PENGARUH CARA PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP KINERJA PERKECAMBAHAN BENIH BOTANI UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) VARIETAS UJ-3

(1)

Erick Mikhail Vialli Nababan

ABSTRAK

PENGARUH CARA PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP KINERJA PERKECAMBAHAN BENIH BOTANI UBI KAYU (Manihot esculenta

Crantz) VARIETAS UJ-3

Oleh

ERICK MIKHAIL VIALLI NABABAN

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung. Konsumsi ubi kayu semakin meningkat selaras denga manfaatnya yang cukup banyak, sehingga dibutuhkan berbagai penelitian untuk meningkatkan produksi ubi kayu. Salah satunya adalah perakitan varietas unggul. Dalam merakit varietas unggul ubi kayu, keragaman genetik dapat diperoeh dari klon-klon yang dikecambahkan dari benih botani.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh enam cara pematahan dormansi terhadap daya kecambah dan kecepatan kecambah benih botani ubi kayu varietas UJ-3. Penelitian terdiri atas dalam dua percobaan yaitu Percobaan I pada media kertas di Laboratorium Benih Fakultas Pertanian dan Percobaan II pada media tanah bertempat di lahan pertanaman daerah Gunung Terang, Bandar Lampung mulai bulan Desember 2011 sampai April 2012. Penelitian ini terdiri atas tujuh perlakuan yaitu (1) kontrol (tanpa perlakuan), (2) pengamplasan benih, (3) penusukan benih, (4) perendaman benih pada larutan H2SO4 selama 5 menit, (5) pada H2SO4 selama 10 menit, (6) pada larutan KNO3 selama 48 jam, dan


(2)

Erick Mikhail Vialli Nababan

(7) pada air selama 48 jam. Percobaan menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan model diuji dengan uji Tukey. Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf nyata 0,05 dengan uji lanjut menggunakan uji Dunnet. Setiap satuan percobaan menggunakan benih ubi kayu sebanyak 25 biji pada satu polybag maupun pada kertas merang dengan ulangan sebanyak 3 kali.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih ubi kayu yang digunakan pada penelitian ini (benih yang sudah disimpan selama 5-6 bulan) sebenarnya tidak membutuhkan perlakuan cara pematahan dormansi untuk mengecambahkannya. Pada kontrol perkecambahnnya sudah cukup baik (DB= 78,7%, KP= 6,8%/hari, BM yang rendah = 21,3%). Namun cara pematahan dormansi yang berpengaruh cukup baik terhadap kinerja perkecambahan adalah dengan perendaman benih pada larutan H2SO4 selama 5 menit pada media tanah (DB=96%, KP= 10,5%/hari, BM= 4%).


(3)

PENGARUH CARA PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP KINERJA PERKECAMBAHAN BENIH BOTANI UBI KAYU

(Manihot esculenta Crantz) VARIETAS UJ-3

Oleh

ERICK MIKHAIL VIALLI NABABAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

Judul Skripsi : PENGARUH CARA PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP KINERJA PERKECAMBAHAN BENIH BOTANI UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) VARIETAS UJ-3

Nama Mahasiswa : Erick Mikhail Vialli Nababan No. Pokok Mahasiswa : 0814013129

Jurusan : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir Setyo Dwi Utomo, M.Sc. Ir. Eko Pramono, M.S. NIP 19610211985031002 NIP 197208042005011002

2. Ketua Jurusan Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P. NIP 196411181989021002


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Binjai, Sumatera Utara pada tanggal 23 April 1990, sebagai putra bungsu dari dua bersaudara pasangan Bapak Anthony Machlen Nababan dan Ibu Riahta Br. Bangun. Penulis menempuh pendidikan formal di Sekolah Dasar Swasta Methodist Binjai, Kecamatan Binjai Kota pada tahun 1996 - 2002; Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Binjai Kecamatan Binjai Kota pada tahun 2002 - 2005; Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Binjai, Kecamatan Binjai Kota pada tahun 2005 - 2008. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan

Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik pada tahun 2011 di Pekon Gunung Tiga, Kecamatan Ulu Belu, Kabapaten Tanggamus pada tahun 2011. Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH), Bandar Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di lembaga kemahasiswaan seperti Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian, Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen, dan juga organisasi luar kampus yaitu Ikatan Mahasiswa Batak Toba (IMABATOBA) dan Ikatan Mahasiswa Karo Rudang Mayang Lampung (IMKA).


(6)

Puji Tuhan, Halleluyah, How Great My Jesus Christ, yang selalu melimpahkan kasih serta anugrah-Nya dalam kehidupanku, dengan kehendak-Nya usahaku tak sia-sia ...

Akhirnya kupersembahkan karya kecilku ini sebagai rasa hormat, bakti, dan cintaku kepada...

Kedua orangtuaku Ayahanda Anthony Machlen Nababan dan Ibunda Riahta Br. Bangun

Kepada abangku Anry Lamhot Bana Nababan Dan Almamater tercinta ...

Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung


(7)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan kasih dan rahmat-Nya, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan rasa ikhlas penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan saran, nasihat, motivasi dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi.

2. Ir. Eko Promono, M.S., selaku Pembimbing Kedua atas saran, nasihat, motivasi dan bimbingan yang diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi.

3. Dr. Agustiansyah, S.P, M.Si., selaku Penguji bukan Pembimbing yang telah memberikan saran, kritik dan pengarahan pada penulis.

4. Ir. Lestari Wibowo, M.P. , selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan, arahan, dan nasehat kepada penulis.

5. Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan di atas bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung


(8)

7. Kedua orangtuaku tercinta atas motivasi, nasehat, doa, dukungan dan kasih sayang yang tak pernah putus diberikan selama ini. Abangku, Anry L B Nababan, atas doa dan semangat yang diberikan.

8. Leovina Prinanda Putri, atas semangat, doa, dukungan dan kebersamaan. 9. Sahabat-sahabat penulis: Astrini Primanita, S.Psi., Kartika L P Bangun,

Diana Saragih, S.P., Elsa Rumiris, S.E., Yudha Sinulingga, S.P, Destra Milala, Alfin Ginting, S.Kom., Susinta Ginting, S.E., Armeny Ginting, S.T., Aisyah Marbun, Firdaus Barus, S.H., Hendire Barus, Resmia, Betha

Aritonang, S.Pd., M.Pd., dan Hermanto Sitompul atas bantuan, kebersamaan dan persahabatan yang diberikan selama ini, dan teman-teman yang telah membantu selama penelitian berlangsung: Gimtar, Daniel Simatupang, S.P., Henni Elfandari, S.P., dan Parmitha, S.P.

10. Rekan-rekan POMPERTA, IMABATOBA, IMKA, UKMK dan AMANDA Group atas kebersamaan dalam organisasi selama perkuliahaan.

11. Rekan-rekan agroteknologi kelas C atas keceriaan dan cerita indah yang terukir selama ini dan teman-teman Agroteknolgi 2008 atas kebersamaan yang diberikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan mereka dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Amin.

Bandar Lampung, April 2013


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang dan Masalah ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 4

3. Landasan Teori ... 5

4. Kerangka Pemikiran ... 7

5. Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Botani Ubikayu Varietas UJ-3 ... 11

2. Syarat Tumbuh Ubikayu ... 12

3. Metabolisme Perkecambahan Biji ... 13

4. Dormansi Benih ... 14

III. BAHAN DAN METODE 1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

2. Bahan dan Alat ... 17

3. Metode Penelitian ... 17

1 Perlakuan ... 18

2 Persiapan benih ... 18

3 Persiapan media ... 19

4 Pengecambahan ... 19

5 Variabel yang diamati ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan ... 23


(10)

iv V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

PUSTAKA ACUAN ... 34


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi hasil analisis ragam untuk pengaruh cara pematahan dormansi terhadap kinerja perkecambahan

benih botani ubi kayu varietas UJ-3. ... 23 2. Perbandingan nilai tengah daya berkecambah benih botani

ubi kayu varietas UJ-3 yang diberi perlakuan

pematahan dormansi. ... 24 3. Perbandingan nilai tengah kecepatan perkecambahan

benih botani ubi kayu varietas UJ-3 yang diberi perlakuan

pematahan dormansi. ... 26 4. Perbandingan nilai tengah benih mati benih botani

ubi kayu varietas UJ-3 yang diberi perlakuan pematahan

dormansi. ... .... 27 5. Deskripsi ubi kayu varietas UJ 3. ... 37 6. Rekapitulasi jumlah benih botani ubi kayu varietas UJ-3

yang berkecambah pada hari ke 5 sampai hari ke-30

pada Percobaan I. ... 38 7. Rekapitulasi jumlah benih botani ubi kayu varietas UJ-3

yang berkecambah pada hari ke 5 sampai hari ke-30

pada Percobaan II. ... 39 8. Data pengamatan untuk pengaruh cara pematahan dormansi

terhadap daya berkecambah benih botani ubi kayu

varietas UJ-3 pada Percobaan I. ... 40 9. Data transformasi pengamatan untuk pengaruh cara

pematahan dormansi terhadap daya berkecambah benih


(12)

vii 10. Uji homogenitas untuk pengaruh cara pematahan dormansi

pada daya berkecambah benih botani ubi kayu

varietas UJ-3 pada Percobaan I. ... 41 11. Sidik ragam untuk pengaruh cara pematahan dormansi pada

daya berkecambah benih botani ubi kayu varietas UJ-3

pada Percobaan I. ... 41 12. Data pengamatan untuk pengaruh cara pematahan dormansi

pada daya tumbuh benih botani ubi kayu varietas UJ-3

pada Percobaan II. ... 42 13. Uji homogenitas untuk pengaruh cara pematahan dormansi

pada daya tumbuh benih botani ubi kayu varietas UJ-3

pada Percobaan II. ... 42 14. Sidik ragam untuk pengaruh cara pematahan dormansi pada

daya tumbuh benih botani ubi kayu varietas UJ-3

pada Percobaan II. ... 43 15. Data pengamatan untuk pengaruh cara pematahan dormansi

pada kecepatan perkecambahan benih botani ubi kayu

varietas UJ-3 pada Percobaan I. ... 43 16. Data transformasi pengamatan untuk pengaruh cara

pematahandormansi pada kecepatan perkecambahan

benih botani ubi kayu varietas UJ-3 pada Percobaan I. ... 44 17. Uji Homogenitas untuk pengaruh cara pematahan dormansi

pada kecepatan perkecambahan benih botani ubi kayu

varietas UJ-3 pada Percobaan I. ... 44 18. Sidik ragam untuk pengaruh cara pematahan dormansi pada

kecepatan perkecambahan benih botani ubi kayu

varietas UJ-3 pada Percobaan I. ... 45 19. Data pengamatan untuk pengaruh cara pematahan dormansi

pada kecepatan tumbuh benih botani ubi kayu varietas UJ-3

pada Percobaan II. ... 45 20. Data transformasi pengamatan untuk pengaruh cara

pematahan dormansi pada kecepatan tumbuh benih

botani ubi kayu varietas UJ-3 pada Percobaan II. ... 46 21. Uji Homogenitas untuk pengaruh cara pematahan

dormansi pada kecepatan tumbuhn benih botani


(13)

viii 22. Sidik ragam untuk pengaruh cara pematahan dormansi pada

kecepatan tumbuh benih botani ubi kayu varietas UJ-3

pada Percobaan II. ... 47 23. Data pengamatan untuk pengaruh cara pematahan dormansi

pada benih mati benih botani ubi kayu varietas UJ-3

pada Percobaan I. ... 47 24. Uji Homogenitas untuk pengaruh cara pematahan dormansi

pada benih mati benih botani ubi kayu varietas UJ-3

pada Percobaan I. ... 48 25. Sidik ragam untuk pengaruh cara pematahan dormansi pada

kecepatan perkecambahan benih botani ubi kayu

varietas UJ-3 pada Percobaan I. ... 48 26. Data pengamatan untuk pengaruh cara pematahan dormansi

pada benih mati benih botani ubi kayu varietas UJ-3 pada

Percobaan II. ... 49 27. Data transformasi untuk pengaruh cara pematahan dormansi

pada benih mati benih botani ubi kayu varietas UJ-3 pada

Percobaan II. ... 49 28. Uji Homogenitas untuk pengaruh cara pematahan dormansi

pada benih mati benih botani ubi kayu varietas UJ-3

pada Percobaan II. ... 50 29. Sidik ragam untuk pengaruh cara pematahan dormansi pada

kecepatan perkecambahan benih botani ubi kayu


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. a. Benih ubi kayu disusun zig-zag pada kertas merang. ... 20 b. Germinator yang digunakan pada Percobaan I. ... 20 c. Kecambah normal ubi kayu. ... 20 2. Benih ubi kayu yang dikecambahkan pada polybag dan

disusun sesuai rancangan perlakuan. ... 21 3. Grafik untuk daya berkecambah harian benih ubi kayu

varietas UJ-3 pada Percobaan I. ... 25 4. Grafik untuk daya berkecambah harian benih ubi kayu


(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung. Konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara tropis, tiap tahun diprediksi sekitar 300 juta ton ubi kayu.

Indonesia merupakan negara pengekspor ubi kayu terbesar ke-4 di dunia. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah pusat penghasil ubi kayu di Indonesia. Luas lahan yang ditanami ubi kayu di provinsi Lampung tahun 2005 mencapai 252.984 ha dan pada tahun 2013 sekitar 366.830 ha atau meningkat sebesar 31,03% (BPSB Lampung, 2013).

Produksi ubi kayu nasional tahun 2005 sekitar 19,5 juta ton ubi segar. Untuk keperluan pangan, pakan, industri non-bioetanol, dan industri bioe-tanol

dibutuhkan masing-masing 12,5 juta ton, 0,34 juta ton, 2,01 juta ton, dan 8,93 juta ton ubi segar, atau defisit sekitar 5,3 juta ton (BPS, 2005). Adanya defisit tersebut mengindikasikan perlu adanya peningkatan produksi.

Salah satu upaya peningkatan produksi ubi kayu adalah dengan penggunaan varietas unggul. Untuk mendapatkan varietas unggul diperlukan

persilangan/hibridisasi yang menghasilkan benih botani. Hal ini tentu dilakukan oleh seorang pemulia tanaman. Masalah yang dihadapi oleh pemulia adalah


(16)

2 bagaimana cara mengecambahkan benih botani ubi kayu secara cepat dan

serempak. Tanaman hasil pengecambahan benih botani berpotensi menjadi klon atau varietas unggul baru melalui evaluasi atau pengujian.

Salah satu kendala dalam mengecambahkan benih adalah adanya masa dormansi dari benih tersebut. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan

memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Menurut Sutopo (2002), benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah meskipun diletakkan pada keadaan yang umum dianggap memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. Dormansi merupakan fenomena fisiologis yang menunjukkan ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada kondisi optimum.

Dormansi benih dapat berlangsung beberapa hari, beberapa minggu hingga

beberapa bulan tergantung pada jenis tanaman. Dormansi dibagi menjadi dua tipe dormansi yaitu dormansi primer dan sekunder. Dormansi primer adalah dormansi yang berasal dari dalam benih yang dihasilkan selama pembentukan benih,

sedangkan dormansi sekunder merupakan dormansi yang terjadi karena faktor lingkungan (Copeland and Mc.Donald, 2001).

Dormansi pada beberapa jenis benih disebabkan oleh : (1) struktur benih, misalnya kulit benih yang mempersulit masuknya keluar air dan udara (2) kelainan fisiologis pada embrio (3) penghambatan perkecambahan (4) gabungan


(17)

3 dari faktor-faktor (Justice dan Bass, 1994). Struktur benih botani ubi kayu yang memiliki kulit yang keras dan tebal mengindikasikan bahwa adanya dormansi benih. Kulit benih ubi kayu yang tebal dapat mengganggu proses penyerapan air oleh benih atau proses imbibisi.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mempercepat masa dormansi benih yaitu skarifikasi yang mencakup cara-cara seperti mengikir, mengamplas dengan kertas amplas, melubangi dengan pisau atau jarum dan perlakuan kimia seperti direndam pada larutan H2SO4 dan KNO3.

Potensi tanaman ubi kayu yang cukup besar tersebut perlu mendapat dukungan penelitian, khususnya penelitian agronomi yang saat ini sedang banyak dilakukan. Salah satunya adalah bagaimana mendapatkan bahan tanam dalam jumlah banyak dalam waktu singkat. Penggunaan biji ubi kayu memang sangat jarang digunakan para petani dalam pembudidayaan ubi kayu. Perbanyakan dengan biji terjadi secara alami ataupun dilakukan oleh seorang pemulia tanaman. Tanaman dari perbanyakan biji memakan waktu lebih lama untuk tumbuh, ukuran lebih kecil dan memiliki vigor yang lebih rendah daripada tanaman hasil perbanyakan dengan stek (Alves, 1998). Banyak petani bahkan mahasiswa yang belum mengenal benih botani ubi kayu. Dalam hal ini diperlukan cara untuk mempercepat kinerja perkecambahan benih botani ubi kayu.

Perlakuan pematahan dormansi tidak selalu efektif untuk mempercepat

perkecambahan. Hasil penelitian Soeherlin (1996) menyatakan bahwa pengikisan benih mindi pada bagian munculnya embrio menunjukkan hasil yang kurang baik. Hal ini dikarenakan ukuran benih yang relatif kecil dan keras, sehingga


(18)

4 dibutuhkan kecermatan agar benih tidak rusak. Penggunaan larutan H2SO4 efektif dalam mempercepat perkecambahan benih. Ilyas dan Diarni (2007) menyatakan bahwa perendaman benih dalam larutan KNO3 adalah metode terbaik untuk pematahan dormansi benih padi gogo. Namun Murniati dan Suminar (2008) juga mendapatkan hasil dalam penelitiannya bahwa penggunaan KNO3 1 % selama 24 jam dengan media tanah campur kompos (1:1) pada benih aren menghasilkan daya berkecambah 84% (9,96% lebih kecil daripada kontrol).

Menurut Marito (2008), perendaman biji aren pada larutan H2SO4 memberikan hasil yang terbaik, namun dibutuhkan konsentrasi yang tepat agar benih tidak rusak. Perlakuan deoperkulasi benih (pengamplasan pada posisi embrio) juga dilaporkan dapat meningkatkan perkecambahan benih aren sekitar 95% pada media pasir (Rofik dan Murniati, 2008). Penelitian serupa juga dilakukan oleh Widyawati dkk. (2009) dan mendapatkan hasil bahwa pengamplasan benih aren pada bagian operkulum meningkatkan daya berkecambah sebesar 82,5% pada 8 minggu setelah tanam.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan adakah perlakuan cara pematahan dormansi yang memberi pengaruh yang baik terhadap kinerja perkecambahan benih botani ubi kayu varietas UJ-3.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi terhadap kinerja perkecambahan benih botani ubi kayu varietas UJ-3.


(19)

5 1.3 Landasan Teori

Benih botani ubi kayu sangat jarang digunakan dalam proses pembudidayaannya. Biji tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) yang memiliki famili yang sama dengan ubi kayu yaitu Euphorbiaceae memiliki struktur kulit biji yang keras atau berdaging. Hal ini dapat menghambat proses perkecambahan benih sehingga mengakibatkan benih lama untuk berkecambah. Proses perkecambahan benih botani ubi kayu yang membutuhkan waktu lama menjadi salah satu alasan mengapa benih botani ubi kayu hanya digunakan untuk pemuliaan tanaman.

Tumbuhan umumnya memberikan respons terhadap berbagai syarat lingkungan. Perkecambahan biji tidak hanya dipengaruhi suhu tapi juga bergantung pada spesies, cahaya, pemecahan kulit biji agar radikula dapat menerobos keluar dan oksigen dan atau air dapat masuk, penghilangan zat penghambat kimiawi, dan pematangan embrio (Salisbury dan Ross, 1995). Biji-bijian dari banyak spesies tidak akan berkecambah pada keadaan gelap, biji-bijian itu memerlukan

rangsangan cahaya.

Biji akan berkecambah setelah mengalami masa dorman yang dapat disebabkan berbagai faktor internal, seperti embrio masih berbentuk rudimen atau belum masak dari segi fisiologis, kulit biji yang tahan atau impermeabel, atau adanya penghambat tumbuh. Perkecambahan sesungguhnya adalah pertumbuhan embrio yang dimulai kembali setelah penyerapan air atau imbibisi.

Dormansi benih disebabkan oleh beberapa faktor antara lain embrio yang tidak sempurna, embrio belum masak, kulit benih tebal, kulit benih impermeabel, dan


(20)

6 terdapat senyawa-senyawa yang menghambat perkecambahan (Copeland dan Mc.Donald, 2001). Hambatan perkecambahan dapat disebabkan oleh kulit benih dan bahan kimia. Bahan kimia dapat menciptakan suatu tekanan osmotik yang tidak menguntungkan pada proses pertumbuhan, ada juga yang membentuk senyawa-senyawa penghambat pertumbuhan yang membatasi pertumbuhan.

Menurut Sutopo (2002), tahap-tahap proses perkecambahan adalah sebagai berikut: (1) Tahap pertama dimulai dengan penyerapan air oleh benih,

melunaknya kulit benih dan hidrasi oleh protoplasma (2) tahap kedua dimulai dengan kegitan sel-sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih (3) tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan

ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh (4) tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah terurai di daerah meristematik untuk menghasilkan energi dari kegiatan pembentukan komponen dalam pertumbuhan sel-sel baru (5) tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan,

pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh, pertumbuhan kecambah ini tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji.

Beberapa cara yang sudah diketahui untuk mempercepat perkecambahan benih : (1) Perlakuan mekanis, disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas, resistensi mekanis kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit biji. Cara mekanis dilakukan dengan skarifikasi yang mencakup cara-cara seperti mengikir, mengamplas dengan kertas amplas, dan melubangi dengan pisau atau jarum. (2) Perlakuan kimia yaitu dengan menggunakan larutan kimia dengan


(21)

7 tujuan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat dapat membuat kulit biji menjadi lebih lunak. (3) Perlakuan perendaman air yaitu benih diberi perendaman air agar memudahkan penyerapan air oleh benih. (Sutopo, 1993)

Utomo dan Jain dalam Sipayung (2010) menyatakan bahwa kalium nitrat atau potassium nitrat merupakan salah satu perangsang perkecambahan yang sering digunakan. Kalium nitrat digunakan baik dalam hubungannya untuk pengujian, dan dalam operasional perbanyakan tanaman. Perlakuan awal dengan larutan KNO3 berperan merangsang perkecambahan pada hampir seluruh biji. Perlakuan perendaman dalam larutan KNO3 dilaporkan juga dapat mengaktifkan

metabolisme sel dan mempercepat perkecambahan.

Penyerapan air oleh benih merupakan proses imbibisi yang kemudian diikuti melunaknya kulit benih. Bersamaan dengan proses imbibisi akan terjadi peningkatan laju respirasi yang akan mengaktifkan enzim-enzim yang terdapat didalamnya sehingga terjadi proses perombakan cadangan makanan (katabolisme) yang akan menghasilkan ATP dan unsur hara yang diikuti oleh pembentukan sel-sel baru pada embrio. Akibat dari proses imbibisi, kulit benih menjadi lunak dan retak-retak (Kuswanto, 1996).

1.4 Kerangka Pemikiran

Tanaman ubi kayu sudah mulai mendapat perhatian dari masyarakat.

Kegunaannya beragam, salah satu yang menjadi sorotan ialah sumber energi alternatif sebagai bahan baku etanol. Penggunaan ubi kayu sebagai bahan baku


(22)

8 etanol ini memerlukan cukup banyak ubi kayu segar untuk diproses. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan produksi ubi kayu. Secara singkat, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan produksi ubi kayu adalah dengan melakukan berbagai penelitian guna mendapatkan cara yang efektif dalam membudidayakan tanaman ubi kayu. Benih botani ubi kayu jarang sekali

digunakan sebagai bahan tanam dan biasanya hanya digunakan dalam melakukan pemuliaan tanaman. Dibutuhkan beberapa perlakuan untuk mempercepat

perkecambahan benih botani ubi kayu guna mendukung upaya pemuliaan tanaman yang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan produksi ubi kayu.

Dormansi primer merupakan bentuk dormansi yang paling umum dan terdiri atas dua macam yaitu dormansi eksogen dan dormansi endogen. Dormansi eksogen adalah kondisi dimana persyaratan penting untuk perkecambahan (air, cahaya, dan suhu) tidak tersedia bagi benih sehingga gagal berkecambah. Tipe dormansi ini biasanya berkaitan dengan sifat fisik kulit benih (seed coat) tetapi kondisi cahaya ideal dan stimulus lingkungan lainnya untuk perkecambahan mungkin tidak tersedia.

Menurut Sutopo (2002), dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu dormansi fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji. Beberapa penyebab dormansi fisik adalah impermeabilitas kulit biji terhadap air. Benih-benih yang termasuk dalam tipe dormansi ini disebut sebagai benih keras karena mempunyai kulit biji yang


(23)

9 keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula.

Ditinjau dari kulit benih, ketebalan kulit benih botani setiap tanaman memang berbeda-beda. Beberapa benih botani memiliki kulit yang mudah ditembus oleh air sehingga proses perkecambahan lebih cepat. Namun, beberapa kulit benih memang impermiable terhadap air contohnya benih botani ubi kayu sehingga proses perkecambahan pun terhambat. Imbibisi merupakan salah satu proses terpenting dalam perkecambahan yaitu proses masuknya air ke dalam benih, karena setiap benih memerlukan air untuk mengaktifkan metabolisme sel. Salah satu upaya agar air dapat mudah masuk ke dalam benih adalah dengan melunakan kulit benih.

Perlakuan skarifikasi yaitu pengamplasan dianggap lebih efektif karena tidak melukai embrio. Pengampalasan dilakukan pada bagian benih yang berlawanan dengan letak embrio agar tidak melukai embrio. Pada perendaman asam sulfat pekat memang dapat merusak kulit benih secara cepat. Namun, perlakuan ini dikhawatirkan akan merusak embrio juga sehingga perlu penentuan konsentrasi yang tepat untuk mengaplikasikannya.

Jenita (2007) menyatakan bahwa perendaman dengan air dan KNO3 dapat meningkatkan perkecambahan benih kemiri dan Soeherlin (1996) menyatakan bahwa dengan perendaman benih mindi pada larutan H2SO4 selama 10 menit dapat meningkatkan perkecamban benih mindi. Marito (2008) juga menyatakan


(24)

10 bahwa pengamplasan benih aren dapat meningkatkan daya berkecambah sampai 32,7%.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, diajukan hipotesis bahwa beberapa cara pematahan dormansi akan menghasilkan perbedaan kinerja perkecambahan benih botani ubi kayu varietas UJ-3.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Botani Ubi kayu: Taksonomi dan Morfologi

Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon, singkong, ubi jenderal, ubi inggris, telo puhung, kasape, bodin, telo jenderal (Jawa), sampeu, huwi jenderal (Sunda), kasbek (Ambon), dan ubi Perancis (Padang).

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (tumbuh – tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz sin. M. Utilissima Pohl

Batang tanaman ubi kayu berkayu, beruas-ruas, dan panjang yang ketinggiannya dapat mencapai 3 meter atau lebih. Warna batang bervariasi tergantung kulit luar tetapi batang yang masih muda pada umumnya berwarna hijau dan setelah tua


(26)

berubah menjadi keputih-putihan, kelabu, hijau kelabu, atau cokelat kelabu. Empulur batang berwarna putih, lunak dan strukturnya empuk seperti gabus.

Daun ubi kayu mempunyai susunan berurat menjari dengan canggap 5-9 helai. Daun ubi kayu biasanya mengandung racun asam sianida atau asam biru, terutama daun yang masih muda (pucuk).

Ubi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan. Bentuk ubi biasanya bulat memanjang, daging ubi mengandung zat pati, berwarna putih gelap atau kuning gelap dan tiap tanaman dapat menghasilkan 5-10 ubi.

Bunga dalam tandan yang tidak rapat, 3-5 terkumpul pada ujung batang, pada pangkal dengan bunga betina, lebih atas dengan bunga jantan. Tenda bunga tunggal, panjang 1 cm. Bunga jantan: tenda bunga bentuk lonceng, bertaju 5, benang sari 10, berseling panjang dan pendek, tertancap sekitar penebalan dasar bunga yang kuning dan berlekuk. Bunga betina: tenda bunga berbagi 5, bakal buah dikelilingi oleh tonjolan penebalan dasar bunga yang kuning, berbentuk cincin, tangkai putik bersatu, pendek dengan kepala putik yang lebar berwarna mentega dan berlekuk banyak (Rukmana, 1997).

2.2 Syarat Tumbuh

Ubi kayu merupakan tanaman yang toleran terhadap kekeringan, namun akan memberikan produksi yang tinggi pada kelembaban tanah yang berlangsung lama (Poespodarsono, 2010). Cekaman air dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi biomassa dikarenakan berkurangnya pembentukan cabang dan daun


(27)

13 yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan penyebaran cadangan makanan kebagian-bagian tanaman lain.

Ubi kayu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dan memberikan respon yang baik pada tanah dengan pH 4,0 - 7,5. Ubi kayu dapat beradapatasi dengan baik pada tingkat kejenuhan di bawah 80% di daerah yang memiliki tanah asam kering yang berkaitan dengan tingkat Al yang tinggi. Pada tanah alkali, tanaman ini sangat peka terhadap perubahan pH dan konsentrasi garam (Cock, 1987).

Tanaman ubi kayu tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai dataran tinggi antara 10 m - 1.500 m dpl. Daerah yang paling ideal untuk mendapatkan produksi yang optimal adalah daerah dataran rendah yang berketinggian antara 10 m - 700 m dpl. Kondisi iklim yang ideal di daerah yang bersuhu minimum 10oC kelembaban udara (RH) 60% - 65% dengan curah hujan 700 mm - 1500 mm/ tahun, tempatnya terbuka dan mendapat penyinaran matahari 10 jam/hari. Makin tinggi daerah penanaman dari permukaan laut akan makin lambat pertumbuhan tanaman ubi kayu sehingga umur panennya makin lama (Rukmana, 1997).

2.3 Metabolisme Perkecambahan Biji

Copeland dan Mc.Donald (2001) menyatakan bahwa perkecambahan benih, secara fisiologi adalah muncul dan berkembangnya struktur-struktur penting dari embrio benih sampai dengan akar menembus kulit benih. Proses metabolisme perkecambahan benih ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih adalah sifat dormansi dan komposisi kimia benih. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih adalah air, gas, suhu dan cahaya. Proses perkecambahan


(28)

14 benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia.

Bewley dan Black (1985) menyatakan bahwa keseluruhan proses perkecambahan melewati tiga fase, yaitu fase I (fase imbibisi), fase II (lag phase) dan fase III (fase pertumbuhan). Fase I diawali dengan proses penyerapan air oleh benih, baik benih dorman dan non-dorman, benih viabel maupun benih non-viabel. Proses penyerapan air berlangsung karena adanya perbedaan potensial air di dalam benih dengan air disekitarnya. Potensial air di dalam benih kering dapat mencapai 1000 bar, sementara pada air disekitarnya 0 bar. Fase II atau lag phase adalah periode mulai aktifnya metabolisme sebagai persiapan perkecambahan pada benih non-dorman, sementara pengaktifan metabolisme tidak terjadi pada benih mati. Fase III atau fase pertumbuhan terjadi hanya pada benih non-dorman yang viabel, ditandai dengan munculnya akar dan diikuti dengan proses pembelahan sel yang ekstensif, peningkatan laju penyerapan air dan perombakan cadangan makanan.

2.4 Dormansi Benih

Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah meskipun diletakkan pada keadaan yang umum dianggap memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan (Sutopo, 2002). Dormansi merupakan fenomena fisiologis yang menunjukkan ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada kondisi optimum. Dormansi benih dapat berlangsung beberapa hari, beberapa minggu hingga beberapa bulan tergantung pada jenis tanaman (Copeland dan Mc.Donald, 2001).


(29)

15 Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung jenis tanaman dan tipe dari dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai suatu keuntungan biologis dari benih dalam

mengadaptasi siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya (Sutopo, 1993).

Beberapa cara yang sudah diketahui untuk mematahkan dormansi benih: 1. Perlakuan mekanis

Disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas, resistensi mekanis kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit biji. Dapat

dilakukan skarifikasi yang mencakup cara-cara seperti mengikir,

mengamplas dengan kertas amplas, melubangi dengan pisau atau jarum. 2. Perlakuan Kimia

Dengan menggunakan larutan kimia dengan tujuan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat dapat membuat kulit biji menjadi lebih lunak.

3. Perlakuan perendaman air

Beberapa benih diberi perendaman air agar memudahkan penyerapan air oleh benih (Sutopo, 1993).

Perkembangan impermeable seed coats berpengaruh secara langsung terhadap fase istirahat. Impermeable seed coats bagi biji yang sedang mengalami


(30)

16 dormansi, dapat mereduksikan dengan oksigen yang ada di dalam biji, sehingga dalam keadaan anaerobik, terjadi sintesa zat penghambat tumbuh (growth

inhibiting subtance). Fase akhir dari dormansi adalah fase berkecambah. Setelah fase istirahat berakhir, maka aktivitas metabolism meningkat dengan disertai meningkatnya aktivitas enzim dan respirasi (respiration rate) (Abidin, 1983).

Pematahan dormansi menggunakan larutan KNO3 berdasarkan SNI 01-6233.3-2003 dapat dilakukan dengan Co-aplikasi larutan KNO3 0,2% untuk membasahi substrat, perendaman KNO3 3% selama 1 hari serta perendaman pada KNO3 2-3% selama 1-2 hari tergantung varietas. Pematahan dormansi dengan KNO3 diduga berhubungan dengan aktivitas lintasan pentose fosfat, oksigen yang terbatas mengakibatkan lintasan pentose fosfat menjadi inaktif karena oksigen digunakan untuk aktivitas respirasi melalui lintasan lain (Bewley dan Black 1985).


(31)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini terdiri atas 2 (dua) percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan I dilakukan pada Laboratorium Benih Fakultas Pertanian dan

Percobaan II pada lahan pertanaman di Kelurahan Gunung Terang, Kec. Langka Pura, Bandar Lampung pada Desember 2011 sampai Maret 2012.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih botani ubi kayu klon UJ-3 (Thailand), alat pengecambah benih (germinator), pupuk kompos, air, H2SO4 0,001 M, KNO3. Alat yang digunakan adalah kertas merang, plastik, karet, cangkul, koret, polybag, gembor, plastik es, kertas amplas, stopwatch dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

Percobaan I dan II dilakukan dengan menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) dengan 3 ulangan. Percobaan terdiri dari 6 (enam) macam cara pematahan dormansi dan selanjutnya data dianalisis. Homogenitas ragam atar perlakuan dengan uji Barlett, kemenambahan dengan uji Tukey dan analisis lanjut dengan uji Dunnet α 0,05.


(32)

18 3.3.1 Perlakuan

Percobaan I dan II dilakukan dengan mengecambahkan benih botani ubi kayu pada dua media dengan perlakuan yang berbeda-beda. Adapun perlakuan yang digunakan adalah :

1. Kontrol (tanpa perlakuan);

2. Pengamplasan: testa benih diamplas pada sisi permukaan sempit yang berlawanan dengan letak lubang radikel ; pengamplasan dilakukan sampai terlihat bagian embrionya;

3. Perendaman benih pada H2SO4 0,001 M selama 5 menit; setelah direndam, benih ditiriskan dan dicuci pada air mengalir;

4. Perendaman benih dalam larutan H2SO4 0,001 M selama 10 menit; setelah direndam, benih ditiriskan dan dicuci pada air mengalir;

5. Perendaman benih dalam air selama 48 jam pada suhu kamar; setelah direndam, benih ditiriskan;

6. Penusukan: testa benih ditusuk dengan menggunakan jarum pentul pada bagian punggung benih;

7. Perendaman benih dalam larutan KNO3 3% selama 48 jam; setelah direndam, benih ditiriskan;

3.3.2 Persiapan benih

Benih yang digunakan pada Percobaan I dan II adalah benih botani singkong varietas UJ-3. Benih berasal dari tanaman ubi kayu yang ditanam pada lahan pertanaman di Desa Masgar, Kecamatan Tegineneng, Kab. Pesawaran, yang dipanen pada bulan Juli 2011. Benih merupakan hasil persilangan alami atau


(33)

19 selfing dari tetua betina varietas UJ 3. Benih kemudian ditanam pada bulan Desember 2011 pada Percobaan I dan bulan Januari 2012 pada Percobaan II sebanyak 25 biji setiap perlakuan dengan 3 ulangan sehingga dibutuhkan

sebanyak 75 benih pada setiap perlakuan sehingga dibutuhkan sebanyak 525 biji untuk semua perlakuan pada satu unit percobaan.

3.3.3 Penyiapan Media

Penanaman dilakukan pada dua media yaitu:

a. Percobaan I pada media kertas merang, disiapkan kertas merang yang sudah

dipotong-potong berukuran A4 lalu direndam air. Pada lapisan bawah terdiri dari

3 lapis kertas merang dan pada bagian atas terdiri dari 2 lapis kertas merang, lalu

menyiapkan plastik sebagai alas gulungan kertas merang dan pinset untuk

memindahkan benih ke kertas merang.

b. Percobaan II pada media tanah yaitu dengan mencampurkan tanah dan pupuk

kompos dengan perbandingan 1:1, dimasukkan ke dalam polybag ukuran 10 kg.

Media yang telah siap disusun berdasarkan rancangan acak kelompok dengan

mengacak susunan media perlakuan dan ulangan.

3.3.4 Pengecambahan

a. Percobaan I pada media kertas merang yaitu benih botani ubi kayu disusun

pada kertas merang dengan susunan zig-zag sebanyak 25 benih botani dengan


(34)

20 alat pengecambah benih (germinator) tipe IPB 73-2A (Gambar 2a dan 2b). Suhu

germinator mengikuti suhu ruangan.

Gambar 1 a. Benih ubikayu yang disusun zig-zag pada kertas merang b. Benih yang telah disusun dimasukan ke dalam germinator

c. Kecambah normal ubikayu

b. Percobaan II pada media tanah yaitu benih botani yang sudah diberi perlakuan

di tanam pada polybag ukuran 10 kg sebanyak 25 biji per polybag tanpa jarak

tanam. Benih ditanam dengan kedalaman 2-3 cm (Gambar 2).

Dilakukan perawatan dan pemeliharaan yaitu dengan penyiraman setiap hari pada

awal tanam dan 2 kali sehari ketika benih sudah tumbuh. Penyiangan dilakukan

secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh dalam polybag.


(35)

21

Gambar 2. Benih ubikayu yang ditanam pada polybag disusun sesuai rancangan perlakuan.

3.3.5 Variabel yang diamati

Pengamatan pada media kertas dan media tanah dilakukan pada peubah-peubah sebagai berikut:

1. Daya berkecambah (%)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah kecambah normal atau yang tumbuh ke permukaan tanah. Daya berkecambah/tumbuh benih diamati sampai hari ke-30 dengan rumus:

Keterangan:

KN = jumlah kecambah normal pada hari pengamatan ke 1 – 30 %DB= (KN1+KN2+,…,+KN30) x 100%


(36)

22 2. Kecepatan tumbuh (%/hari)

Pengamatan dilakukan dengan mengamati benih yang tumbuh normal pada hari ke-5 sampai dengan hari ke-30 dengan rumus:

Keterangan:

Xi = % kecambah normal pengamatan hari ke-i Xi-1 = % kecambah normal pada hari sebelum hari ke-i Ti = Banyaknya hari sejak tanam sampai dengan hari ke-i

3. Benih Mati

Mengamati benih mati/benih yang tidak tumbuh untuk mengetahui perlakuan mana yang dapat menyebabkan banyaknya jumlah benih yang mati/tidak tumbuh dengan rumus :

Kriteria kecambah normal adalah kotiledon, hipokotil dan radikula tumbuh dengan sempurna atau panjang hipokotil sekurang-kuranganya dua kali panjang kotiledonnya (Gambar 1c).

KP = ∑ (Xi-Xi-1) Ti

%BM= ΣBM x 100%


(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa cara pematahan dormansi benih botani ubi kayu varietas UJ-3 pada percobaan I dan II menghasilkan nilai yang berbeda pada kinerja perkecambahan berdasarkan variabel daya berkecambah, kecepatan berkecambah dan benih mati.

Benih ubi kayu tidak memerlukan cara pematahan dormansi untuk

mengecambahkannya karena nilai kinerja perkecambahan yang ditunjukkan tidak berbeda dengan perlakuan lain. Media yang baik untuk mengecambahkan benih ubi kayu adalah pada media tanah. Cara pematahan dormansi yang berpengaruh cukup baik terhadap kinerja perkecambahan adalah dengan perendaman benih pada larutan H2SO4 selama 5 menit pada media tanah (DB= 96%,

KP=10,5%/hari, BM= 4%).

5.2 Saran

Adapun hal yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini adalah benih ubi kayu tidak memerlukan upaya pematahan dormansi untuk mengecambahkannya. Benih ubi kayu lebih cocok dikecambahkan pada media tanah. Namun jika ingin mengeluarkan biaya lebih penggunaan asam sulfat dapat menghasilkan kinerja perkecambahan yang baik.


(38)

34

PUSTAKA ACUAN

Abidin, Z. 1985. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung : Angkasa.

Alves, A.A.C. 1998. Physiological and Developmental Changes in Cassava (Manihot esculenta Crantz) Under Water Deficit.PhD thesis, Cornell University, Ithaca, New York, 160 pp.

Bewley, J. D dan M. Black. 1985. Seed Physiology Of Development And Germination. Plenum Press. New York. 367 hal.

BPS. 2005. Produksi Singkong Di Indonesia. www.bps.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2012.

BPSB. 2013. Data Penggunaan Lahan Pertanaman Provinsi Lampung. BPSB Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Chavarriaga-Aguirre, P. dan and M. Halsey. 2005. Cassava (Manihot esculenta Crantz): reproductive biology and practices for confinement of experiment field trial. Program for Biosafety Systems, International Food Policy Research Institute.

CIAT. 2005. Description of Cassava as a Crop.Report for the 2005 CCER Project IP3 Output 1-2: Improving Cassava for the Developing World. http://www.ciat.cgiar.org/.

Cock, J.H. 1987. The Ability Of Cassava To Grow On Poor Soil. In GA Jung (Ed.) Crop Tolerance to Suboptimal Land Conditionals. Medison 32: 145-154.

Copeland, L.O dan M. B. Mc Donald . 2001. Principles of Seed Science and Technology, 4th edition. London: Kluwer Academic Publishers.

Darma, I. G. K. T. 2002. Beberapa Metode Pemecahan Dormansi Benih

Leucaenaleucocephala (Lmk. De Witt.) dan Beberapa Fungi Patogenik Yang Berasosiasi Dengan Benih. J. Hutan Tropika. VIII (1) : 1-14.

Devlin, M. R. 1979. Plant Phisology. Willard Grent Press: New York.

Goldsworthy, P.R. dan, N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta.


(39)

35 Ilyas, S. dan W.T. Diarni. 2007. Peristensi dan Pematahan Dormansi Benih Pada

Beberapa Varietas Padi Gogo. Jurnal Agrista11 (2): 92-101.

Justice O.L. dan Louis N.B. 1994. Principles and Practices of Seed Storage. Diterjemahkan oleh Rennie Roesli. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal : 219-173.

Jenita A. 2007. Pengaruh Lama Perendaman Air dan KN03 Terhadap

Perkecambahan Benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 45 hal.

Kurniaty, R. 1987. Pengaruh Asam Sulfat Terhadap Perkecambahan Benih Panggal Buaya (Maesopsis eminii Eng.). Buletin Penelitian Kehutanan. Bogor No. 448.

Kuswanto H. 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi Benih. Edisi ke-1. ANDI. Yogyakarta. Hlm 190.

Marito, R. 2008. Berbagai Metode Pemecahan Dormansi Biji Aren (Arenga pinnata Merr. ). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 42 hal.

Murniati, E. dan M. Suminar. 2006. Pengaruh Jenis Media Perkecambahan Dan Perlakuan Pra Perkecambahan Terhadap Viabilitas Benih Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Hubungannya Dengan Sifat Dormansi Benih. J. Bul. Agron. (34) (2) 119-123.

Poespodarsono, S. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. 169 hal.

Rofik, A., E. Murniati. 2008. Pengaruh Perlakuan Deoperkulasi benih dan media perkecambahan untuk meningkatakan viabilitas benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). J. Bul. Argon. (36) (1) 33-40.Saleh, M. S. 2003.

Perlakuan Fisik dan Konsentrasi Kalium Nitrat untuk Mempercepat Perkecambahan Benih Aren. J. Agroland10 (4): 346-351.

Rukmana, R. 1997. Ubi kayu Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta : Kanisius. Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid Satu. Terjemahan

Diah R Lukman dan Sumaryono dari Plant Physiology 4th edition. 1992. Penerbit ITB. Bandung.

Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman HutanTropis dan Sub Tropis (terjemahkan) Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung.

Silomba, S. D. A. 2006. Pengaruh Lama Perendaman Dan Pemanasan Terhadap Viabilitas Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaqc.). Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 41 hal.


(40)

36 Sipayung, H. N. 2010. Pengaruh Skarifikasi Bagian-Bagian Benih dan

Konsentrasi Kalium Nitrat (KNO3) Terhadap Perkecambahan Benih Palem Botol(Mascarena lagenicaulis). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 40 hal.

Soeherlin, E. 1996. Pengaruh Tingkat Kemasakan dan Cara Pematahan Dormansi Terhadap Viabilitas Benih Mindi (Meliaazedarach L). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 55 hal

Sutopo, L. 1993. Teknologi Benih. CV Rajawali Pers. Jakarta.

__________. 2004. Teknologi Benih. Rajawali Press. Jakarta. Hal : 161.

Widyawati, N., Tohari., P. Yudono., dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas dan Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). J. Agron. 37 (2) : 152-158.


(1)

21

Gambar 2. Benih ubikayu yang ditanam pada polybag disusun sesuai rancangan perlakuan.

3.3.5 Variabel yang diamati

Pengamatan pada media kertas dan media tanah dilakukan pada peubah-peubah sebagai berikut:

1. Daya berkecambah (%)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah kecambah normal atau yang tumbuh ke permukaan tanah. Daya berkecambah/tumbuh benih diamati sampai hari ke-30 dengan rumus:

Keterangan:

KN = jumlah kecambah normal pada hari pengamatan ke 1 – 30 %DB= (KN1+KN2+,…,+KN30) x 100%


(2)

22 2. Kecepatan tumbuh (%/hari)

Pengamatan dilakukan dengan mengamati benih yang tumbuh normal pada hari ke-5 sampai dengan hari ke-30 dengan rumus:

Keterangan:

Xi = % kecambah normal pengamatan hari ke-i Xi-1 = % kecambah normal pada hari sebelum hari ke-i

Ti = Banyaknya hari sejak tanam sampai dengan hari ke-i

3. Benih Mati

Mengamati benih mati/benih yang tidak tumbuh untuk mengetahui perlakuan mana yang dapat menyebabkan banyaknya jumlah benih yang mati/tidak tumbuh dengan rumus :

Kriteria kecambah normal adalah kotiledon, hipokotil dan radikula tumbuh dengan sempurna atau panjang hipokotil sekurang-kuranganya dua kali panjang kotiledonnya (Gambar 1c).

KP = ∑ (Xi-Xi-1)

Ti

%BM= ΣBM x 100%


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa cara pematahan dormansi benih botani ubi kayu varietas UJ-3 pada percobaan I dan II menghasilkan nilai yang berbeda pada kinerja perkecambahan berdasarkan variabel daya berkecambah, kecepatan berkecambah dan benih mati.

Benih ubi kayu tidak memerlukan cara pematahan dormansi untuk

mengecambahkannya karena nilai kinerja perkecambahan yang ditunjukkan tidak berbeda dengan perlakuan lain. Media yang baik untuk mengecambahkan benih ubi kayu adalah pada media tanah. Cara pematahan dormansi yang berpengaruh cukup baik terhadap kinerja perkecambahan adalah dengan perendaman benih pada larutan H2SO4 selama 5 menit pada media tanah (DB= 96%,

KP=10,5%/hari, BM= 4%).

5.2 Saran

Adapun hal yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini adalah benih ubi kayu tidak memerlukan upaya pematahan dormansi untuk mengecambahkannya. Benih ubi kayu lebih cocok dikecambahkan pada media tanah. Namun jika ingin mengeluarkan biaya lebih penggunaan asam sulfat dapat menghasilkan kinerja perkecambahan yang baik.


(4)

34

PUSTAKA ACUAN

Abidin, Z. 1985. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung : Angkasa.

Alves, A.A.C. 1998. Physiological and Developmental Changes in Cassava (Manihot esculenta Crantz) Under Water Deficit.PhD thesis, Cornell University, Ithaca, New York, 160 pp.

Bewley, J. D dan M. Black. 1985. Seed Physiology Of Development And Germination. Plenum Press. New York. 367 hal.

BPS. 2005. Produksi Singkong Di Indonesia. www.bps.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2012.

BPSB. 2013. Data Penggunaan Lahan Pertanaman Provinsi Lampung. BPSB Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Chavarriaga-Aguirre, P. dan and M. Halsey. 2005. Cassava (Manihot esculenta Crantz): reproductive biology and practices for confinement of experiment field trial. Program for Biosafety Systems, International Food Policy Research Institute.

CIAT. 2005. Description of Cassava as a Crop.Report for the 2005 CCER Project IP3 Output 1-2: Improving Cassava for the Developing World. http://www.ciat.cgiar.org/.

Cock, J.H. 1987. The Ability Of Cassava To Grow On Poor Soil. In GA Jung (Ed.) Crop Tolerance to Suboptimal Land Conditionals. Medison 32: 145-154.

Copeland, L.O dan M. B. Mc Donald . 2001. Principles of Seed Science and Technology, 4th edition. London: Kluwer Academic Publishers.

Darma, I. G. K. T. 2002. Beberapa Metode Pemecahan Dormansi Benih

Leucaena leucocephala (Lmk. De Witt.) dan Beberapa Fungi Patogenik Yang Berasosiasi Dengan Benih. J. Hutan Tropika. VIII (1) : 1-14.

Devlin, M. R. 1979. Plant Phisology. Willard Grent Press: New York.

Goldsworthy, P.R. dan, N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta.


(5)

35 Ilyas, S. dan W.T. Diarni. 2007. Peristensi dan Pematahan Dormansi Benih Pada

Beberapa Varietas Padi Gogo. Jurnal Agrista 11 (2): 92-101.

Justice O.L. dan Louis N.B. 1994. Principles and Practices of Seed Storage. Diterjemahkan oleh Rennie Roesli. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal : 219-173.

Jenita A. 2007. Pengaruh Lama Perendaman Air dan KN03 Terhadap

Perkecambahan Benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 45 hal.

Kurniaty, R. 1987. Pengaruh Asam Sulfat Terhadap Perkecambahan Benih Panggal Buaya (Maesopsis eminii Eng.). Buletin Penelitian Kehutanan. Bogor No. 448.

Kuswanto H. 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi Benih. Edisi ke-1. ANDI. Yogyakarta. Hlm 190.

Marito, R. 2008. Berbagai Metode Pemecahan Dormansi Biji Aren (Arenga pinnata Merr. ). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 42 hal.

Murniati, E. dan M. Suminar. 2006. Pengaruh Jenis Media Perkecambahan Dan Perlakuan Pra Perkecambahan Terhadap Viabilitas Benih Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Hubungannya Dengan Sifat Dormansi Benih. J. Bul. Agron. (34) (2) 119-123.

Poespodarsono, S. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. 169 hal.

Rofik, A., E. Murniati. 2008. Pengaruh Perlakuan Deoperkulasi benih dan media perkecambahan untuk meningkatakan viabilitas benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). J. Bul. Argon. (36) (1) 33-40.Saleh, M. S. 2003.

Perlakuan Fisik dan Konsentrasi Kalium Nitrat untuk Mempercepat Perkecambahan Benih Aren. J. Agroland 10 (4): 346-351.

Rukmana, R. 1997. Ubi kayu Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta : Kanisius. Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid Satu. Terjemahan

Diah R Lukman dan Sumaryono dari Plant Physiology 4th edition. 1992. Penerbit ITB. Bandung.

Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman HutanTropis dan Sub Tropis (terjemahkan) Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung.

Silomba, S. D. A. 2006. Pengaruh Lama Perendaman Dan Pemanasan Terhadap Viabilitas Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jaqc.). Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 41 hal.


(6)

36 Sipayung, H. N. 2010. Pengaruh Skarifikasi Bagian-Bagian Benih dan

Konsentrasi Kalium Nitrat (KNO3) Terhadap Perkecambahan Benih Palem Botol(Mascarena lagenicaulis). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 40 hal.

Soeherlin, E. 1996. Pengaruh Tingkat Kemasakan dan Cara Pematahan Dormansi Terhadap Viabilitas Benih Mindi (Melia azedarach L). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 55 hal

Sutopo, L. 1993. Teknologi Benih. CV Rajawali Pers. Jakarta.

__________. 2004. Teknologi Benih. Rajawali Press. Jakarta. Hal : 161.

Widyawati, N., Tohari., P. Yudono., dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas dan Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). J. Agron. 37 (2) : 152-158.