ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN IKAN MAS (Cyprinus carpio L) DI KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU

(1)

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TANI IKAN MAS (Cyprinus carpio L) DI KECAMATAN PAGELARAN

KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh

MUHAMMAD DONNY SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU Oleh

Muhammad Donny Saputra

Penelitian ini bertujuan untuk: Mempelajari factor-faktor apa saja yang

mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani ikan mas. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu dengan metode survei. Responden sebanyak 51 petani ikan mas diambil dengan teknik purposive sampling. Pendapatan petani ikan mas dihitung berdasarkan biaya total dan biaya yang diperhitungkan. Factor-faktor yang mempengaruhi ikan mas dianalisis dengan menggunakan M.S Excell. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) hasil uji tunggal (uji t)

menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 99% hanya ada dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas yaitu jumlah bibit dan pakan, dan lima variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas yaitu variabel luas kolam, tenaga kerja, kapur, pupuk kandang, dan pendidikan petani responden.

Tingkat kepercayaan yang terbentuk yaitu 99%, (2) factor-faktor yang mempengaruhi secara bersamaan produksi usahatani ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu adalah luas kolam, jumlah bibit, jumlah pakan, pupuk kandang, kapur, dan tingkat pendididkan formal petani responden, (3) usahatani ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu secara finansial menguntungkan dengan pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 4.329.118,66 dengan R/C rasio sebesar 1,44 dan


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 5

C. Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Usaha tani ... 6

2. Teori produksi ... 7

3. Fungsi Produksi ... 9

4. Ikan mas ... 11

5. Pemeliharaan ikan mas ... 14

6. Pembesaran …... 14

7. Padat penebaran ... 15

8. Ppemanenan ... 15

9. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26

B. Kerangka Pemikiran ... . 19

C. Hipotesis ... . 20

III. METODE PENELITIAN ... 21

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 21

B. Lokasi Penelitian, Waktu Penelitian dan Responden ... 22

C. Jenis dan Sumber Data ... 25

C. Metode Pengumpulan Data ... 25


(6)

B. Topografi, Iklim dan tanah ... 30

C. Keadaan Demografi Penduduk ... 32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Keadaan Umum Petani Responden ... 33

1. Usia Petani Responden ... 33

2. Pendidikan Petani Responden ... 34

3. Luas dan Status Kepemilikan Kolam ... 35

4. Jumlah Anggota Keluarga ... 36

B. Penggunaan Tenaga Kerja ... 37

C. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Ikan Mas ... 41

D. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Ikan Mas ... 44

E. Analisis Regresi Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Ikan Mas ... 49

F. Analisis pendapatan Usahatani Ikan Mas ... 53

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 58

B. SARAN ... 59 DAFTAR PUSTAKA


(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar dengan berbagai sektor. Salah satu sektor yang menunjang pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena mengingat negara Indonesia sebagai negara agraris.

Peran strategis sektor pertanian dalam menunjang perekonomian Indonesia masih sangat menonjol. Oleh sebab itu, pembangunan pertanian diarahkan kepada sistem perekonomian yang maju, efisien, dan tangguh serta perlu memberdayakan perekonomian rakyat dengan melakukan perubahan sistem pertanian yang menguntungkan dan diharapkan pendekatan tersebut mampu meningkatkan kuantitas, kualitas, keanekaragaman pertanian serta mampu mencukupi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat.

Subsektor yang berperan penting dalam menunjang sektor pertanian di Indonesia adalah sektor perikanan, baik sektor perikanan darat pantai maupun laut. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia yang berupa daratan yang

dikelilingi lautan, banyaknya daerah aliran sungai, waduk, rawa dan danau berperan penting sebagai sumber penghidupan bagi penduduk Indonesia.


(8)

Wilayah wilayah ini akan menjadi tumpuan bagi pembangunan bangsa sehingga potensinya menjadi penting bagi negara.

Potensi sumber daya perikanan di perairan tawar meliputi keanekaragaman jenis (plasma nutfah) ikan dan lahan perikanan. Di perairan tawar Indonesia terdapat sekitar 655 jenis ikan asli Indonesia, dari seluruh jenis ikan itu, 160 diantaranya tergolong ikan yang bernilai ekonomis, dan 13 diantaranya telah dibudidayakan. Potensi ketersediaan lahan perikanan di perairan tawar amat luas, tetapi tingkat pemanfaatanya belum optimal sesuai dengan potensi lestarinya (Rukmana, 1997).

Tabel 1. Produksi, Luas Areal, dan Nilai Perikanan Lampung, Tahun 2011 No Jenis Kegiatan Produksi (ton) Luas Areal (ha) Nilai (Rp.)

1. Tambak 54.666,56 37.963,81 762.866.531

2. Budidaya Laut 483,58 1.288,75 340.660

3. Kolam 50.879,54 3.590,18 685.406.434

4. Mina Padi 158,87 1.125,71 2.663.548

5. Keramba 508,02 860,51 9.580,605

6. KJA 2.746,73 644,86 51.922.681

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012

Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa jumlah produksi, luas areal dan nilai produksi budidaya kolam menempati urutan kedua dari produksi perikanan setelah budidaya tambak dan merupakan yang tertinggi pada produksi ikan air tawar. Hal ini menunjukkan bahwa budidaya kolam memiliki sumbangan yang penting bagi perkembangan perikanan di Provinsi Lampung dengan luas lahan budidaya perikanan kolam air tawar seluas 8.714,56 ha, produksi yang mencapai 13.190,18 ton dengan nilai produksi Rp. 685.406.434.


(9)

Budidaya kolam ini sangat potensial, mengingat wilayah Provinsi Lampung yang sebagian besar wilayahnya adalah daratan yang dilalui oleh sungai sungai besar dan memiliki banyak danau dan bendungan yang sangat potensial. Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra budidaya perikanan air tawar di Provinsi Lampung, yang memenuhi kebutuhan permintaan ikan air tawar di Provinsi Lampung. Di bidang

perikanan, Kabupaten Pringsewu sangat potensial untuk pengembangan usaha Budidaya Air Tawar. Pada tahun 2011 potensi perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Pringsewu sebesar 1.023 Ha dengan tingkat pemanfaatan lahan seluas 501,60 Ha dan produksi secara keseluruhan sebesar 4.637,49 ton.

Dari 21.987,28 ton produksi budidaya kolam Provinsi Lampung, Kabupaten Pringsewu menyumbang produksi budidya kolam perikanan air tawar sebesar 21% atau 4.615,21 ton pada tahun 2011. Dari berbagai jenis Ikan lele dan ikan mas menyumbang jumlah tertinggi yaitu produksi ikan lele 2.150,4 ton dan ikan mas 1.756,66 ton.

Tabel 2. Produksi Perikanan Kabupaten Pringsewu Tahun 2012

No Kecamatan Potensi Lahan(ha)

Luas lahan (ha)

Jenis Ikan (Ton)

Mas Lele Patin Gurame Nila

1 Adiluwih 27 6,35 3,06 11,9 - 4 2,6

2 Pardasuka 47 15,5 - 83,6 - 13,5 -

3 Ambarawa 79 29 - 240,7 - 27,9 -

4 Sukoharjo 24 12 14,4 63 - 12,25 7,5

5 Banyumas 55 29 115,5 177,6 75,9 39,75 4,5 6 Pringsewu 90 46,25 175,4 122,4 - 19,5 34,5

7 Gadingrejo 83 41,5 118,8 - 93,75 6

8 Pagelaran 588 312,9 1.378,4 1.264 4,4 213,05 131,57 9 Pagelaran

Utara

30 15,12 69,9 64,4 - 10,8 6.68

Jumlah 1023 507,6 1.756,66 2.150,4 80,3 434,5 193,35 Nilai total (Rp. 000) 25.462.968 23.314.032 7.690.278 2.061.000 2.957.535


(10)

Meskipun jumlah produksinya hanya menempati urutan kedua setelah ikan lele, namun ikan mas memiliki nilai jual paling tinggi yaitu Rp. 25.462.968. B. Perumusan Masalah

Kecamatan Pagelaran merupakan sentra produksi perikanan darat, terutama ikan mas di Kabupaten Pringsewu, hal ini dapat di lihat pada Tabel. 2, produksi ikan mas di kecamatan Pagelaran mencapai 1.378,,4 ton. Meskipun memiliki prodiksi ikan mas tertinggi, namun pemanfaatan lahannya baru 53% (312,9 ha) dari 588 ha lahan yang potensial untuk budidaya perikanan air tawar. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya modal yang dimiliki dan juga ketrampilan masyarakat dalam hal pembudidayaan.

Dalam melakukan usahatani analisis biaya dan pendapatan merupakan dasar dalam menentukan sikap untuk melakukan budidaya ikan mas. Analisis perhitungan dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai produksi dan harga jual yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pendapatan petani dalam berusahatani ikan mas. Usahatani ikan mas skalanya relatif kecil dan adanya ketergantungan terhadap harga jual yang selalu berfluktuasi setiap waktu akan mempengaruhi hasil usahatani serta pendapatan petani. Pada prinsipnya Usaha budidaya ikan mas terdiri dari dua kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Proses pembenihan hanya meliputi proses pemijahan hingga bibit ikan mencapai ukuran siap tebar(2cm - 5cm). Proses yang paling penting adalah proses pembesaran, dimana ikan mas mencapai ukuran siap konsumsi (4-7 ekor/kg).

Dalam proses pembesaran harga faktor produksi sangat menentukan usahatani ikan mas ini, dimana harga faktor produksi (bibit ikan, tenaga kerja, pupuk,


(11)

pakan, dan pestisida) setiap tahun hampir dipastikan naik dan harga jual ikan berfluktuasi tidak menentu.

Berdasar hal hal diatas, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Faktor faktor apa saja yang memengaruhi produksi usahatani ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu?

2. Berapa besar pendapatan usahatani ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi produksi usahatani ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

2. Menganalisis pendapatan usahatani ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna:

1. Sebagai bahan masukan bagi petani dalam mengembangkan usaha Pembesaran ikan mas.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan usaha budidaya ikan mas. 3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang mengkaji pada

permasalahan sejenis.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Usahatani

Menurut Mosher (dalam Mubyarto 1994), usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di suatu tempat yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah, air, perbaikan tanah, sinar matahari, bangunan di atas tanah, dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.

Petani yang berusahatani sebagai suatu cara hidup, melakukan pertanian karena dia seorang petani. Apa yang dilakukan petani ini hanya sekedar memenuhi kebutuhan. Dalam arti petani meluangkan waktu, uang serta dalam

mengkombinasikan masukan untuk menciptakan keluaran adalah usahatani yang dipandang sebagai suatu jenis perusahaan. (Maxwell L. Brown, 1974 dalam Soekartawi, 2002).

Pengelolaan usahatani yang efisien akan mendatangkan pendapatan yang positif atau suatu keuntungan, usahatani yang tidak efisien akan mendatangkan suatu kerugian. Usahatani yang efisien adalah usahatani yang produktivitasnya tinggi.


(13)

Ini bisa dicapai kalau manajemen pertaniannya baik. Dalam faktor-faktor produksi dibedakan menjadi dua kelompok :

a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat kesuburan, benih, varitas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.

b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya

(Soekarwati, 2000).

2. Teori produksi

Secara umum, istilah “produksi” diartikan sebagai penggunaan atau

pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana atau kapan komoditi komoditi itu dilokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditi itu. Istilah produksi berlaku untuk barang maupun jasa, karena istilah komoditi memang mengacu pada barang dan jasa. Keduanya sama sama dihasilkan dengan mengerahkan modal dan tenaga kerja. Produksi merupakan konsep arus (flow concept), maksudnya adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit periode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya (Miller dan Meiners, 2000).


(14)

Dominic Salvatore (1997) mendefinisikan fungsi produksi untuk setiap komoditi adalah suatu persamaan, tabel atau grafik yang menunjukkan jumlah (maksimum) komoditi yang dapat diproduksi per unit waktu setiap kombinasi input alternativ bila menggunakan teknik produksi terbaik yang tersedia.

Tujuan setiap perusahaan adalah mengubah input menjadi output. Misalnya petani mengkombinasikan tenaga mereka dengan bibit, tanah, hujan, pupuk, dan peralatan mesin untuk memperoleh hasil panen. Karena para ekonom tertarik pada pilihan-pilihan yang dibuat perusahaan untuk mencapai tujuannya, mereka mengembangkan model produksi yang cukup abstrak. Model ini

tercermin dalam fungsi produksi, yaitu hubungan matematik antara input dengan output yang dapat dinotasikan:

q = f ( K, L,M,...)

Dimana q adalah output barang tertentu selama satu periode, K adalah mesin (modal) yang digunakan dalam satu periode, L adalah input jam tenaga kerja, dan M adalah bahan mentah yang digunakan. Model ini menunjukkan adanya kemungkinan variabel-variabel lain yang mempengaruhi proses produksi (Nicholson, 2002).

Sedangkan Iswardono, (2004) menuliskan bahwa teori produksi sebagai mana teori perilaku konsumen merupakan teori pemilihan atas berbagai alternatif yang tersedia. Dalam hal ini adalah keputusan yang diambil seorang produsen dalam menentukan pilihan atas alternatif tersebut. Produsen mencoba


(15)

memaksimalkan produksi yang bisa dicapai dengan suatu kendala ongkos tertentu agar bisa dihasilkan keuntungan yang maksimum.

3. Fungsi Produksi

Pengertian fungsi produksi adalah suatu hubungan diantara faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya. Faktor-faktor produksi ini terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian keusahaan. Dalam teori ekonomi untuk menganalisis mengenai produksi, selalu dimasalahkan bahwa tiga faktor

produksi (tanah, modal, dan keahlian keusahaan) adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja yang dipandang seabagai faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Yang dimaksud faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada budidaya ikan agar ikan mas tersebut mampu tumbuh dan mengahsilkan dengan baik (Soekartawi,1997).

Soekartawi juga menjelaskan bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik anatara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X).

variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya dalam bentuk input.

Secara sistematis, hubunga ini dapat ditulis sebagai berikut Y = (X1, X2, X3,...Xn...)

Dari fungsi produksi, yaitu dalam persamaan tersebut, maka dapat djelaskan bahwa hubungan X dan Y dapat diketahui dan sekaligus hubungan Xi, Xn dan X lainya juga dapat diketahui. Pengguanaan dari berbagai macam faktor-faktor


(16)

tersebut diusahakan untuk menghasilkan atau memberikan hasil maksimal dalam jumlah tertentu.

Proses produksi memiliki sifat khusus berkaitan hubungan antara input dan output yang dikenal dengan “ the law of diminishing return “ yaitu proses produksi apabila ada tambahan satu macam input ditambah penggunaanya sedang input-input yang lain tetap maka tambahan satu input yang ditambahkan tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus ditambah.

Secara grafik Hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang dapat ditunjukan melalui hubungan antar kurva TPP (Total Physical Product) atau kurva TP (Total Produk), kurva MPP (Marginal Physical Product) atau Marjinal Produk (MP), dan kurva APP (Average Physical Product) atau produk rata-rata dalam grafik fungsi produksi (Miller dan Meiners,2000) sebagai berikut:

Daerah I Daerah II Daerah III (Ep > 1) (0<Ep<1) (Ep < 0)

Gambar 1. Grafik hubungan antara Produk Fisik, Marjinal, dan Rata rata Produk Marjinal

Produk Rata rata Produk Total Y


(17)

Grafik pada fungsi produksi terbagi pada tiga tahapan produksi yang lazim disebut Three Stages of Production. Tahap pertama, kurva Total Produk dan kurva Produk Marjinal bernilai positif (+). Makin banyak penggunaan faktor produksi, maka semakin tinggi produksi rata-ratanya. Tahap ini disebut tahap tidak rasional (dearah I), karena jika penggunaan faktor produksi ditambah, maka penambahan output total yang dihasilkan akan lebih besar dari penambahan faktor produksi itu sendiri.

Tahap kedua adalah tahap rasional atau fase ekonomis (daerah II), dimana berlaku hukum kenaikan hasil yang berkurang. Dalam tahap ini terjadi perpotongan antara kurva Produk Marjinal dengan kurva Produk Rata Rata pada saat PR mencapai titik optimal. Pada tahap ini masih dapat meningkatkan output, walaupun dengan presentase kenaikan yang sama atau lebih kecil dari kenaikan jumlah faktor produksi yang digunakan.

Tahap ketiga disebut daerah tidak rasional, karena apabila penambahan faktor produksi diteruskan, maka produktivitas faktor produksi akan menjadi nol (0) bahkan negatif. Dengan demikian, penambahan faktor produksi justru akan menurunkan hasil produksi.

4. Ikan Mas

Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920.


(18)

Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.

Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut: Kelas : Osteichthyes

Anak kela : Actinopterygii Bangsa : Cypriniformes Suku : Cyprinidae Marga : Cyprinus

Jenis : Cyprinus carpio L

Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau strain. Perbedaan sifat dan ciri dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas adalah sebagai berikut:

a. Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek; bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol;

gerakannya gesit; perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.

b. Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban, bila diberi makanan suka berenang di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.


(19)

c. Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; mata pada ikan muda tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit; gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan air;

perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.

d. Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relatif panjang; penampang punggung membulat; mata agak menonjol; gerakan lebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,5:1.

e. Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna sisik bermacam-macam seperti putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long tail Indonesian carp, long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long tail shusui nishikigoi, shusi nishikigoi, kohaku hishikigoi, long tail hishikigoi, taishusanshoku nshikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi.

Dari sekian banyak strain ikan mas, di Indonesia ikan mas punten kurang berkembang karena diduga orang Indonesia lebih menyukai ikan mas yang berbadan relatif panjang. Ikan mas majalaya termasuk jenis unggul yang banyak dibudidayakan. Karena lahir dan ditemukan di Majalaya, para pakar akuakultur Indonesia sepakat menyebutnya sebagai ikan mas ras Majalaya – Cyprinus carpio var. Majalaya. ( Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas).


(20)

5. Pemeliharaan Ikan Mas

Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.

a. Polikultur

1) ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau 2) ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%. b. Monokultur

Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk jantan dan betina.

6. Pembesaran

Tahap pembesaran meliputi: a. Pemupukan

Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m2, TSP 10 gram/m2, Urea 10 gram/m2, kapur 25-100 gram/m2. Setelah itu kolam diisi air 30-40 cm. Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air, kolam disemprot dengan insektisida organophosphat seperti Sumithion 60 EC, Basudin 60 EC dengan dosis 2-4 ppm. Tujuannya untuk memberantas serangga dan udang-udangan yang memangsa rotifera. Setelah 7 hari kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm.


(21)

b. Pemberian pakan

Dalam pemeliharaan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan buatan. Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang cukup, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Ikan mas umur 1 - 4 bulan diberi pakan berupa pelet yang berkadar protein 35%. Pellet diberikan per harinya sebanyak 5% dari berat badan ikan. Dengan frekuensi pemberian pakanya adalah 3- 5 kali sehari.

7. Padat penebaran

Padat penebaran ikan tergantung pemeliharaannya. padat penebaran ikan mas di kolam air tenang (KAT) dengan benih ukuran 7–9 cm (10 gram/ekor) sebanyak 5–7 ekor/m2 sedangkan untuk kolam air deras sebanyak 30 ekor/ m2 dengan ukuran 10 gr/ekor.

Padat tebar, jika padat tebar terlalu tinggi akan terjadi persaingan untuk ukuran ikan yang tidak seragam di dalam memperoleh pakan sehingga kemungkinan mortalitas akan terjadi. Penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari saat suhu rendah agar ikan tidak stres.

8. Pemanenan

Untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran umumnya dilakukan panen total. Umur ikan mas yang dipanen berkisar antara 3-4 bulan dengan berat


(22)

berkisar antara 400-600 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal10-20 cm. Petak

pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 2 meter persegi di depan pintu pembuangan air (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.

9. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Kurniawansyah (2005) tentang analisis efisiensi pemasaran ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Tanggamus sebagai berikut:

1. Pelaku pemasaran ikan mas di Kecamatan Pagelaran meluputi pedagang pengumpul I, pedagang pengumpul II dan pengecer, saluran pemasaran ikan mas di Kecamatan Pagelaran digolongkan menjadi:

a. Petani – pedagang pengumpul II Kota Bandar Lampung – pengecer Kota Bandar Lampung – konsumen

b. Petani – pedagang pengumpul II Kota Bandar Lampung – konsumen warung Kota Bandar Lampung

c. Petani – pedagang pengumpul I Pagelaran – pedagang pengumpul II Tanggamus – Pengecer Tanggamus – konsumen Tanggamus


(23)

d. Petani – pedagang pengumpul l Pagelaran – pedagang pengumpul II Kota Bandar Lampung – pengecer Kota Bandar Lampung – konsumen Kota Bandar Lampung

e. Petani – pedagang pengumpul I Pagelaran – pedagang pengumpul II Kota Bandar Lampung – konsumen Kota Bandar Lampung

f. Petani – pedagang pengumpul I Pagelaran – pengecer Kota Bandar Lampung – konsumen Kota Bandar Lampung

g. Petani – pedagang pengumpul I Pagelaran – konsumen warung Kota Bandar Lampung

h. Petani – pedagang pengumpul I Pagelaran – pengecer Tanggamus konsumen Tanggamus

2. Pemasaran ikan mas di Kecamatan Pagelaran bersifat efisien

Penelitian Jajat Sudrajat 2010 dalam analisis keuntungan dan faktor faktor yang mempengaruhi produksi usaha budidaya ikan lele dumbo dalam kolam di Kota Bandar Lampung sebagai berukit:

1) Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi lele dumbo adalah luas kolam, bibit, pakan, dan tenaga kerja. Proses produksi ikan lele dumbo di Kota Bandar Larnpung belum efisien

2) Usaha budidaya lele dumbo di Kota Bandar Lampung secara finansial menguntungkan. Pendapatan usaha budidaya lele dumbo dengan menggunakan biaya total (biaya tunai + diperhitungkan) sebesar Rp


(24)

654.664.67 per 108,76 m 2

per musim. Namun bila hanya

memperhitungkan biaya tunai diperoleh pendapatan tunai sebesar Rp. 1.259.446,47 per 108,76 m

2

per musim dengan nilai RIC ratio atas biaya tunai yaitu sebesar 1,34 dan nilai RIC ratio atas biaya total sebesar 1,15

Ati Fatimah (2010) menganalisis produksi dan pendapatan usahatani padi unggul di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah mendapatkan hasil:

a) Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi unggul di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah adalah luas laban, benih, pupuk SP36, pupuk Phonska, pupuk kompos, dan fungisida.

b) Usahatani padi unggul di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dengan pendapatan per hektar atas biaya tunai sebesar Rp. 9.670.472,65 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp.

7.799.687,51. Besar RIC ratio atas biaya tunai sebesar 3,79 dan RIC ratio atas biaya total sebesar 2,46.

Septi Anggraini (2010) menganalisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Jalar (Ipomoea batatas) di Desa Marga Agung Kecamatan Jati Agung mendapatkan hasil:

1. Usahatani ubi jalar di Kecamatan Jati Agung menguntungkan untuk

diusahakan. Pendapatan total yang diperoleh dengan rata rata luas lahan 0,74 ha sebesar Rp. 2.281.074,42 atau sebesar Rp. 3.082.533/ha dengan nisbah


(25)

R/C sebesar 1,67. Hal ini berarti bahwa setiap pengeluaran sebesar Rp 1 akan mendapat penerimaan sebesar Rp. 1,67.

2. Luas lahan, bibit, pupuk kandang, pupuk SP-36, dan tenaga kerja

berpengaruh positif terhadap produksi ubi jalar di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

B. Kerangka Pemikiran

Ikan mas merupakan salah satu produk perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dalam usahatani ikan mas, faktor produksi yang

digunakan adalah luas lahan, bibit induk mas, tenaga kerja, pupuk, obat- obatan, pakan buatan. untuk mencapai hasil produksi dan keuntungan yang tinggi pada kegiatan usahatani ikan mas, petani harus dapat mengalokasikan faktor produksi tersebut secara tepat.

Penggunaan faktor produksi yang efisien akan meningkatkan hasil produksi yang diperoleh petani. Hal ini akan meningkatkan penerimaan atau keuntungan yang diperoleh petani. Keuntungan yang diperoleh petani diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu harga bibit, luas kolam, harga pupuk, harga obat-obatan, harga pakan, upah tenaga kerja, dan tingkat pendidikan petani.

Harga bibit, harga pupuk, harga obat-obatan, harga pakan, dan upah tenaga kerja berhubungan negatif dengan keuntungan. Semakin tinggi harga faktor produksi tersebut, maka keuntungan yang diperoleh makin sedikit. Luas lahan dan tingkat pendidikan memiliki hubungan positif terhadap keuntungan. Hal ini berarti,


(26)

semakin luas lahan yang digunakan dan semakin tinggi tingkat pendidikan petani, keuntungan yang diperoleh makin besar. Kerangka pemikiran usahatani ikan mas dapat dijelaskan pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka pemikiran analisis produksi dan pendapatan usahatani ikan mas (Cyprinus Carpio L) di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu

C. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian Analisis Produksi Dan Pendapatan Usahatani Ikam Mas (Cyprinus Carpio L) di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu adalah : Diduga faktor faktor yang mempengaruhi produksi ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu adalah luas kolam, bibit, pakan, pupuk dan tenaga kerja.

Pendapatan Bersih PETANI

Usahatani ikan mas

Produksi Faktor produksi

- Modal

- Tenaga Kerja - Sarana Produksi - managemen

Produktivitas Harga Penerimaan

Biaya Produksi

Rugi Laba


(27)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran dalam penelitian. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup

pengertian yang berguna untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian.

Definisi variabel dan pengukurannya dapat dijelaskan agar diperoleh kesamaan pemahaman terhadap konsep-konsep dalam penelitian ini, yaitu :

1. Jumlah produksi (Y) adalah jumlah ikan mas yang dihasilkan oleh petani budidaya dalam masa panen dalam satuan kilogram (Kg).

2. Luas lahan (X1) yaitu luas kolam yang digunakan untuk budidaya ikan mas dalam satuan meter (m2).

3. Jumlah bibit (X2) yaitu jumlah pemakaian bibit atau benih dalam satuan ekor (ekor)

4. Jumlah pakan (X3), Jumlah pakan yang digunakan dalam budidaya ikan mas dalam satuan kilogram (Kg).

5. Jumlah tenaga kerja (X4), yaitu jumlah tenaga kerja baik dari keluarga sendiri maupun dari luar keluarga yang digunakan per kegiatan dalam satu kali


(28)

orang bekerja (HOK), dengan anggapan satu hari kerja adalah tujuh (7) jam. Dimana penghitungan HKSP didasarkan pada upah dan dihitung dengan rumus: (Soekartawi, 2003)

HOK = (X/Y) x Z keterangan:

X = Upah yang bersangkutan Y = Upah minimum pria

Z = Satuan HKSP (hari kerja setara pria).

6. Kapur (X5) yaitu pemakaian Kapur dalam satuan kilogram (kg).

7. Jumlah pupuk (X6) yaitu dalam pemakaian pupuk dalam satuan kilogram (kg).

8. Obat obatan (X7) yaitu pemakaian obat obatan dalam satuan Rupiah (Rp). 9. Tingkat Pendidikan (X8) yaitu tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani

dengan skoring 1 untuk SD, 2 untuk SMP, 3 Untuk SMA dan 4 untuk pendidikan di atas SMA.

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Populasi adalah kumpulan individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan (Moh. Nasir, 1988). Menurut Mudrajad Kuncoro (2003) populasi diartikan sebagai sekelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, atau kejadian dimana tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian.


(29)

berada di Kabupaten Pringsewu yang dijadikan sebagai sampel. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu sentra produksi Ikan Mas di Provinsi Lampung, dan Kecamatan Pagelaran merupakan Kecamatan yang tertinggi produksi perikanan daratnya di Kabupaten Pringsewu. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan metode purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya, metode ini digunakan untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Sutrisno Hadi, 1982)

Dari tabel 3 dapat dilihat, jumlah rumah tangga produksi (RTP) di Kecamatan Pagelaran adalah 864 RTP yang tersebar di 16 Pekon. Dari 16 Pekon di Kecamatan Pagelaran, Pekon Pagelaran memiliki luas kolam terbesar, yaitu 60,7ha. Menurut Soegiarto (2003) penentuan jumlah sampel minimal menggunakan rumus sebagai berikut:

n = NZ²S² Nd² + Z²S² Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah rumah tangga Z = derajat kepercayaan (1,64) S² = Varian sampel (5%)

D = derajat penyimpangan (5%)

Misalnya, jumlah populasi adalah 946, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :


(30)

n = 864 . (1,64)² . 0,05 = 51,197 (dibulatkan 51 responden) 864. (0,05)² + (1,64)² . 0,05

Perincian jumlah responden ditentukan dari masing-masing Pekon (ni) dan dipergunakan alokasi proposional sebagai berikut:

Keterangan :

ni = Jumlah sampel Pekon i

ni = Ni n N Ni = Jumlah rumah tangga Pekon i N = Jumlah rumah tangga

n = Jumlah sampel total

Dari rumus tersebut, maka dapat ditentukan jumlah sampel pada masing desa. Jumlah sampel masing masing desa dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Rumah Tangga Produksi (RTP) dan Luas Areal Kolam di Kecamatan Pagelaran

No Nama Pekon Luas Areal lah Jumlah Jumlah

(ha) RTP Sampel

1. Bumi Ratu 19,450 61 4

2. Pemenang 17,530 47 3

3. Pasir Ukir 5,000 11 1

4. Panutan 20,050 49 3

5. Karang Sari 6,570 18 1

6. Patoman 30,260 91 5

7. Gumuk Mas 13,507 53 3

8. Gumuk Rejo 17,884 73 4

9. Pagelaran 60,700 80 6

10. Gemah Ripah 8,180 15 1

11. Way Ngison 10,818 42 2

12. Lugu Sari 54,247 109 6

13. Suka Ratu 20,111 69 4

14. Suka Wangi 9,650 24 1

15. Candi Retno 13,062 72 4

16. Tanjung Dalam 6,005 50 3

Total 313,022 864 51


(31)

C. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data preimer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari objek peneilitian yang diamati. Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah metode survei dengan teknik wawancara pada petani budidaya ikan mas berdasarkan kuisioner yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan mengenai budidaya ikan mas di Kabupaten Pringsewu.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui studi kepustakaan yaitu dengan membaca kepustakaan seperti buku-buku literatur, diktat-diktat kuliah, majalah-majalah, jurnal-jurnal, buku-buku yang berhubungan dengan pokok penelitian, surat kabar dan membaca dan

mempelajari arsip-arsip atau dokumen-dokumen yang terdapat di instansi terkait. Untuk melengkapi paparan hasil penelitian juga digunakan rujukan dan referensi dari bank data lain yang relevan, misal dari jurnal, laporan hasi penelitian terdahulu, serta publikasi yang relevan dengan penelitian ini.

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer


(32)

a b

b a

1 X X X X X7 X8

menggunakan metode triangulasi meliputi wawancara dan pengisian kuesioner (daftar pertanyaan), pencatatan dan pengamatan (observasi).

E. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan kualitatif dengan menggunakan fungsi Cobb-Douglass untuk menentukan faktor-faktor produksi yang dominan. Selain itu statistik deskriptif juga dipakai untuk mendeskripsi profil responden petani ikan mas di daerah penelitian. Fungsi Cobb Douglas tersebut adalah:

Y Xb1

Y o.X b1X2b2 3b3 4b4 5b5 6b6 b7 b8.eu atau Log Y = log a + log b

atau Y* *

X*

Keterangan :

Y = Produksi ikan mas b0 = Intersep

b1-b8 = Koefisien regresi X1 = Luas lahan usahatani X2 = Jumlah bibit ikan mas X3 = Pakan

X4 = Tenaga kerja X5 = Kapur X6 = Pupuk X7 = Obat-obatan


(33)

Untuk menguji signifikasi bagi koefisien-koefisien regresi maka dilakukan pengujian parameter secara keseluruhan dalam persamaan regesi yaitu uji F. tujuan pengujian keseluruhan parameter regresi adalah untuk mengetahui apakah peubah bebas (Xi) secara bersama-sama berpengaruh terhadap peubah terkait (Y), sehingga model dapat digunakan untuk meramalkan hubungan antara variabel bebas dan variabel tak bebas. Pengujian ini menggunakan uji F yang dirumuskan sebagai berikut :

Fhitung= JKR/ (k-1) JKS (n-k) Keterangan :

JKR = jumlah kuadrat regresi JKS = jumlah kuadrat sisa n = jumlah sampel k = jumlah variabel Hipotesis statistiknya adalah :

H0: b1= b2 = b3 =… =bk = 0 Ha: b≠0

Pengambilan keputusan :

1. Jika Fhitung≥Ftabel,maka H0ditolak 2. Jika Fhitung≤Ftabel,maka H0diterima

Untuk menguji pengaruh nyata variabel bebas (Xi) terhadap variabel tidak bebas (Y) dilakukan u ji t dengan hipotesis statistik sebagai berikut :

H0: b1= 0 Ha: b1≠0


(34)

T T

Dengan persamaan:

Keterangan :

Bi : parameter regresi ke-i

Sbi : kesalahan baku pendugaan parameter ke-i

Pengambilan keputusan :

1. Jika thitung≤ttabel,maka H0diterima, pada taraf kepercayaanα=0,05 2. Jika thitung≥ttabel,maka H0ditolak, pada taraf kepercayaanα=0,05

F. Analisis Pendapatan Usahatani

Total pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi. Adapun total penerimaan diperoleh dari produksi fisik dikalikan dengan harga produk.

Return/Cost (R/C) rasio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya (Soekartawi, 2001)

Dalam usaha budidaya perikanan TR (Total Revenue) merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan ikan yang berhasil dipanen. Sedangkan TC (Total Cost) merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses budidaya.

Sehingga dapat dirumuskan menjadi :


(35)

= Keuntungan (Rp) TR = Jumlah Penerimaan (Rp) TC = Jumlah biaya Y = Jumlah produksi

Py = Harga produksi BTT = Biaya tetap total Keterangan:

Xi = Jumlah faktor produksi ke-i (i=1,2,3…)

Pxi = Harga faktor produksi ke-i

Untuk mengetahui apakah kelayakan usahatani ikan mas , digunakan metode analisis R/C rasio, yaitu perbandingan anatara biaya yang dikeluarkan petani dengan peneriaan yang dirumuskan sebagai berikut:

R/C = TR/TC Keterangan:

R/C = Nisbah antara penerimaan total dan biaya total. TR = Total penerimaan usahatani ikan mas

TC = Total biaya usahatani ikan mas Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:

(1) jika R/C > 1, maka usahatani ikan mas yang dilakukan menguntungkan karena penerimaan total lebih besar dari biaya total.

(2) jika R/C = 1, maka usahatani ikan mas yang dilakukan berada pada titik impas, karena penerimaan total sama dengan biaya total.

(3) jika R/C < 1, maka usahatani ikan mas yang dilakukan tidak

menguntungkan karena penerimaan total lebih kecil dari biaya total. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh keterangan bahwa semakin besar R/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh. Hal tersebut dapat dicapai apabila alokasi faktor produksi lebih efisien.


(36)

(37)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Letak Geografis dan Luas Daerah Penelitian

Kecamatan Pagelaran adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pringsewu yang terkenal dengan hasil Perikanan Daratnya di Lampung, sehingga dijadikan daerah sentra ikan darat. Kecamatan Pagelaran memiliki luas wilayah sebesar 83,53km² atau sebesar 13,27% dari total luas Kabupaten Pringsewu. Jarak pusat pemerintah Kecamatan Pagelaran dari ibukota Kabupaten Pringsewu adalah 10 km dan dari jarak dari ibukota Provinsi Lampung adalah 55 km. Kecamatan Pagelaran memiliki 16 pekon dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pagelaran Utara. 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pardasuka.

3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus. 4. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pringsewu.

B. Topografi, Kondisi Tanah dan Iklim

Kecamatan Pagelaran merupakan daerah datar dan bergelombang dengan

ketinggian 120-200 meter di atas permukaan laut. Kenampakan alam dan buatan di Kecamatan Pagelaran adalah sungai, sawah, kolam,bendungan, gunung,


(38)

kebun, pemukiman, sekolah, dan bangunan umum lainnya. Kenampakan yang paling dominan adalah sawah, kolam, kebun, dan pemukiman.

Jenis tanah di Kecamatan Pagelaran adalah podzolik merah kuning dengan kedalaman solum tanah antara 20-30 cm. curah hujan rata-rata 3000 mm/thn dengan jumlah bulan basah antara 8-9 bulan dan bulan kering antara 3-4 bulan dalam setahun. Dilihat dari curah hujan yang terjadi, Kecamatan Pagelaran ini tergolong daerah yang memiliki kondisi iklim agak basah. Suhu rata-rata di Kecamatan Pagelaran adalah 300 C. Penggunaan lahan di Kecamatan Pagelaran dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas lahan menurut pekon dan penggunaannya di Kecamatan Pagelaran 2013.

No Nama Pekon kolam (ha) Lahan Pertanian lain (ha)

Bukan Pertanian (ha)

Jumlah (ha) 1. Bumi Ratu 19,450 484,660 19,450 611,70 2. Pemenang 17,530 233,380 17,530 325,34

3. Pasir Ukir 5,000 477,870 5,000 504,98

4. Panutan 20,050 82,450 20,050 142,29

5. Karang Sari 6,570 173,230 6,570 312,81

6. Patoman 30,260 120,290 30,260 274,20

7. Gumuk Mas 13,507 94,083 13,507 166,54

8. Gumuk Rejo 17,884 237,816 17,884 308,02 9. Pagelaran 60,700 149,020 60,700 309,20 10. Gemah Ripah 8,180 82,970 8,180 114,80 11. Way Ngison 10,818 88,292 10,818 135,22 12. Lugu Sari 54,247 30,943 54,247 118,35 13. Suka Ratu 20,111 193,219 20,111 225,61 14. Suka Wangi 9,650 167,870 9,650 186,73 15. Candi Retno 13,062 196,958 13,062 413,4 16. Tanjung Dalam 6,005 182,785 6,005 227,85

Total 313,022 3.308,86 2995,836 6.617,72


(39)

Dari Tabel. 4 dapat diketahui bahwa 49,99% lahan digunakan untuk pertanian baik digunakan untuk menanam padi, maupun palawija. Dan sebesar Artinya

Kecamatan Pagelaran merupakan daerah sentra pertanian. Dan 9,46% dari lahan pertanian adalah kolam.

C. Keadaan Demografi Kecamatan Pagelaran

Jumlah penduduk di Kecamatan Pagelaran sebanyak 59.585 jiwa yang terdiri dari 30.993 orang penduduk laki-laki dan 28592 orang penduduk perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak12.475 KK yang tersebar di 16 Pekon. Sebaran penduduk menurut pekon dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel. 5.

Tabel 5. Penduduk pagelaran menurut pekon dan jenis kelamin di Kecamatan Pagelaran.

No Nama Pekon Laki laki Perempuan Jumlah

1. Bumi Ratu 1.809 1.676 3.485

2. Pemenang 1.769 1600 3.369

3. Pasir Ukir 800 763 1563

4. Panutan 1.367 1309 2.676

5. Karang Sari 1.564 1.376 2940

6. Patoman 2.341 2309 4.650

7. Gumuk Mas 1.417 1.348 2.765

8. Gumuk Rejo 1.815 1.659 3.474

9. Pagelaran 2.908 2.781 5.689

10. Gemah Ripah 694 666 1.360

11. Way Ngison 1.326 1.192 2.518

12. Lugu Sari 1.416 1.282 2.698

13. Suka Ratu 834 805 1.639

14. Suka Wangi 252 257 509

15. Candi Retno 2225 1.985 4.210

16. Tanjung Dalam 751 724 1.475

Total 23.288 21.732 35.822


(40)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil uji tunggal (uji t) menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 99% hanya ada dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas yaitu jumlah bibit dan pakan. dan lima variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas yaitu variabel luas kolam, tenaga kerja, kapur, pupuk kandang, dan pendidikan petani responden. Dengan tingkat

kepercayaan 99%.

2. Usahatani ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu secara finansial menguntungkan dengan pendapatan atas biaya tunai sebesar

Rp. 4.329.118,66 dengan R/C rasio sebesar 1,44 dan pendapatan atas biaya total Rp. 3.226.376,74 dengan R/C rasio sebesar 1,29.


(41)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Petani diharapkan meningkatkan penggunaan bibit ikan dan pelet, karena kedua faktor tersebut masih dapat meningkatkan produksi ikan mas, dan mengefisienkan penggunaan tenaga kerja;

2. Pemerintah diharapkan mengadakan penyuluhan ataupun pelatihan mengenai pemeliharaan ikan mas yang baik dan cara penanggulangan penyakit pada ikan mas


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Edi dan Evi Liviawati. 1988. Beberapa Metode Budidaya Ikan, Kanisius. Yogyakarta.

Anggraini, Septi. 2010. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Jalar (Ipomoea batatas) di Desa Marga Agung Kecamatan Jati Agung, Skripsi Universitas Lampung. Lampung. Ardi, Hamzah. 2019. Penebaran ikan.

budidayakoi.blogspot.com/2009/04/penebaran-ikan.html ( 13 mei 2013) Badan Pusat Statistik. 2012. Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung.

Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik. 2012. Pringsewu Dalam Angka. BPS Kabupaten Pringsewu. Bandar Lampung.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Pringsewu, 2012. Laporan Tahunan. Pringsewu.

Dahuri, Rukmana. 1993. Pembangunan Sumber Daya Perikanan Secara Berkelanjutan, Puslitbang Perikanan. Jakarta.

Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi. 2010. Tentang Budidaya Perikanan. .BPP Teknologi. Jakarta.

Fatimah, Aty. 2010. Analisi Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Unggul di Kecamatan Terbanggi Besar kabupaten Lampung Tengah, Skripsi Universitas Lampung. Lampung.

Indah Susantun, 2000. Fungsi Keuntungan Cobb Douglas dalam Perdagangan Efisiensi Ekonomi Relatif. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.5 No.2 hal 149– 161

Kementerian Negara Riset dan Teknologi. 1999. Teknologi tepat guna. http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=3&doc=3a6 (13 mei 2013)

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LLP3ES. Jakarta. Nasir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Nicholson, Walter. 1995. Teori Ekonomi Mikro, Prinsip Dasar dan


(43)

Pemerintah Kecamatan Pagelaran. 2012. Monografi Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu . Pagelaran.

Prihatman, Kemal. 2000. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Bappenas. Jakarta.

Rahardi, F. 1993. Kristiawati, Regina. Nazaruddin. Agribisnis Perikanan, Penerbit Swadaya, Jakarta.

Sandy, Tita. 2009. Pengujian Hipotesis Distribusi Uji T dan F Pada Model

Regresi Berganda. http://titaviolet.wordpress.com/2009/07/17/pengujian-hipotesis-distribusi-uji-t-dan-f-pada-model-regresi-berganda.

(13 mei 2013)

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cbb Douglas. PT. Raja Grafindo persada. Jakarta.

Sudrajat, Jajat. 2010. Analisi Keuntungan dan Faktor Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha Budidaya Lele Dumbo (Carias gariepinus) dalam Kolam di Kota Bandar Lampung, Universitas Lampung. Lampung.


(1)

kebun, pemukiman, sekolah, dan bangunan umum lainnya. Kenampakan yang paling dominan adalah sawah, kolam, kebun, dan pemukiman.

Jenis tanah di Kecamatan Pagelaran adalah podzolik merah kuning dengan kedalaman solum tanah antara 20-30 cm. curah hujan rata-rata 3000 mm/thn dengan jumlah bulan basah antara 8-9 bulan dan bulan kering antara 3-4 bulan dalam setahun. Dilihat dari curah hujan yang terjadi, Kecamatan Pagelaran ini tergolong daerah yang memiliki kondisi iklim agak basah. Suhu rata-rata di Kecamatan Pagelaran adalah 300 C. Penggunaan lahan di Kecamatan Pagelaran dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas lahan menurut pekon dan penggunaannya di Kecamatan Pagelaran 2013.

No Nama Pekon kolam (ha) Lahan Pertanian lain (ha)

Bukan Pertanian (ha)

Jumlah (ha)

1. Bumi Ratu 19,450 484,660 19,450 611,70

2. Pemenang 17,530 233,380 17,530 325,34

3. Pasir Ukir 5,000 477,870 5,000 504,98

4. Panutan 20,050 82,450 20,050 142,29

5. Karang Sari 6,570 173,230 6,570 312,81

6. Patoman 30,260 120,290 30,260 274,20

7. Gumuk Mas 13,507 94,083 13,507 166,54

8. Gumuk Rejo 17,884 237,816 17,884 308,02

9. Pagelaran 60,700 149,020 60,700 309,20

10. Gemah Ripah 8,180 82,970 8,180 114,80

11. Way Ngison 10,818 88,292 10,818 135,22

12. Lugu Sari 54,247 30,943 54,247 118,35

13. Suka Ratu 20,111 193,219 20,111 225,61

14. Suka Wangi 9,650 167,870 9,650 186,73

15. Candi Retno 13,062 196,958 13,062 413,4

16. Tanjung Dalam 6,005 182,785 6,005 227,85 Total 313,022 3.308,86 2995,836 6.617,72 Sumber: Monografi Kecamatan Pagelaran tahun 2012


(2)

Kecamatan Pagelaran merupakan daerah sentra pertanian. Dan 9,46% dari lahan pertanian adalah kolam.

C. Keadaan Demografi Kecamatan Pagelaran

Jumlah penduduk di Kecamatan Pagelaran sebanyak 59.585 jiwa yang terdiri dari 30.993 orang penduduk laki-laki dan 28592 orang penduduk perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak12.475 KK yang tersebar di 16 Pekon. Sebaran penduduk menurut pekon dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel. 5. Tabel 5. Penduduk pagelaran menurut pekon dan jenis kelamin di Kecamatan

Pagelaran.

No Nama Pekon Laki laki Perempuan Jumlah

1. Bumi Ratu 1.809 1.676 3.485

2. Pemenang 1.769 1600 3.369

3. Pasir Ukir 800 763 1563

4. Panutan 1.367 1309 2.676

5. Karang Sari 1.564 1.376 2940

6. Patoman 2.341 2309 4.650

7. Gumuk Mas 1.417 1.348 2.765

8. Gumuk Rejo 1.815 1.659 3.474

9. Pagelaran 2.908 2.781 5.689

10. Gemah Ripah 694 666 1.360

11. Way Ngison 1.326 1.192 2.518

12. Lugu Sari 1.416 1.282 2.698

13. Suka Ratu 834 805 1.639

14. Suka Wangi 252 257 509

15. Candi Retno 2225 1.985 4.210

16. Tanjung Dalam 751 724 1.475

Total 23.288 21.732 35.822


(3)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil uji tunggal (uji t) menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 99% hanya ada dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas yaitu jumlah bibit dan pakan. dan lima variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ikan mas yaitu variabel luas kolam, tenaga kerja, kapur, pupuk kandang, dan pendidikan petani responden. Dengan tingkat

kepercayaan 99%.

2. Usahatani ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu secara finansial menguntungkan dengan pendapatan atas biaya tunai sebesar

Rp. 4.329.118,66 dengan R/C rasio sebesar 1,44 dan pendapatan atas biaya total Rp. 3.226.376,74 dengan R/C rasio sebesar 1,29.


(4)

berikut:

1. Petani diharapkan meningkatkan penggunaan bibit ikan dan pelet, karena kedua faktor tersebut masih dapat meningkatkan produksi ikan mas, dan mengefisienkan penggunaan tenaga kerja;

2. Pemerintah diharapkan mengadakan penyuluhan ataupun pelatihan mengenai pemeliharaan ikan mas yang baik dan cara penanggulangan penyakit pada ikan mas


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Edi dan Evi Liviawati. 1988. Beberapa Metode Budidaya Ikan, Kanisius. Yogyakarta.

Anggraini, Septi. 2010. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Jalar (Ipomoea batatas) di Desa Marga Agung Kecamatan Jati Agung, Skripsi Universitas Lampung. Lampung. Ardi, Hamzah. 2019. Penebaran ikan.

budidayakoi.blogspot.com/2009/04/penebaran-ikan.html ( 13 mei 2013) Badan Pusat Statistik. 2012. Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung.

Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik. 2012. Pringsewu Dalam Angka. BPS Kabupaten Pringsewu. Bandar Lampung.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Pringsewu, 2012. Laporan Tahunan. Pringsewu.

Dahuri, Rukmana. 1993. Pembangunan Sumber Daya Perikanan Secara Berkelanjutan, Puslitbang Perikanan. Jakarta.

Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi. 2010. Tentang Budidaya Perikanan. .BPP Teknologi. Jakarta.

Fatimah, Aty. 2010. Analisi Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Unggul di Kecamatan Terbanggi Besar kabupaten Lampung Tengah, Skripsi Universitas Lampung. Lampung.

Indah Susantun, 2000. Fungsi Keuntungan Cobb Douglas dalam Perdagangan Efisiensi Ekonomi Relatif. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.5 No.2 hal 149– 161

Kementerian Negara Riset dan Teknologi. 1999. Teknologi tepat guna. http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=3&doc=3a6 (13 mei 2013)

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LLP3ES. Jakarta. Nasir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Nicholson, Walter. 1995. TeoriEkonomi Mikro, Prinsip Dasar dan


(6)

Prihatman, Kemal. 2000. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Bappenas. Jakarta.

Rahardi, F. 1993. Kristiawati, Regina. Nazaruddin. Agribisnis Perikanan, Penerbit Swadaya, Jakarta.

Sandy, Tita. 2009. Pengujian Hipotesis Distribusi Uji T dan F Pada Model

Regresi Berganda. http://titaviolet.wordpress.com/2009/07/17/pengujian-hipotesis-distribusi-uji-t-dan-f-pada-model-regresi-berganda.

(13 mei 2013)

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cbb Douglas. PT. Raja Grafindo persada. Jakarta.

Sudrajat, Jajat. 2010. Analisi Keuntungan dan Faktor Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha Budidaya Lele Dumbo (Carias gariepinus) dalam Kolam di Kota Bandar Lampung, Universitas Lampung. Lampung.