ANALISIS PENDAPATAN, RISIKO, DAN EFISIENSI SISTEM PEMASARAN IKAN GURAMI DI KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU
ANALISIS PENDAPATAN, RISIKO, DAN EFISIENSI
SISTEM PEMASARAN IKAN GURAMI DI KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
RISHA OKTAVIANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
pada Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(2)
ii ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN, RISIKO, DAN EFISIENSI SISTEM PEMASARAN IKAN GURAMI DI KECAMATAN PAGELARAN
KABUPATEN PRINGSEWU Oleh
Risha Oktaviana
Tujuan penelitian ini adalah menghitung besarnya pendapatan, risiko, dan efisiensi sistem pemasaran usaha budidaya ikan gurami di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Penelitian dilakukan di Pekon Lugusari dengan daerah penelitian dipilih secara sengaja (purposive). Pengambilan sampel dilakukan secara sensus dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 79 orang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2012. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis pendapatan, pengukuran risiko secara statistik dilakukan dengan menggunakan ukuran ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation), sedangkan analisis pemasaran dilakukan dengan menggunakan S-C-P.
Hasil penelitian menunjukkan pendapatan rata-rata yang dihasilkan petani yaitu Rp 40.110.696,80 per 0,18 Ha per produksi. Namun, peluang risiko yang dihadapi tinggi dengan nilai koefisien variasi sebesar 0,86 dan batas bawah sebesar Rp-28.529.605,68 diikuti lamanya usaha ikan gurami yang dilakukan. Sistem pemasaran yang terjadi belum efisien yang dapat dilihat dari : (a) struktur pasar yang terbentuk yaitu pasar oligopoli, (b) kondisi pasar yang terjadi pembeli yang bebas keluar masuk pasar serta tidak ada pembagian wilayah yang jelas antara pedagang yang satu dengan pedagang yang lain, (c) terdapat 4 saluran pemasaran yang terbentuk dengan saluran pemasaran paling efisien adalah Saluran III yang ditunjukkan dengan produser share terbesar yaitu 93, 25 %, nilai RPM paling kecil sebesar 1,95, dan produk dijual dalam bentuk segar serta cepat disalurkan.
(3)
(4)
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 6
C. Kegunaan Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7
A. Tinjauan Pustaka ... 7
1. Teori Pendapatan Usahatani ... 7
2. Teori Risiko Usahatani dan Risiko Usaha Budidaya Ikan Gurami ... 9
3. Teori Pemasaran ... 11
a Definisi Pemasaran ... 11
b Sistem Pemasaran ... 13
c Saluran/Rantai Pemasaran ... 14
d Efisiensi Pemasaran ... 16
4. Karakteristik dan Bentuk Fisik Ikan Gurami ... 20
5. Kajian Penelitian Terdahulu ... 22
B. Kerangka Pemikiran ... 24
III. . METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 28
B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ... 32
C. Metode Pengumpulan Data ... 33
D. Metode Analisis Data ... 33
1. Pendapatan Usahatani Ikan Gurami ... 33
2. Analisis Risiko Usahatani ... 34
3. Analisis Efisiensi Pemasaran ... 36
a Struktur Pasar ... 37
b Perilaku Pasar ... 37
(6)
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 42
1. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu... 42
a Letak Geografis ... 42
b Topografi dan Iklim ... 43
c Keadaan Demografi ... 43
2. Keadaan Umum Kecamatan Pagelaran ... 44
a Letak Geografis ... 44
b Keadaan Demografi ... 45
3. Keadaan Umum Pekon Lugusari... 45
a Letak Geografis ... 45
b Topografi dan Iklim ... 46
c Keadaan Demografi ... 46
d Jenis Lahan Pertanian ... 46
B. Hasil dan Pembahasan ... 47
1. Keadaan Umum Petani ... 47
a Umur ... 47
b Distribusi Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Berusahatani ... 48
c Luas Kolam ... 50
d Permodalan ... 51
2. Budidaya Ikan Gurami ... 51
a Bibit ... 51
b Persiapan Kolam dan Pemberian Bibit ... 52
c Pemeliharaan ... 54
d Penggunaan Tenaga Kerja ... 56
e Penggunaan Peralatan ... 57
3. Analisis Pendapatan Petani ... 59
4. Analisis Risiko Usaha Budidaya Ikan Gurami ... 61
5. Analisis Efisiensi Sistem Pemasaran Ikan Gurami ... 64
a Karakteristik Pedagang Ikan Gurami ... 64
b Karakteristik Konsumen Ikan Gurami ... 67
c Karakteristik Ikan Gurami Dalam Distribusi Pemasaran ... 68
d Analisis Efisiensi Sistem Pemasaran ... 69
1) Struktur Pasar (Market Structure) ... 69
2) Perilaku Pasar (Market Conduct) ... 72
3) Keragaan Pasar (Market Performance) ... 74
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 92
(7)
I. II. III. IV. V.
VI. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah
Subsektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu dari sektor pertanian yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat. Hal ini terlihat dari sumberdaya hayati yang melimpah pada subsektor ini serta memiliki nilai ekonomi tinggi. Indonesia merupakan negara yang memiliki produksi perikanan tangkap terbesar ke-4 dunia setelah China, Peru, Amerika Serikat, dan Chile. Akan tetapi,
menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad, produksi Indonesia masih tergolong kecil, yakni 5,05 persen dari total perikanan tangkap dunia (Siahaan, 2012).
Menyadari potensi tersebut, pemerintah khususnya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya memajukan bidang kelautan dan perikanan. Hal ini dilakukan dengan cara terus meningkatkan produksi yang dapat dihasilkan dari bidang perikanan dan kelautan. Hasil dari subsektor perikanan dan kelautan tidak hanya diperoleh dari laut, tetapi juga dari daratan yang dikenal dengan perikanan air tawar. Sumberdaya perairan tawar di Indonesia meliputi perairan umum (sungai, waduk, dan rawa), sawah (mina padi), dan kolam.
(8)
Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi di bidang budidaya air tawar. Produktivitas ikan air tawar di Kabupaten Pringsewu menempati urutan ke tiga setelah Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur. Data jumlah total produksi ikan air tawar dan luas lahan per
kabupaten/kota di Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi ikan dan luas lahan air tawar per kabupaten/kota di Propinsi Lampung, tahun 2012
No Kabupaten/kota Jumlah total
(ton)
Luas lahan (ha)
Produktivitas (ton/ha)
1 Lampung Timur 6,381.81 1,587.00 4.02
2 Lampung Tengah 27,373.90 6,158.69 4.44
3 Lampung Selatan 1,002.20 454.06 2.20
4 Kota Bandar Lampung 701.12 140.71 4.98
5 Lampung Barat 887.60 1,500.00 0.59
6 Tulang Bawang 154.36 30.00 5.14
7 Tanggamus 2,568.00 422.55 6.07
8 Lampung Utara 1,166.33 1,935.20 0.60
9 Kota Metro 1,708.92 600.00 2.84
10 Way Kanan 2,356.63 840.81 2.78
11 Pesawaran 1,080.01 158.40 6.81
12 Pringsewu 5,020.60 535.00 9.38
13 Mesuji 245.66 266.67 0.92
14 Tulang Bawang Barat 232.40 257.00 0.90
15 Jumlah Total 50,879.54 14,886.09 51.67
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung, 2011
Pringsewu merupakan kabupaten baru hasil pemekaran Kabupaten Tanggamus. Pada budidaya ikan air tawar biasanya banyak sekali jenis ikan yang
dibudidayakan. Dahulu ikan yang menjadi budidaya utama adalah ikan mas dan ikan lele, tetapi sekarang masyarakat mulai beralih ke budidaya ikan gurami.
(9)
Ikan gurami merupakan ikan yang mulai dibudidayakan, sehingga tingkat produksinya masih rendah. Kabupaten Pringsewu memiliki 8 kecamatan dan Pagelaran merupakan produsen ikan air tawar seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi dan luas lahan perikanan ikan air tawar Kabupaten Pringsewu per kecamatan, tahun 2012
No Kecamatan Luas Lahan (ha) Produksi (ton) Produktivitas
1 Pagelaran 324.00 3,147.20 68.20
2 Pringsewu 46.00 351.80 7.63
3 Sukoharjo 12.00 97.15 2.11
4 Parda Suka 15.50 97.10 2.11
5 Gading Rejo 41.50 218.55 4.73
6 Adiluwih 6.35 21.56 0.48
7 Ambarawa 29.00 268.60 5.83
8 Banyumas 29.00 413.25 8.91
Jumlah 503.60 4,615.21 100.00
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Pringsewu, 2011
Kecenderungan beralihnya petani dari budidaya ikan mas dan ikan lele menjadi ikan gurami antara lain disebabkan oleh harga ikan gurami yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, seperti disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan jumlah produksi dan harga jual beberapa jenis ikan air tawar di Kabupaten Pringsewu, tahun 2012
Tahun Produksi (ton) Tingkat harga (Rp/kg)
Mas Gurami Lele Mas Gurami Lele
2007 2.225,20 35,60 1.053,30 10.300 18.000 8.500 2008 2.158,70 39,80 1.651,30 14.500 20.300 10.600 2009 4.615,86 306,58 1.392,59 7.500 24.500 11.000 2010 1.761,47 434,87 1.712,00 18.000 25.000 14.000
2011 1.606,90 376,48 2.567,32 23.000 30.000 19.000
(10)
Berdasarkan Tabel 3 harga ikan gurami merupakan satu-satunya harga ikan air tawar yang tidak pernah mengalami penurunan yang menyebabkan pendapatan tinggi. Selain itu, ikan gurami banyak diminati konsumen terutama rumah makan. Sebagian masyarakat akan merasa memiliki gengsi yang ‘lebihtinggi’ ketika mereka mampu untuk mengkonsumsi ikan gurami. Selain nilai gizinya yang tinggi, ikan ini lebih disukai karena memiliki daging yang padat, kenyal, dan gurih serta memiliki nilai gizi yang tinggi (Sitanggang dan Sarwono, 2006).
Kecamatan Pagelaran merupakan kecamatan yang terdiri dari 24 pekon. Pekon yang menjadi sentra usaha budidaya ikan air tawar yaitu Lugusari. Sebagian besar masyarakatnya bekerja di bidang perikanan baik sebagai petani pemilik kolam, maupun buruh. Pekon ini juga memiliki sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk kolam persawahan, karena daerah ini merupakan tempat pembuangan akhir pengairan irigasi sawah.
Pertanian merupakan sektor yang setiap aktivitas proses produksinya selalu dihadapkan dengan situasi risiko dan ketidakpastian. Sumber ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah fluktuasi hasil pertanian dan fluktuasi harga (Soekartawi, Rusmadi, Damaijati, 1993). Harga ikan gurami pada tingkat petani ditentukan oleh banyaknya produksi ikan yang tersedia. Karena masa pemeliharaan ikan gurami yang lebih lama dari ikan air tawar lainnya, maka ketersediaan ikan gurami memang tidak sebanyak ikan air tawar lainnya. Hal ini menjadi salah satu penyebab harga yang dimiliki ikan ini tidak pernah
(11)
Selain itu, pada umumnya iklim serta kondisi alam yang tidak dapat diprediksi, mudah berubah, dan tidak dapat dikendalikan merupakan masalah yang harus dihadapi oleh petani. Permasalahan tersebut menimbulkan risiko usaha sehingga mengancam pendapatan yang dapat diperoleh petani. Usaha budidaya ikan gurami belum banyak diusahakan oleh petani ikan gurami khususnya di daerah penelitian karena sumber risiko yang ada. Risiko dan ketidakpastian yang ada harus dapat diatasi agar kerugian dapat diminimalisir. Oleh karena itu petani harus mengetahui seberapa besar risiko usaha yang dihadapi dalam melakukan budidaya ikan gurami.
Pemasaran merupakan proses menyalurkan produknya hingga sampai ke tangan konsumen. Seringkali dijumpai adanya rantai pemasaran yang panjang dengan banyak pelaku pemasaran yang terlibat. Akibatnya, balas jasa yang harus diambil oleh para pelaku pemasaran menjadi besar yang akhirnya akan
mempengaruhi tingkat harga. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pemasaran yang terjadi belum efisien (Mubyarto, 1989). Sistem pemasaran ikan gurami perlu mendapat perhatian karena diduga fungsi-fungsi pemasaran belum berjalan dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian adalah :
1. Berapa pendapatan yang diperoleh petani dari usaha budidaya ikan gurami di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu?
(12)
2. Berapakah risiko usaha budidaya ikan gurami di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu?
3. Apakah sistem pemasaran ikan gurami di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu sudah efisien?
B. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menghitung nilai keuntungan yang diperoleh petani dari usaha budidaya ikan gurami di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.
2. Mengetahui risiko usaha budidaya ikan gurami di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.
3. Menganalisis efisiensi sistem pemasaran ikan gurami di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.
C. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna bagi :
1. Petani ikan gurami di Kecamatan Pagelaran, sebagai bahan masukan dalam melakukan usaha budidaya ikan gurami dan pemasarannya.
2. Pemerintah atau instansi terkait, sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk mengembangkan produksi ikan gurami. 3. Peneliti lain, sebagai bahan referensi atau pustaka untuk penelitian selanjutnya
(13)
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A.Tinjauan Pustaka
1. Teori Pendapatan Usahatani
Menurut Saparinto (2008), analisis usahatani dilakukan karena setiap kegiatan usahatani membutuhkan input. Input tersebut diantaranya sumberdaya alam, sumber modal, keahlian, tanah/lokasi, dan input lain yang ketersediaannya sangat terbatas. Untuk mendapatkan output yang optimal dari input yang dimiliki, diperlukan adanya perhitungan yang matang agar kegiatan tersebut menghasilkan manfaat (benefit).
Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi (Hernanto 1994).
(14)
Pendapatan usahatani diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh petani dalam usahataninya selama satu kali produksi atau satu tahun yang diperhitungkan dari hasil penjualan atau perolehan produksi dalam
usahataninya. Pendapatan bersih adalah hasil pendapatan keseluruhan atau pendapatan kotor yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (Soedarsono, 1994)
Menurut Soekartawi (1993) biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi. Secara matematis rumus pendapatan yaitu (Soekaratawi, 1995):
π
= Y. Py –Σ
Xi.Pxi - BTT Keterangan :π
= Pendapatan (Rp) Y = Hasil produksi (Kg) Py = Harga hasil produksi (Rp)Xi = Faktor produksi variabel (i = 1,2,3,….,n) Pxi = Harga faktor produksi variabel ke-i (Rp) BTT = Biaya tetap total (Rp)
Pendapatan juga dapat dihitung menggunakan rumus (Soekartawi, 1995):
= TR-TC ……… (2)
Keterangan :
π = keuntungan/pendapatan
TR = Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (total biaya)
(15)
2. Teori Risiko Usahatani dan Risiko Usaha Budidaya Ikan Gurami Kegiatan pada sektor pertanian yang menyangkut proses produksi selalu dihadapkan dengan situasi risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty). Risiko adalah peluang terjadinya kemungkinan merugi dapat diketahui terlebih dahulu. Ketidakpastian adalah sesuatu yang tidak bisa diramalkan sebelumnya, dan karenanya peluang terjadinya merugi belum diketahui sebelumnya. Sumber ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah fluktuasi hasil pertanian dan fluktuasi harga. Ketidakpastian hasil pertanian disebabkan oleh faktor alam seperti iklim, hama dan penyakit serta
kekeringan. Jadi produksi menjadi gagal dan berpengaruh terhadap keputusan petani untuk berusahatani berikutnya. Selain itu, ketidakpastian harga
meyebabkan fluktuasi harga dimana keinginan pedagang memperoleh keuntungan besar dan rantai pemasaran yang panjang sehingga terjadi turun naiknya harga (Soekartawi, Rusmadi, dan Damaijati, 1993).
Menurut Harwood et al. (1999) dan Moschini dan Hennessy (1999), beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani diantaranya adalah: (1) Risiko Produksi; (2) Risiko Pasar atau Harga; (3) Risiko Kelembagaan; (4) Risiko Kebijakan; (5) Risiko Finansial. Dari beberapa sumber tersebut ternyata risiko yang paling utama dihadapi usaha sayuran organik diantaranya adalah risiko produksi dan harga produk.
(16)
Darmawi (1997) menyatakan bahwa sumber penyebab risiko dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) Risiko Sosial; (2) Risiko Fisik; (3) Risiko Ekonomi. Sedangkan menurut Kadarsan (1992) sumber penyebab risiko adalah : (1) Risiko Produksi; (2) Risiko Harga; (3) Risiko Teknologi; (4) Risiko karena tindakan pihak lain; (5) Risiko Sakit.
Menurut Kountur (2008) suatu kejadian bisa berakibat merugikan ataupun menguntungkan. Berdasarkan akibat yang ditimbulkan, risiko dikategorikan menjadi dua yaitu risiko murni dan risiko spekulatif. Apabila suatu kejadian bisa berakibat hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan, maka risiko tersebut disebut risiko murni. Risiko spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian, tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.
Menurut Darmawi (1997) risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga yang
mengacu pada ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Sedangkan kondisi yang tidak pasti timbul karena berbagai sebab, antara lain :
a. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu
berakhir. Semakin panjang jarak waktu, semakin besar ketidakpastiannya. b. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.
(17)
Pengukuran risiko secara statistik dilakukan dengan menggunakan ukuran ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation). Kedua cara ini menjelaskan risiko dalam arti kemungkinan penyimpangan pengamatan sebenarnya disekitar nilai rata-rata yang diharapkan. Besarnya keuntungan yang diharapkan (E) menggambarkan jumlah rata-rata keuntungan yang diperoleh petani, sedangkan simpangan baku (V) merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang mungkin diperoleh atau merupakan risiko yang ditanggung petani. Selain itu penentuan batas bawah sangat penting dalam pengambilan keputusan petani untuk mengetahui jumlah hasil terbawah di bawah tingkat hasil yang diharapkan. Batas bawah keuntungan (L)
menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh petani (Kadarsan, 1995).
3. Teori Pemasaran a. Definisi Pemasaran
Pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif. Permintaan efektif disini dimaksudkan adalah keinginan untuk membeli yang dihubungkan dengan kemampuan untuk membayar atau juga permintaan efektif dapat diartikan jumlah yang diminta sesuai dengan harga normal (Nitisemito, 1992).
(18)
Assauri (1992) mendefinisikan pemasaran sebagai usaha untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang- orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang tepat dan dengan menggunakan promosi serta komunikasi yang tepat.
Pengertian pemasaran secara sederhana dijelaskan pula oleh Hasyim (1994), yaitu semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran bukanlah semata-mata kegiatan untuk menjual barang atau jasa, sebab kegiatan sebelum dan sesudahnya juga merupakan kegiatan pemasaran. Meskipun demikian, setiap kegiatan tersebut harus dilakukan secara efisien sehingga secara ekonomi dapat dipertanggungjawabkan.
Pemasaran mempunyai peranan yang penting dalam masyarakat karena pemasaran menyangkut berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang ekonomi dan sosial. Kotler (2001) menjelaskan bahwa terdapat lima faktor yang menyebabkan pemasaran itu penting bagi perusahaan secara umum, yaitu: (1) jumlah produk yang dijual menurun, (2) pertumbuhan penampilan perusahaan menurun, (3) terjadinya perubahan yang diinginkan konsumen, (4) kompetisi yang semakin tajam, dan (5) terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan. Untuk komoditi pertanian, pemasaran terjadi bukan saja ditentukan oleh lima aspek tersebut, tetapi ditentukan pula oleh aspek lainnya, yaitu : (1) kebutuhan yang mendesak, (2) tingkat komersialisasi produsen (petani), (3) keadaan
(19)
harga yang menguntungkan, dan (4) karena adanya peraturan yang mengharuskan petani untuk menjual hasil pertaniannya walaupun kondisi harga tidak begitu menguntungkan.
Dalam pemasaran suatu barang dan jasa dari produsen ke konsumen terdapat berbagai pihak yang terlibat yang disebut lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran adalah segala usaha yang terkait dalam jaringan lalu lintas barang-barang di masyarakat, seperti halnya jasa-jasa yang ditawarkan oleh agen-agen atau perusahaan dagang, perbankan, perusahaan pengepakan dan peti kemas, perusahaan angkutan, asuransi dan sebagainya. Lembaga pemasaran memegang peranan penting dan menentukan saluran pemasaran. Masing-masing lembaga pemasaran memiliki fungsi pemasaran yang berbeda. Perbedaan inilah yang menyebabkan biaya dan keuntungan pemasaran menjadi berbeda di setiap lembaga pemasaran. Fungsi pemasaran tersebut dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan pemasaran, seperti pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan (Soekartawi, 2003).
b. Sistem Pemasaran
Tujuan sistem pemasaran di negara berkembang antara lain : (a) Efisiensi yang lebih tinggi dari penggunaan sumber
(b) Harga pada tingkat konsumen yang lebih rendah dan pembagian marjin yang adil kepada produsen dengan bertambahnya jasa pemasaran yang dinikmati mereka.
(20)
(c) Meningkatkan intensitas persaingan sampai memberikan konsekuensi yang diinginkan.
(d) Mendidik konsumen dalam harga dan kualitas (e) Meminimisasi produk yang hilang
(f) Pembangunan dan pertumbuhan sektor jasa pemasaran (g) Meningkatkan penerapan tenaga kerja (Hasyim, 2003).
c. Saluran /Rantai Pemasaran
Saluran pemasaran merupakan saluran yang menghubungkan pembeli dengan penjual. Terdapat tiga jenis saluran, yaitu saluran komunikasi, saluran
distribusi, dan saluran layanan. Saluran komunikasi mengirimkan ke pembeli dan menerima pesan dari pembeli sasaran. Saluran distribusi menujukan, menjual, dan mengirimkan fisik produk atau layanan kepada pembeli atau pemakai (Kotler, 2003). Menurut Soekartawi (1993), saluran pemasaran pada prinsipnya merupakan aliran barang dari produsen ke konsumen dan terjadi karena adanya lembaga perantara pemasaran.
Menurut Downey dan Erickson (2004), fungsi lembaga pemasaran dikelompokkan menjadi :
a. Fungsi pemasaran (exchange function) yang meliputi penjualan dan pembelian, yang menciptakan kegiatan kegunaan hak milik.
b. Fungsi fisik (physical function) yang meliputi pengangkutan, penyimpanan dan pemprosesan produk yang menciptakan kegunaan tempat dan waktu.
(21)
c. Pendekatan serba fungsi, fungsi-fungsi apa saja yang digunakan pada proses tersebut.
d. Pendekatan teori ekonomi, meliputi masalah permintaan dan penawaran (termasuk elastisitasnya) yang dihadapi oleh setiap lembaga.
Rantai pemasaran melukiskan saluran yang lebih panjang yang menjangkau dari bahan mentah hingga komponen sampai produk akhir yang diserahkan kepada pembeli (Kotler, 2003). Dalam pemasaran komoditas pertanian sering dijumpai mata rantai pemasaran yang panjang dan melibatkan banyak pelaku pemasaran. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui suatu komoditas bergantung dari beberapa faktor, yaitu :
a. Jarak antara produsen dan konsumen
Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen, maka saluran pemasaran akan semakin panjang.
b. Cepat tidaknya produk rusak
Jika produk cepat atau mudah rusak, maka produk tersebut menghendaki saluran pemasaran yang pendek dan cepat.
c. Skala Produksi
Jika produksi berlangsung dalam ukuran-ukuran kecil, maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula. Hal ini akan
menguntungkan bila produsen langsung ke pasar. Dalam keadaan demikian, kehadiran pedagang perantara tidak dibutuhkan.
(22)
d. Posisi keuangan pengusaha
Produsen yang posisi keuangananya kuat, cenderung untuk
memperpendek saluran pemasaran dan melakukan fungsi tataniaga lebih banyakdibandingkan dengan pedagang yang posisi modalnya lemah.
d. Efisiensi Sistem Pemasaran
Efisiensi pemasaran bagi pengusaha adalah jika penjualan produknya dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi mereka, sedangkan efisienasi pemasaran bagi konsumen adalah jika konsumen mendapatkan barang yang diinginkan dengan harga rendah (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Semua kegiatan ekonomi tidak terkecuali pemasaran juga menghendaki adanya efisiensi. Menurut Mubyarto (1989), sistem pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat, yaitu:
1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya serendah mungkin.
2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang telah ikut serta didalam kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran komoditas tersebut.
Menurut Hasyim (1994), untuk melakukan analisis organisasi suatu pasar dapat dilakukan dengan model S-C-P (structure, conduct dan performance). Pada dasarnya, organisasi pasar secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga komponen, yaitu :
(23)
a. Struktur pasar (market structure) merupakan karakteristik yang menentukan hubungan antara para pembeli dan para penjual, antara penjual satu dengan penjual yang lain, dan hubungan antara penjual di pasar dengan para penjual potensial yang akan masuk ke dalam pasar. Struktur pasar menggambarkan hubungan antara penjual dan pembeli yang dilihat dari jumlah lembaga pemasaran, diferensiasi produk, dan kondisi keluar masuk pasar (entry condition).
b. Perilaku pasar (market conduct) merupakan pola tingkah laku dari lembaga pemasaran dalam hubungannya dengan sistem pembentukan harga dan praktek transaksi, melakukan pembelian dan penjualan, secara horizontal maupun vertikal, untuk tujuan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Perilaku pasar menggambarkan tingkah laku kegiatan pembeli dan penjual dalam melakukan pembelian, penjualan, penentuan harga, serta siasat pasar, seperti : potongan harga, penimbangan yang curang, dan lain-lain.
c. Keragaan pasar (market performance) merupakan gambaran pengaruh riil struktur dan perilaku pasar yang berkenaan dengan harga, biaya, dan volume produksi. Interaksi antara struktur dan perilaku pasar cenderung bersifat kompleks dan saling mempengaruhi secara dinamis. Untuk menganalisis keragaan pasar digunakan beberapa indikator, yaitu : (1) Saluran pemasaran
Saluran pemasaran merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai ke
(24)
konsumen. Saluran ditribusi juga merupakan sekelompok perusahaan dan perorangan yang memiliki hak kepemilikan atas produk, atau membantu memindahkan hak pemilikan produk atau jasa ketika dipindahkan dari produsen ke konsumen (Kotler, 1997). Definisi tersebut mengandung pengertian:
(a) Saluran pemasaran merupakan rantai yang terdiri dari beberapa kelompok lembaga yang mengadakan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan.
(b) Karena anggota-anggota kelompok terdiri dari beberapa pedagang dan agen, maka sebagian ada yang dikenal pembeli dan ada yang tidak.
(c) Pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran pemasaran. (d) Saluran pemasaran melaksanakan dua kegiatan penting, yaitu
menggolongkan produk dan mendistribusikannya (Kotler, 1997)
(2) Harga, biaya, dan volume penjualan
Keragaan pasar juga berkenaan dengan harga, biaya, dan volume penjualan masing-masing tingkat pasar, dimulai dari tingkat produsen, pedagang sampai ke konsumen.
(3) Pangsa pasar (Market Share)
Pangsa pasar bertujuan untuk mengetahui bagian harga yang dibayar konsumen akhir yang dapat dinikmati petani. Apabila pangsa pasar semakin tinggi, maka kinerja pasar semakin baik dari sisi petani.
(25)
(4) Marjin Pemasaran dan Rasio Profit Marjin
Hasyim (1994) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan marjin pemasaran secara umum adalah perbedaan harga-harga pada berbagai tingkat sistem pemasaran. Dalam bidang pertanian, marjin pemasaran dapat diartikan sebagai perbedaan antara harga pada tingkat usaha tani dengan harga di tingkat konsumen akhir atau pedagang eceran, dengan kata lain perbedaaan harga antara kedua tingkat pasar. Untuk melihat efisiensi pemasaran melalui analisis marjin dapat digunakan sebaran rasio profit marjin (RPM) atau rasio marjin keuntungan pada setiap lembaga pemasaran
(5) Elastisitas transmisi harga
Elastisitas transmisi harga menggambarkan sejauh mana dampak dari perubahan harga barang di satu tempat/tingkat terhadap perubahan harga barang tersebut di tempat/tingkat lain. Transmisi harga diukur melalui regresi sederhana diantara dua harga pada dua tingkat pasar yang selanjutnya dihitung elastisitasnya (Hasyim, 1994).
4. Karakteristik dan Bentuk Fisik Ikan Gurami
Gurami merupakan ikan yang berasal dari rawa, yang bisa hidup di sungai, rawa, telaga, atau kolam berair tawar. Ikan gurami memiliki bentuk badan yang pipih dan lebar. Pada ikan yang sudah dewasa, lebar badannya hampir dua kali panjang kepala. Gurami memiliki sepasang sirip perut yang
(26)
sebagai alat peraba. Panjang ikan mencapai 65 cm dengan berat badan dapat mencapai lebih dari 10 kg. Gurami merupakan ikan labirin dan omnivera karena menyantap beberapa serangga dan tumbuhan. Ikan gurami memiliki kadar protein sangat tinggi dan lemak yang rendah dengan kisaran 19% protein dan hanya 2,2% kandungan lemak alam daging gurami dan sisanya sekitar 70% terdiri dari vitamin, serat, dan air (Respati dan Santoso, 1993). Klasifikasi botani ikan gurami adalah :
Filum : Chordata Klas : Pisces Sub Kelas : Teleostei Ordo : Labyrinthici Sub Ordo : Anabantoidae Famili : Anabantidae Genus : Osphronemus
Species : Osphronemus goramy (Respati dan Santoso, 1993).
Gurami memiliki bentuk fisik yang khas. Badannya pipih, agak panjang dan lebar. Badan itu tertutup sisik yang kuat dengan tepi agak kasar. Mulutnya kecil, letaknya miring, tidak tepat di bawah ujung moncong. Bibir bawah terlihat menonjol sedikit dibanding bibir atas. Ujung mulut dapat
disembulkan sehingga tampak monyong (Respati dan Santoso, 1993).
Di Indonesia terdapat dua golongan ikan gurami berdasarkan bentuknya. Pertama, Ikan Gurami Angsa (Soang) yang memiliki ciri berbadan relatif panjang, bersisik lebar, dengan ukuran berat maksimum 8 kg dan panjang badan maksimum 65 cm yang memiliki warna abu-abu. Kedua, Ikan Gurami
(27)
Jepun (Jepang) yang memiliki ciri berbadan lebih pendek dengan bentuk sisik lebih kecil memiliki panjang maksimum 45 cm dengan warna putih abu-abu.
Pada bentuk fisiknya, gurami dewasa berbeda dengan gurami muda. Perbedaan yang ada terletak pada ukuran tubuh, warna, bentuk kepala dan dahi. Warna dan perilaku gurami muda jauh lebih menarik dibandingkan gurami dewasa (Sitanggang dan Sarwono, 2006). Terdapat pula perbedaan antara ikan gurami jantan dan betina yang disajikan pada Tabel 4 menurut
Sandjaya dan Riski (2006).
Ikan gurami memiliki keistimewaan, yaitu mampu mengambil oksigen dari udara bebas. Oksigen yang terisap akan diikat olehnya dengan labirin. Gurami dapat hidup di perairan dengan kondisi oksigen terlarut sangat rendah, asalkan udara di atas permukaan air tersedia. Oleh karena itu, gurami sering kelihatan menyembulkan mulutnya di permukaan (Sitanggang dan Sarwono, 2006). Tabel 4. Perbedaan ikan gurami jantan dan betina
Jantan Betina
Dahi menonjol Dahi dempak
Dasar sirip dada terang keputihan Dasra sirip dada gelap kehitaman
Dagu kuning Dagu keputihan sedikit coklat
Jika diletakkan pada tempat datar ekornya akan naik ke atas
Jika diletakkan pada tempat datar ekornya digerak-gerakkan Bila dipencet perlahan, kelaminnya
mengeluarkan cairan seperti susu
Bila dipencet perlahan kelaminnya tidak mengeluarkan apa-apa Sumber : Sandjaya dan Riski, 2006.
(28)
5. Kajian Penelitian Terdahulu
Menurut Rahayu (2011) tentang analisis pendapatan usaha pembesaran ikan nila merah di Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten, disimpulkan bahwa usaha pembesaran ikan nila merah di kolam deras yang dijalankan efisien, dengan hasil R/C rasio sebesar 1,05 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan selama proses pembesaran akan memberikan penerimaan sebesar 1,05 kali dari biaya yang telah dikeluarkan.
Hasil penelitian Septiara, Maulina, dan Buwono (2012) tentang analisis pemasaran ikan mas koki (Carassius auratus) di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang, dihasilkan bahwa terdapat 4 saluran pemasaran yang terbentuk dengan Saluran II memiliki tingkat efisiensi pemasaran paling tinggi dengan market share sebesar 44,44%. Saluran pemasaran dengan tingkat efisieansi pemasaran terendah terdapat pada Saluran Pemasaran I dengan market share sebesar 5,56%. Struktur pasar yang terbentuk mengarah pada pasar persaingan sempurna dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, produk bersifat homogen, dan bebas keluar masuk pasar. Penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian Septiara, Maulina, dan Buwono (2012) tentang analisis pemasaran dengan menggunakan rumus yang sama, yaitu dengan mengetahui saluran pemasaran dan market share yang terbentuk.
Menurut penelitian Yulinda (2012) tentang analisis finansial usaha
(29)
rata-rata total penerimaan (TR) sebesar Rp 5.150.000,00 per panen dengan rata-rata penerimaan (Pd) sebesar Rp 1.745.194,00 per panen dengan nilai RCR lebih dari 1 (RCR > 1) yang berarti usaha ini layak untuk dilanjutkan. Hal yang sama akan dilakukan dalam penelitian yaitu dengan menghitung rata-rata penerimaan total untuk mengetahui apakah usaha budidaya ikan gurami layak untuk dilanjutkan.
Hasil penelitian dari Diatin, Sobari dan Irianni (2007) mengenai analisis kelayakan finansial budidaya ikan nila wanayasa pada kelompok
Pembudidaya Mekarsari, menyimpulkan bahwa usaha pembenihan dan pendederan Ikan Nila Wanayasa layak untuk terus dijalankan dan
dikembangkan sesuai dengan nilai R/C rasio yang dihasilkan yaitu sebesar 3,21 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan pada usaha yang dilakukan diperoleh penerimaan sebesar Rp 3,21.
Tarigan (2005) dalam analisis efisiensi pemasaran benih ikan gurami di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, menyimpulkan bahwa sistem pemasaran benih ikan gurami di kecamatan tersebut cenderung menuju efisien, hal ini ditunjukkan oleh penyebaran Rasio Profit Margin (RPM) yang cenderung merata dan tingginya nilai koefisien korelasi (r) yaitu 0,86 atau mendekati 1 yang menunjukkan keeratan hubungan harga antara produsen dan konsumen relatif tinggi.
(30)
Hasil penelitian Kurniawansyah (2005) tentang efisiensi pemasaran ikan mas di Kecamatan Pagelaran dengan menggunakan metode analisis margin pemasaran, koefisien korelasi harga, dan analisis elastisitas transmisi harga menyimpulkan bahwa pemasaran pada kecamatan tersebut sudah efisien. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan analisis koefisien korelasi harga diperoleh (r) sebesar 0,804 yang menunjukkan keeratan hubungan harga ikan mas pada tingkat konsumen dan produsen atau kedua pasar tersebut
terintegrasi mendekati pasar bersaing sempurna.
B.Kerangka Pemikiran
Produksi ikan air tawar merupakan salah satu alternatif pembuka usaha sebagai subsektor dari pertanian yang menjadi salah satu aspek penunjang pergerakan pertumbuhan ekonomi Negara. Pada dasarnya setiap usahatani mempunyai tujuan untuk memperoleh pendapatan yang optimal dengan biaya yang rendah. Ikan gurami merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki potensi yang besar dalam usaha memproduksi ikan air tawar, karena nilai protein hewani yang lebih besar dari ikan air tawar lainnya. Selain itu, harga yang dimiliki ikan gurami ini juga menjadi pertimbangan para petani untuk melakukan budidaya ikan ini karena ikan gurami memiliki tingkat harga paling tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar yang lain.
Namun, kelemahan yang ada dalam usaha budidaya ikan gurami ini adalah waktu produksi yang lebih lama dibandingkan dengan usaha budidaya ikan air tawar
(31)
lainnya serta semakin besarnya resiko yang dihadapi petani. Selain itu juga tingginya produksi gurami belum tentu memberikan sumbangan penuh terhadap pendapatan petani. Hal ini masih ditentukan oleh aspek pemasaran, karena efisiensi atau tidaknya sistem pemasaran akan sangat menentukan besarnya harga dan pendapatan yang diterima petani. Selain ditentukan oleh jumlah produksi yang dihasilkan, pendapatan petani juga ditentukan oleh tingkat harga yang diterima petani yang terbentuk dari sistem pemasaran yang ada.
Sistem pemasaran dikatakan efisien jika harga yang diterima oleh petani semakin besar dan lembaga-lembaga pemasaran memperoleh keuntungan yang tinggi. Sebaliknya, jika harga yang diterima petani rendah dan lembaga pemasaran tidak mendapatkan keuntungan maka sistem pemasaran karet tersebut belum efisien. Pada umumnya tingkat harga yang diterima oleh petani rendah. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar petani kurang mengetahui tentang informasi pasar dan tidak terlalu panjang rantai pemasaran serta tidak terlalu besar pula biaya pemasarannya sehingga marjin pemasaran semakin besar.
Sistem pemasaran yang tidak efisien akan merugikan pendapatan petani ikan gurami, sedangkan lembaga pemasaran akan mendapatkan keuntungan. Pada umumnya tingkat harga yang diterima oleh petani rendah. Hal ini disebabkan karena sebagian besar petani kurang mengetahui informasi pasar, dan terlalu panjangnya rantai pemasaran.
(32)
Semakin banyak lembaga pemasaran yang terbentuk akan mengakibatkan saluran pemasaran yang tidak efisien dan biaya pemasaran yang akan semakin besar karena jasa lembaga tersebut semakin banyak. Bila jumlah perantara lebih sedikit dan masing-masing melakukan usahanya dengan biaya persatuan yang lebih rendah, maka hal tersebut dapat mengurangi besarnya biaya pemasaran, sekaligus juga berarti memperbesar efisiensi pemasaran.
Hubungan antara perubahan harga ditingkat produsen dengan perubahan harga ditingkat konsumen menujukkan suatu mekanisme pembentukkan harga. Sistem pemasaran yang efisien ditunjukkan oleh eratnya hubungan tersebut, yang berarti bahwa laju perubahan harga ditingkat produsen sama dengan laju perubahan harga ditingkat konsumen. Sebaliknya, jika laju perubahan harga ditingkat produsen tidak sama dengan laju perubahan harga ditingkat konsumen maka pemasaran berlangsung tidak efisien. Berdasarkan uraian di atas, kerangka berfikir berikut dapat dilihat pada Gambar 1.
(33)
-
Gambar 1. Diagram Alir Pemikiran Usaha budidaya dan Sistem Pemasaranyang dihadapi Petani Ikan Gurami di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.
Usahatani ikan gurami
Produksi ikan gurami
Analisis Pemasaran dengan S-C-P 1. Struktur Pasar
2. Perilaku Pasar 3. Keragaan Pasar
a. Saluran Pemasaran
b. Harga, Biaya, dan Volume Penjualan c. Pangsa Produsen
d. Marjin Pemasaran dan RPM
Efisien Tidak
Pemasaran ikan gurami Saluran pemasaran Subsektor Kelautan dan perikanan Penerimaan Usahatani Biaya Produksi Harga ikan gurami Pendapatan Usahatani
Untung Rugi
Analisis Risiko Analisis statistik ragam (variance)/simpangan baku(standard deviation)
(34)
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona
Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.
Usahatani adalah suatu usaha dimana dilakukan pengelolaan input, seperti lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen yang ditujukan untuk memperoleh produksi di bidang pertanian. Dalam penelitian ini, hal-hal yang berhubungan dengan usahatani ikan gurami ditunjukkan pada Tabel 5.
Risiko adalah peluang terjadinya kemungkinan merugi dapat diketahui terlebih dahulu.
Ketidakpastian adalah sesuatu yang tidak bisa diramalkan sebelumnya, dan karenanya peluang terjadinya merugi belum diketahui sebelumnya.
Ragam (variance) adalah ukuran satuan usaha dari suatu usaha budidaya yang menggambarkan penyimpangan yang terjadi dari usaha budidaya ikan gurami.
(35)
Simpangan baku (standard deviation) adalah ukuran satuan risiko terkecil yang menggambarkan penyimpangan yang terjadi dari budidaya ikan gurami.
Koefisien variasi adalah perbandingan risiko yang harus ditanggung petani
dengan jumlah keuntungan yang akan diperoleh dengan hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi.
Tabel 5. Variabel usahatani
No Variabel Satuan
1 Produksi adalah ikan gurami yang dihasilkan oleh petani selama
satu periode produksi.
kilogram (Kg)
2 Tenaga kerja adalah banyaknya orang yang bekerja dalam satu
periode panen pada proses usaha budidaya ikan gurami. Penggunaan tenaga kerja diukur dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK). Satu HOK setara dengan tujuh jam kerja efektif pria dewasa. Untuk tenaga kerja wanita dan anak-anak dikonversikan ke dalam HOK berdasarkan tingkat upah yang berlaku.
orang
3 Penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh pelaku usaha
budidaya ikan gurami yang diperoleh dari jumlah satuan produksi dikalikan dengan harga yang berlaku
rupiah (Rp)
4 Keuntungan adalah hasil yang diperoleh petani dari selisih
penerimaan total dengan total biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani dalam sekali proses produksi
rupiah (Rp)
5 Biaya adalah jumlah seluruh nilai korbanan yang dikeluarkan
untuk usaha budidaya ikan gurami
rupiah (Rp)
6 Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam
proses usaha budidaya ikan gurami yang terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan
rupiah (Rp)
7 Biaya tunai adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani
dalam bentuk uang, biaya bibit, biaya pakan, biaya obat, biaya tenaga kerja, dll., per satu periode produksi
rupiah (Rp)
8 Biaya yang diperhitungkan adalah biaya tenaga kerja keluarga,
biaya penyusutan peralatan, biaya penyusutan gudang
rupiah (Rp)
9
Tabel 5. Lanjutan…
(36)
penggunaan kolam selama satu periode produksi. Biaya ini merupakan biaya diperhitungkan yang dihitung dengan
mengakumulasikan nilai sewa kolam per tahun per hektar yang disesuaikan dengan luas kolam yang digunakan oleh petani
10 Penerimaan usahatani adalah jumlah produksi total ikan gurami
selama satu periode dikalikan dengan harga ikan gurami di tingkat petani.
rupiah(Rp)
11 Penerimaan total adalah nilai hasil yang diterima oleh petani ikan
gurami yang dihitung dengan mengalikan jumlah produksi dengan harga jual ikan gurami
rupiah(Rp)
12 Pendapatan petani adalah nilai dari penerimaan total dikurangi
dengan seluruh biaya yang dikeluarkan petani untuk melakukan usaha budidaya ikan gurami dalam satu periode usahatani
rupiah per periode (Rp/Periode)
13 Harga merupakan besarnya sejumlah uang yang menjadi tolok ukur
nilai dari banyaknya ikan gurami dalam ukuran tertentu
rupiah (Rp)
14 Harga di tingkat produsen adalah harga ikan gurami di tingkat
produsen setelah terjadi transaksi jual beli
rupiah per kilogram (Rp/Kg)
15 Harga di tingkat konsumen atau harga beli konsumen adalah harga
ikan gurami yang dibayar oleh konsumen pada waktu terjadi transaksi jual beli ikan gurami.
rupiah per kilogram (Rp/Kg)
Pemasaran atau tataniaga adalah proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk memindahkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen dengan tujuan memperoleh keuntungan di satu pihak dan kepuasan di pihak lain. Dalam penelitian ini, hal yang berhubungan dengan pemasaran ditunjukkan pada Tabel 6.
Saluran pemasaran adalah rantai kegiatan yang melibatkan lembaga-lembaga pemasaran dalam menyampaikan komoditas ikan gurami dari produsen ikan gurami ke konsumen akhir (petani pengguna) dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pembelian, pengangkutan, penyimpanan, dan penjualan.
(37)
Pasar adalah bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dengan melakukan tawar menawar sehingga memperoleh kesepakatan dalam bertransaksi.
Tabel 6. Variabel pemasaran
No Varabel Satuan
1 Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses
pemasaran meliputi biaya angkut, biaya bongkar muat, biaya transportasi, kemasan, tenaga kerja, penyusutan dll.
rupiah per kilogram (Rp/Kg)
2 Marjin pemasaran total adalah selisih harga di tingkat konsumen
akhir dengan harga di tingkat produsen atau jumlah marjin untuk semua tingkat lembaga pemasaran.
rupiah per kilogram (Rp/Kg)
3 Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran untuk pengangkutan ikan gurami sampai ke lembaga pemasaran tersebut.
rupiah per kilogram (Rp/Kg)
4 Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran untuk membayar tenaga kerja yang digunakannya dalam kegiatan pemasaran.
rupiah (Rp)
5 Profit marjin adalah marjin keuntungan dari setiap lembaga yang
terkait dalam pemasaran. Profit marjin ini dihitung dengan cara mengurangi marjin pemasaran dengan total biaya pemasaran.
rupiah per kilogram (Rp/Kg)
6 Rasio profit marjin adalah perbandingan antara tingkat keuntungan
yang diperoleh lembaga perantara pemasaran (pedagang) dengan biaya yang dikeluarkan pada kegiatan pemasaran.
% (persen)
7 Volume jual adalah banyaknya ikan gurami yang dijual, baik oleh
produsen, maupun oleh lembaga perantara pemasaran (pedagang).
kilogram (Kg) 8 9 10 11 12
Volume beli adalah banyaknya ikan gurami yang dibeli oleh konsumen (individu) atau lembaga perantara pemasaran
Lanjutan Tabel 6 …
Produsen ikan gurami adalah petani pemelihara atau perusahaan yang bergerak dalam produksi ikan gurami untuk keperluan perdagangan dan budidaya.
Pedagang pengumpul (agen) ikan gurami merupakan lembaga pemasaran yang menyalurkan produknya dari petani kepada pedagang besar.
Pedagang Besar adalah pedagang yang membeli ikan gurami dari agen atau dari petani langsung.
kilogram (Kg) orang orang orang orang
(38)
13
14
Pedagang pengecer I adalah lembaga pemasaran yang memebeli ikan gurami dari pedagang besar.
Pedagang pengecer II (pedagang pasar) adalah pemasaran yang memebeli ikan gurami dari pedagang besar dan menjualnya di pasar. Konsumen ikan gurami adalah semua individu atau rumah tangga yang membeli atau memperoleh ikan gurami untuk di konsumsi.
orang
orang
B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pringsewu dengan pertimbangan produktivitas ikan air tawar yang dihasilkan di Kabupaten Pringsewu memiliki urutan tertinggi ke tiga setelah Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur. Kecamatan Pagelaran diambil secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan kecamatan ini merupakan sentra produksi ikan air tawar di Kabupaten Pringsewu.
Dari 24 pekon yang ada di Kecamatan Pagelaran kemudian dipilih satu pekon secara sengaja (purposive). Pemilihan Pekon Lugusari sebagai tempat penelitian yaitu dengan pertimbangan bahwa pekon ini merupakan wilayah yang memiliki jumlah petani ikan air tawar paling banyak di Kecamatan Pagelaran.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus dengan
mengambil seluruh populasi yang ada. Responden dalam penelitian ini berjumlah 79 orang yang terdiri dari 34 petani, 5 orang pedagang pengumpul, 2 orang
pedagang besar, 2 orang pedagang pengecer I, 5 orang pedagang pengecer II, masing-masing menggunakan metode sensus serta 25 konsumen. Penentuan responden konsumen menggunakan dua metode pengambilan sampel. Metode sensus digunakan untuk responden rumah makan di Pringsewu dan tempat
(39)
pemancingan. Sedangkan metode convenience sample untuk sebagian responden rumah makan di Bandar Lampung, responden rumah tangga dan tempat hajat.
Pengambilan seluruh responden selain petani dilakukan dengan cara mengikuti alur/rantai pemasaran yang terbentuk. Dalam pelaksanaannya pertama-tama dilakukan wawancara terhadap responden petani ikan gurami yang selanjutnya responden tersebut diminta untuk menyebutkan (menunjuk) responden lainnya (pedagang pengumpul, pedagang besar atau pengecer), hal ini dilakukan sedemikian rupa sehingga didapat rantai pemasaran. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2012 di Pekon Lugusari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.
C. Metode Pengumpulan Data
Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan bantuan kuesioner yaitu dengan mewawancarai langsung petani ikan gurami dan pedagang pengumpul atau
pengecer menggunakan kuisioner dan pengamatan serta pencatatan langsung tentang keadaan di lapangan. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data dan studi literatur dari lembaga/instansi yang terkait dalam penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Pringsewu, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanggamus dan lain-lain.
(40)
D. Metode Analisis Data
Metode pengolahan data dilakukan dengan menghitung pendapatan usahatani dan analisis efisiensi pemasaran. Data yang diperoleh disederhanakan dalam bentuk tabulasi dan akan dianalisis dengan melakukan perhitungan data dengan
menggunakan rumus yang telah ada.
1. Pendapatan Usahatani Ikan Gurami
Pendapatan dari usahatani yang telah dilakukan akan dihitung dengan menggunakan rumus (Soekartawi, 1995):
π = Y.Py – (xi.Pxi) –BTT ……… (1)
Keterangan :
π = keuntungan
Y = hasil produksi (kg) Py = harga hasil produksi (Rp) Xi = faktor produksi variabel ke-i
Pxi = harga faktor produksi variabel k-i (Rp/Kg) BTT = biaya tetap total
i = 1, 2, 3, 4, 5,….n
Pendapatan juga dapat dihitung menggunakan rumus (Soekartawi, 1995):
= TR-TC ……… (2)
keterangan :
π = keuntungan/pendapatan
TR = Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (total biaya)
2. Analisis Risiko Usahatani
Pengukuran risiko secara statistik dilakukan dengan menggunakan ukuran ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation). Kedua cara ini menjelaskan risiko dalam arti kemungkinan penyimpangan pengamatan
(41)
sebenarnya disekitar nilai rata-rata yang diharapkan. Ukuran untuk hasil yang diharapkan adalah hasil rata-rata (mean) (Kadarsan, 1995), rumusnya adalah: E = n Ei n i 1 ……….(3) Keterangan:
E = keuntungan rata-rata (rupiah)
Ei = keuntungan yang diterima petani (rupiah) n = jumlah sampel petani responden (orang)
Simpangan baku (standard deviation) adalah :
V = ) 1 ( ) ( 1 2 n E Ei n
i
……….……. (4)
Keterangan:
V = simpangan baku
E = keuntungan rata-rata (rupiah) Ei = keuntungan (rupiah)
n = jumlah sampel petani (orang)
Besarnya keuntungan yang diharapkan (E) menggambarkan jumlah rata-rata keuntungan yang diperoleh petani, sedangkan simpangan baku (V) merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang mungkin diperoleh atau merupakan risiko yang ditanggung petani. Untuk melihat nilai risiko dalam memberikan suatu hasil dapat dipakai ukuran keuntungan koefisien variasi yang rumusnya (Kadarsan, 1995):
(42)
Keterangan :
CV = koefisien variasi
V = simpangan baku keuntungan (rupiah) E = keuntungan rata-rata (rupiah)
Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung petani ikan gurami semakin besar dan sebaliknya. Selain itu penentuan batas bawah sangat penting dalam pengambilan keputusan petani untuk mengetahui jumlah hasil terbawah di bawah tingkat hasil yang diharapkan. Hal ini, dapat menjadi pertimbangan petani dalam mengambil keputusan untuk melanjutkan usaha budidaya ikan guraminya atau tidak yang mempunyai tingkat risiko. Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh petani. Rumus batas bawah keuntungan menurut Kadarsan (1995) adalah :
L = E – 2V ……….(6)
Keterangan: L = batas bawah
E = rata-rata keuntungan yang diperoleh V = simpangan baku
Koefisien variasi (CV) merupakan nisbah antara simpangan baku dan rata-rata pendapatan yang menunjukkan besarnya risiko dari usaha budidaya ikan gurami dan batas bawah (L) menunjukkan aman tidaknya modal/investasi yang ditanam dari kemungkinan kerugian. Nilai
(43)
menyatakan aman tidaknya modal yang ditanam dari kemungkinan kerugian.
3. Analisis Efisiensi Sistem Pemasaran
Analisis efisiensi sistem pemasaran akan dilakukan dengan meneliti pemasaran yang terbentuk menggunakan pendekatan organisasi pasar. Organisasi pasar adalah suatu istilah umum yang mencakup seluruh aspek suatu sistem pemasaran tertentu. Menurut Hasyim (1994), analisis yang digunakan untuk menganalisis organisasi suatu pasar adalah analisis dengan model S-C-P (structure, conduct, dan performance). Pada dasarnya,
organisasi pasar dapat dikelompokkan ke dalam tiga komponen, yaitu :
a. Struktur Pasar (market structure)
Struktur pasar menggambarkan hubungan antara penjual dan pembeli yang dilihat dari jumlah lembaga pemasaran, diferensiasi produk, dan kondisi keluar masuk pasar (entry condition). Struktur pasar dikatakan bersaing sempurna bila jumlah pembeli dan penjual banyak, tidak dapat mempengaruhi harga pasar (price taker), tidak ada gejala konsentrasi, produk homogen, dan bebas untuk keluar masuk pasar. Struktur pasar yang tidak bersaing sempurna terjadi pada pasar monopoli (hanya ada penjual tunggal), pasar monopsoni (hanya ada pembeli tunggal), pasar oligopoli (ada beberapa penjual), dan pasar oligopsoni (ada beberapa pembeli).
(44)
b. Perilaku Pasar (market conduct)
Perilaku pasar merupakan gambaran tingkah laku lembaga pemasaran (petani sebagai produsen, lembaga perantara atau pedagang, dan konsumen) dalam menghadapi struktur pasar untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya yang meliputi kegiatan pembelian,
penjualan, dan pembentukan harga. Perilaku pasar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor budaya, faktor sosial (kelompok acuan, keluarga, peran dan status) faktor pribadi (umur, situasi ekonomi, gaya hidup), serta faktor psikologis (motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan, dan sikap) (Kotler dan Amstrong, 2001).
c. Keragaan Pasar (market performance)
Keragaan pasar merupakan gambaran gejala pasar yang tampak akibat interaksi antara struktur pasar (market structure) dan perilaku pasar (market conduct). Interaksi antara struktur dan perilaku pasar cenderung bersifat kompleks dan saling mempengaruhi secara dinamis.
Selanjutnya, untuk menganalisis keragaan pasar digunakan beberapa indikator, yaitu :
(1) Saluran pemasaran
Saluran pemasaran merupakan lembaga-lembaga yang memasarkan produk yang berupa barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen akhir. Fungsi lembaga pemasaran itu berbeda satu sama lainnya, dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan
(45)
pemasaran seperti pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan (Assauri, 2002).
Menurut Hanafiah & Saefudin (1983), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu komoditas yaitu :
a. Jarak antara produsen dan konsumen
Makin jauh jarak produsen dan konsumen, maka makin panjang saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu produk.
b. Cepat tidaknya produk rusak
Suatu produk yang cepat atau mudah rusak harus segera dikonsumsi oleh konsumen dan hal ini memerlukan saluran pemasaran yang pendek dan cepat.
c. Skala Produksi
Produksi yang berlangsung dalam keadaan kecil, jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil. Jika penjualannya dilakukan langsung ke pasar, maka hal ini tidak akan menguntungkan.
d. Posisi keuangan perusahaan
Produsen yang mempunyai posisi keuangan yang kuat cenderung memperoleh saluran pemasarannya dan pedagang yang memiliki posisi keuangan yang kuat akan lebih banyak melakukan fungsi pemasaran lebih banyak dibandingkan dengan pedagang.
(46)
Saluran pemasaran dianalisis secara kualitatif (deskriptif) pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses arus barang. Jika saluran pemasaran panjang, namun fungsi pemasaran yang dilakukan sangat dibutuhkan (sulit diperpendek), maka dapat dikatakan efisien.
Sebaliknya, jika saluran pemasaran panjang, namun ada fungsi pemasaran yang tidak perlu dilakukan (dapat diperpendek), tetapi tidak dilakukan, maka dapat dikatakan tidak efisien. Jika saluran pemasaran pendek dan fungsi pemasaran dirasa cukup, maka dapat dikatakan efisien. Sebaliknya, jika saluran pemasaran pendek dan dirasa perlu tambahan fungsi pemasaran sehingga perlu
diperpanjang, maka dapat dikatakan tidak efisien.
(2) Harga, biaya, dan volume penjualan
Keragaan pasar dianalisis secara kualitatif (deskriptif) yang berkenaan dengan harga, biaya, dan volume penjualan masing-masing tingkat pasar mulai dari tingkat petani, pedagang, sampai ke konsumen.
(3) Pangsa produsen (Produser Share)
Analisis pangsa produsen bertujuan untuk mengetahui bagian harga yang diterima petani (produsen). Apabila pangsa produsen semakin tinggi, pemasaran akan semakin efisien.
Pangsa pasar dirumuskan sebagai :
% 100 Pr x Pf
(47)
Keterangan :
PS = Bagian harga ikan gurami yang diterima petani (produsen) Pf = Harga ikan gurami di tingkat petani (produsen)
Pr = Harga ikan gurami di tingkat konsumen
(4) Marjin pemasaran dan rasio profit marjin
Marjin pemasaran adalah perbedaan harga pada tingkat usahatani (Pf) dan harga di tingkat eceran atau konsumen (Pr) (Hasyim, 1994). Secara matematis perhitungan marjin pemasaran dan marjin keuntungan dapat ditulis :
mji = Psi –Pbi atau mji = bti + πi……….……….. (8) Total marjin pemasaran adalah :
Mji =
n i
mji 1
atau Mji = Pr – Pf ………. (9) Konsep pengukuran dalam analisis adalah :
(a) Marjin pemasaran dihitung berdasarkan perbedaan harga beli dengan harga jual dalam rupiah per kilogram pada masing-masing lembaga pemasaran.
(b) Harga beli dihitung berdasarkan harga rata-rata pembelian per kilogram.
(c) Harga jual dihitung berdasarkan harga rata-rata penjualan per kilogram.
Penyebaran marjin pemasaran dapat dilihat berdasarkan persentase keuntungan terhadap biaya pemasaran (Ratio Profit Margin/RPM) pada masing-masing lembaga pemasaran, dirumuskan sebagai (Hasyim, 1994):
(48)
RPM =
i i
bt ...(10) Keterangan:
mji = marjin pada lembaga pemasaran tingkat ke-i Mji = total marjin pada satu saluran pemasaran
Psi = harga jual pada lembaga pemasaran tingkat ke-i Pbi = harga beli pada lembaga pemasaran tingkat ke-i bti = biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i
πi = keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i Pr = harga pada tingkat konsumen
Pf = harga pada tingkat produsen i = 1,2,3,...,... n
(49)
IV.GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN, HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu
a. Letak Geografis
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, karena Pringsewu merupakan kabupaten terbesar ketiga penghasil ikan air tawar setelah Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah yang ada di Provinsi Lampung.
Secara geografis Kabupaten Pringsewu terletak pada posisi 104°42’0”-105°8’0” BT dan antara 5°8’0”-6° 8’0” LS. Luas wilayah yang dimiliki kabupaten ini kurang lebih 625,00 km² dengan topografi wilayah bervariasi antara dataran rendah dan dataran tinggi, yang sebagian besar merupakan daerah bentangan datar. Luas bentangan datar ini sekitar 40% dari seluruh wilayah dengan ketinggian antara 800-1115 m dari permukaan laut. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang memiliki 8 kecamatan, 5 kelurahan, dan 96 pekon berdasarkan Undang-undang nomor 48 tahun 2008. Batas-batas wilayah administratif Kabupaten Pringsewu adalah :
(50)
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sendang Agung dan Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus. 3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pugung dan Kecamatan Pulau
Panggung Kabupaten Tanggamus.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kecamatan Waylima, dan Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran.
b. Topografi dan Iklim
Pada daerah ini memiliki sebaran topografi wilayah bervariasi antara dataran rendah dan dataran tinggi yang sebagian merupakan daerah bentangan datar, yaitu sekitar 40% dari seluruh wilayah dengan ketinggian dari permukaan laut antara 800 m sampai 1.115 m dari permukaan laut.
c. Keadaan Demografi
Berdasarkan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Pringsewu tahun 2011, penduduk Kabupaten Pringsewu tercatat berjumlah 360.927 jiwa. Penduduk ini terdiri dari 268.432 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 92.495 jiwa penduduk perempuan.
(51)
2. Keadaan Umum Kecamatan Pagelaran a. Letak Geografis
Berdasarkan Statistik Daerah Kecamatan Pagelaran (2011), Kecamatan Pagelaran merupakan kecamatan tertua yang ada di Kabupaten Pringsewu dengan luas wilayah sebesar 163,55 km² atau sebesar 26,17% dari total luas Kabupaten Pringsewu. Jarak pusat pemerintah Kecamatan Pagelaran dari ibukota Kabupaten Pringsewu adalah 10 km dan dari ibukota Provinsi Lampung adalah 55 km. Kecamatan Pagelaran memiliki 24 pekon dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Banyumas 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pardasuka 3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pugung 4. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pringsewu.
Pengambilan sampel pada kecamatan ini terletak di Pekon Lugusari. Pekon ini merupakan salah satu pekon yang terdapat di Kecamatan Pagelaran yang mempunyai luas daerah 320 ha. Batas-batas wilayah administratif Pekon Lugusari meliputi sebelah utara berbatasan dengan Sungai Way Sekampung Pekon Fajar Baru, sebelah selatan berbatasan dengan Pekon Sukaratu, sebelah barat berbatasan dengan Desa Rantautijang, sebelah timurberbatasan dengan Pekon Pagelaran. Kepala Keluarga yang ada di wilayah ini sebanyak 741 orang.
(52)
Sebagian besar masyarakat yang ada di wilayah ini bekerja sebagai pembudidaya ikan air tawar dan petani coklat.
b. Keadaan Demografi
Berdasarkan Statistik Daerah Kecamatan Pagelaran (2011), jumlah penduduk Kecamatan Pagelaran sejumlah 58.945 jiwa dengan sex ratio 110 antara penduduk laki-laki dan perempuan. Untuk kepadatan penduduk di Kecamatan Pagelaran adalah 360 jwa/km², yang artinya setiap 1 km² wilayah di Kecamatan Pagelaran rata-rata dihuni oleh sekitar 360 jiwa pendududuk.
3. Keadaan Umum Pekon Lugusari a. Letak Geografis
Pekon Lugusari merupakan salah satu pekon yang ada di Kecamatan Pagelaran dengan luas pekon 475 ha yang terdiri dari 5 dusun. Pekon Lugusari memiliki batas-batas wilayah, yaitu :
Sebelah utara : Desa Fajar Baru dan Desa Kemilin
Sebelah selatan : Desa Sukaratu/Sukawangi dan Desa Pagelaran Sebelah barat : Kecamatan Pugung
Sebelah timur : Desa Panutan
Pada tahun 1971 status dusun resmi menjadi desa definitif berdasarkan keputusan Gubernur Daerah Tingkat I Lampung Nomor :
(53)
yaitu Dusun Lugusari I, Dusun Lugusari II, Dusun Rejosari, Dusun Solo, dan Dusun Ngadirejo.
b. Topografi dan Iklim
Pekon Lugusari merupakan daerah datar dan bergelombang dengan ketinggian 120 meter di atas permukaan laut. Di Pekon Lugusari terdapat kenampakan alam dan buatan. Kenampakan alam yang terdapat di Pekon Lugusari adalah sungai, sedangkan kenampakan buatannya berupa kebun, sawah, kolam, pemukiman, sekolah, dan bangunan umum lainnya.
Kenampakan yang paling dominan adalah kebun, sawah, dan pemukiman. Iklim yang terbentuk pada daerah ini memiliki curah hujan sebanyak 1500-2000 m, dengan rata-rata suhu harian 32ºC. Dari curah hujan yang terjadi, pekon ini tergolong daerah yang memiliki kondisi iklim agak basah.
c. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk pada Pekon Lugusari sebanyak 3007 orang yang terdiri dari 1539 jiwa penduduk laki-laki dan 1468 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 778 KK.
d. Jenis Lahan Pertanian
Lahan pertanian yang ada di Pekon Lugusari meliputi tanah sawah dan tanah kering. Tanah persawahan pada pekon ini terdiri dari sawah irigasi teknis,
(54)
sawah irigasi setengah teknis, sawah tadah hujan, dan kolam air tawar. Tanah persawahan ini diusahakan untuk tanaman musiman seperti padi, cabai, sayur-sayuran dan budidaya ikan air tawar. Rata-rata produksi untuk ikan air tawar ini sebanyak 2 ton perhari dengan luas kolam ikan yang dimiliki daerah ini sebanyak 50 ha, karena itu pada pekon ini merupakan pekon sentra produksi ikan air tawar yang dilihat dari potensi produksi perhari. Tanah kering terdiri dari tanah tegal/ladang, perkebunan, dan pemukiman.
B.Hasil dan Pembahasan 1. Keadaan Umum Petani
Responden yang menjadi objek penelitian di Pekon Lugusari Kecamatan Pagelaran berjumlah 34 orang. Seluruh responden yang menjadi sampel adalah petani yang menggunakan lahan kolamnya untuk usaha budidaya ikan gurami dan pedagang yang terlibat langsung dalam kegiatan pemasaran ikan gurami mulai dari tingkat produsen sampai konsumen tingkat akhir. Karakteristik petani responden pada penelitian ini meliputi :
a. Umur
Aktivitas dan produktivitas dalam sektor pertanian dipengaruhi oleh umur pekerja. Umur seseorang mempengaruhi kemampuan bekerja baik secara fisik maupun secara mental terutama dalam hal pengambilan keputusan usahatani (Mantra, 2004). Klasifikasi umur responden dibagi menjadi tiga kelompok
(55)
umur berdasarkan Hurlock (1980), yaitu dewasa awal (20-39) tahun, dewasa madya (40-59) tahun, dan lansia (≥ 60 tahun). Komposisi umur petani dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran petani berdasarkan kelompok umur di Pekon Lugusari, tahun 2012
Umur (tahun)
Jumlah (orang)
Presentase (%)
20-39 20 58,84
40-59 13 38,25
≥ 60 1 2,91
Jumlah 34 100%
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa persentase terbesar usia petani yaitu antara usia 20 sampai 39 tahun sebanyak 20 orang (58,84%). Usia tersebut mempengaruhi petani dalam merespon segala hal yang diterima, selain itu juga mempengaruhi aktivitas kegiatan dalam melakukan usaha budidaya ikan gurami. Sebagian besar petani pada penelitian memiliki umur dengan
golongan usia produktif sehingga mereka lebih mudah dalam menerima inovasi baru. Petani juga mampu bekerja dalam memenuhi kebutuhan keluarga dari tingkat kematangan, cara berfikir dan tingkat emosiaonal yang cukup baik.
b. Distribusi Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Berusahatani
Faktor lain yang juga mempunyai pengaruh terhadap aktivitas petani dalam melakukan usahatani adalah tingkat pendidikan. Pada umumnya, tingkat
(56)
pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam memperoleh informasi, mengadopsi teknologi, serta kemampuan dalam melakukan manajemen dalam pengelolaan usahataninya. Faktor lain yang juga
mempengaruhi usahatani dalam melakukan budidaya yaitu lama berusahatani. Menurut Mardikanto (1993) pengalaman seorang petani berpengaruh dalam mengelola usahatani yang dilakukan. Hal ini secara tidak langsung
berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan, sehingga petani yang memiliki pengalaman berusahatani lebih lama cenderung selektif dalam proses pengambilan keputusan. Distribusi tingkat pendidikan dan pengalaman
berusahatani ikan gurami disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi petani berdasarkan pendidikan dan pengalaman usaha budidaya ikan gurami di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu, 2012
Pendidikan Pengalaman berusahatani (tahun) Total
(orang)
2-5 (%) 6-9 (%) 10-13 (%) 14-17 (%)
SD - - 3 8,82 - - 1 2,94 4
SMP 4 11,78 3 8,82 1 2,94 - - 8
SMA 9 26,47 9 26,47 3 8,82 - - 21
PT 1 2,90 - - - - 1
Total (orang) 14 41,19 15 44,11 4 11,76 1 2,94 34 (100 %)
Berdasarkan Tabel 8 jenjang pendidikan yang dimiliki petani ikan gurami sebagian besar berada pada lulusan tingkat SMA sebanyak 21 orang (61,76%) dari 34 orang petani dan pengalaman usaha budidaya ikan gurami paling banyak berada pada tahun 6-9 tahun sebanyak 15 orang (44,11%). Pada umumnya petani yang memiliki jenjang pendidikan tinggi akan berpengaruh terhadap usahatani yang dilakukan, terutama lebih cepat dalam mengadopsi
(57)
inovasi, informasi, dan teknologi baru karena adanya rasa keingintahuan yang besar.
c. Luas Kolam
Luas kolam yang dimiliki oleh petani bervariasi mulai dari 800 m² hingga 4000 m². Sebaran petani berdasarkan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 9. Sebaran petani berdasarkan luas lahan usahatani ikan gurami di Pekon Lugusari Kabupaten Pringsewu, tahun 2012
Luas Lahan (m²)
Jumlah Produksi (kg/produksi) Total
500-2500 2500-4500 4500-6500 6500-8500 8500-10000
800-1300 9 3 - - - 12
1350-1800 - 7 1 - - 8
1850-2000 - 1 2 1 - 4
2050-4000 1 1 4 2 2 10
Total 10 12 7 3 2 34
Tabel 9 menunjukkan bahwa petani paling banyak memiliki luas kolam adalah antara ukuran kolam 800-1330 m² dengan total petani sebanyak 9 orang dari jumlah total petani yang ada. Kolam yang digunakan oleh petani untuk melakukan usaha budidaya ikan gurami merupakan kolam milik sendiri, tidak ada kolam sewa. Luas kolam yang dimiliki oleh petani akan sangat
mempengaruhi besar kecilnya produksi dilihat dari produksi yang dihasilkan petani yang memiliki kolah paling luas. Tabel di atas menunjukkan petani yang memiliki kolam paling luas dapat menghasilkan produksi ikan gurami paling tinggi. Hal ini juga berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diperoleh petani.
(58)
d. Permodalan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar
petanimenggunakan modal sendiri, walaupun beberapa di antaranya ada yang menggunakan modal pinjaman yang berasal dari pedagang/tengkulak atau kerabat/saudara.
Pada umumnya, modal usahatani dialokasikan untuk membiayai kegiatan produksi hingga pemasaran hasil produksinya. Pembiayaan kegiatan produksi antara lain adalah untuk membeli bibit, pakan, serta obat-obatan, upah tenaga kerja, pajak, dan lain-lain. Dalam hal pemasaran hasil produksi, petani tidak mengeluarkan biaya pengangkutan. Pedagang yang mengambil hasil ikan gurami akan menanggung seluruh biaya pengangkutan ikan gurami tersebut.
2. Budidaya Ikan Gurami
Berdasarkan informasi yang telah didapatkan dari petani, proses budidaya ikan gurami di daerah penelitian meliputi :
a. Bibit
Bibit ikan yang digunakan petani untuk melakukan budidaya ikan gurami ini didapat dari membeli. Bibit ini diperoleh dari tempat pembibitan yang berada di daerah sekitar penelitian yaitu di Pekon Lugusari. Selain melakukan budidaya pembesaran ikan sebagai konsumsi, pekon ini juga melakukan
pembesaran bibit yang disebut dengan pemijahan. Pemijahan bibit ini biasanya dilakukan oleh petani yang khusus melakukan pembenihan bibit ikan.
(59)
Bibit yang digunakan untuk melakukan budidaya ini adalah bibit yang
ukurannya sebesar silet. Biasanya para petani menyebutnya bibit siletan. Bibit ini merupakan hasil pemijahan dari telur yang berumur lebih kurang 3 bulan.
Jumlah pemberian bibit ikan gurami disesuaikan dengan besar kolam yang dimilikioleh masing-masing petani. Menurut Sitanggang dan Sarwono (2006) terdapat dua jenis ikan gurami berdasarkan bentuknya yaitu Ikan Gurami Angsa (Soang) dan Ikan Gurami Jepun (Jepang). Jenis ikan gurami yang umum digunakan di daerah penelitian ini adalah jenis Ikan Gurami Angsa (Soang). Ikan jenis ini memiliki ciri fisik yaitu tubuh yang berwarna abu-abu dengan berat maksimal yang dimiliki dapat mencapai 8 kg.
b. Persiapan Kolam dan Pemberian Bibit
Kolam yang digunakan untuk melakukan budidaya ikan gurami ini merupakan kolam milik petaniyang memiliki ukuran bervariasi yaitu antara ukuran 800 m² sampai 4000 m² . Sebelum digunakan untuk tempat budidaya ikan gurami, kolam biasanya akan diolah dahulu. Pengolahan kolam dilakukan dengan memberi kapur atau pupuk PK. Pemberian pupuk ini bertujuan untuk
menetralkan pH kolam dan dilakukan selama satu hari dengan lama pemberian pupuk disesuaikan dengan luas kolam yang dimiliki. Dari informasi petani, skema yang dapat digambarkan dari usaha budidaya ikan gurami ini adalah sebagai berikut :
(60)
Gambar 2. Skema usaha budidaya ikan gurami
Setelah dilakukan pengolahan, kolam akan didiamkan selama sekitar 1 minggu agar pH tanah dapat kembali normal sebelum diisi dengan air. Setelah itu, kolam akan diisi dengan air yang telah disediakan yang dilanjutkan dengan pemasukan bibit ikan ke dalam kolam. Jumlah bibit ikan gurami yang dibutuhkan bergantung pada luas kolam yang ada.
Menurut Sutanto (2007) untuk 1 x 1 meter luas kolam dapat menampung sekitar lebih kurang 15 ekor ikan gurami. Pakan yang dibutuhkan untuk 1 ekor ikan gurami selama satu periode produksi (ikan siap konsumsi) lebih kurang sebanyak 1 kg pelet.
Persiapan kolam
Pemberian bibit
Panen Pemeliharaa
Pemberian pakan, prebiotik dan obat (±9-12 bulan) Pengolahan lahan, pemberian PK, dan pendiaman
kolam(±1minggu)
Pemasukan bibit ke kolam (±4-7 jam)
(61)
c. Pemeliharaan
Proses pemeliharaan budidaya ikan gurami yang dilakukan oleh petani di daerah penelitian meliputi pemberian pakan, prebiotik, dan obat jika ikan terserang penyakit.
1. Pemberian Pakan
Pakan yang dibutuhkan oleh ikan gurami selama pemeliharaan ikan yaitu pakan ikan yang disebut pelet. Pakan yang digunakan bergantung besar bibit. Semakin besar pertumbuhan ikan, pakan akan semakin besar. Pakan ini mulai dari PEP 1000 ketika ikan berukuran siletan, berlanjut GP 1, GP2, MIN 3, dan terakhir MIN 4 hingga ikan siap panen. Selain pelet, untuk pakan selingan biasanya petani memberi pakan daun hijau atau sayuran tertentu bagi ikan gurami karena ikan ini memang bersifat herbivora atau hewan pemakan tumbuhan.
Menurut Widagdo (2009) dalam melakukan budidaya ikan gurami diperlukan makanan tambahan yang bersifat vegetarian (sayuran) untuk menambah asupan makanan yang dibutuhkan ikan gurami yang bersifat herbivora. Tanaman yang diberikan untuk pakan selingan seperti daun talas, sayuran sawi, dan kol. Kebanyakan para petani lebih memilih daun talas karena lebih aman. Untuk sawi atau kol yang diberikan harus habis dalam sehari karena jika tidak habis akan busuk di kolam dan menyebabkan ikan gurami sakit. Ikan gurami ini merupakan ikan yang tergolong sensitif
(62)
terhadap penyakit dan membutuhkan air yang tidak berbau untuk habitatnya. Pemberian pakan selingan ini biasanya dilakukan setiap seminggu sekali atau seminggu dua kali sesuai dengan waktu senggang yang dimiliki oleh petani.
2. Pemberian Prebiotik
Prebiotik sangat penting bagi kelangsungan dan ketahanan ikan gurami. Pemberian prebiotik pada saat pemeliharaan disesuaikan dengan keadaan iklim. Petani akan memberi prebiotik setiap tiga bulan sekali ketika iklim tidak ekstrim. Namun, ketika cuaca sedang ekstrim atau sedang terjadi musim pancaroba petani harus rutin memberikan prebiotik.
Pemberian prebiotik akan dilakukan setiap seminggu sekali untuk mencegah adanya kematian ikan yang disebabkan ikan stresmenghadapi cuaca yang tak menentu. Pemberian prebiotik ini bertujuan untuk mencegah ikan gurami terserang penyakit. Jenis prebiotik yang banyak digunakan oleh petani yaitu vox, viterna, sellmulti, dan introvis.
3. Pemberian Obat
Ikan gurami merupakan ikan yang rentan terhadap penyakit. Dari hasil penelitian yang dilakukan, penyakit yang sedang banyak menyerang pada daerah penelitian yaitu penyakit ikan gurami yang menyerang mata. Menurut Sutanto (2011) jenis penyakit berupa parasit antara lain yaitu
(63)
penyakit pada insang ikan, penyakit mata belo, penyakit kulit, dan penyakit pada organ dalam.
Penyakit yang menyerang daerah penelitian yaitu mata belo ditandai dengan ukuran mata yang akan menjadi sangat besar yang biasa disebut mata bengkak. Selain itu, penyakit yang menyerang ikan gurami adalah penyakit kulit (korengan) yang ditandai dengan luka yang berada pada tubuh ikan gurami yang tadinya kecil akan terus membesar dan akan menyebabkan ikan ini mati. Untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut mewabah petani memberi obat yaitu PK untuk mensterilkan keadaan air dan supertetra untuk pencegahan penyakit yang menyerang ikan-ikan gurami lebih banyak lagi.
d. Penggunaan Tenaga Kerja
Menurut Soekartawi (1995) tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam mengelola usahatani. Penggunaan tenaga kerja petani ikan gurami terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga, baik pria maupun wanita yang diukur setara dengan Hari Orang Kerja (HOK). Penyetaraan dilakukan berdasarkan upah dan jam kerja tenaga kerja pria dan wanita di Pekon Lugusari, yaitu rata-rata Rp 60.000,00 perhari. Rata-rata penggunaan tenaga kerja oleh petani ikan gurami disajikan pada Tabel 10.
(64)
Tabel 10. Rata-rata HOK penggunaan tenaga kerja petani ikan gurami per usahatani per 0,18 Ha di Pekon Lugusari Kecamatan Pagelaran, tahun 2012
Jenis Kegiatan TKDK
(HOK) TKLK (HOK) Total (HOK) Persentase (%) Pengolahan kolam Pengairan Pemberian bibit Pemberian pakan pelet Pemberian pakan tambahan Pemberian obat & vitamin Panen 1,89 0,69 0 168,09 37,03 1,50 0 0 0,77 0,79 0 0 0 2,00 1,89 1,46 0,79 168,09 37,03 1,50 2,00 0,89 0,69 0,37 79,00 17,40 0,71 0,94
Jumlah 209,20 1,56 212,76 100,00
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa penggunaan tenaga kerja usahatani petani ikan gurami per 0,18 Ha lebih banyak berasal dari dalam keluarga. Pemberian pakan rutin ikan gurami tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, namun dilakukan setiap hari dan memiliki jumlah HOK paling tinggi. Pada saat pemanenan, petani tidak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga karena dalam melakukan pemanenan ikan gurami dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam menangkap ikan gurami.
e. Penggunaan Peralatan
Setiap peralatan memiliki harga dan umur ekonomis yang berbeda. Nilai harga dan umur eknomis ini kemudian dapat digunakan untuk menghitung biaya penyusutan dari masing-masing alat tersebut (Hernanto, 1994). Rata-rata nilai penyusutan peralatan untuk usaha budidaya ikan gurami per produksi di Pekon Lugusari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu disajikan pada Tabel 11.
(1)
Pedagang besar kemudian menjual ikan gurami kepada pedagang pasar sebagai lembaga pemasaran tingkat akhir pada saluran pemasaran pertama ini. Pada lembaga pemasaran keempat, pedagang pasar kemudian menjual ikan gurami kepada pedagang pasar dengan harga rata-rata sebesar Rp 34.000,00/kg, sehingga share yang diperoleh pedagang pasar sebesar 100 %. Marjin pemasaran yang diperoleh pedagang pasar yaitu Rp 5.000,00/kg, sedangkan biaya pemasaran yang dikeluarkan sebesar Rp
1.515,55/kg.
Ratio profit marjin (RPM) yang diperoleh agen sebesar 2,30. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan oleh agen akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 2,30.
Dari hasil analisis efisiensi pemasaran, diperoleh bahwa sistem pemasaran ikan gurami di lokasi penelitian belum efisien. Walaupun demikian, pemasaran (tataniaga) ikan gurami di lokasi penelitian tetap berlangsung karena :
(a) Petani harus menjual produknya untuk memperoleh uang tunai guna memenuhi kebutuhan yang setiap hari harus dipenuhi.
(2)
(b) Adanya hubungan-hubungan sosial tertentu antara petani produsen dengan pembeli (pedagang), antara lain hubungan kekerabatan dan hubungan pinjaman modal usahatani. (c) Pemasaran yang efisien menurut Hasyim (1994) adalah
pemasaran yang berlangsung dengan struktur pasar bersaing sempurna. Hal ini jarang terjadi di dalam masyarakat.
Pemasaran yang sering terjadi adalah struktur pasar persaingan oligopsonistik atau oligopolistik.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. 1998. Manajeman Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta: BPFE UI.
________. 2002. Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep, dan Strategi. Jakarta. Rajawali Press.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2010. Lampung Dalam Angka. Bandar Lampung.
Darmawi, H. 1997. Manajemen Risiko. Bumi Aksara. Jakarta.
Diatin, Sobari dan Irianni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Ikan Nila Wanayasa pada Kelompok Pembudidaya Mekarsari. IPB. Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia Vol.6 No.1, tahun 2007
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pringsewu. Laporan Tahunan Statistik Perikanan Budidaya Kabupaten Pringsewu Tahun 2010. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pringsewu. Pringsewu.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. Laporan Tahunan Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Lampung Tahun 2010. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
Downey W. D dan Erickson S.P. 2004. Manajemen Agribisnis, Edisi 2. Erlangga. Jakarta.
Hanafiah, A. M. , dan Sefuddin. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. UI-Press. Jakarta.
Harwood, J., R. Heifner, K. Coble, J. Perry, and A. Somwaru. 1999. Market and Trade Economics Division and Resource Economics Division, Economic Research Service, U.S. Department of Agriculture. Agricultural
Economic Report No. 774
Hasyim, Ali. I. 1994. Tataniaga Pertanian. Buku Ajar. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
___________. 2003. Pengantar Tataniaga Pertanian: Diklat Kuliah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
(4)
Hernanto, F. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Erlangga. Jakarta.
Kantor Kecamatan Pagelaran. 2011. Laporan Tahunan Jumlah Penduduk
Berdasarkan Mata Pencaharian. Kantor Kecamatan Pagelaran. Pringsewu. Kadarsan, Halimah W. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan perusahaan
Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
__________________. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan perusahaan Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran. Erlangga. Jakarta.
___________. 2003. Prinsip-Prinsip Dalam Pemasaran. Erlangga. Jakarta. Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Penerbit
PPM. Jakarta.
Kurniawansyah, Harry. 2005. Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Tanggamus. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Mantra, I. B. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Moschini, G. and D.A. Hennessy. 1999. Uncertainty, Risk Aversion and Risk
Management for Agricultural producers. Elsevier Science Publishers, Amsterdam.
Mubyarto. 1985. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. ________. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Nitisemito, Alex. 1992. Manajemen Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta. Pamikiran, Pontoh dan Aling. 2013. Pemasaran Ikan Tuna (Thunnus albacores)
Studi Kasus di Pasar Bersehati, Kelurahan Calaca, Kota Manado. Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1-2 Januari 2013.
Prihartono, R. E. 2006. Permasalahan Gurami dan Solusinya. Penebar Swadaya. Bogor.
(5)
Rahayu, Wiwit. 2011. Analisis Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah (Oreochronis Sp) Pada Kolam Air Deras Di Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Vol. 7 No. 1 Juli 2011. Reksohadiprojo, S. dan Indriyo. 2000. Manajemen Produksi. BPFE Yogyakarta.
Yogyakarta.
Respati, Heri dan Budi Santoso. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Gurami. Kaniskus. Yogyakarta.
Sandjaya, J.T dan Riski. 2006. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Bogor. Saparinto, Cahyo. 2008. Panduan Lengkap Gurami. Penebar Swadaya. Bogor. Septiara, Maulina, dan Buwono. Analisis Pemasaran Ikan Mas Koki (Carassius
auratus) di Kelompok Pembudidaya Ikan Kalapa Ciung Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Jurnal Perikanan dan kelautan Vol. 3 No. 3,
September 2012.
Siahaan, Andrian. 2012. Kapanlagi.com.
http://wismajpkunsoed.websitemaster.net/berita-143-produksi-perikanan-indonesia-duduki-peringkat-empat-dunia-.html. Diakses pada 10 Mei 2012 pukul 13.26.
Silaban, F. 2011. Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sitanggang, M dan B. Sarwono. 2006. Budidaya Gurami. Edisi Revisi. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Soedarsono. 1994. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta.
Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
_________ .1995. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya . PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
_________. 2003. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.
Soekartawi, Rusmadi, dan Damaijati. 1993. Risiko dan Ketidakpastian dalam Agribisnis. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
(6)
Sutanto, D. 2007. Sukses Budidaya Gurame. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Swasta, Basu dan Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty.
Yogyakarta.
Tarigan, Elviranitha. 2005. Analisis Efisiensi Pemasaran Benih Ikan Gurami di kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Tim Karya Tani Mandiri. 2009. Pedoman Budidaya Ikan Gurami. Nuansa Aulia. Bandung.
Widagdo, D. 2009. Gurami, Budidaya Di Kolam Sempit. Hafamira. Yogyakarta. Yulinda, Eni. 2012. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Claris
gariepinus) di Kelurahan Lembah Sari Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 17 No. 1, Maret 2012.