PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DEBT DEFAULT DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN

(1)

(Studi Empiris pada Perusahaan non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015)

THE INFLUENCE OF COMPANY FINANCIAL CONDITION,

CORPORATE GROWTH, DEBT DEFAULT AND AUDIT OPINION PRIOR YEAR TOWARD ACCEPTANCE OF GOING CONCERN AUDIT OPINION

(Empirical Study on non Financial Company listed in Indonesia Stock Exchange in 2012-2015)

Oleh

ELA MAY LESTARI 20130420406

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DEBT DEFAULT DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING

CONCERN

(Studi Empiris pada Perusahaan non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015)

THE INFLUENCE OF COMPANY FINANCIAL CONDITION,

CORPORATE GROWTH, DEBT DEFAULT AND AUDIT OPINION PRIOR YEAR TOWARD ACCEPTANCE OF GOING CONCERN AUDIT OPINION

(Empirical Study on non Financial Company listed in Indonesia Stock Exchange in 2012-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

ELA MAY LESTARI 20130420406

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

v

MOTTO

“Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban, Jika itu hanya dipikirkan.

Sebuah cita-cita adalah beban, Jika itu hanya angan-angan”.

“Ilmu tanpa akal ibarat memiliki sepatu tanpa kaki,

Dan akal tanpa ilmu ibarat seperti memiliki kaki tanpa sepatu”.


(5)

vi

Sembah sujud dan rasa syukur saya ucapakan kepada Allah SWT. Atas rahmad dan hidayahMu yang telah memudahkan dan melancarkan serta memberi kesempatan bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan nabi Muhammad SAW.

Ku persembahkan karyaku ini untuk orang-orang yang kucintai:

 Bapak dan Mamak tercinta yang tiada henti selalu berdo’a dan memberi dukungan selama masa awal belajar hingga pada tahap penyelesaian skripsi ini.

 Abangku, Danni yang selalu ada dikala dibutuhkan dan terus memotivasi lekas menyusul bang.

 Bapak Rudy Suryanto, S.E, M.Acc., Ak., CA. terimakasih pak atas bimbingan dan saran serta ilmunya yang sangat berarti dalam proses penyelesaian skripsi ini.

 Elsi, sahabat dari semester satu hingga sekarang, yang tanpa direncanakan masih sering sekelas bareng dan jadi temen curhat. Terimakasih sudah jadi motivatorku untuk menyelesaikan skripsi.

 Eya, Nurul dan Lu’luul, sahabat main dari jaman semester satu yang selalu memberi semangat dan selalu jadi tempat sandaran saat hilangnya ide.

 Okta dan Bunga, teman yang menjadi tempat singgah untuk berbagi cerita dan terimakasih sudah menjadi penyemangat.


(6)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Landasan Teori ... 7

1. Teori Agensi ... 7

2. Opini Audit ... 8

3. Opini audit Going Concern ... 10

4. Kondisi Keuangan Perusahaan ... 11

5. Pertumbuhan Perusahaan... 12

6. Debt Default ... 13

7. Opini Audit Tahun Sebelumnya ... 15

B. Hasil Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis ... 16

C. Model Penelitian ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Obyek/Subyek Penelitian ... 21

B. Jenis Data... 21

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 21

D. Teknik Pengumpulan Data ... 22

E. Definisi Operasional Variabel ... 22

1. Variabel Dependen ... 22


(7)

xii

C. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 37

D. Pembahasan ... 40

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 45

A. Simpulan ... 45

B. Saran ... 46

C. Keterbatasan Penelitian ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN


(8)

xiii

DAFTAR TABEL

2.1Peringkat Obligasi Menurut PT. PEFINDO ...14

3.1Kategori Cut Off Z Score ...24

3.2Kategori Peringkat Obligasi ...25

4.1 Prosedur Pemilihan Sampel ...30

4.2 Statistik Deskriptif ...31

4.3 Hosmer and Lemeshow Test ...33

4.4 Nilai -2 Likelihood Awal ...34

4.5 Nilai -2 Likelihood Akhir ...34

4.6 Perbandingan Nilai -2 LL Awal dengan -2 LL Akhir ...35

4.7 Nagelkerke R Square ...35

4.8 Matrik Klasifikasi ...36

4.9 Koefisien Regresi Logistik ...37


(9)

(10)

(11)

(12)

vii

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, debt default dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Obligasinya diperingkat oleh PT. PEFINDO periode 2012-2015. Berdasarkan metode purposive sampling sampel yang digunakan berjumlah 19 perusahaan selama empat tahun periode penelitian, sehingga diperoleh 76 data.

Teknik analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Hasil penelitian dan analisis menunjukkan variabel kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan debt default tidak bepengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Kata kunci: Kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, debt default, opini audit tahun sebelumnya, going concern.


(13)

viii

corporate growth, debt default and audit opinion prior year toward acceptance of going concern audit opinion. This study applies a non-financial company as the sample which is listed in the Indonesia Stock Exchange and its bond was ranked by PT. PEFINDO in 2012-2015. The method used in selecting the sample is purposive sampling. Therefore, the sample obtained consists of 19 companies as well as 76 data for being observed for four years period of research.

The statistical analysis technique which is applied is logistic regression. The results suggest that the variable company financial condition, corporate growth, and debt default has no effect on the acceptance of going concern audit opinion. Instead, the audit opinion prior year have an effect on the acceptance of going concern audit opinion.

Keyword: Company financial condition, corporate growth, debt default, audit opinion prior year, going concern.


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tanggung jawab auditor saat ini semakin luas, tidak hanya memeriksa dan mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan, tetapi juga menilai kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kegiatan operasional (going concern) dalam kurun waktu kurang dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP, 2001). Ketidakmampuan perusahaan untuk melanjutkan usaha membuat auditor mengeluarkan opini audit going concern. Opini audit going concern menurut Belkaoui (2006) merupakan pendapat yang menyatakan bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasi, komitmen dan aktivitas secara berkelanjutan dalam kurun waktu yang tidak dapat ditentukan.

Opini audit yang dikeluarkan auditor merupakan sumber informasi bagi pihak-pihak pemakai laporan keuangan sebagai sumber pengambilan keputusan. Investor merupakan salah satu pengguna informasi laporan keuangan auditor yang digunakan sebagai sumber pengambilan keputusan untuk investasi. Asumsi dasar investor dalam melakukan investasi adalah mengetahui kondisi keuangan perusahaan, terutama mengenai keberlangsungan hidup operasional perusahaan. Hal ini mengakibatkan auditor harus bertanggungjawab atas pengeluaran opini audit going concern yang konsisten dengan kondisi keuangan perusahaan.

Auditor merupakan pihak yang independen sehingga auditor harus berani memberikan opini audit going concern bagi perusahaan yang memiliki masalah


(15)

going concern karena opini tersebut berpengaruh bagi pihak pemakai laporan keuangan. Perusahaan menganggap opini audit going concern yang dikeluarkan auditor sebagai prediksi kebangkrutan perusahaan. Perusahaan akan menolak opini audit going concern yang dikeluarkan auditor karena akan memberikan dampak penurunan harga saham dan berkurangnya kepercayaan investor sehingga perusahaan akan bangkrut karena investor menarik dan membatalkan investasinya (Solikhah dan Kiswanto, 2010).

Penerimaan opini audit going concern dapat dinilai dari aspek keuangan dan non keuangan perusahaan. Tamir dan Anisykurillah (2014) menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern adalah kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan. Auditor akan mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang memiliki masalah keuangan.

Penelitian Solikhah dan Kiswanto (2010) menguji pengaruh kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya memberikan bukti bahwa variabel kondisi keuangan dan opini audit tahun sebelumnya memberikan pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Namun sebaliknya variabel pertumbuhan perusahaan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Kristiana (2012) yang


(16)

3

menyatakan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya berisiko menerima kembali opini audit going concern pada tahun berjalan 7 kali lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang menerima opini audit non going concern (Solikhah dan Kiswanto, 2010). Susanto (2009) dalam penelitiannya menyatakan auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern akan mempertimbangkan kembali opini audit yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya.

Praptitorini dan Januarti (2011) melakukan penelitian tentang kualitas audit, debt default dan opinion shopping terhadap penerimaan opini audit going concern yang membuktikan bahwa kualitas audit dan opinion shopping tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern sedangkan variabel debt default memberikan pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitan tersebut didukung penelitian yang dilakukan Murtin dan Anam (2008) yang menyatakan debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Debt default didefinisikan sebagai kegagalan perusahaan untuk memenuhi kewajiban dan bunganya pada saat jatuh tempo. Semakin besar hutang yang dimiliki perusahaan akan mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian operasi, sehingga akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pokok dan bunganya.

Hasil penelitian yang masih berubah-ubah mendorong peneliti melakukan kembali penelitian ini untuk menguji apakah Kondisi keuangan


(17)

perusahaan, pertumbuhan perusahaan, debt default dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini merujuk penelitian yang telah dilakukan Solikhah dan Kiswanto (2010), perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah periode waktu yang digunakan dan menambahkan variabel debt default dengan menggunakan sampel perusahaan sektor non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode pengamatan tahun 2012 sampai 2015.

B. Batasan Masalah Penelitian

Agar penelitian yang dilakukan peneliti lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada periode penelitian yang dilakukan hanya pada tahun 2012-2015. Variabel independen yang digunakan adalah kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, debt default dan opini audit tahun sebelumnya. Sampel penelitian yang digunakan hanya pada perusahaan sektor non keuangan yang terdaftar di BEI.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?

2. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?

3. Apakah debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?


(18)

5

4. Apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikembangkan peneliti maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh kondisi keuangan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.

2. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.

3. Untuk mengetahui pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit going concern.

4. Untuk mengetahui pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat Teoritis

Bagi pihak akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai analisis pengaruh kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, debt default dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern.

2. Manfaat Praktik a. Bagi investor


(19)

Hasil penelitian ini memberikan informasi sebagai referensi investor sebelum memberikan keputusan untuk melakukan investasi pada perusahaan terkait.

b. Bagi manajemen

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat pertimbangan untuk pengambilan keputusan yang berdampak pada keberlangsungan hidup perusahaan dalam masa yang akan datang.


(20)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan kontrak antara agen (manajer) dengan prinsipal (pemilik). Prinsipal dalam teori agensi ini adalah pemegang saham atau pemilik, sedangkan agen merupakan pihak manajemen yang mengelola harta prinsipal. Agen diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan untuk meningkatkan kemakmuran prinsipal dengan meningkatkan nilai perusahaan.

Berkaitan dengan penerimaan opini audit going concern, agen bertanggung jawab atas kelangsungan hidup perusahaan. Prinsipal memberi wewenang kepada agen untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan sehingga agen lebih banyak memiliki informasi dibandingkan prinsipal. Agen cenderung takut untuk mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh prinsipal, sehingga terdapat kecenderungan agen untuk memanipulasi laporan keuangan. Prinsipal dapat melakukan pengawasan untuk menilai apakah tindakan yang dilakukan agen sudah sesuai dengan keinginan prinsipal. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan menggunakan jasa pihak ketiga yang independen sebagai mediator antara agen dan prinsipal. Pihak ketiga yang dimaksud adalah akuntan publik


(21)

(auditor). Auditor melakukan pengawasan atas kinerja agen melalui laporan keuangan tahunan.

Auditor memiliki tanggung jawab untuk memberikan opini atas laporan keuangan tahunan yang dikeluarkan oleh agen dan mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan melanjutkan kegiatan operasionalnya (SPAP, 2001). Laporan audit yang dibuat oleh auditor memberikan peringatan dini tentang kondisi keuangan perusahaan bagi prinsipal. Auditor akan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada perusahaan, misalnya kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya dan opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya.

2. Opini Audit

Auditor sebagai pihak yang independen dalam pelaksanaan pengawasan laporan keuangan akan mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan yang dibuat manajemen. Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Opini audit merupakan bagian yang dicantumkan dalam paragraf pendapat dari laporan audit.

Secara garis besar ada lima jenis laporan audit yang diterbitkan oleh auditor (Mulyadi, 2002) yaitu:

a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika memenuhi kondisi: Laporan keuangan disusun menggunakan prinsip akuntansi


(22)

9

berterima umum, perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah cukup dijelaskan, informasi dan catatan-catatan yang mendukung telah digambarkan dan dijelaskan dalam laporan keuangan.

b. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (Unqualified Opinion with Explanatory Language) Pendapat ini diberikan auditor jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelas, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.

c. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan auditor jika: lingkup audit dibatasi oleh klien, laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.

d. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)

Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan auditee tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas.

e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion) Auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no


(23)

opinion report). Kondisi yang menyebabakan audior tidak memberikan pendapat karena auditor tidak memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

3. Opini Audit Going Concern

Going concern merupakan kelangsungan hidup suatu perusahaan (Setyarno, dkk, 2006). Perusahaan yang dinyatakan going concern dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Auditor sebagai pihak ketiga yang independen dibutuhkan untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen melalui laporan keuangan apakah telah sesuai dengan kepentingan prinsipal. Auditor bertugas untuk memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan dan mengungkapkan permasalahan going concern apabila perusahaan dianggap tidak mampu melanjutkan kegiatan operasionalnya.

Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor sebagai dasar penentuan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidup dalam kurun waktu satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP, 2001). Auditor mengeluarkan opini audit going concern apabila saat melakukan audit menemukan peristiwa dan keadaan yang menciptakan kesangsian keberlanjutan usaha perusahaan.

Kondisi atau peristiwa yang membuat auditor mengeluarkan opini audit going concern (SA Seksi 341: Paragraf 6):


(24)

11

a. Tren negatif, contoh: kerugian operasi yang berulangkali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif, kegagalan usaha dan rasio keuangan yang penting jelek.

b. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, contoh: kesulitan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok mengenai pengajuan kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan mencari sumber atau pendanaan baru.

c. Masalah intern, contoh: pegawai mogok kerja dan kesulitan dalam pencarian tenaga kerja.

d. Masalah luar yang terjadi, contoh: pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain yang membuat perusahaan sulit melakukan kegiatan operasional; kehilangan franchise, lisensi atau paten, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian besar akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan penanggungan yang tidak memadai.

4. Kondisi Keuangan Perusahaan

Kondisi keuangan perusahaan merupakan gambaran tentang tingkat kesehatan perusahaan. Perusahaan yang kondisi keuangannya buruk cenderung memiliki masalah going concern (Ramadhany, 2004). Kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat berdasarkan informasi yang terdapat di


(25)

laporan keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan pada penelitian ini diproksi menggunakan model prediksi kebangkrutan.

Prediksi kebangkrutan merupakan salah satu komponen untuk menentukan apakah suatu perusahaan akan menerima opini going concern. Kebangkrutan merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu menjalankan operasi usahanya. Kebangkrutan biasanya dihubungkan dengan kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Model prediksi kebangkrutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Altman Z Score. Auditor hampir tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan (Murtin dan Anam, 2008).

5. Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (Rudyawan dan Badera, 2009). Pertumbuhan perusahaan memberikan prospek yang positif bagi investor karena investasi yang diharapkan akan memberikan return yang tinggi. Penelitian ini menggunakan pertumbahan laba sebagai pengukur pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang memiliki laba tinggi cenderung memiliki laporan keuangan yang wajar sehingga memiliki potensi menerima opini non-going concern yang lebih besar (Santosa dan Wedari, 2007).

Perusahaan yang memiliki rasio pertumbuhan laba positif menggambarkan perusahaan tersebut akan tetap survive dan mampu


(26)

13

mempertahankan posisi ekonomi serta kelangsungan hidupnya. Sebaliknya perusahaan yang memiliki rasio pertumbuhan laba negatif memiliki kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan sehingga peluang perusahaan untuk menerima opini audit going concern lebih besar (Pudjiastuti dan Untara, 2012).

6. Debt Default

Debt default merupakan salah satu indikator untuk memberikan opini audit going concern. Chen dan Cruch (1992) dalam Praptitorini dan Januarti (2011) mendefiniskan Debt default sebagai kegagalan perusahaan untuk membayar hutang dan bunganya pada waktu jatuh tempo. Jumlah hutang perusahaan yang terus meningkat akan membuat aliran kas perusahaan dialihkan untuk memenuhi kewajiban hutangnya (default) sehingga mengganggu aktivitas operasional perusahaan.

Penelitian ini menggunakan peringkat obligasi sebagai proksi debt default. Peringkat obligasi menjadi skala pengukuran risiko obligasi yang diperdaganggan. Skala tersebut menggambarkan tingkat keamanan obligasi bagi investor. Tingkat keamanan ini ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan (penerbit obligasi) untuk membayar bunga dan pokok obligasi saat jatuh tempo. Sari (2007) dalam penelitiannya mengatakan bahwa peringkat obligasi menggambarkan pengukuran risiko kegagalan, yaitu kegagalan atau ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan keuangannya.


(27)

Investor dapat memanfaatkan jasa agen pemeringkat obligasi untuk mengetahui peringkat obligasi yang beredar. Agen pemeringkat obligasi merupakan lembaga independen yang memberikan penilaian dan peringkat terkait obligasi yang beredar. PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) merupakan salah satu agen yang melakukan penilaian terkait obligasi. Peringkat obligasi menurut PT. PEFINDO disajikan dalam tabel 2.2 dibawah:

Tabel 2. 1.

Peringkat Obligasi Menurut PT. PEFINDO

Simbol Arti

AAA Efek utang yang diperingkat paling tinggi dan berisiko paling rendah yang didukung oleh kemampuan obligor superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian.

AA Efek utang yang memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkat tertinggi, didukung kemampuan obligor yang tinggi untuk memenuhi kemampuan memenuhi kewajiban jangka panjang sesuai dengan perjanjian dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan. A Efek utang yang berisiko rendah dan

kemampuan kuat untuk memehuni kewajiban jangka panjangnya tetapi cukup peka terhadap perubahan keadaan yang merugikan.

BBB Efek utang yang berisiko investasi cukup rendah didukung oleh kemampuan obligor yang memadai, relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban keuangannya sesuai dengan perjanjian namun kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan


(28)

15

Simbol Arti

bisnis dan perekonomian yang merugikan.

BB Efek utang yang menunjukkan dukungan kemampuan obligor yang agak lemah relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu dan merugikan.

B Efek utang yang menunjukkan parameter perlindungan sangat lemah. Walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban keuangannya.

CCC Efek utang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban keuangannya serta hanya bergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.

D Efek utang yang macet atau emitennya sudah berhenti berusaha. Sumber: PEFINDO

7. Opini Audit Tahun Sebelumnya

Susanto (2009) menyatakan perusahaan akan menerima opini audit going concern jika pada audit tahun sebelumnya perusahaan juga menerima opini audit going concern. Hal ini didukung penelitian Santoso dan Wedari (2007) yang mengatakan bahwa auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini audit yang diberikan pada tahun sebelumnya.


(29)

Perusahaan yang menerima opini audit going concern akan memiliki masalah kelangsungsungan hidup karena akan berdampak pada penurunan harga saham, kesulitan dalam memperoleh modal pinjaman, berkurangnya kepercayaan investor, kreditur dan pelanggan sehingga perusahaan yang memperoleh opini audit going concern pada tahun sebelumnya memiliki peluang menerima kembali opini audit going concern yang lebih besar pada tahun berjalan (Solikhah dan Kiswanto, 2010).

B. Hasil Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Kondisi Keuangan Perusahaan dan Opini Audit Going Concern

Konsep teori keagenan menciptakan konflik antara agen selaku manajemen perusahaan dengan pemilik perusahaan selaku prinsipal. Wewenang yang diberikan prinsipal kepada agen untuk mengelola perusahaan mendorong agen untuk melakukan manipulasi atas laporan keuangan manajemen agen sehingga memberikan informasi keuangan yang diharapkan oleh prinsipal. Prinsipal menggunakan jasa pihak ketiga yang independen untuk memeriksa dan mengawasi laporan keuangan yang dibuat agen serta menentukan keberlangsungan kegiatan operasional perusahaan. Kondisi keuangan merupakan indikator utama yang digunakan auditor untuk melihat kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya atau tidak pada masa yang akan datang (Higar dan Djazuli, 2010).

Penelitian yang dilakukan Solikhah dan Kiswanto (2010) menemukan bahwa kondisi keuangan perusahaan memberikan pengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian lain dilakukan oleh Tamir


(30)

17

dan Anisyakurlillah (2014) yang mengindikasikan kondisi keuangan perusahaan yang diproksi menggunakan Z Score Altman berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Semakin tinggi nilai Z Score maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Nilai Z Score yang diperoleh perusahaan merupakan peringatan dini bagi perusahaan akan ancaman kebangkrutan usahanya, sebaliknya perusahaan yang memiliki nilai Z Score tinggi mengindikasikan keadaan yang semakin baik sehingga perusahaan tidak akan menerima opini audit going concern.

Santosa dan Wedari (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin baik kondisi keuangan perusahaan maka semakin kecil kemungkinan auditor untuk memberikan opini audit going concern, karena auditor hanya akan memberikan opini ini jika perusahaan dikatakan bangkrut atau sulit melanjutkan kelangsungan hidup usahannya. Murtin dan Anam (2008) mengatakan auditor hampir tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak mengalami masalah keuangan, dengan demikian diturunkan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Kondisi keuangan perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern

2. Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Going Concern

Petronela (2004) menyatakan perusahaan dengan negative growth akan menuju kearah kebangkrutan yang lebih cepat. Auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern akan mempertimbangkan


(31)

perusahaan yang memiliki pertumbuhan perusahaan negatif. Kristiana (2012) dalam penelitiannya mengungkapkan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio pertumbuhan laba akan memberikan peluang perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, dengan demikian diturunkan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern.

3. Debt Default dan Opini Audit Going Concern

Penelitian Praptitorni dan Januarti (2011) mengindikasikan debt default memiliki pengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Kegagalan perusahaan memenuhi kewajiban hutang dan bunga merupakan indikator yang banyak digunakan auditor untuk mengeluarkan opini audit going concern. Penelitian lain dilakukan oleh Murtin dan Anam (2008) yang menyatakan bahwa debt default memiliki pengaruh postif terhadap penerimaan opini audit going concern. Semakin besar hutang yang dimiliki perusahaan akan mengakibatkan kerugian operasi yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban dan bunganya. Keadaan ini mengakibatkan perusahaan lebih mudah menerima opini audit going concern, dengan demikian diturunkan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern.


(32)

19

4. Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Opini Audit Going Concern

Perusahaan yang menerima opini audit going concern akan berdampak pada penurunan harga saham, kesulitan dalam memperoleh modal pinjaman, berkurangnya kepercayaan investor, kreditur dan pelanggan. Solikhah dan Kiswanto (2010) mengindikasikan bahwa opini audit tahun sebelumnya memberikan pengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Apabila pada tahun lalu auditee menerima opini audit going concern, maka besar kemungkinan pada tahun berjalan akan menerima kembali opini audit going concern. Penelitian ini didukung Hidayanti dan Sukirman (2014) yang menyatakan bahwa dalam memberikan opini, auditor sangat memperhatikan hasil opini audit yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya

Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya harus menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh opini wajar (unqualified opinion) pada tahun berjalan jika tidak maka perusahaan akan menerima kembali opini audit going concern (Nogler, 1995), dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern.


(33)

C. Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel independen kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, debt default dan opini audit tahun sebelumnya. Variabel dependen penelitian menggunakan penerimaan opini audit going concern.

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian Kondisi Keuangan

Perusahaan

Penerimaan Opini audit going concern Pertumbuhan Perusahaan

Debt Default

Opini Audit Tahun Sebelumnya

H1 -

H2

-H3 +


(34)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek/Subyek Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerbitkan obligasi yang diperingkat oleh PT. PEFINDO periode tahun 2012-2015. Penelitan ini menggunakan data laporan keuangan tahunan periode 2012-2015 dan menggunakan laporan keuangan tahunan periode 2011 untuk pengukuran variabel yang membutuhkan laporan keuangan tahunan periode 2011.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan yang dipublikasi oleh BEI www.idx.co.id periode 2012-2015 dan data peringkat obligasi yang diterbitkan oleh PT. PEFINDO (www.pefindo.co.id).

C. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Pertimbangan kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan sektor non-keuangan yang terdaftar di BEI dan obligasinya diperingkat oleh PT. PEFINDO 2012-2015.

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan berturut-turut periode 2011-2015.


(35)

3. Perusahaan yang menerbitkan laporan auditor independen tahun sebelumnya. D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi pada laporan keuangan tahunan perusahaan sektor non keuangan yang dipublikasi oleh Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015 dan publikasi peringkat obligasi dari PT. PEFINDO.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerimaan opini audit going goncern. Going concern merupakan keberlanjutan usaha untuk terus menjalankan operasinya terus-menerus dalam jangka waktu lama. Menurut SPAP (2001) Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat bertahan untuk menjalankan operasinya dalam kurun waktu yang ditentukan. Penerimaan opini audit going concern berarti perusahaan menyetujui opini audit going concern yang dikeluarkan auditor. Pengukuran pada variabel dependen menggunakan variabel dummy dimana kode 1 jika perusahaan yang menerima opini going concern dan kode 0 jika perusahaan menerima opini selain opini audit going concern.


(36)

23

2. Variabel Independen

Penelitian ini menggunakan empat variabel independen yang akan diuji terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan sektor non keuangan. Variabel independen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kondisi Keuangan Perusahaan

Kondisi keuangan perusahaan merupakan keadaan tingkat kesehatan perusahaan yang dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan proksi prediksi kebangkrutan perusahaan. Model prediksi kebangkrutan yang digunakan adalah model modifikasi Altman Z Score yang digunakan untuk memprediksi kondisi keuangan perusahaan non manufaktur (Altman, 1968). Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Z” = 6,56 Z1 + 3,26 Z2 + 6,72 Z3 + 1,05 Z4 Dimana:

Z1 = working capital/total asset Z2 = retained earning/total asset

Z3 = earning before interest and taxes/total asset Z4 = book value of equity/ book value of debt

Nilai Z diperoleh dengan mengalikan rasio-rasio yang telah ditentukan model Altman dengan data keuangan yang tercantum dalam laporan keuangan tahunan perusahaan kemudian menjumlahkan hasil dari perkalian rasio tersebut. Semakin tinggi nilai Z Score yang dimiliki perusahaan maka semakin sehat kondisi keuangan perusahaan sehingga semakin kecil peluang perusahaan menerima opini audit going concern.


(37)

Tabel 3.1 di bawah ini menunjukkan kategori tingkat kesehatan perusahaan.

Tabel 3.1.

Kriteria titik cut off Z Score

Kriteria Nilai Z Kategori

Tidak bangkrut jika Z > 2,99 Sehat Bangkrut jika Z < 1,81 Bangkrut Daerah rawan bangkrut 1,80 – 2,98 Rawan Bangkrut Sumber: Sawir, 2005

b. Pertumbuhan Perusahaan

Rudyawan dan Badera (2009) menyatakan pertumbuhan perusahaan mengidikasikan kamampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat diproksi dengan rasio pertumbuhan laba suatu perusahaan. Rasio pertumbuhan laba dapat diperoleh dari:

Dimana:

Laba Bersiht = Laba bersih tahun berjalan Lab Bersiht-1 = Laba bersih tahun lalu c. Debt Default

Debt default menurut Chen dan Cruch (1992) dalam Praptitorini dan Januarti (2011) adalah kegagalan perusahaan untuk membayar hutang dan bunganya pada waktu jatuh tempo. Penelitian ini


(38)

25

menggunakan proksi peringkat obligasi untuk menilai debt default. Pengukuran peringkat obligasi menggunakan skala ordinal dengan memberi nilai pada masing-masing perusahaan sesuai peringkat yang dikeluarkan PT. PEFINDO. Pemberian nilai peringkat obligasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kategori Peringkat Obligasi Nilai Peringkat Peringkat

1 AAA

2 AA

3 A

4 BBB

5 BB

6 B

7 CCC

8 D

Sumber: Maharti dan Daljono, 2011 d. Opini Audit Tahun Sebelumnya

Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini audit yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya (Santosa dan Wedari, 2007). Pengukuran pada variabel opini audit tahun sebelumnya menggunakan variabel dummy dimana kode 1 jika perusahaan menerima opini audit going concern dan kode 0 jika perusahaan menerima opini selain opini audit going concern.


(39)

F. Uji Kualitas Instrumen 1. Analisis Deskriptif

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan secara umum data variabel-variabel penelitian yang diukur pada sampel. Analisis deskriptif meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean) serta standar deviasi yang diperoleh dari data olahan SPSS berdasarkan variabel yang digunakan.

2. Pengujian Kelayakan Model

Regresi logistik merupakan model regresi yang telah mengalami modifikasi, sehingga karakteristiknya sudah berbeda dengan model regresi sederhana atau berganda. Oleh karena itu, penentuan nilai signifikasinya secara statistik juga berbeda.

Penilaian model regresi logistik dilihat dari nilai Hosmer and lemeshow’s goodness of fit. Pengujian ini digunakan untuk menguji hipotesis bahwa data empiris sesuai dengan model. Jika nilai Hosmer and lemeshow of fit kurang dari atau sama dengan 0,05 maka hipotesis nol ditolak, artinya data yang dikumpulkan tidak sesuai dengan model. Sebaliknya, jika nilai hosmer and lemeshow diatas 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak atau diterima, artinya model dapat diterima karena sesuai dengan data observasi.

H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data. Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.


(40)

27

3. Pengujian Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) awal (Block number =0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) akhir (Block number =1). Apabila terjadi penurunan nilai -2 Log Likelihood maka model regresi semakin baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2007).

4. Menguji Koefisien Determinasi

Pengujian koefisein determinasi dilakukan untuk menguji sejauh mana variabel independen menjelaskan dan mempengaruhi variabel dependen. Pengujian koefisien determinasi pada regresi logistik dilihat berdasarkan nilai Negelkerke’s R Square.

5. Matrik Klasifikasi

Matrik klasifikasi digunakan untuk menggambarkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat.

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan menggunakan alat analisis regresi logistik (logistic regression). Analisis regresi logistik digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini menggunakan kombinasi metrik dan non-metrik (nominal). Model persamaan regresi logistik yang digunakan adalah:


(41)

= a + β1BANKRUPT + β2 GROW + β3 DEFAULT+ β4 LAGOPINI+ ε Keterangan:

= Opini Audit going concern

A = Konstanta

BANKRUPT = Kondisi keuangan perusahaan GROW = Pertumbuhan perusahaan DEFAULT = Debt Default

LAG OPINI = Opini audit tahun sebelumnya

Penentuan penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat signifikasi ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:

1. H1 diterima apabila koefisien BANKRUPT bernilai negatif dan nilai significance < alpha 5% (0,05). Hal ini menunjukkan H1 diterima atau hipotesis yang menyatakan kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern diterima.

2. H2 diterima apabila koefisien GROW bernilai negatif dan nilai significance < alpha 5% (0,05). Hal ini menunjukkan H2 diterima atau hipotesis yang menyatakan variabel pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern diterima.

3. H3 diterima apabila koefisien DEFAULT bernilai positif dan nilai significance < alpha 5% (0,05). Hal ini menunjukkan H3 diterima atau hipotesis yang menyatakan variabel debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern diterima.


(42)

29

4. H4 diterima apabila koefisien LAGOPINI bernilai positif dan nilai significance < alpha 5% (0,05). Hal ini menunjukkan H4 diterima atau hipotesis yang menyatakan variabel opini audit tahun sebelumnya perusahaan berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern diterima.


(43)

30 A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah perusahaan sektor non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menerbitkan obligasi serta di peringkat oleh PT. PEFINDO pada tahun 2012-2015. Berdasarkan kriteria metode purposive sampling diperoleh 19 perusahaan dengan total data penelitian sebanyak 76 yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1

Prosedur Pemilihan Sampel

No Kriteria Tidak masuk

kriteria

Jumlah 1 Perusahaan yang terdaftar di BEI dan

Obligasinya diperingkat oleh PT. PEFINDO periode 2012-2015

59

2 Perusahaan yang masuk dalam kategori keuangan

29 30

3 Perusahaan non keuangan yang tidak menerbitkan laporan keuangan di BEI periode 2011-2015

11 19

4 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan auditor tahun sebelumnya

0 19

Total perusahaan yang menjadi sampel penelitian

19

Tahun pengamatan 4

Unit analisis/Data penelitian (19 x 4) 76 Sumber: Data diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4.1 total perusahaan yang terdaftar di BEI dan Obligasinya diperingkat oleh PT. PEFINDO sebanyak 59 perusahaan selama tahun 2012-2015. Berdasarkan pemilihan sampel yang dilakukan peneliti


(44)

31

diperoleh 19 perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian. Periode pengamatan yang diambil peneliti adalah empat tahun, yaitu tahun 2012, 2013,2014, dan 2015 sehingga total data yang diteliti sebanyak 76 data.

B. Uji Kualitas Instrumen 1. Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu data berdasarkan nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), serta standar deviasi dari variabel kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, debt default dan opini audit tahun sebelumnya. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif

Sumber: Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dideskripsikan bahwa jumlah data yang diolah (N) adalah 76. Berdasarkan 76 data observasi variabel kondisi keuangan perusahaan diukur menggunakan proksi prediksi kebangkrutan Altman Z Score memiliki nilai minimum -0,83 di bawah 1,81 yang dimiliki oleh PT. Smartfren Telecom Tbk, yang mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki masalah keuangan yang tinggi dan terancam bangkrut. Nilai

Descriptive Statistics

76 -,832 10,066 2,84661 2,517280 76 -10,033 8,693 ,04704 2,100509

76 1 8 2,66 1,217

76 0 1 ,11 ,309

76 BANKRUPT

GROW DEFAULT LAGOPINI Valid N (listwise)


(45)

maksimum diperoleh oleh PT. Selamat Sempurna Tbk, dengan nilai 10,07 di atas 2,99 yang mengindikasikan kondisi perusahaan tersebut berada pada kondisi sehat dan jauh dari ancaman masalah kebangkrutan. Berdasarkan 76 data yang diolah nilai rata-rata Z Score adalah 2,85 yang mengindikasikan bahwa rata-rata perusahaan berada pada area rawan bangkrut sehingga perlu melakukan perbaikan kondisi keuangan agar terhindar dari kebangkrutan.

Variabel pertumbuhan perusahaan diproksi menggunakan pertumbuhan laba memiliki nilai minimal -10,03 yang mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki pertumbuhan laba negatif dan nilai maksimum 8,67 yang mengindikasikan perusahaan memiliki pertumbuhan laba postif serta memiliki potensi menerima opini audit going concern yang lebih kecil. Nilai rata-rata dari 76 data observasi adalah 0,45 yang mengindikasikan rata-rata perusahaan mengalami pertumbuhan laba positf.

Variabel debt default yang diproksi menggunakan peringkat obligasi memiliki nilai minimal 1 yang mengindikasikan kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya sangat kuat sesuai dengan perjanjian yang dilakukan dan memiliki nilai maksimum 8 yang mengindikasikan ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajibannya cukup besar. Nilai rata-rata variabel debt default adalah 2,66 yang mengindikasikan berdasarkan 76 data observasi rata-rata kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya kuat.


(46)

33

Variabel opini audit tahun sebelumnya memiliki nilai rata-rata 0,11 yang mengindikasikan bahwa penerimaan opini audit going concern dengan kode 1 lebih sedikit muncul pada 76 data observasi. Berdasarkan 76 data observasi, 11% data menerima opini audit going concern dan 89% data observasi menerima opini audit selain opini audit going concern dengan kode 0.

2. Menilai Model Regresi

Langkah pertama yang dilakukan untuk melakukan uji hipotesis adalah menilai kelayakan model regresi. Kelayakan model regresi dapat dinilai dari nilai Hosmer and Lemeshow Test (Tabel 4.3).

Tabel 4.3

Hosmer and Lemeshow Test

Sumber: Output SPSS

Nilai goodness of fit test menunjukkan nilai asymptotic significance pada tabel 4.3 sebesar 0,494 lebih besar dari nilai signifikasi (α) 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 tidak dapat ditolak sehingga model fit dengan data atau model layak untuk digunakan karena sesuai dengan data observasi. 3. Menilai Keseluruhan Model

Pengujian ini dilakukan untuk menilai keseluruhan model (overall model fit) yang telah dihipotesiskan secara keseluruhan fit dengan data. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai -2 Log likelihood awal

Hosm er and Lem eshow Test

7,406 8 ,494

Step 1


(47)

(Block number = 0) dengan nilai -2 Log likelihood akhir (Block number =1) yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.4

Nilai -2 Likelihood awal

Sumber: Output SPSS Tabel 4.5 Nilai -2 Likelihood akhir

Sumber: Output SPSS

Iteration Historya,b ,c

53,758 -1,579 51,217 -2,042 51,147 -2,136 51,147 -2,140 51,147 -2,140 Iteration 1 2 3 4 5 Step 0 -2 Log likelihood Constant Coefficients

Constant is included in the model. a.

Initial -2 Log Likelihood: 51,147 b.

Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001. c.

Iteration Historya,b,c,d

27,751 -2,144 -,032 -,018 ,126 3,072

17,517 -3,316 -,100 -,045 ,274 4,067

14,475 -3,954 -,262 -,076 ,400 4,454

13,167 -3,883 -,588 -,074 ,455 4,415

12,702 -3,658 -,936 -,052 ,481 4,406

12,661 -3,660 -1,055 -,051 ,500 4,513

12,661 -3,663 -1,067 -,051 ,502 4,530

12,661 -3,663 -1,067 -,051 ,502 4,531

Iteration 1 2 3 4 5 6 7 8 Step 1 -2 Log

likelihood Constant BANKRUPT GROW DEFAULT LAGOPINI

Coefficients

Method: Enter a.

Constant is included in the model. b.

Initial -2 Log Likelihood: 51,147 c.

Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than ,001.


(48)

35

Tabel 4.6

Perbandingan Nilai -2LL awal dengan -2LL akhir -2 Log Likelihood Nilai Awal (Block number =0) 53,758 Akhir (Block number =1) 12,661 Sumber: Data Diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukkan nilai -2LL awal (Block number = 0) adalah 53,758 dan mengalami penurunan pada nilai -2LL akhir (Block number = 1) menjadi 12,661. Penurunan nilai -2 Log Likelihood menunjukkan model yang diregresikan baik atau model yang dihipotesiskan fit dengan data.

4. Menguji Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinasi digunakan untuk menilai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang ditampilkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.7 Nagelkerke R Square

Sumber: Output SPSS

Model Summ ary

12,661a ,397 ,811 Step

1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than ,001. a.


(49)

Berdasarkan tabel 4.7 nilai Nagelkerke R Square yang dihasilkan adalah 0,811. Nilai tersebut diinterpretasikan sebagai kemampuan variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen sebesar 81,1%, sedangkan sisanya 18,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian, atau secara bersama-sama variabel kondisi keuangan perusahaan (BANKRUPT), pertumbuhan perusahaan (GROW), debt default (DEFAULT) dan opini audit tahun sebelumnya (LAGOPINI) dapat menjelaskan variabel dependen opini audit going concern (GC) sebesar 81,1%.

5. Matrik Klasifikasi

Matrik klasifikasi menunjukkan kekuatan prediski model regresi untuk memprediksi kemungkinkan penerimaan opini audit going concern pada auditee.

Tabel 4.8 Matrik Klasifikasi

Sumber: Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa kemampuan model memprediksi opini audit going concern sebesar 98,7%. Data observasi menunjukkan 68 data (100%) akan menerima opini audit non going concern.

Classification Tablea

68 0 100,0

1 7 87,5

98,7 Observed

Opini audit non going concern

Opini audit going concern GC Overall Percentage Step 1 Opini audit non going concern Opini audit going concern GC Percentage Correct Predicted

The cut value is ,500 a.


(50)

37

Kemampuan model untuk memprediksi opini audit going concern sebesar 87,5%, yang berarti dengan model regresi yang diajukan terdapat 7 data yang diprediksi akan menerima opini audit going concern dari total 8 data.

C. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan pengujian koefisien regresi logistik dengan tingkat signifikasi 5% yang disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.9

Koefisien Regresi Logistik

Sumber: Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, maka diperoleh model penelitian sebagai berikut: = -3,663 – 1,067 BANKRUPT – 0,051 GROW +

0,502 DEFAULT + 4,531 LAGOPINI + e Dimana:

= Opini Audit going concern BANKRUPT = Kondisi keuangan perusahaan GROW = Pertumbuhan perusahaan DEFAULT = Debt Default

LAG OPINI = Opini audit tahun sebelumnya e = Error

Variables in the Equation

-1,067 ,773 1,904 1 ,168 ,344 ,076 1,566

-,051 ,367 ,020 1 ,888 ,950 ,463 1,949

,502 ,601 ,699 1 ,403 1,652 ,509 5,365

4,531 1,710 7,019 1 ,008 92,814 3,251 2649,841

-3,663 2,081 3,097 1 ,078 ,026

BANKRUPT GROW DEFAULT LAGOPINI Constant Step 1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95,0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: BANKRUPT, GROW, DEFAULT, LAGOPINI. a.


(51)

Penarikan kesimpulan dari 76 data observasi dan empat variabel independen yaitu dengan membandingkan nilai significance dan alpha 5% (0,05). Jika nilai sig. lebih kecil dari alpha 0,05 maka Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen, demikian pula sebaliknya.

1) Pengujian Hipotesis Pertama

Kondisi keuangan perusahaan yang diproksi menggunakan model prediksi kebangkrutan Altman Zscore berdasarkan tabel 4.9 memiliki nilai koefisien -1067, dengan nilai sig. 0,168 lebih besar dari alpha 0,05 dengan arah koefisien negatif dan dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern.

2) Pengujian Hipotesis Kedua

Pertumbuhan perusahaan diproksi dengan rasio pertumbuhan laba perusahaan memiliki nilai koefisien -0,051 dengan nilai sig. 0,888 lebih besar dari alpha 0,05 dan arah koefisien negatif sehingga H2 ditolak, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern.

3) Pengujian Hipoetesis Ketiga

Berdasarkan tabel 4.9 Debt Default yang diukur menggunakan peringkat obligasi memiliki nilai koefisien 0,502 dengan nilai sig. 0,403 lebih besar dari alpha 0,05 dan arah koefisien positif sehingga H3 ditolak dan


(52)

39

menunjukkan debt default tidak berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern.

4) Pengujian Hipotesis Keempat

Tabel 4.9 menunjukkan nilai koefisien 4,531 dengan arah positif pada variabel opini audit tahun sebelumnya dan nilai sig. 0,008 lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga H4 diterima. Hal ini mengindikasikan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern.

Secara keseluruhan, hasil pengujian hipotesis disajikan pada tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Kode Hipotesis Hasil

H1 Kondisi keuangan perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern

Ditolak

H2 Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern.

Ditolak

H3 Debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern.

Ditolak H4 Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh

positif terhadap penerimaan opini audit going concern.


(53)

D. Pembahasan (Interpretasi)

1. Kondisi keuangan perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama kondisi keuangan yang diukur dengan prediksi kebangkrutan model Altman Z Score tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan Solikhah dan Kiswanto (2010) yang menyatakan semakin tinggi nilai Z Score maka semakin kecil kemungkinan penerimaan opini audit going concern dan auditor hampir tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wulandari (2014) dan Ardiani, dkk (2012) yang mengindikasikan bahwa kondisi keuangan yang buruk belum tentu menjadi faktor bagi perusahaan untuk menerima opini audit going concern. Auditor dalam mengeluarkan opini audit tidak hanya mempertimbangkan dari kondisi keuangan perusahaan, tetapi auditor juga mempertimbangkan kondisi perekonomian pada saat itu.

Kondisi keuangan perusahaan yang berada dalam kategori sehat atau baik bukan berarti akan terhindar dari opini audit going concern, karena auditor lebih percaya pada hasil auditnya untuk memberikan opini audit going concern maupun audit non going concern. Hasil ini menunjukkan


(54)

41

bahwa kondisi keuangan yang baik bukan menjadi alasan utama bagi perusahaan untuk tidak menerima opini audit going concern, yang berarti auditor lebih percaya terhadap hasil temuan auditnya dalam memberikan opini audit. Penelitian ini juga didukung penemuan Werastuti (2013) yang menyatakan variabel kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern disebabkan auditor akan memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami kerugian berulang kali dan melihat seberapa signifikan kerugian operasi tersebut sehingga menimbulkan keraguan yang substansial atas kelangsungan hidup perusahaan.

2. Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua di atas variabel pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini sejalan dengan Wulandari (2014), Tamir dan Anisykurlillah (2014) dan Kurniati (2012) yang menyatakan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini tidak memberikan pengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern diindikasikan bahwa perusahaan baik yang menerima opini audit going concern ataupun tidak sama-sama mengalami pertumbuhan laba negatif/positif. Perusahaan


(55)

yang memiliki pertumbuhan laba negatif belum dapat dikatakan sebagai perusahaan yang memiliki indikasi kebangkrutan dan diragukan kelangsungan hidupnya. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan laba negatif bisa saja justru telah mengalami pertumbuhan laba dari tahun sebelumnya, namun karena tahun sebelumnya memiliki rasio pertambuhan laba yang negatif sehingga pada tahun berjalan tetap memiliki rasio pertumbuhan laba negatif. Pertumbuhan laba positif tidak menjamin perusahaan terlepas dari permasalahan kondisi keuangan dan akan menerima opini non going concern. Walaupun pertumbuhan laba meningkat dari tahun sebelumnya sehingga menghasilan pertumbuhan laba yang positif pada tahun berjalan tetapi perbaikan kondisi keuangan masih rendah maka auditor akan mengeluarkan opini audit going concern. Dengan demikian perusahaan yang memiliki pertumbuhan laba yang (tinggi) positif tidak menjadi jaminan perusahaan akan menerima opini audit non going concern dan pertumbuhan laba yang kecil (negatif) tidak menjamin perusahaan akan menerima opini audit going concern.

3. Debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern

Pengujian hipotesis ketiga menunjukkan hasil bahwa variabel debt default tidak berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Debt default yang diukur menggunakan peringkat obligasi tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian


(56)

43

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Azizah dan Anisykurillah (2014) serta Nanda (2015) yang mengindikasikan debt default tidak berpengaruh terhadap penerimaan audit going concern.

Auditor dalam memberikan opini audit going concern tidak hanya berdasarkan keadaan perusahaan gagal (default) dalam memenuhi kewajibannya, maupun keadaan perusahaan yang tidak mampu memenuhi perjanjian hutang atau dalam keadaan rektrukturisasi hutang tetapi auditor lebih mempertimbangkan kondisi perusahaan yang mengalami kerugian operasi secara berulang kali sejak tahun-tahun sebelumnya, defisit dan juga dipengaruhi keadaan yang menghambat kegiatan usaha karena kegiatan pembangunan dan kesulitan merealisasikan aktiva (Nanda, 2015). Sedangkan menurut Susanto (2009) auditor dalam memberikan opini audit going concern tidak hanya berdasarkan debt default tetapi akan lebih memperhatikan kondisi perusahaan secara keseluruhan.

4. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern

Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Solikhah dan Kiswanto (2010) serta Hidayanti dan Sukirman (2014) yang menyatakan bahwa opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.


(57)

Apabila pada tahun sebelumnya auditee menerima opini audit going concern maka besar kemungkinan akan menerima opini audit going concern pada tahun berjalan. Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya berisiko menerima kembali opini audit going concern pada tahun berjalan tujuh kali lebih besar dari perusahaan yang menerima opini audit non going concern (Solikhah dan Kiswanto, 2010).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wulandari (2014) yang menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit going concern. Perusahaan akan menerima kembali opini audit going concern pada tahun berjalan, kecuali terjadi peningkatan performa perusahaan dalam penjualan, peningkatan laba, berkurangnya kewajiban dan lain sebagainya.


(58)

45

45

BAB V

SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

A. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada perusahaan sektor non keuangan. Berdasarkan analisis, diperoleh sampel 19 perusahan non keuangan dan menerbitkan obligasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan penelitian selama empat periode 2012 sampai 2015, dapat diambi kesimpulan sebagai berikut:

1. Besarnya pengaruh keempat variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 81,1%, sisanya 18,9% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.

2. Kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan kondisi keuangan yang diproksi menggunakan prediksi kebangkrutan Altman ZScore tidak menjadi pertimbangan auditor dalam mengeluarkan opini audit. Perusahaan yang memiliki nilai Z Score tinggi tidak menjamin perusahaan tersebut akan menerima opini audit non going concern. 3. Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini


(59)

pertumbuhan laba belum tentu akan terhindar dari penerimaan opini audit going concern.

4. Debt default tidak berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini mengindikasikan auditor dalam memberikan opini audit going concern tidak hanya menilai berdasarkan kegagalan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.

5. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini menggambarkan perusahaan yang pada tahun sebelumnya menerima opini audit going concern memiliki peluang lebih besar untuk menerima kembali opini audit going concern pada tahun berjalan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti dapat memberikan saran kepada: 1. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel lain yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern misalnya opinion shooping, rasio aktivitas perusahaan dan variabel lain yang mempengaruhi secara signifikan penerimaan opini audit going concern. Selain itu peneliti juga dapat memperpanjang periode pengamatan sehingga dapat melihat trend penerimaan opini audit going concern dalam jangka waktu yang panjang.


(60)

47

2. Investor atau Calon Investor

Investor mapun calon investor harus lebih berhati-hati lagi dalam memilih perusahaan dimana mereka akan menginvestasikan dana mereka. Investor atau calon investor dapat melakukan analisis berdasarkan faktor-faktor keuangan dan non keuangan serta kondisi perekonomian yang sedang terjadi.

3. Manajemen

Manajemen perusahaan hendaknya dapat mengenali lebih dini tanda-tanda going concern dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan sehingga dapat mengambil kebijakan sedini mungkin.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini terbatas pada sampel penelitian yang hanya menggunakan sampel perusahaan sektor non keuangan dan menerbitkan obligasi sehingga belum mewaliki seluruh dari jenis industri lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan belum bisa melihat kecenderungan trend penerimaan opini audit going concern oleh auditor dalam lingkup yang lebih luas. 2. Penelitian ini terbatas pada periode pengamatan penelitian selama 4 tahun

2012 – 2015 sehingga belum melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit going concern oleh auditor jangka panjang serta kondisi ekonomi tidak normal.


(61)

3. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen keuangan (kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan debt default) dan menggunakan satu variabel independen non keuangan (opini audit tahun sebelumnya) sedangkan masih ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi penerimaan opini audit going concern seperti: opinioin shooping, disclosure.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Altman, E. I. 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis and Prediction of Corporate Bankruptcy. The Journal Of Finance. Hlm. 589-609.

Ardiani, dkk. 2012. Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran KAP, Debt Default, Opinion Shopping dan Kondisi Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Going Conern Pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi. Vol. 20. No. 4 Hlm. 1-21.

Azizah, Rizki dan I. Anisykurlillah. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahan, Debt Default dan Kondisi Keuangan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Accounting Analysis Journal. Vol.3 No. 4. Hlm. 533-542.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2006. Accounting Theory. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Chen, K.C.W. and B. K. Church. 1996. Going Concern Opinions and The Market’s Reaction Bankruptcy Filings. The Accounting Review. Vol. 71 No. 1. hal 117-128.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hidayanti, F.O. dan Sukirman. 2014. Reputasi auditor, ukuran perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya dalam memprediksi pemberian opini audit going concern. Accounting Analysis Journal. Vol. 3. No. 4. Hlm 420-427.

Higar, Seno Abby dan Achmad Dzajuli. 2010. Analisis Respon Auditor Terhadap Asumsi Going Concern Akibat Krisis Moneter dan Financial Distress Model. Islamic Finanace dan Business Review. Vol 5. No. 1. Hlm. 1-25.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.


(63)

Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol 1. No. 1. Hlm.47-51.

Kurniati, Wiwik. 2012. Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan dan Reputasi KAP Terhadap Opini Audit Going Concern. Accounting Analysis Journal. Vol. 1 No. 1. Hlm.7-15.

Maharti, E.D dan Daljono. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi. Skirpsi.Semarang: Universitas Diponegoro

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi ke-6 Jakarta: Salemba Empat

Murtin, Alex dan C. Anam. 2008. Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default dan Kondisi Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Jurnal Akuntansi dan Investasi. Vol. 9. No. 2. Hlm. 197-207.

Nanda, Fini Rizki. 2015. Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran KAP, Debt Default, Opinion Shopping dan Kondisi Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi. Vol. 24. No. 1. Hlm. 41-64.

Nogler, George E. 1995. The Resolution of Audit Going Concern Opinion. Auditing: A Journal of Practice and Theory. Vol. 14. No. 2. Hlm. 54-73.

Petronela, Thio. 2004. Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam Pemberian Opini Audit. Jurnal Balance. Hlm 47-55

Pefindo. 2015. Rating Definition. http://www.pefindo.com/index.php/fileman/ file?file=95. Diakses tanggal 01 November 2016.


(64)

Praptitorini, M.D. dan I. Januarti. 2011. Analisis Pengaruh Kualitas Audit dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Going Concern. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesi. Vol. 8. No. 1. Hlm. 78-93.

Pudjiastuti, Retno dan Untara. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Auditor Dalam Pemberian Opini Audit Going Concern. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan. Hlm. 15-37.

Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Maksi. Vol. 4. Hlm. 146-160.

Rudyawan, A. P. Dan I. D. N. Badera. 2009. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage dan Reputasi Auditor. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 4 No. 2. Hlm. 1-17.

Santosa, A.F. dan L.K. Wedari. 2007. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 11. No. 2. Hlm. 141-158.

Sari, Maylia Pramono. 2007. Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai Alat Untuk Memprediksi Peringkat Obligasi (PT PEFINDO). Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 14, No. 2. Hlm. 172-182

Sawir, A. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Setyarno, dkk. 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi IX. Vol 9. Hlm. 1-25.

Solikhah, Badingatus dan Kiswanto. 2010. Pengaruh Kondisi Keuangan, Pertumbuhan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern. Jurnal Dinamika Akuntansi. Vol. 2. No. 1. Hlm. 56-64.


(65)

Keuangan, Pertumbuhan, Kepemilikan Perusahaan dan Reputasi KAP Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Textile dan Garment yang List di BEI Tahun 2010-2012. Accounting Analysis Journal. Vol. 3. No. 4. Hlm. 437-445.

Werastuti, D.N.S. 2013. Pengaruh Auditor Client Tenure, Debt Default, Reputasi Auditor, Ukuran Klien dan Kondisi Keuangan Terhadap Kualitas Audit Terhadap Kualitas Audit Melalui Opini Audit Going Concern. Vokasi Jurnal Riset Akuntansi. Vol. 2. No. 1. Hlm 99-116.

Wulandari, Soliyah. 2014. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol: 6. No. 3. Hlm 531-558.


(66)

(67)

Perusahaan Default Tahun Sebelumnya

Audit Going Concern

1 ADHI -0,542 0,139 3 0 0

2 APLN 1,328 0,228 3 0 0

3 AKRA 3,634 0,731 2 0 0

4 ANTM 5,257 0,553 2 0 0

5 BTEL 1,718 0,776 2 0 1

6 FAST 3,840 -0,100 2 0 0

7 FREN 2,212 0,728 8 1 1

8 INDF 2,797 -0,023 2 0 0

9 ISAT 1,058 -0,543 2 0 0

10 JPFA 1,502 0,141 3 0 0

11 JSMR 3,734 0,302 2 0 0

12 LTLS 1,761 0,200 3 0 0

13 MDLN 4,007 2,514 3 0 0

14 MEDC 1,117 0,288 2 0 0

15 MYOR 4,007 0,112 2 0 0

16 PJAA 2,250 0,098 2 0 0

17 SMAR 4,655 0,205 2 0 0

18 SMSM 6,222 0,112 3 0 0


(68)

Lampiran 2

Data Variabel Penelitian Tahun 2013 No KODE Zscore Pertumbuhan

Perusahaan

Debt Default

Opini Audit Tahun Sebelumnya

Opini Audit Going Concern

1 ADHI 1,104 -0,883 3 0 0

2 APLN 0,938 -0,706 3 0 0

3 AKRA 2,962 -0,005 2 0 0

4 ANTM 1,334 -0,863 2 0 0

5 BTEL -0,758 -0,861 2 1 1

6 FAST 3,143 -0,241 2 0 0

7 FREN -0,832 0,473 7 1 1

8 INDF 2,097 -0,285 2 0 0

9 ISAT 0,380 -6,471 2 0 0

10 JPFA 1,672 0,201 3 0 0

11 JSMR 6,754 -0,395 2 0 0

12 LTLS 1,672 0,170 3 0 0

13 MDLN 6,036 8,412 3 0 0

14 MEDC 1,798 0,728 2 0 0

15 MYOR 6,036 0,413 2 0 0

16 PJAA 2,588 0,069 2 0 0

17 SMAR 9,139 -0,585 2 0 0

18 SMSM 7,245 0,313 3 0 0


(69)

Perusahaan Default Tahun Sebelumnya

Audit Going Concern

1 ADHI 1,733 8,693 3 0 0

2 APLN 0,971 -0,005 3 0 0

3 AKRA 2,933 -0,965 2 0 0

4 ANTM 1,359 -2,891 3 0 0

5 BTEL 0,098 -0,289 2 1 1

6 FAST 2,716 -0,027 2 0 0

7 FREN -0,218 0,216 7 1 1

8 INDF 2,084 0,506 2 0 0

9 ISAT 0,227 -10,033 2 0 0

10 JPFA 1,828 0,142 3 0 0

11 JSMR 2,556 0,309 2 0 0

12 LTLS 1,828 0,578 3 0 0

13 MDLN 3,783 -0,710 3 0 0

14 MEDC 1,798 0,170 2 0 0

15 MYOR 3,783 0,179 2 0 0

16 PJAA 1,438 0,226 2 0 0

17 SMAR 2,991 0,653 2 0 0

18 SMSM 10,066 0,195 3 0 0


(70)

Lampiran 4

Data Variabel Penelitian Tahun 2015 No KODE Zscore Pertumbuhan

Perusahaan

Debt Default

Opini Audit Tahun Sebelumnya

Opini Audit Going Concern

1 ADHI 1,935 0,085 3 0 0

2 APLN 1,126 3,548 3 0 0

3 AKRA 4,011 0,339 2 0 0

4 ANTM 0,901 0,858 3 0 0

5 BTEL -0,793 -0,006 2 1 1

6 FAST 2,391 -0,309 2 0 0

7 FREN -0,167 0,024 7 1 1

8 INDF 1,734 -0,279 2 0 0

9 ISAT 0,553 -0,374 2 0 0

10 JPFA 1,053 0,023 3 0 0

11 JSMR 2,785 0,085 2 0 0

12 LTLS 1,245 -0,831 3 0 0

13 MDLN 5,044 1,022 3 0 0

14 MEDC 1,002 0,143 2 0 0

15 MYOR 5,044 0,046 2 0 0

16 PJAA 1,089 0,242 2 0 0

17 SMAR -0,167 -1,140 2 0 0

18 SMSM 2,851 0,095 3 0 0


(1)

Data Variabel Penelitian Tahun 2013 No KODE Zscore Pertumbuhan

Perusahaan

Debt Default

Opini Audit Tahun Sebelumnya

Opini Audit Going Concern

1 ADHI 1,104 -0,883 3 0 0

2 APLN 0,938 -0,706 3 0 0

3 AKRA 2,962 -0,005 2 0 0

4 ANTM 1,334 -0,863 2 0 0

5 BTEL -0,758 -0,861 2 1 1

6 FAST 3,143 -0,241 2 0 0

7 FREN -0,832 0,473 7 1 1

8 INDF 2,097 -0,285 2 0 0

9 ISAT 0,380 -6,471 2 0 0

10 JPFA 1,672 0,201 3 0 0

11 JSMR 6,754 -0,395 2 0 0

12 LTLS 1,672 0,170 3 0 0

13 MDLN 6,036 8,412 3 0 0

14 MEDC 1,798 0,728 2 0 0

15 MYOR 6,036 0,413 2 0 0

16 PJAA 2,588 0,069 2 0 0

17 SMAR 9,139 -0,585 2 0 0

18 SMSM 7,245 0,313 3 0 0


(2)

Lampiran 3

Data Variabel Penelitian Tahun 2014 No KODE Zscore Pertumbuhan

Perusahaan

Debt Default

Opini Audit Tahun Sebelumnya

Opini Audit Going Concern

1 ADHI 1,733 8,693 3 0 0

2 APLN 0,971 -0,005 3 0 0

3 AKRA 2,933 -0,965 2 0 0

4 ANTM 1,359 -2,891 3 0 0

5 BTEL 0,098 -0,289 2 1 1

6 FAST 2,716 -0,027 2 0 0

7 FREN -0,218 0,216 7 1 1

8 INDF 2,084 0,506 2 0 0

9 ISAT 0,227 -10,033 2 0 0

10 JPFA 1,828 0,142 3 0 0

11 JSMR 2,556 0,309 2 0 0

12 LTLS 1,828 0,578 3 0 0

13 MDLN 3,783 -0,710 3 0 0

14 MEDC 1,798 0,170 2 0 0

15 MYOR 3,783 0,179 2 0 0

16 PJAA 1,438 0,226 2 0 0

17 SMAR 2,991 0,653 2 0 0

18 SMSM 10,066 0,195 3 0 0


(3)

Data Variabel Penelitian Tahun 2015 No KODE Zscore Pertumbuhan

Perusahaan

Debt Default

Opini Audit Tahun Sebelumnya

Opini Audit Going Concern

1 ADHI 1,935 0,085 3 0 0

2 APLN 1,126 3,548 3 0 0

3 AKRA 4,011 0,339 2 0 0

4 ANTM 0,901 0,858 3 0 0

5 BTEL -0,793 -0,006 2 1 1

6 FAST 2,391 -0,309 2 0 0

7 FREN -0,167 0,024 7 1 1

8 INDF 1,734 -0,279 2 0 0

9 ISAT 0,553 -0,374 2 0 0

10 JPFA 1,053 0,023 3 0 0

11 JSMR 2,785 0,085 2 0 0

12 LTLS 1,245 -0,831 3 0 0

13 MDLN 5,044 1,022 3 0 0

14 MEDC 1,002 0,143 2 0 0

15 MYOR 5,044 0,046 2 0 0

16 PJAA 1,089 0,242 2 0 0

17 SMAR -0,167 -1,140 2 0 0

18 SMSM 2,851 0,095 3 0 0


(4)

Lampiran 5

Hasil Pengelolaan SPSS 1. Statistik Deskriptif

2. Case Processing Summary

Descriptive Statistics

76 -,832 10,066 2,84661 2,517280

76 -10,033 8,693 ,04704 2,100509

76 1 8 2,66 1,217

76 0 1 ,11 ,309

76 BANKRUPT

GROW DEFAULT LAGOPINI Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Case Processing Sum mary

76 100,0

0 ,0

76 100,0

0 ,0

76 100,0

Unweighted Casesa

Included in Analysis Missing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cases Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.


(5)

4. Block 1: Method = Enter

5. Hosmer and Lemeshow Test

Iteration Historya,b ,c

53,758 -1,579 51,217 -2,042 51,147 -2,136 51,147 -2,140 51,147 -2,140 Iteration 1 2 3 4 5 Step 0 -2 Log likelihood Constant Coefficients

Constant is included in the model. a.

Initial -2 Log Likelihood: 51,147 b.

Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001. c.

Iteration Historya,b,c,d

27,751 -2,144 -,032 -,018 ,126 3,072

17,517 -3,316 -,100 -,045 ,274 4,067

14,475 -3,954 -,262 -,076 ,400 4,454

13,167 -3,883 -,588 -,074 ,455 4,415

12,702 -3,658 -,936 -,052 ,481 4,406

12,661 -3,660 -1,055 -,051 ,500 4,513

12,661 -3,663 -1,067 -,051 ,502 4,530

12,661 -3,663 -1,067 -,051 ,502 4,531

Iteration 1 2 3 4 5 6 7 8 Step 1 -2 Log

likelihood Constant BANKRUPT GROW DEFAULT LAGOPINI Coefficients

Method: Enter a.

Constant is included in the model. b.

Initial -2 Log Likelihood: 51,147 c.

Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than ,001.

d.

Hosm er and Lem eshow Test

7,406 8 ,494

Step 1


(6)

6. Nagelkerke R Square

7. Tabel Klasifikasi

8. Uji Hipotesis

Model Summ ary

12,661a ,397 ,811

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than ,001. a.

Classification Tablea

68 0 100,0

1 7 87,5

98,7 Observed

Opini audit non going concern

Opini audit going concern GC

Overall Percentage Step 1

Opini audit non going concern

Opini audit going concern GC

Percentage Correct Predicted

The cut value is ,500 a.

Variables in the Equation

-1,067 ,773 1,904 1 ,168 ,344 ,076 1,566

-,051 ,367 ,020 1 ,888 ,950 ,463 1,949

,502 ,601 ,699 1 ,403 1,652 ,509 5,365

4,531 1,710 7,019 1 ,008 92,814 3,251 2649,841 -3,663 2,081 3,097 1 ,078 ,026

BANKRUPT GROW DEFAULT LAGOPINI Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95,0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: BANKRUPT, GROW, DEFAULT, LAGOPINI. a.


Dokumen yang terkait

Pengaruh debt default, opinion shopping, kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern

1 17 123

Pengaruh audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor

1 12 117

Pengaruh model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan dan debt default terhadap penerimaan opini audit going concern: studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia Tahun 2008 - 2012

0 17 102

PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DEBT DEFAULT, DAN OPINI AUDIT GOING CONCERN TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN DI INDONESIA

0 25 54

PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DEBT DEFAULT DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN

0 6 25

PENGARUH KUALITAS AUDIT, OPINION SHOPPING, DEBT DEFAULT PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN

0 6 74

PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA DAN UKURAN PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN.

0 2 15

OPINI AUDIT GOING CONCERN PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN.

0 2 14

PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN.

0 0 6

PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN.

0 0 149