Morfologi Benih, Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan pelestarian dan peningkatan kualitas tanaman hutan perlu mendapat
perhatian, terutama terhadap tanaman yang dapat menghasilkan produk bukan
kayu dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Satu diantara tanaman hutan yang sangat
penting untuk dikembangkan dan dibudidayakan adalah kemenyan durame
(Styrax benzoin Dryander) karena menghasilkan getah kulit yang disebut

kemenyan dan mengandung senyawa bioaktif sebagai bahan baku obat. Tanaman
ini tumbuh dengan baik di hutan Sumatera Utara, khususnya di tiga Kabupaten
yaitu Tapanuli Utara, Dairi dan Toba Samosir (Sianipar dan Simanjuntak, 2000).
Kemenyan adalah sejenis getah yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (Styrax
spp) melalui proses penyadapan. Sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu getah

kemenyan dapat diolah dan dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan.

Sesuai

peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut/2007 tentang hasil hutan
bukan kayu, kemenyan ditetapkan sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu
(HHBK) nabati yang masuk dalam kelompok resin.

Permasalahan yang terdapat dalam keberlanjutan produksi kemenyan (Styrax spp)
yaitu keadaan pasar yang tidak stabil, banyaknya tanaman yang tidak produktif,
regenerasi alami yang rendah sehingga diperlukan usaha untuk meningkatkan
keberlanjutan produksi bibit. Walaupun kemenyan sudah termasuk komuditas
unggulan dari Tapanuli, akan tetapi budidaya kemenyan belum dilakukan dengan
baik. Pohon kemenyan yang diproduksi dari Tapanuli Utara masih berasal dari
kemenyan yang tumbuh secara liar di hutan alam. Budidaya kemenyan dalam
jumlah banyak sulit untuk dilakukan karena kendala dalam penyediaan bibit. Hal
1

Universitas Sumatera Utara

ini menyebabkan usaha budidaya kemenyan menjadi sulit dilakukan. Dengan
demikian apabila budidaya kemenyan tidak dilakukan, diperkirakan tanaman ini
akan mengalami kepunahan (Elimasni, 2005).
Permasalahan lain dalam penyediaan benih kemenyan adalah dormansi benih.
Benih kemenyan memiliki sifat dorman 2-3 bulan sebelum berkecambah, karakter
dorman tersebut sangat dipengaruhi oleh tebal dan kerasnya kulit benih. Secara
alami benih kemenyan durame memerlukan waktu berkecambah antara 3 sampai
6 bulan.


(Jayusman, 2014).

Menurut Schmidth (2002)

benih kemenyan

memiliki kulit yang tebal dan keras, sehingga diperlukan adanya kegiatan
pematahan dormansi untuk mempercepat proses perkecambahannya. Terdapat 2
(dua) macam metode pematahan dormansi benih yaitu stratifikasi dan skarifikasi
benih. Teknik stratifikasi ditujukan untuk memecahkan dormansi embrio melalui
perendaman dan pemanasan bertahap.

Teknik skarifikasi menggunakan

pendekatan fisik dan kimia untuk memecahkan dormansi kulit biji. Beberapa
metode perlakuan pendahuluan benih kemenyan telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya.
Hasil penelitian Jayusman (2014) teknik skarifikasi dan stratifikasi benih
kemenyan toba dengan penggosokan maupun pengikiran kulit benih dan

perendaman dengan air panas selama 1 jam dan air dingin 24 jam sebelum
disemai mampu menghasilkan persen kecambah 50 - 75%. Hasil penelitian lain
yang dilakukan oleh Cengizz (2011) pada
menggunakan

metode

perendaman

dan

menghasilkan persentase kecambah 56%.

Styrax officcinalis

pemecahan

tempurung

dengan

benih

Pada Styrax japonicus diperlukan

2

Universitas Sumatera Utara

perendaman air panas selama 1 bulan, diikuti perendaman dengan air dingin
selama 2 bulan, untuk memperoleh persentase kecambah 80% (Roh dkk, 2004).
Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk memberikan
informasi terkait dengan morfologi benih, teknik pematahan dormansi yang paling
sesuai untuk benih kemenyan dan peluang keberhasilannya secera generatif.
Dengan diketahuinya informasi tersebut diharapkan dapat memberikan solusi
untuk permasalahan ketersediaan bibit.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh informasi mengenai morfologi benih kemenyan.
2. Untuk memperoleh informasi mengenai teknik pematahan dormansi yang
menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi.

3. Untuk memperoleh informasi mengenai kualitas bibit yang dihasilkan dari
perbanyakan generatif dan media yang sesuai untuk pertumbuhannya.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Memberikan masukan bagi pemerintah kabupaten dalam mengembangkan

potensi daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang hidup
berdampingan langsung dengan kawasan hutan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengembangkan usaha
di bidang budidaya tanaman kemenyan dan menjadi referensi bagi pihak- pihak
yang ingin mengkaji lebih dalam upaya pengembangan kemenyan.

3

Universitas Sumatera Utara