Pengaruh audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor
PENGARUHAUDIT LAG,OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDITGOING CONCERN OLEH AUDITOR
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2009)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Nuraprianti 107082000188
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
PENGARUHAUDIT LAG,OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDITGOING CONCERN OLEH AUDITOR
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2009)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Nuraprianti NIM: 107082000188
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si Fitri Damayanti,SE,.M.Si NIP. 197306152005011009 NIP. 198107312006042003
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(3)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini selasa, 1 juni 2011 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama : Nuraprianti
2. NIM : 107082000188 3. Jurusan : Akuntansi/Audit
4. Judul Skripsi : Pengaruhaudit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern oleh Auditor. (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2005-2009) Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 Juni 2011
1. Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA. ( ________________________ ) Ketua
2. Rahmawati, SE, MM ( ________________________ ). NIP. 19770814 200604 2 003 Sekertaris
3. Wilda Farah, SE.,M,Si.,Ak ( ________________________ ) NIP. 19830326 200912 2 005 Penguji Ahli
(4)
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Jum’at, 17 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Nuraprianti 2. NIM : 107082000188 3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern oleh Auditor. (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2005-2009)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Juni 2011
1. Herni Ali HT, SE., MM ( )
Nidn. 0422125902 Ketua
2. Rahmawati, SE, MM ( ). NIP. 19770814 200604 2 003 Sekertaris
3. Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA ( ) Penguji Ahli 1
4. Dr. Amilin, SE, Ak, M.Si ( )
NIP. 19730615 200501 1 009 Pembimbing I
5. Fitri Damayanti, SE, Ak, M.Si ( )
(5)
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Nuraprianti
No. Induk Mahasiswa : 107082000188
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 15 Juni 2011
Yang Menyatakan
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : Nuraprianti
Tempat/ Tgl. Lahir : Tangerang, 09 November 1988 Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Encub Supandi Nama Ibu : Ocah
Anak ke dari : 5 dari 6 bersaudara Status : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Kp. Gardu, Ds. Cirarab Rt/Rw 001/001 Kecamatan Legok- Tangerang
No. Telp : 085959454170
Email : noura.prianty@yahoo.co.id
II. PENDIDIKAN FORMAL
1995–2001 : SDN 1 Legok, Tangerang 2001–2004 :MTs Ta’Dibulummah, Bogor 2004–2007 : MAN Parung Panjang, Bogor
2007–2011 : S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENDIDIKAN INFORMAL
(7)
EFFECT OF AUDIT LAG, PREVIOUS AUDIT REPORT, FINANCIAL CONDITION, COMPANY’S GROWTH AND COMPANY SIZE WOULD
GIVE A GOING CONCERN OPINION BY AUDITOR
(Empirical Study on Manufacturing Companies listed at Indonesia Stock Exchange 2005-2009 )
By:Nuraprianti ABSTRACT
The main purpose of this research is to analyze the effect of audit lag,
previous audit report, financial condition, company’s growth and company size
would gift a going concern opinion by auditor. The population of this research are manufacturing companies that listed at Indonesia Stock Exchange from 2005-2009. Sample’s are selected by purpossive sampling method and obtained 145 financial statement data. Logistic regression is used to examine the hypothesis. The result indicate that financial condition previous audit report and company size are significantly affect the going concern audit opinion. On the other hand,
audit lag and company’s growth does not have effect on going concern audit opinion.
Keywords: going concern, audit lag, previous audit report, financial condition, company’s growth and company size.
(8)
PENGARUHAUDIT LAG,OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
PENERIMAAN OPINI AUDITGOING CONCERN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2009)
Oleh: Nuraprianti ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, opini pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini auditgoing concern oleh auditor. Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2005-2009. Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling dan dari hasil tersebut diperoleh 145 data laporan keuangan perusahaan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Sedangkan, audit lag dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini auditgoing concern.
Kata Kunci: going concern, audit lag, opini audit tahun sebelumnya,kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan.
(9)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul PENGARUH AUDIT LAG, KONDISI KEUANGAN
PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA,
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN OLEH AUDITOR.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat -syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan Skripsi ini tentu saja tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, serta kerja sama berbagai pihak. Oleh karena itu tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada:
1. Kedua orang tua tercinta (Encub Supandi & Ocah) atas semua pengorbanan moril dan materil, motivasi serta do’a disetiap sujudmu yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syrif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Amilin selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Fitri Damayanti SE., MSi selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Rahmawati SE., MM selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syrif Hidayatullah Jakarta.
(10)
6. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah
Jakarta yang telah memberikan segenap ilmunya.
8. Seluruh keluarga yang telah memberikan semangat serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis, kaka-kakaku tersayang..Sulastini, Sumiati, M.Ruslan, Rudiansyah dan adiku Selviana. Terimakasih banyak!!
9. keluarga besar Encub Supandi...terimakasih banyak!!semoga keluarga selalu dalam kasih sayangNya.
10. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Orang-orang tercinta dan keluargaku dikampus, (ka Putro juwono, Yuli, Anisa, Eha, Yulinda, Nopi, Isty, Alvi, Neng, Kabul, Tika, Tya terimakasih banyak!) Ida Farida dan Shindy….tetap semangat!! Aku sayank kalian. 12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, tanpa mengurangi
rasa hormat, saya ucapkan terima kasih banyak atas masukkan, support, dan kenangan lainnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Juni 2011
(11)
DAFTAR ISI
Keterangan Halaman
LEMBAR JUDUL... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI... iv
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi
ABSTRACT... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 16
1. Tujuan Penelitian ... 16
2. Manfaat Penelitian ... 16
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Auditing ... 18
(12)
1. Jenis-jenis Auditor ... 19
2. Jenis Audit... 22
3. Opini Audit ... 25
B. Going concern... 30
1. Pengertiangoing concern... 30
2. Manfaat informasigoing concern... 31
C. Opini AuditGoing concern... 34
D. Audit lag... 37
E. Opini Audit Tahun Sebelumnya... 38
F. Kondisi Keuangan Perusahaan... 40
G. Pertumbuhan Perusahaan ... 41
H. Ukuran Perusahaan... 43
I. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis... 45
J. Penelitian Terdahulu... 49
K. Kerangka Pemikiran... 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 56
B. Metode Penentuan Sampel... 56
C. Metode Pengumpulan Data ... 57
D. Metode Analisis Data Dan Pengujan Statistik ... 57
1. Uji statistik deskriptif... 57
2. Uji hipotesis ... 58
(13)
1. Variabel dependen... 59
2. Variabel independent ... 59
a. Audit lag... 59
b. Opini audit tahun sebelumnya... 60
c. Kondisi keuangan perusahaan... 60
d. Pertumbuhan perusahaan ... 60
e. Ukuran perusahaan... 61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 64
B. Statistik Deskriptif ... 65
1. Audit Lag... 68
2. Opini Audit Tahun Sebelumnya... 68
3. Kondisi Keuangan Perusahaan ... 69
4. Pertumbuhan Perusahaan ... 72
5. Ukuran Perusahaan... 73
C. Analisis dan Pembahasan... 74
1. Uji Hipotesis ... 74
2. Uji Kelayakan Model Regresi... 74
3. Uji Keseluruhan Model(overall model fit)... 75
4. Uji Koefisien Determinasi ... 76
5. Uji Multikolinearitas ... 77
6. Matriks Klasifikasi ... 77
(14)
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ... 83
B. Implikasi... 84
C. Keterbatasan... 85
D. Saran... 86
DAFTAR PUSTAKA... 87
(15)
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.2 Kasus kebangkrutan terbesar sepanjang sejarah dunia ... 8
2.1 Hasil-hasil penelitian terdahulu... 50
3.1 Tabel operasionalisasi variable ... 62
4.1 Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria ... 65
4.2 Nama perusahaan hasil observasi... 66
4.3 Distribusi observasi berdasarkan opini audit ... 67
4.4 Distribusi audit lag terhadappemberian opini audit going concern oleh auditor... 68
4.5 Frekuensi opini audit tahun sebelumnya... 69
4.6 Distribusi OGC dan NGOC berdasarkan kondisi keuangan ... 71
4.7 Frekuensi pertumbuhan laba ... 72
4.8 Statistik deskriptif ... 73
4.9 Hasil uji kelayakan model regresi homser and lemeshow test... 75
4.10 Hasil uji keseluruhan model dengan data ... 75
4.11 Variabelitas variabel dependen dengan variabel independen negelkerke R Square ... 76
4.12 Matrik korelasi ... 77
4.13 Matrik klasifikasi ... 78
(16)
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Daftar perusahaan yang masuk dalam kategori sampel ... 91
2. Data variabel independen dan dependen tahun 2005... 95
3 Data variabel independen dan dependen tahun 2006... 95
4. Data variabel independen dan dependen tahun 2007... 96
5. Data variabel independen dan dependen tahun 2008... 96
6. Data variabel independen dan dependen tahun 2009... 97
(18)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam beberapa dekade terakhir ini, terjadi penurunan usia harapan hidup perusahan di beberapa negara di Eropa, seperti: di Jerman, Perancis dan Inggris. Di Jerman misalnya, usia harapan hidup perusahaan menurun dari 45 tahun menjadi 18 tahun, di Perancis, dari 13 tahun menjadi 9 tahun, dan yang terjadi di Inggris, yang semula 10 tahun menurun menjadi hanya 4 tahun. sepertiga dari perusahaan yang terdaftar dalam Fortune 500 tahun 1970 telah lenyap pada 1983, baik karena merger, akuisisi maupun perpecahan, survey dari Belanda yang menunjukkan rata-rata usia harapan hidup perusahaan di Jepang dan Eropa adalah 12,5 tahun (De Geus, 1997:7). Penyebab utama penurunan tersebut adalah maraknya kegiatan marger dan akuisisi. Namun kegiatan marger dan akuisisi tersebut adalah distress selling, yaitu karena perusahaan mengalami kesulitan, bukan karenastrategic buying.
Di Indonesia sendiri, belum secara pasti diketahui usia harapan hidup perusahaan rata-rata. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Payatma & Setiawan (2004) terhadap kinerja perusahaan manufaktur yang melakukan kegiatan marger dan akuisisi diperoleh indikasi bahwa tujuan ekonomis dilakukannya marger dan akuisisi tidak tercapai. Berikut kesimpulan hasil penelitian Payatma & Setiawan (2004).
(19)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian secara serentak terhadap semua rasio keuangan untuk satu tahun sebelum dengan satu tahun setelah pengumuman Marger & Akuisisi, dua tahun sebelum dengan satu tahun sesudah pengumuman Marger & Akuisisi, satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah pengumuman Marger & Akuisisi dan dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah tidak berbeda secara signifkan. Jadi, kinerja perusahaan manufaktur setelah melakukan Marger & Aakuisisi ternyata tidak mengalami perbaikan dibandingkan dengan sebelum melaksanakan Marger & Akuisisi.
Pengujian secara parsial menunjukkan ada perbedaan yang signifkan untuk rasio keuangan Total Asset Turnover, ROI dan ROE untuk pengujian satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah pengumuman Marger & Akuisisi, rasio keuangan Fixed Asset Turnover, ROI, ROE, dan NPM untuk pengujian satu tahun sebelum dan dua tahun sesudah pengumuman Marger & Akuisisi; rasio keuangan Total Asset Turnover dan Fired Asset Turnover untuk pengujian dua tahun sebelum dan satu tabun sesudah pengumuman Marger & Akuisisi, rasio keuangan fixed asset turnover total asset to debt, net worth to debt, dan total asset turnover untuk pengujian dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah pengumuman Marger & Akuisisi. Rasio keuangan tersebut mengalami penuruan setelah perusahaan melakukan Marger & Akuisisi. Jadi, berdasarkan analisis kinerja keuangan perusahaan dari sisi rasio keuangan Marger & Akuisisi tidak menimbulkan sinergi bagi perusahaan. Atau dengan kata lain, motif ekonomi bukanlah motif utama perusahaan melakukan Marger & Akuisisi.
(20)
Hasil pengujian terhadap rasio keuangan diperkuat dengan hasil pengujian terhadap abnormal return perusahaan yang melakukan Marger & Akuisisi. Hasil pengujian menunjukkan abnormal return perusahaan pada periode jendela sebelum pengumuman Marger & Akuisisi, berbeda dengan abnormal return pada periode jendela sesudah pengumuman Marger & Akuisisi. Abnormal return sesudah pengurnuman Marger & Akuisisi justru negatif, sedangkan sebelum pengumuman Marger & Akuisisi abnormal return positif. Artinya, kinerja perusahaan dari sisi kinerja saham justru mengalami penurunan setelah pengumurman Marger & Akuisisi. Investor menganggap Marger & Akuisis yang dilakukan oleh perusahaan tidak menimbulkan sinergi bagi perusahaan, bahkan menjadireverse sinergy. Hasil penelitian ini memberi indikasi bahwa tujuan ekonomis dilakukannya merger dan akuisisi tidak tercapai. Hal ini mungkin disebabkan karena alasan non ekonomis yang lebih hanya dipertimbangkan, atau mungkin keputusan merger dan akuisisi dilakukan dengan maksud untuk menyelamatkantarget companydari ancaman kebangkrutan, yang memang kondisinya terpuruk, seperti yang banyak terjadi dalam masa krisis ekonomi dewasa ini (Payatma & Setiawan., 2004:280).
Keputusan merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan dengan maksud untuk menyelamatkan target company dari ancaman kebangkrutan dapat kita lihat pada Enron, sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat, dan merupakan salah satu perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan kerta, serta komunikasi. Mirip tragedi WTC, tapi minus darah dan kematian, Enron
(21)
menguap jadi debu saat perusahaan itu menyatakan diri bangkrut pada 2 desember 2001, namun pada ahhir November, Enron bisa sedikit bernafas lega ketika Dynegy Inc berniat membeli sahamnya dalam sebuah kesepakatan marger. Harapan itu tidak berumur lama, Dynegy mundur setelah Enron semaki kehilangan kepercayaan investor dan rating kreditnya jatuh ketitik terendah, hanya puluhan sen nilainya, beberapa hari kemudian Enron menyerah dengan mengajukan petisi bangkrut. Keputusan merger yang dipilih Enron bukan bertujuan untuk memperluas pangsa pasar atau skala usahanya, namun untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrut.
Kegiatan Akuisisi juga terjadi pada salah satu perusahaan perbankan di Indonesi, yaitu pada Bank CIMB Niaga, Bank yang berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada bulan November 2002, Commerce Asset-Holding Berhad (CAHB), kini dikenal luas sebagai CIMB Group Holdings Berhad (CIMB Group Holdings), mengakuisisi saham mayoritas Bank Niaga dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Di bulan Agustus 2007 seluruh kepemilikan saham berpindah tangan ke CIMB Group sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan platform universal banking.
Selain itu, kegiatan marger juga banyak dialami perusahaan di Indonesia, seperti yang terjadi pada LippoBank & CIMB Niaga. Khazanah yang merupakan pemilik saham mayoritas CIMB Group Holdings mengakuisisi kepemilikan mayoritas LippoBank pada tanggal 30 September
(22)
2005. Seluruh kepemilikan saham ini berpindah tangan menjadi milik CIMB Group pada tanggal 28 Oktober 2008 sebagai bagian dari reorganisasi internal yang sama.
Sebagai pemilik saham pengendali dari Bank Niaga (melalui CIMB Group) dan LippoBank, sejak tahun 2007 Khazanah memandang penggabungan (marger) sebagai suatu upaya yang harus ditempuh agar dapat mematuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penggabungan ini merupakan merger pertama di Indonesia terkait dengan kebijakan SPP. Pada bulan Mei 2008, nama Bank Niaga berubah menjadi Bank CIMB Niaga. Kesepakatan Rencana Penggabungan Bank CIMB Niaga dan LippoBank telah ditandatangani pada bulan Juni 2008, yang dilanjutkan dengan Permohonan Persetujuan Rencana Penggabungan dari Bank Indonesia dan penerbitan Pemberitahuan Surat Persetujuan Penggabungan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di bulan Oktober 2008. LippoBank secara resmi bergabung ke dalam Bank CIMB Niaga pada tanggal 1 November 2008 (Legal Day 1 atau LD1) yang diikuti dengan pengenalan logo baru kepada masyarakat luas. kasus-kasus perusahaan perbankan di Indonesia yang melakukan akuisisi dapat kita lihat pada table 1.1
(23)
Table 1.1
Perusahaan perbankan yang melakukan akuisisi
No Nama Bank Akuisisi %
saham 1 Konsorsium Wishart Bank Anglomas Intl 90 2 Hana Bank + IFC Bank Bintang Manunggal 61 3 Triputra Persada R Bank Purba Danarta 81,49 4 Kharisma Putra K Bank Ina Perdana 55 5 Dian Intan Pertiwi Bank Finconesia 51
6 Bank Victoria Bank Swaguna 99,79
7 Rabobank Bank Haga & Hagakita
-8 BoTM-UFJ+Acom Bank Nusantara P 75,41
9 Bank Commonwealth Bank Arta Niaga K 80
10 BRI Bank Jasa Arta
11 Bank of India Bank Swadesi 100
12 ICBC Bank Halim 90
13 Bank Index Selindo Bank Harmoni
-14 Bank Multicor Bank Windu Kentjana
-15 Bank Panin Bank Harfa 100
16 Bank Mandiri Bank Sinar H (Bali) 80 Sumber: http://bataviase.co.id/node/531452
Ketika strategi merger dan akuisisi tidak diambil oleh perusahaan sebagai langkah penyelamatan kelangsungan hidup perusahaan, maka kebangkrutanlah yang akan dihadapi oleh perusahaan, hal tersebut dapat kita lihat pada berbagai kasus kebangkrutan yang dialami perusahaan-perusahaan baik di dalam negeri maupun perusahaan diluar negeri. Seperti kebangkrutan yang terjadi pada beberapa perusahaan maskapai penerbangan di Indonesia, seperti: Sempati Air, Adam Air, Star Air, Bouraq, Indonesian Airline, Eva Air dan Jatayu Air.
Selain perusahaan maskapai penerbangan yang telah disebutkan diatas, baru-baru ini tragedi kebangkrutan nyaris menyapa perusahaan penerbangan
(24)
PT Mandala Airlines, perusahaan yang didirikan pada 17 April 1969 dan awalnya merupakan bagian dari badan militer Indonesia. Pada bulan April 2006, grup transportasi Indonesia, Cardig International mengakuisisi maskapai penerbangan tersebut senilai Rp300 Milyar (34 Juta USD). Pada bulan Oktober 2006, Indigo Partners, sebuah perusahaan investasi mengakuisisi 49% saham Cardig.
Pada tanggal 11 Februari 2011, PT Mandala Airlines menerbitkanpress release mengenai pengajuan rencana perdamaian untuk selamatkan perusahaan. Dalam press release tersebut, perusahaan meminta dukungan dari para krediturnya atas rencana perdamaian yang telah diajukan kepada pengadilan Niaga pada 4 Februari 2011. Secara hukum, perusahaan akan dilikuidasi jika kreditur tidak menyepakati rencana perdamaian tersebut.
Selain PT Mandala Airlines, kebangkrutanpun dialami oleh perusahaan maskapai penerbangan Japan Airlines (JAL), perusahaan penerbangan terkemuka di Jepang dengan perolehan pendapatan terbesar di kawasan Asia. JAL resmi mengajukan perlindungan pailit pada Selasa, 19 Januari 2010. ini merupakan kasus kebangkrutan keempat terbesar di Jepang. Bahkan JAL menjadi perusahaan non-keuangan yang menderita kebangkrutan terbesar di Negeri Matahari Terbit itu.
Dari beberapa kasus kebangkrutan dunia, berikut data-data kebangkrutan terbesar, urut dari yang memiliki aset tertinggi:
(25)
Table 1.2
Kasus kebangkrutan terbesar sepanjang sejarah dunia
No Nama perusahaan Tahun
bangkrut Total asset 1 Lehman Brothers Holdings Inc 2008 US$ 691.000.000.000 2 Washington Mutual Inc 2008 US$ 327.900.000.000 3 WorldCom Inc 2002 US$ 103.900.000.000 4 General Motors Corp 2009 US$ 91.000.000.000
5 CIT 2009 US$ 71.000.000.000
6 Enron Corp 2001 US$ 65.500.000.000 7 Conseco Inc 2002 US$ 61.000.000.000 8 Chrysler LLC 2009 US$ 39.000.000.000 9 Thornburg Mortgage Inc 2009 US$36.500.000.000 10 Pacific Gas and Electric Co 2001 US$36.100.000.000 11 Texaco Inc 1987 US$ 34.900.000.000 12 Financial Corp of America 1988 US$ 33.800.000.000 13 Refco Inc 2005 US$ 33.300.000.000 14 Indymac Bancorp 2008 US$ 32.700.000.000 15 Global Crossing Ltd 2002 US$ 30.100.000.000 16 Bank of England New Corp 1991 US$ 29.700.000.000 17 General Growth Properties Inc 2009 US$ 29.500.000.000 18 Lyondell Chemical Co 2009 US$ 29.300.000.000 19 Calpine Corp 2005 US$ 27.200.000.000 20 New Century 2007 US$ 26.100.000.000 21 UAL Corp 2002 US$25.100.000.000 22 Delta Air Lines Inc 2005 US$21.800.000.000 Sumber: http://www.fx6.net/technical/2693-22-largest-bankruptcies-world-history.html
Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan terkemuka di dunia yang kemudian runtuh dan hanya meninggalkan cerita singkat mengenai kejayaan kelangsungan hidup usaha mereka. berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan denganimage yang begitu baik dan nilai asset yang begitu besar masih memungkinkan dilanda masalah kebangkrutan. Kasus-kasus kebangkrutan perusahaan raksasa tersebut harus menjadi fokus penting bagi auditor untuk tetap memperhatika masalah status kelangsungan hidup
(26)
perusahaan. Agar tidak membawa dampak yang merugikan para pemangku kepentingan internal maupun eksternal perusahaan.
Disinilah peran auditor sangat diperlukan, sebagai lembaga independen yang mempunyai fungsi sebagai monitoring dengan memberikan opini going concern pada laporan keuangan perusahaan, sehingga dapat memprediksi apakah perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) atau tidak. Menons & William (2010:2076), mengemukakan auditor memiliki keahlian jasa audit, bukan dalam memutuskan status going concern sebuah perusahaan, dan asersi mereka mungkin tidak menambah apa yang telah investor ketahui, disisi lain, auditor mempunyai akses kepada informasi yang tidak tersedia bagi investor dan bisa mengungkapkan informasi tersebut kedalam laporan audit going concer (going concern audit report). Para pemakai laporan keuangan merasa bahwa pengeluaran opini audit going concern ini sebagai prediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan Church 1996) dalam Praptitorini dan Januarti (2007:2). Pengeluaran opini audit going concern ini juga sangat diperlukan bagi para investor yang akan menginvestasikan dana mereka pada suatu perusahaan, investor perlu mengetahui mengenai kondisi keuangan perusahaan sebelum melakukan investasi pada perusahaan tersebut, terutama yang menyangkut mengenai kelangsungan hidup perusahaan sebelum mereka menginvestasikan dananya. Hal tersebut membuat auditor mempunyai tanggung jawab yang besar untuk
(27)
mengeluarkan opini audit going concern yang konsisten dengan keadaan perusahaan sesengguhnya. Santosa dan Wedari (2007:142), kajian atas opini audit going concern dapat dilakukan dengan melihat kondisi internal perusahaan, seperti kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan.
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek (Hani dan Mukhlisin., 2003:1223). Going concern merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (IAI dalam (pernyataan standar akuntansi keuangan, 2009:5, paragraph 23). Going concern sebagai asumsi bahwa perusahaan dapat mempertahankan hidupnya (going concern) secara langsung akan mempengaruhi laporan keuangan. Laporan keuangan yang disiapkan menggunakan dasar going concern kemungkinan akan berbeda secara subtansial dengan laporan keuangan yang disiapkan pada asumsi bahwa perusahaan tidak going concern. Konservatisme auditor untuk menerbitkan opini modifikasi going concern lebih meningkat setelah kebangkrutan Enron (Feldmann & Read, 2010:277).
Pernyataan wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) mempunyai arti bahwa laporan keuangan yang dibuat perusahaan telah bebas dari salah saji material. Tetapi, apabila laporan audit bentuk wajar dengan pengecualian
(28)
(qualified), tidak wajar (adverse), atau tidak memberikan pendapat (disclaimer), diterbitkan pada saat auditor merasa tidak memperoleh kepuasan dalam pelaksanaan auditnya, atau menemukan bukti bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, atau merasa tidak independen. Sehingga auditor wajib untuk memberikan informasi tambahan. Penyebab-penyebab utama ditambahkannya suatu paragraph penjelasan atau modifikasi kalimat pada laporan audit bentuk baku antara lain disebabkan oleh tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern), Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum, Penekanan pada suatu masalah, dan Laporan yang melibatkan auditor lainnya (Arens, Beaslly, Elder, 2010:51).
Penelitian-penelitian tentang opini audit going concern yang dilakukan diindonesia antara lain dilakukan Santosa dan Wedari (2007), yang menggunakan 5 variabel penelitian, yaitu 3 variabel keuangan (kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan) serta dua variabel non-keuangan (kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya) terhadap perusahaan manufaktur dengan menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan model kebangkrutan yang digunakan adalah the altman model dan the springate model, opini audit tahun sebelumnya dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going
(29)
concern. Untuk variabel kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini auditgoing concern.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Januarti & Fitrianasari (2008:55), dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan (rasio profitabilitas, aktivitas, laverage, pertumbuhan penjualan serta rasio nilai pasar) dan rasio non-keuangan (ukuran perusahaan, reputasi KAP, auditor-client tenure) tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini auditgoing concern, dimana rasio keuangan (liquidity ratio) dan dua rasio non-keuangan (opini audit tahun sebelumnya danaudit lag) berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern yang dianalisis dari 282 perusahaan manufaktur yang listing di Jakarta stock exchange (JSX) pada waktu itu dari tahun 2000 sampai dengan 2005.
Hingga saat ini topik mengenai bagaimana tanggung jawab auditor dalam menyikapi masalahgoing concern masih menarik untuk diteliti. Auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya (Fany & Saputra., 2005:967). Independensi auditor dalam memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya harus mempertimbangkan going concern (kelangsungan usaha) auditee. Auditor tidak bisa lagi hanya menerima pandangan manajemen bahwa segala sesuatunya baik. Penilaian going concern lebih didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk melanjutkan operasinya dalam jangka waktu 12 bulan kedepan. Untuk sampai pada kesimpulan apakah perusahaan akan memiliki going concern atau tidak, auditor harus melakukan evaluasi secara
(30)
kritis terhadap rencana-rencana manjemen. Pada kenyataannya, masalah going concern merupakan hal yang kompleks dan terus ada. Sehingga diperlukan faktor-faktor sebagai tolak ukur yang pasti untuk menentukan status going concern pada perusahaan. dan kekonsistensian faktor-faktor tersebut harus diuji agar dalam keadaan ekonomi yang fluktuatif, status going concern tetap diprediksi (Praptitorini dan Januarti., 2007:4).
Pada penelitian ini, penulis berusaha untuk menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian opini audit going concern oleh auditor diantaranya; ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan audit lag dalam meningkatkan kemungkinan sebuah perusahaan yang mengalami kesulitan (financial distress) untuk menerima pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) untuk kelangsungan usahanya (going concern).
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007), yang meneliti mengenai “analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini auditgoing concern”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada tahun pengamatan, penggunaan model prediksi kebangkrutan dengan menggunakanthe springate model, dan penambahan satu variabel independen, dan penggunaan metode pengujian regresi logistik. Adapun penjelasan perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
(31)
1. Tahun pengamatan. Pada penelitian sebelumnya pengamatan dimulai dari tahun 2001 sampai dengan 2005, sedangkan pada penelitian ini dimulai tahun 2005 sampai 2009.
2. Variabel independen berupa kondisi keuangan perusahaan pada penelitian sebelumnya diukur dengan empat model prediksi kebangkrutan yaitu the zmijeski model, the altman model, revised altman model dan springate model, sedangkan dalam penelitian ini kondisi keuangan perusahaan diukur hanya dengan menggunakan the springate model, karena penulis merasa bahwa the springate model merupakan model prediksi kebangkrutan yang lebih akurat dari the zmijeski model, sedangkan model prediksi kebangkrutanthe altman model danrevised altman model merupakan model prediksi kebangkrutan yang sudah banyak digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya.
3. Untuk keandalan daya analisis pengaruh variabel bebas dengan variabel independennya, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan regresi logistik, karena variabel terikatnya merupakan data kualitatif yang menggunakan variabel dummy (Sumodiningrat., 2001:359). Pengujian juga dilakukan dengan menggunakan alat bantu program komputer statistik terbaru SPSS versi 17.
4. Penambahan satu variabel independen, yaitu variabel audit lag, karena penulis tertarik terhadap variabel tersebut. ketertarikan tersebut dipicu oleh estimasi penulis bahwa audit lag merupakan salah satu bagian yang mendasari auditor dalam pemberian opini audit going concern, dan hal yang perlu dipertimbangkan oleh auditor dalam memberikan opini audit going concern.
(32)
Dengan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “pengaruh audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan,dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2005-2009).”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakahaudit lag berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini audit going concernoleh auditor?
2. Apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini auditgoing concernoleh auditor?
3. Apakah kondisi keuangan perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini audit going concernoleh auditor?
4. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini auditgoing concernoleh auditor?
5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini auditgoing concernoleh auditor?
(33)
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Untuk menguji dan menganalisis pengaruh faktor audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan, terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi masyarakat bisnis atau praktisi dan bagi dunia akademis. adapun penjelasan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi akademis
1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu pengetahuan.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang kelangsungan hidup perusahaan serta menambah pengetahuan akuntansi khususnya auditing dan akuntansi manajemen dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor.
3) Peneliti berikutnya, Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
(34)
4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi mengenai auditing, terutama tentang pemberian opini audit going concern oleh auditor sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.
b. Kontribusi Praktis
1) Bagi praktisi akuntan publik terutama bagi auditor dalam memberikan penilain keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup (going concern) perusahaan dimasa yang akan dating. Hal ini dengan memperhatikan kondisi keuangan dan non-keuangan pada perusahaan.
2) Bagi masyarakat bisnis, dalam hal ini investor agar hasil dari penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi diperusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan audit going concern pda laporan keuangan perusahaan tersebut.
(35)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Auditing
Ada beberapa definisi mengenai audit yang dipaparkan oleh para ahli di bidang akuntansi, diantaranya:
Menurut Agoes (2004:3), auditing adalah: “suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistmatis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Menurut Boynton dan Johnson (2006:6) definisi audit adalah:
“A systemic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertion about the degree of correspondence between those assertion and established criteria and communicating the result to the
interested users”.
Artinya Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna informasi tersebut.
Menurut Halim (2008:1), definisi audit yang berasal dari ASOBAC (A Statement of Basic Accounting Concepts) adalah sebagai berikut:
“Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan”.
(36)
Sedangkan menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2010:4) definisi auditing adalah sebagai berikut:
“Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be
done by a competent, independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disumpulkan bahwa auditing merupakan suatu cara yang sistematis dalam memeriksa laporan keuangan dimulai dari bukti-bukti transaksi kemudian dicocokan dengan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dan menentukan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk kemudian dikomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
1. Jenis-jenis Auditor
Menurut William, Steaven Dan Douglas (2006:65), beberapa jenis auditor dapat diidentifikasi, dan mereka dapat diklasifikasikan dibawah empat kelompok, yaitu auditor eksternal, auditor internal, auditor pemerintah, dan auditor forensik.
a. Auditor Eksternal(external auditors)
Auditor Eksternal sering disebut sebagai auditor independen atau bersertifikat akuntan public (BAP atau CPA). Seorang auditor eksternal bisa berpraktek sebagai pemilik tunggal atau anggota dari kantor akuntan.
(37)
b. Auditor Internal (internal auditors)
Auditor internal adalah auditor yang dipekerjakan oleh satu perusahaan, persekutuan, badan pemerintah, individu, dan entitas lainnya.
c. Auditor Pemerintah (governance auditors)
Auditor pemerintah adalah auditor yang dipekerjakan oleh badan federal, negara bagian, dan lokal. Secara umum mereka dapat dianggap sebagai bagian dari kategori yang lebih luas dari auditor internal.
d. Auditor Forensik(forensic auditors)
Auditor Forensic adalah auditor yang dipekerjakan oleh perusahaan, badan pemerintah, kantor akuntan publik, dan konsultan jasa konsultasi dan investasi. Mereka dilatih untuk mendeteksi, menginvestigasi, dan mencegah kecurangan serta kejahatan kerah putih.
Sedangkan menurut Arens, Beaslly, Elder (2010:15), terdapat tiga jenis auditor, yaitu: Auditor pemerintah, auditor internal, dan auditor independen.
a. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah audit profesional yang bekerja di instansi pemerintah, yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak auditor yang bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan
(38)
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta instansi pajak
b. Auditor Internal
Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada perusahaan yang bertugas menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Umumnya pemakai jasa auditor intern adalah Dewan Komisaris atau Direktur Utama.
c. Auditor Independen
Auditor independen sering juga disebut auditor eksternal merupakan akuntan publik bersertifikat yang mempunyai kantor praktik sendiri dan menawarkan jasa audit serta jasa lainnya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut biasanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan, seperti: kreditur, investor, dan instansi pemerintah.
Dari beberapa pengertian mengenai jenis-jenis auditor yang telah dikemukakan diatas, maka penulis berkesimpulan bahwa jenis-jenis auditor dapat dibedakan menjadi empat, yaitu auditor internal, eksternal, pemerintah dan auditor pendidik. Masing-masing dari jenis auditor tersebut juga bekerja pada lembaga-lembaga yang berbeda.
(39)
2. Jenis Audit
Menurut kell, Johnson dan Boynton (2003:8-9), terdapat tiga jenis audit yang pada umumnya menunjukan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi audit. Jenis-jenis audit tersebut adalah audit laporan keuangan, audit operasional dan audit ketaatan. Berikut penjelasan ketiga jenis audit tersebut:
a. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. kriteria-kriteria tersebut adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU).
b. Audit Operasional
Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya. Pada saat selesainya audit operasional, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan.
c. Audit Ketaatan
Audit ketaatan bertujuan untuk mempertimbangkan apakah auditee (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi.
Sedangkan menurut Agoes (2004:9), jenis-jenis audit dapat ditinjau dari luas dan jenis pemeriksaan. Jika ditinjau dari luasnya pemeriksaan,
(40)
maka audit dapat dibedakan atas general audit dan special audit. Adapun penjelasan kedua jenis audit tersebut adalah:
a. General audit (pemeriksaan umum)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan standar professional akuntan publik dan memperhatikan kode etik akuntan Indonesia, aturan etika KAP yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia serta standar pengendalian mutu.
b. Special audit (pemeriksaan khusus)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.
Sedangkan jika ditinjau dari segi jenis pemeriksaannya, maka audit dapat dibedakan atas management audit, compliance audit, internal audit dan computer audit. Adapun penjelasan keempat jenis audit tersebut adalah sebagai berikut:
a. Management audit (operstional audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah
(41)
ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
b. Compliance audit(pemeriksaan ketaatan)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak ekstern (Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Dirjen Pajak, dan lain-lain). pemeriksaan dapat dilakukan baik oleh KAP maupun bagian internal audit.
c. Internal audit(pemeriksaan intern)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
d. Computer audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (electronic data processing) sistem.
Dari beberapa pengertian tentang jenis-jenis audit yang dikemukaan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa jenis-jenis audit dapat dibedakan atas tiga kriteria, yaitu audit yang dilakukan oleh auditor eksternal maupun internal, dan dilakukan baik terhadap laporan keuangan maupun nonkeuangan (kebijakan perusahaan, pemerintah, maupun hukum
(42)
tertentu) serta hasil akhirnya tidak selalu berbentuk opini, melainkan dapat pula berbentuk saran-saran atau management latter
3. Opini Audit
Menurut Petronela (2004:46), auditor sebagai pihak yang independen dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Laporan penting sekali dalam suatu audit karena laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya.
Petronela (2004:47), menyatakan bahwa opini audit diberikan oleh auditor dalam beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberi kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Arens, Beaslly, Elder (2010:46), mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Dengan demikian, auditor dalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya.
Menurut IAI dalam SPAP (2001:150.1) dalam proses audit terdapat 3 standar yang harus dipenuhi dalam rangka menjalankan standar profesionalnya yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, adapun penjelasan ketiga standar tersebut sebagai berikut:
(43)
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungn dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan mementukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
(44)
b. Laporan auditor harus menunjukan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Menurut IAI (2001:110.1) dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA seksi 110, tujuan audit atas Laporan Keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi Keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Menurut IAI (2001:508.6) dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP SA Seksi 508; paragraph 10) Terkait dengan standar pelaporan, maka opini auditor (opini audit) merupakan tanggung jawab auditor dalam tahap
(45)
akhir pekerjaan audit. terdapat lima tipe opini auditor, yaitu pendapat wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, dan pernyataan tidak memberikan pendapat. Adapun penjelasan dari kelima tipe opini auditor adalah sebagai berikut:
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified ).
Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified) dinyatakan bila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan didalamnya tidak terdapat salah saji material yang akan mempengaruhi para pengguna dari laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan keuangan auditor bentuk baku (unqualified withexplanatiry paragraph).
3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified)
Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified) dinyatakan bila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material. Posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum diindonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
(46)
Pendapat ini dinyatakan bila mana:
a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat (paragraph 22 s.d. 34).
b. Auditor yakin atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar (paragraph 35 s.d. 57).
4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse)
Pendapat tidak wajar (adverse) dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum diindonesia.
5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer).
Pernyataan tidak menyatkan pendapat (disclaimer) menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alasan subtantif yang mendukung pernyataannya
(47)
kelangsungan hidup entitas (going concern issues) auditor dapat tidak memberikan pendapat.
Dari beberapa pengertian mengenai opini audit, maka dapat disimpulkan bahwa opini audit merupakan salah satu tanggung jawab auditor dan pengeluaran opini harus didasarkan atas hasil temuan-temuan auditor selama proses audit berlangsung, juga harus berdasarkan standar auditing.
B.Going concern
1. Pengertiangoing concern
Menurut Komalasari (2004:4), going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha, dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu yang panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu yang pendek. Asumsi going concern dapat dikatakan sebuah pendapat atau asumsi mengenai kemungkinan bahwa perusahaan tersebut mampu bertahan minimal 5 tahun yang akan datang.
Menurut IAI (2006) dalam PSA No. 30 membahas mengenai pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam mempertahankan going concern pada paragraph 2, yaitu: “auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan going concern dalam periode yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Evaluasi auditor berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan
(48)
peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai”.
Jika disimak dari isi PSA No. 30 tersebut, maka ada keharusan auditor untuk memberikan early warning mengenai keadaan perusahaan, hal tersebut menjadi tanggung jawab auditor sebagai pihak yang independen untuk memberikan informasi yang sebenar-benarnya kepada pengguna laporan keuangan mengenai kemampuan suatu entitas untuk dapat bertahan (going concern).
Solikah (2007), menyatakan bahwa suatu entitas dianggap going concern apabila perusahaan dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan memenuhi kewajibannya dengan menjual asset dalam jumlah yang besar, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, merestrukturasi utang, atau dengan kegiatan serupa yang lain, hal yang demikian akan menimbulkan keraguan- keraguan besar terhadapgoing concern perusahaan.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa going concern adalah kemampuan suatu entitas dalam menjalankan usahanya dalam jangka panjang, dan tidak akancollapsed dalam jangka pendek.
2. Manfaat InformasiGoing Concern
Informasi going concern dapat bermanfaat bagi beberapa pihak seperti pemberi pinjaman, investor, pihak pemerintah, akuntan dan manajemen. Adapun penjelasan manfaat tersebut adalah:
(49)
a. Pemberi pinjaman (kreditur)
Informasi kebangkrutan dapat bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
b. Investor
Investor saham dan obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut. c. Pihak pemerintah
Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misalnya sektor perbankan). Pemerintah juga mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu dapat dilakukan lebih awal.
d. Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan melihat kemampuan going concern suatu perusahaan.
(50)
e. Manajemen
Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Biaya kebangkrutan terbagi menjadi dua, yaitu biaya kebangkrutan langsung dan tidak langsung. Contoh biaya kebangkrutan langsung adalah biaya akuntan dan biaya penasehat hukum. Sedangkan contoh biaya kebangkrutan tidak langsung adalah hilangnya kesempatan penjualan dan keuntungan karena beberapa hal seperti pembatasan yang mungkin diberlakukan oleh pengadilan. Apabila manajemen dapat mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan dapat dilakukan, misal dengan melakukan marger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan dapat dihindari.
Selain bermanfaat untuk pemberi pinjaman, investor, pihak pemerintah, akuntan dan manajemen, informasi going concern juga bermanfaat untuk calon investor atau masyarakat umum yang memiliki dana untuk menginvestasikan dana mereka dengan membeli saham perusahaan, selain itu bermanfaat pula untuk karyawan perusahaan tersebut, dengan pengetahun karyawan mengenai kelangsungan hidup perusahaan tempat dimana karyawan tersebut bekerja, akan lebih mempermudah karyawan tersebut untuk mempersiapkan seandainya terjadi pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan.
(51)
C. Opini AuditGoing Concern
Opini audit going concern adalah opini yang diberikan auditor ketika auditor meyakini rencana manajemen, dan auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai. Opini auditgoing concern ini berada dalam lingkup pemberian pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan.
Asumsi going concern adalah fundamental untuk mempersiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Ruiz, Guiral dan Choy, 2007:2).going concern salah satu konsep yang paling penting yang mendasari pelaporan keuangan (gray&manson, 2000). PSA No. 30 memberikan pedoman kepada auditor mengenai dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai beriku:
1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus:
a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, dan
b. Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan.
Dijelaskan dalam SPAP (2001:341.3) SA seksi 341 ; paragraph 06 mengenai pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam
(52)
mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan tergantung atas keadaan, dan beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Berikut ini adalah contoh kondisi dan peristiwa tersebut: 1) Trend negative – sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang
kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek.
2) Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan-sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, rektrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva. 3) Masalah intern- sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan
hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
(53)
4) Masalah luar yang telah terjadi- sebagai contoh, pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.
2. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang dapat mengurangi dampak dari kondisi atau peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer). 3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus
dilakukan auditor adalah menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) atas efektifitas rencana tersebut.
Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen tersebut dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan, mampu mengurangi dampak negatif merugikan kondisi dan peristiwa tersebut dalam jangka waktu yang pantas. Agoes (2004:67), Pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana manajemen dapat meliputi:
a. Rencana untuk menjual aktiva
(54)
c. Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran d. Rencana untuk menaikan modal pemilik
Dengan demikian, opini audit going concern merupakan opini yang berada pada opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, dan dikeluarkan oleh auditor independen ketika auditor mengetahui terdapat kesangsian mengenai kelangsungan hidup perusahaan auditee. Tetapi jika auditor meyakini bahwa manajemen dapat mengatasi masalah tersebut, dengan rencana yang dapat mengurangi dampak atau peristiwa yang mengganggu kelangsungan hidup perusahaan, maka auditor tidak akan mengeluarkan opini auditgoing concern.
D. Audit lag
Menurut Januarti dan Fitrianasari (2008:47), Audit lag didefinisikan sebagai jumlah tanggal kalender antara tanggal berakhirnya laporan keuangan tahunan (31 Desember) dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Sedangkan menurut Lennox (2000:7), audit lag didefinisikan sebagai jumlah hari kalender antara laporan keuangan tahunan sampai dikeluarkannya opini audit. McKeown et al. (1991) dalam januarti dan Fitrianasari (2008:47), menyatakan bahwa opini audit going concern lebih banyak ditemui ketika pengeluaran opini terlambat. Hal ini bisa dimungkinkan karena auditor terlalu banyak mengeluarkan tes, manajer melakukan negosiasi yang panjang ketika terdapat ketidakpastian kelangsungan hidup atau auditor mengharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi untuk menghindari dikeluarkannya opini
(1)
No Going Concern & Non Going Concern Auditor Opinion Audit Lag Opini Audit Tahun Sebelumnya Springate78 Pertumbuhan Laba Ukuran Perusahaan
1 0 70 0 1.209825462 -0.297352662 27.3171129
2 1 82 1 0.559771004 -5.793831851 28.45969986
3 0 87 0 0.225645905 0.532930108 27.60938575
4 0 48 0 1.535785895 0.436959863 27.03432698
5 0 59 0 1.23901506 0.457199229 27.01072377
6 0 83 0 0.127159287 -0.567340262 27.70214255
7 1 70 0 0.174076606 0.243822374 28.68943893
8 0 84 0 0.208300299 -1.290076222 26.83717509
9 0 80 0 1.952821631 0.196407163 30.11046286
10 1 84 1 0.190490445 -9.678127673 26.89022376
11 0 53 1 1.043770707 1.816860956 28.16713728
12 1 75 1 -1.826258037 -1.254978947 26.39123761
13 0 16 1 3.219614379 0.008063224 26.10791747
14 1 87 1 -0.977558405 0.229068416 29.0459005
15 0 53 1 0.295028834 -0.003424461 27.07830522
16 1 91 1 -0.31900714 2.320734232 25.48594316
17 0 80 0 0.820680169 -0.352887074 26.39537354
18 0 87 0 -0.157720152 -0.424508423 27.26518293
19 1 33 1 0.096061104 -1.372167407 26.24928958
20 0 91 0 0.264122657 -0.318341528 29.63537994
21 0 54 0 0.190964529 -0.072130386 25.06122143
22 0 102 1 1.13796548 1.009307779 29.61847944
23 0 84 0 0.414918279 -0.628087274 26.89171179
24 1 83 1 -0.180694104 -0.206461713 27.77751983
25 0 75 0 0.059973189 -1.128133966 27.90881844
26 1 84 1 -0.275648068 0.424607245 25.59716075
27 0 69 0 1.301995065 -0.081303676 28.4836304
28 0 89 0 0.092098302 -0.614429427 26.6032002
29 1 80 1 0.144974388 -0.432809194 28.37508202
No Going Concern & Non Going Concern Auditor Opinion Audit Lag Opini Audit Tahun Sebelumnya Springate78 Pertumbuhan Laba Ukuran Perusahaan
1 0 86 0 1.086785011 -0.240811462 27.40191484
2 1 59 1 -0.083563715 -0.989530917 28.18441202
3 0 86 0 0.415153539 8.065322227 27.5601844
4 0 53 0 1.349953897 -0.266396769 27.04643707
5 0 75 0 1.027607746 -0.232620951 27.08182085
6 0 75 0 0.00898684 -1.32401273 27.74786641
7 0 67 1 0.327215271 16.45495647 28.86121466
8 0 83 0 0.718057349 -4.503341015 26.84323566
9 0 83 0 2.603795614 0.481490651 23.26169777
10 0 87 1 0.632198926 -1.603584895 27.00452717
11 0 73 0 0.626734825 -0.84674039 28.05640207
12 1 81 1 0.779683342 -0.476186654 26.29729175
13 0 12 0 3.967700209 0.499785693 26.36764824
14 1 88 1 -1.595404354 641.9997475 28.96077991
15 0 80 0 0.004324489 -0.154377457 27.13744093
16 1 89 1 -0.099604195 -0.916928032 25.41227867
17 0 72 0 0.884216783 0.068881334 26.399228
18 1 89 0 -0.184162461 0.251788025 27.22156382
19 1 80 1 0.174887773 0.059375485 26.32440092
20 0 73 0 0.801941444 2.277792892 29.80497536
21 0 54 0 0.266605385 0.301849722 25.14363879
22 0 89 0 1.590610278 0.266927772 29.64544657
23 0 80 0 0.490998035 0.356273195 26.87064619
24 1 82 1 0.564074779 -1.334371711 27.73879522
25 0 88 0 0.387884773 1.858339055 27.95414307
26 1 75 1 -0.281365876 -0.287562305 25.7063395
27 0 68 0 1.153455973 -0.081666976 28.53897748
28 0 76 0 0.317167495 2.756215029 26.62023439
29 0 83 1 0.303023189 0.579034496 28.33435531
Analisis Data Tahun2005
(2)
No Going Concern & Non Going Concern Auditor Opinion Audit Lag Opini Audit Tahun Sebelumnya Springate78 Pertumbuhan Laba Ukuran Perusahaan
1 0 88 0 2.02630396 0.349188561 27.51620446
2 1 79 1 0.876409699 5.19321688 23.5512963
3 0 87 0 0.894139165 1.233146339 28.02687418
4 0 60 0 1.649122388 -0.049340312 27.05286328
5 0 79 0 1.442381143 0.093486692 27.10737909
6 0 86 0 0.597219691 -1.115713002 27.74737061
7 0 72 0 0.763366939 0.198979154 28.95798693
8 0 58 0 0.96868623 0.669472498 27.08570987
9 0 79 0 2.608789904 0.026491507 30.3834417
10 0 79 0 0.901880535 -0.973333364 26.90268531
11 0 86 0 1.187910123 1.13764915 28.07240864
12 1 74 1 0.152035671 -7.291511621 26.39362821
13 0 53 0 3.318184004 0.038674773 26.52557219
14 1 77 1 -1.102771701 0.988074095 28.97204201
15 0 64 0 0.869689046 0.146831383 27.15594062
16 1 60 1 1.520454199 -20.20345431 25.65955593
17 0 77 0 1.244678154 0.223585331 26.47900084
18 1 86 1 -0.099477851 0.311143447 27.13055494
19 0 70 1 0.49793216 3.541029629 26.83889336
20 1 88 0 1.007188581 1.08484857 25.29979826
21 0 60 0 0.803886966 0.008140148 25.29959764
22 0 77 0 2.189742559 -0.998629579 29.77287714
23 0 74 0 0.805119328 0.081017354 26.97217504
24 1 80 1 1.314202814 -0.482429576 27.88935632
25 0 67 0 0.70231114 0.176194534 28.03774671
26 1 60 1 -0.036576604 -0.563217739 25.4912305
27 0 86 0 1.651922294 0.021182171 28.65099952
28 0 30 0 0.26226623 120.3549352 26.96861466
29 0 79 0 0.457363363 -0.31589605 28.39135518
No Going Concern & Non Going Concern Auditor Opinion Audit Lag Opini Audit Tahun Sebelumnya Springate78 Pertumbuhan Laba Ukuran Perusahaan
1 0 90 0 1.190836738 0.24917906 27.63450298
2 1 80 1 -0.307824945 -77.34244268 30.47846919
3 0 85 0 0.17268804 -0.285769972 28.1609138
4 0 49 0 1.465129122 0.41871274 27.18107239
5 0 80 0 1.44000831 0.769556266 27.27190998
6 0 87 0 0.028401705 -0.996376927 27.84209554
7 0 79 0 0.381223823 -0.700304876 28.94435437
8 0 72 0 0.183605976 -0.980847433 27.65310467
9 0 80 0 1.878121878 0.074851173 30.41193874
10 0 83 0 0.310307196 2.013148103 27.15685698
11 0 85 0 0.802670249 1.420910297 28.14549994
12 1 86 1 -0.080716321 -0.145304951 26.42819718
13 0 50 0 3.553568274 0.09718627 26.65036383
14 1 76 1 -1.89734456 -0.251493861 28.94823804
15 0 70 0 0.880904629 1.6344374 27.57062228
16 1 90 1 0.355514036 -0.735876875 25.93242336
17 0 83 0 1.126535804 1.002699702 26.59476547
18 1 90 1 -0.756677811 1.600218705 27.0894644
19 0 77 0 0.263176148 0.521550651 27.10095077
20 1 85 1 -1.311999617 -3.107774405 25.40046954
21 0 88 0 0.370943517 0.32428947 25.31489789
22 0 72 0 2.410694544 0.421388217 29.99215467
23 0 33 0 0.159572074 -0.691146657 27.16381323
24 0 80 1 0.521995807 0.285759664 27.9565094
25 0 33 0 0.291745895 -1.522031348 28.07884414
26 1 80 1 -8.403931108 11.6761721 25.1132412
27 0 85 0 1.204016547 0.151927435 28.71859169
28 0 74 0 0.254422672 0.820219544 27.64783669
29 0 77 0 0.108895849 2.269535222 28.40060404
Analisis Data Tahun2007
(3)
No Going Concern & Non Going Concern Auditor Opinion Audit Lag Opini Audit Tahun Sebelumnya Springate78 Pertumbuhan Laba Ukuran Perusahaan
1 0 90 0 1.938238898 0.164884288 27.76835054
2 0 82 1 0.784762593 -1.160971752 30.42679436
3 0 83 0 0.779997671 3.439374185 28.10028947
4 0 48 0 1.499113695 0.020519028 27.38718119
5 0 83 0 2.783250813 0.510417667 27.35714415
6 0 82 0 0.51390181 23426.63228 27.88612133
7 0 61 0 1.446557572 6.570435506 28.93154921
8 0 62 0 0.84459546 148.110648 27.75113903
9 0 84 0 3.210611033 0.306026524 30.50551453
10 0 84 0 0.139617319 -13.72857495 26.87688319
11 0 79 0 1.283467953 -0.239196219 27.93085229
12 1 91 1 0.439165741 -1.22468379 26.32526121
13 0 54 0 7.005315111 0.487528634 26.79624271
14 1 75 1 0.069347938 -2.900592283 28.80615995
15 0 63 0 1.999118109 0.531476742 27.62446467
16 1 90 1 0.974109506 1.143616394 25.64986467
17 0 75 0 1.490365243 -0.057120553 26.62490337
18 1 84 1 -0.222409946 -0.906381489 26.86222732
19 0 85 0 0.295848179 -0.025333667 27.01974925
20 1 86 1 0.892529964 -1.567688564 25.27588775
21 0 50 0 0.675197303 0.634113823 25.32780966
22 0 77 0 4.220407341 0.318180834 30.19221792
23 0 86 0 0.714297474 7.527437287 27.03085494
24 0 99 0 0.560272313 0.365529194 28.12650677
25 0 90 0 0.577974313 -2.883097135 27.99053826
26 1 79 1 -46.14244811 -0.858385281 24.81824799
27 0 85 0 1.573780179 0.122615736 28.81369967
28 0 100 0 0.421468562 0.317247663 27.9289281
29 0 78 0 0.683768316 1.479640194 28.28421056
Analisis Data Tahun2009
Case Processing Summary
Unweighted Cases
aN
Percent
Included in Analysis
145
100.0
Missing Cases
0
.0
Selected Cases
Total
145
100.0
Unselected Cases
0
.0
Total
145
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Iteration History
a,b,cCoefficients
Iteration
-2 Log likelihood
Constant
1
169.011
-.924
2
168.846
-.999
3
168.846
-1.000
Step 0
4
168.846
-1.000
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 168,846
(4)
Iteration History
a,b,cCoefficients
Iteration
-2 Log likelihood
Constant
1
169.011
-.924
2
168.846
-.999
3
168.846
-1.000
Step 0
4
168.846
-1.000
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 168,846
c. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Table
a,bPredicted
Y
Observed
0
1
Percentage Correct
0
106
0
100.0
Y
1
39
0
.0
Step 0
Overall Percentage
73.1
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Step 0
Constant
-1.000
.187
28.503
1
.000
.368
Iteration History
a,b,c,dCoefficients
Iteration
-2 Log likelihood
Constant
X1
X2
X3
X4
X5
1
81.881
2.328
.015
2.820
-.022
.000
-.191
2
65.814
5.673
.031
3.829
-.075
.000
-.391
3
57.907
9.486
.036
4.253
-.452
.000
-.554
4
52.097
14.969
.033
4.272
-1.287
.000
-.734
5
50.711
17.111
.040
4.520
-1.854
.000
-.829
6
50.568
17.852
.043
4.648
-2.085
.000
-.865
7
50.410
18.084
.044
4.665
-2.120
-.002
-.875
8
50.364
18.354
.045
4.686
-2.183
-.004
-.886
9
50.340
18.312
.045
4.690
-2.189
-.004
-.885
10
50.339
18.303
.045
4.691
-2.190
-.004
-.885
Step 1
11
50.339
18.303
.045
4.691
-2.190
-.004
-.885
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 168,846
(5)
Iteration History
a,b,c,dCoefficients
Iteration
-2 Log likelihood
Constant
X1
X2
X3
X4
X5
1
81.881
2.328
.015
2.820
-.022
.000
-.191
2
65.814
5.673
.031
3.829
-.075
.000
-.391
3
57.907
9.486
.036
4.253
-.452
.000
-.554
4
52.097
14.969
.033
4.272
-1.287
.000
-.734
5
50.711
17.111
.040
4.520
-1.854
.000
-.829
6
50.568
17.852
.043
4.648
-2.085
.000
-.865
7
50.410
18.084
.044
4.665
-2.120
-.002
-.875
8
50.364
18.354
.045
4.686
-2.183
-.004
-.886
9
50.340
18.312
.045
4.690
-2.189
-.004
-.885
10
50.339
18.303
.045
4.691
-2.190
-.004
-.885
Step 1
11
50.339
18.303
.045
4.691
-2.190
-.004
-.885
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
d. Estimation terminated at iteration number 11 because parameter estimates changed by less than ,001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
df
Sig.
Step
118.507
5
.000
Block
118.507
5
.000
Step 1
Model
118.507
5
.000
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1
50.339
a.558
.812
a. Estimation terminated at iteration number 11 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
df
Sig.
(6)