufaktur yang go publik melainkan juga dapat
diaplikasikan untuk perusahaan - perusahaan di sektor swasta. Model yang lama
mengalami perubahan pada salah satu variabel yang digunakan menjadi:
Z’ = 0.717Z1 + 0.874Z2 + 3.107Z3 + 0.420Z4 + 0.998Z5
Dimana:
Z1 = working capital / total asset
Z2 = retained earnings / total asset

19

Z3 = earnings before interest and taxes/ total asset
Z4 = book value of equity / book value of debt
Z5 = sales / total asset.
Z Score yang dikembangkan Altman tersebut selain dapat digunakan untuk
menentukan kecenderungan kebangkrutan juga dapat digunakan sebagai ukuran
dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan. Hal yang menarik mengenai Z
Score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana
ukuran perusahaan. Meskipun seandainya perusahaan sangat makmur, bila Z
Score mulai turun dengan tajam, menunjukkan adanya indikasi bahwa perusahaan
harus waspada terhadap kebangkrutan. Atau, bila perusahaan baru saja survive, Z
Score bisa digunakan untuk membantu mengevaluasi dampak yang telah
diperhitungkan dari perubahan upaya-upaya manajemen perusahaan. Definisi dari
kelima rasio yang dikembangkan Altman tersebut adalah sebagai berikut:
1. Rasio Z1 = Modal kerja terhadap total harta / ratio working capital to total
asset digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva perusahaan relative
terhadap total kapitalisasinya. Aktiva likuid bersih atau modal kerja
didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi total kewajiban lancar.
2. Rasio Z2 = Laba ditahan terhadap total harta / ratio retained earnings total
asset digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Pada beberapa
tingkat, rasio ini juga mencerminkan umur perusahaan, karena semakin
muda perusahaan, semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk
membangun laba kumulatif.
3. Rasio Z3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta / ratio
earning before interest and tax to total asset digunakan untuk mengukur

20

produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan. Rasio ini juga dapat
digunakan untuk mengukur kemampulabaan, yaitu tingkat pengembalian
dari aktiva, yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak
(EBIT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun.
Bila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka
berarti perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak daripada bunga
pinjaman.
4. Rasio Z4 = Nilai buku modal terhadap nilai buku dari utang / book Value of
Equity to Book Value of Debt. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal
sendiri (saham biasa). Nilai buku ekuitas sendiri diperoleh dengan
menjumlahkan akun ekuitas saham biasa dikurangi dengan klaim yang
didahulukan, seperti deviden dan saham preferen. Nilai buku hutang
diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka
panjang.
5. Rasio Z5 = Penjualan terhadap total harta / ratio sales to total asset
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi
kondisi persaingan.
Untuk menghitung Z Score dapat dilakukan dengan menghitung angka angka kelima rasio yang diambil dari laporan keuangan. Dengan cara mengalikan
angka-angka tersebut dengan koefisien yang diturunkan Altman, kemudian
hasilnya dijumlahkan. Penelitian yang dilakukan Altman untuk perusahaan yang
bangkrut dan tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan
untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model diskriminan adalah

21

dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai Z, dimana dikategorikan
sebagai berikut:
TABEL 2.1
Kriteria titik cut off Model Z Score
Kriteria
Tidak bangkrut/ sehat jika Z lebih dari (>)

2,99

Bangkrut jika Z kurang dari (

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pergantian Manajemen, Biaya Audit, Reputasi Audit, Opini Audit dan Kesulitan Keuangan terhadap Pergantian Auditor secara sukarela (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2012-2013)

5 93 109

Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 86 82

Pengaruh Kualitas Audit , Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 103 81

Pengrauh Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 119 108

Pengaruh Likuiditas, Leverage¸Profitabilitas, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 61 99

Pengaruh Kualitas Audit, Profitabilitas, Leverage dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Conern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 34 96

Pengaruh debt default, opinion shopping, kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern

1 17 123

Pengaruh audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor

1 12 117

PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DEBT DEFAULT DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN

0 6 25

PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DEBT DEFAULT DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN

2 13 73