ANALISIS PENDAPATAN DAN RISIKO USAHATANI IKAN LELE DAN IKAN MAS DI KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU

(1)

FARMERS IN PAGELARAN SUB-DISTRICT OF PRINGSEWIU REGENCY

By

ANDHIKA PRADITYA SURYA PERDANA

Most problems faced by farmers in catfish and carp farming activities are

production and price fluctuations. This situation determines farmers’income. This

research aims to assess : (1) The farmers’income level from catfish farming and carp farming, (2) The factors affecting the profit, and (3) The risk level of catfish and carp farming. This research was conducted in three center villages of catfish and carp farming. Respondents were all 35 catfish farmers and 35 carp farmers who did fish rearing activities. The first goal was calculated by using income analysis. The second goal was analyzed by using Cobb-Douglas profit function. The third goal analyzed by calculating the values of coefficient variation and different test of coefficient variation. The results showed that (1) the average income of catfish farmers was Rp 151,192,616.98 per 0.5 hectare with R/C value of 1.29 and that of carp farmers was Rp 20,303,833.98 per 0.5 hectare with R/C value of 1.58, (2) The factors that affected income of catfish and carp farming were the size of ponds, feed prices, fish medicine prices, and labor wages. Income from catfish farming was bigger than from carp farming, (3) The production risk and price risk of carp farming were bigger than those of catfish farming, while the income risk of catfish farming was bigger than that of carp farming.


(2)

DAN IKAN MAS DI KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh

ANDHIKA PRADITYA SURYA PERDANA

Fluktuasi produksi dan harga menjadi masalah yang dihadapi dalam melakukan kegiatan budidaya ikan lele dan ikan mas sehingga akan menentukan pendapatan yang akan diterima oleh petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji : (1) tingkat pendapatan budidaya ikan lele dan ikan mas, (2) faktor-faktor yang

mempengaruhi keuntungan usaha budidaya ikan lele dan ikan mas, dan (3) tingkat risiko budidaya ikan lele dan ikan mas. Penelitian ini dilakukan pada tiga desa sentra budidaya ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran. Responden penelitian ini adalah 35 orang petani ikan lele dan 35 orang petani ikan mas yang melakukan kegiatan pembesaran ikan. Tujuan pertama dihitung dengan analisis pendapatan. Tujuan kedua dianalisis dengan menggunakan persamaan fungsi keuntungan Cobb-Douglas. Tujuan ketiga dianalisis dengan menghitung koefisien variasi dan uji beda koefisien variasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Rata-rata pendapatan ikan lele yaitu Rp 151.192.616,98 per 0,5 hektar dengan nilai R/C 1,29 dan ikan mas yaitu Rp 20.303.833,98 per 0,5 hektar dengan nilai R/C 1,58; (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan ikan lele dan ikan mas yaitu luas kolam, harga pakan ikan, harga obat ikan, dan harga tenaga kerja. Pendapatan usahatani ikan lele lebih besar dibandingkan pendapatan ikan mas; (3) Risiko produksi dan risiko harga ikan mas lebih besar daripada ikan lele,

sedangkan risiko pendapatan usahatani ikan lele lebih besar daripada ikan mas. Kata kunci : Fungsi keuntungan Cobb-Douglas, ikan lele, ikan mas, pendapatan,


(3)

ANALISIS PENDAPATAN DAN RISIKO USAHATANI IKAN LELE DAN IKAN MAS DI KECAMATAN PAGELARAN

KABUPATEN PRINGSEWU Oleh

ANDHIKA PRADITYA SURYA PERDANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa Jurusan/Program Studi Fakultas

NIP 19650205

1989422

AOl

DI

IGCAJIIATAN PAGELIIRAN ITABUPATDN PBINGSETUU

2. Ketua Jurusan/Program Studi

Ilr.Ir,

Fembrlartt

Drry

Hiasmatftrt,

l}I.S.

NrP 19650205 198902 2 00L

:

dpdhtka

Podiryo

$ut-'yc cPerdffin

:1O14O2,51O5 : Agribisnis : Pertanian

!IENIETUJUI

1. Komisi Pembimbing

tr)r. trr,

Fembrta*t E*h

Pramtiwf,

F[.S.

Ir.

Indah

Nunmayasarl, I[.SG, t{IP 19610914 198505 2

W\


(5)

1. Tim Pengqji

Ketua

Sekretaris

:

Dr.

Ir. F.E.

hsmatlwl,

!I.$.

:

Ir.

Indah Numayasart,

llI.SG.

:qq

Pengqii

Bukan

Pembimbing

:

Dr.

Ir.

Dyrah

Artng H.L.,

lI.Sl.

ffiL

II.

Itrlan

Abbas

Zalrarfa., nf.S. L9,8702 1 001


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang tanggal 27 November 1992 dari pasangan Bapak Guskaryadi Arief dan Ibu Devi Arfiana Arsyad. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SD Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2004, tingkat SLTP di SMP Negeri 1Bandar Lampung pada tahun 2007, dan tingkat SLTA di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2010. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis pada tahun 2010.

Dalam kegiatan kemahasiswaan, penulis aktif di lembaga kemahasiswaan sebagai, Anggota Bidang Komunikasi dan Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Unila periode 2011/2012, Dewan Pengawas Himpunan

Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta) Unila periode 2012/2013 dan Bendahara Umum Himaseperta Unila periode 2013/2014. Penulis juga pernah mengikuti pelatihan-pelatihan yaitu; Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD), Latihan Kewirausahaan (LK), dan Pelatihan Kesekertariatan dan Kebendaharaan. Selain itu penulis juga pernah menjadi pendamping dalam mata kuliah Praktik Pengenalan Pertanian pada tahun 2015.


(7)

Mitra Tani Parahyangan Cianjur pada tahun 2013. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 (empat puluh) hari di Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur. Penulis juga pernah menjadi verifikator dalam kegiatan verifikasi gas LPG 3 kg di Bandar Lampung yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Minyak dan Gas pada bulan November – Desember 2013 dan pernah menjadi enumerator dalam mengumpulkan data petani kopi mitra PT. Nestle di Lampung Barat dan Tanggamus yang dilakukan oleh Rainforest Alliance pada bulan September – Desember 2014.


(8)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim,

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.

Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan dan Risiko Usahatani Ikan Lele dan Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat, serta saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada :

1. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S., selaku Pembimbing Pertama sekaligus Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas bimbingan, nasihat, dukungan dan perhatian yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi.

2. Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua sekaligus


(9)

3. Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana Lestari, M.Si., sebagai Dosen Penguji Skripsi ini atas masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.

4. Ir. Eka Kasymir, M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas dukungan dan sarannya selama proses perkuliahan.

5. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis atas semua ilmu yang telah

diberikan selama Penulis menjadi mahasiswa di Universitas Lampung. 7. Orang tuaku tercinta, Ayahanda Guskaryadi Arief dan Ibunda Devi Arfiana

Arsyad, serta kedua adik-adikku, Andre Prayoga dan Ananda Ghifarry atas semua limpahan dukungan, doa, dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini. Terima kasih kepada Nidya Wanda, S.P. yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan semangat di setiap langkah penulis.

8. Bapak Camat wilayah Pagelaran beserta staf, Bapak Kepala Desa beserta perangkat desa, Bapak Supardi dan Bapak Fajar, yang telah membantu penulis selama proses penelitian di Lapangan.

9. Sahabat-sahabat pengurus Himaseperta, Faizal Aulia A., S.P., Altri Septiyan, S.P., Debby Februan, S.P., Rahmad Hidayat B., S.P., Hendra Saputra, S.P., Dion Aji Utama, S.P., dan Kholis Meizari, S.P., terima kasih atas bantuan, kerjasama, dan kebersamaannya dalam kepengurusan Himaseperta 2013 – 2014.


(10)

Hasan, Wahyu, Ludi, Yoan, Dimash, Rahmat, Dani TB, Dani I, Wayan, Seta, Hani, Dwi, Sinta, Devi, Yuni, Teri, Ike, Nisya, Fitria, Silvia, Rani, Andini, Ayi, Sastra,Vina, Nita, Huda, Wida, Vega, Tania, Asih, Adel, Aya dan Tunjung, terimakasih atas kebersamaan dan kekompakannya selama ini. Semoga kelak kita semua menjadi orang yang sukses.

11. Kanda, yunda, dan adinda 2004, 2006, 2007, 2008, 2009, 2011, 2012 dan 2013 atas bantuan dan saran kepada penulis selama proses perkuliahan. 12. Seluruh dosen dan karyawan di Jurusan Agribisnis (Mbak Ayi, Mbak Iin,

Mas Kardi, Mas Boim, Mas Bukhari) atas semua kemudahan dan bantuan yang diberikan.

13. Semua pihak yang telah membantu demi terselesainya skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Klasifikasi Ikan Air Tawar ... 12

a. Ikan Lele Dumbo ... 12

b. Ikan Mas ... . 15

2. Konsep Usahatani ... 17

3. Teori Pendapatan Usahatani ... 18

4. Fungsi Keuntungan ... 21

5. Teori Risiko Usahatani ... 25

6. Kajian Penelitian Terdahulu ... 29

B. Kerangka Pemikiran ... 34

C. Hipotesis ... 36

III. METODE PENELITIAN ... 38

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 38

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ... 42

C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 43

D. Metode Analisis ... 44

1. Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Lele dan Ikan Mas ... 44


(12)

3. Analisis Risiko ... 50

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 56

A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu ... 56

B. Keadaan Umum Kecamatan Pagelaran ... 58

C. Keadaan Pertanian Kabupaten Pringsewu ... 64

D. Keadaan Perikanan Kecamatan Pagelaran ... 67

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70

A. Keadaan Umum Pembudidaya Ikan 1. Umur ... 70

2. Tingkat Pendidikan ... 71

3. Jumlah Tanggungan Keluarga Pembudidaya Ikan ... 72

4. Pengalaman Berusahatani Ikan ... 72

5. Pekerjaan Sampingan ... 73

6. Luas Kolam ... 74

B. Budidaya Ikan di Daerah Penelitian 1. Pola Budidaya Ikan Lele dan Ikan Mas ... 76

2. Teknik Budidaya Lele dan Ikan Mas ... 78

C. Penggunaan Sarana Produksi dan Penerimaan ... 84

1. Penggunaan Bibit Ikan ... 85

2. Penggunaan Pakan ... 86

3. Penggunaan Obat Ikan ... 88

4. Penggunaan Vitamin Ikan ... 89

5. Penggunaan Tenaga Kerja... 90

6. Penggunaan Peralatan ... 92

7. Produksi dan Penerimaan ... 96

D. Analisis Usahatani Ikan Lele dan Ikan Mas ... 97

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Ikan Lele dan Ikan Mas ... 101

F. Analisis Risiko Usahatani Ikan Lele dan Ikan Mas ... 111

1. Permasalahan yang dihadapi ... 111

2. Risiko Usahatani Ikan Lele dan Ikan Mas ... 115

VI. KESIMPULAN ... 127

A. Kesimpulan ... 127

B. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 128


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas lahan, produksi, dan produktivitas subsektor perikanan

budidaya di Indonesia tahun 2012 ... 2 2. Luas areal produksi dan produktivitas perikanan air tawar

menurut kabupaten di Provinsi Lampung ... 3 3. Luas areal perikanan budidaya dan produksi perikanan

air tawar per kecamatan di Kabupaten Pringsewu ... 8 4. Kajian penelitian terdahulu ... 30 5. Jumlah responden analisis pendapatan dan risiko pembudidaya

ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten

Pringsewu ... 43 6. Jumlah penduduk Desa Pagelaran, Lugusari dan Panutan menurut

umur ... 59 7. Jumlah penduduk Desa Pagelaran, Lugusari dan Panutan

berdasarkan tingkat pendidikan ... 61 8. Jumlah penduduk Desa Pagelaran, Lugusari dan Panutan

berdasarkan mata pencaharian ... 62 9. Sarana dan prasarana di Desa Pagelaran, Lugusari dan Panutan ... 63 10.Luas lahan dan produksi tanaman pangan Kabupaten Pringsewu

tahun 2011 dan 2012... 64 11.Luas lahan dan produksi tanaman perkebunan Kabupaten

Pringsewu tahun 2011 dan 2012 ... 65 12.Produksi dan luas kolam di Kabupaten Pringsewu tahun 2009 –

2012 ... 66 13.Produksi dan luas kolam masing-masing jenis ikan di Kecamatan


(14)

14.Sebaran umur produktif pembudidaya ikan lele dan pembudidaya

ikan mas ... 70

15.Sebaran tingkat pendidikan pembudidaya ikan lele dan ikan mas ... 71

16.Jumlah tanggungan keluarga pembudidaya ikan lele dan ikan mas ... 72

17.Lamanya pengalaman berbudidaya ikan lele dan ikan mas ... 73

18.Sebaran pembudidaya ikan lele dan ikan mas menurut pekerjaan di luar kegiatan budidaya ikan ... 74

19.Luas kolam usaha budidaya ikan lele ... 75

20.Luas kolam usaha budidaya ikan mas ... 75

21.Perbedaan teknik pembudidaya ikan lele dan ikan mas ... 84

22.Total penggunaan bibit, harga dan ukuran bibit ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran ... 85

23.Total penggunaan pakan dan harga pakan ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran ... 86

24.Total penggunaan obat-obatan ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran ... 88

25.Total penggunaan vitamin ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran ... 90

26.Penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan budidaya ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran ... 91

27.Rata-rata nilai penyusutan peralatan untuk budidaya ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu ... 93

28.Produksi, harga jual dan penerimaan ikan lele dan ikan mas dalam satu musim budidaya Desember 2013 – Maret 2014 ... 97

29.Rata-rata penerimaan, biaya, dan pendapatan ikan lele dan ikan mas pada musim budidaya Desember 2013 – Maret 2014 ... 98

30. Hasil uji beda rata-rata pendapatan usahabudidaya ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran ... 100


(15)

31. Hasil regresi keuntungan petani ikan lele, ikan mas dan fungsi

gabungan ikan lele dan ikan mas ... 102

32. Hasil uji heterokedastisitas budidaya ikan lele ... 103

33. Hasil uji heterokedastisitas budidaya ikan mas ... 103

34.Hasil uji heterokedastis budidaya ikan lele dan ikan mas ... 103

35. Permasalahan yang dihadapi petani ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran ... 112

36. Hasil uji hipotesis dari risiko produksi, harga dan pendapatan usahabudidaya ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran .... 119

37. Identitas responden petani ikan lele di Kecamatan Pagelaran ... 134

38. Biaya produksi petani ikan lele dalam satu musim Budidaya ... 135

39. Penyusutan alat dalam budidaya ikan lele dalam satu musim budidaya ... 138

40. Biaya dan lain-lain pada budidaya ikan lele dalam satu musim budidaya ... 140

41. Penggunaan tenaga kerja dalam budidaya ikan lele dalam satu musim budidaya ... 141

42. Pendapatan usaha budidaya ikan lele dalam satu musim budidaya 142

43. Identitas responden petani mas lele di Kecamatan Pagelaran ... 147

44. Biaya produksi petani ikan mas dalam satu musim budidaya... 148

45. Penyusutan alat dalam budidaya ikan mas dalam satu musim budidaya ... 151

46. Biaya dan lain-lain pada budidaya ikan mas dalam satu musim budidaya ... 154

47. Penggunaan tenaga kerja budidaya ikan mas dalam satu musim budidaya ... 155


(16)

49. Hasil uji beda pendapatan usaha budidaya ikan lele dan usaha

budidaya ikan mas ... 161

50. Regresi faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan petani ikan lele ... 162

51. Regresi faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan petani ikan mas ... 165

52. Hasil regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan ikan lele ... 168

53. Hasil regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan ikan mas ... 170

54. Hasil regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan ikan lele dan ikan mas ... 172

55. Permasalahan yang dihadapi petani ikan lele 5 tahun terakhir ... 174

56. Produksi, harga dan pendapatan budidaya ikan lele 6 musim budidaya terakhir ... 175

57. Risiko produksi, harga dan pendapatan ikan lele 6 musim budidaya terakhir ... 178

58. Permasalahan yang dihadapi petani ikan mas 5 tahun terakhir ... 180

59. Produksi, harga dan pendapatan budidaya ikan mas 6 musim budidaya terakhir ... 181

60. Risiko produksi, harga dan pendapatan ikan mas 6 musim budidaya terakhir ... 184

61. Hasil uji beda risiko produksi ikan lele dan ikan mas ... 186

62. Hasil uji beda risiko harga ikan lele dan ikan mas ... 188


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Fluktuasi produktivitas ikan air lele dan ikan mas di Kabupaten

Pringsewu Tahun 2009 – 2012 ... 6

2. Harga ikan lele dan ikan mas di Kabupaten Pringsewu Tahun 2009 – 2012 ... 7

3. Kerangka pemikiran analisis pendapatan dan risiko petani ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu ... 36

4. Pola budidaya ikan lele di Kecamatan Pagelaran ... 76

5. Pola budidaya ikan mas di Kecamatan Pagelaran ... 77

6. Persentase penggunaan biaya ikan lele dalam satu musim ... 94

7. Persentase penggunaan biaya ikan mas dalam satu musim ... 95

8. Fluktuasi produksi ikan lele per hektar selama 6 musim budidaya terakhir ... 115

9. Fluktuasi produksi ikan mas per hektar selama 6 musim budidaya terakhir ... 116

10.Fluktuasi harga ditingkat pembudidaya ikan selama 6 musim budidaya terakhir ... 117

11.Fluktuasi pendapatan pembudidaya ikan lele selama 6 musim budidaya terakhir ... 118

12.Fluktuasi pendapatan pembudidaya ikan mas selama 6 musim budidaya terakhir ... 118


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan peran dalam perekonomian secara keseluruhan. Peran tersebut di antaranya adalah sebagai penyedia bahan baku industri, penyedia bahan pangan masyarakat dan penyedia lapangan kerja. Kegiatan pertanian mencakup enam subsektor pertanian yaitu pertanian tanaman pangan, hortikultura, perikanan, perkebunan, peternakan, dan kehutanan. Perikanan merupakan salah satu subsektor kegiatan pertanian yang memiliki potensi di Indonesia. Selain perikanan laut, Indonesia memiliki lahan perikanan air tawar yang cukup luas.

Menurut Saptoadi (2011), potensi sumberdaya perikanan budidaya di Indonesia cukup besar dengan keragaman jenis biota air laut yang bernilai ekonomis memungkinkan untuk dibudidayakan, namun pemanfaatannya belum dapat dimaksimalkan sehingga kontribusi sektor perikanan terhadap pembangunan dan perekonomian pada umumnya serta peningkatan taraf hidup masyarakat hidup petani ikan belum optimal.


(19)

Pemerintah khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan selalu berupaya untuk memajukan bidang kelautan dan perikanan Indonesia. Pemerintah melakukan cara dengan terus meningkatkan produksi dari bidang perikanan dan kelautan. Hasil dari subsektor perikanan dan kelautan tidak hanya diperoleh dari air laut, tetapi juga dari daratan yang lebih dikenal dengan perikanan air tawar. Sumberdaya perairan air tawar di Indonesia meliputi tambak, sawah (mina padi), karamba, sungai, dan kolam. Berikut adalah tabel luas lahan, produksi dan produktivitas nasional subsektor perikanan budidaya di Indonesia.

Tabel 1.Luas lahan, produksi, dan produktivitas subsektor perikanan budidaya di Indonesia, 2012

Luas Usahatani Ikan Luas Lahan (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)

Kolam 131.776 1.433.820 10,88

Tambak 657.346 1.756.800 2,67 Budidaya Laut 178.435 5.769.740 32,33 Sawah 156.193 81.820 0,52 Karamba 427 178.370 417,72 Jaring Apung 1.371 455.010 331,88

Total 1.125.549 9.675.550 8,59

Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2013

Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa hampir semua subsektor perikanan memiliki potensi. Total luas lahan perikanan budidaya di Indonesia pada tahun 2012 yaitu 1.125.549 ha, sedangkan total produksi perikanan budidaya yaitu 9.675.550 ton. Produktivitas budidaya pada kolam masih termasuk cukup tinggi yaitu 10,88 ton/ha, hal tersebut dikarenakan budidaya menggunakan kolam termasuk mudah sehingga petani ikan yang tidak


(20)

memiliki lahan yang terlalu besar dan dapat melakukan usahatani perikanan air tawar. Budidaya kolam juga merupakan model budidaya air tawar pertama sebelum munculnya budidaya di perairan umum seperti karamba dan jaring apung.

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang memiliki sektor perikanan yang cukup dominan baik itu dari perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Luasnya areal perairan di Provinsi Lampung merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perikanan menjadi salah satu sumber pendapatan pokok masyarakat Lampung.

Tabel 2. Luas areal produksi dan produktivitas perikanan air tawar menurut kabupaten di Provinsi Lampung, 2012

Kabupaten/Kota Luas Lahan (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (ton/ha)

Lampung Barat 1.639 1.766 1,077

Tanggamus 409 2.404 5,877

Lampung Selatan 489 1.442 2,948

Lampung Timur 1.611 6.985 4,335

Lampung Tengah 6.196 29.907 4,826

Lampung Utara 2.292 1.568 0,684

Way Kanan 920 2.697 2,931

Tulang Bawang 275 159 0,578

Pesawaran 195 1.384 7,097

Pringsewu 501 5.497 10,274

Mesuji 266 644 2,420

Tulang Bawang Barat 260 311 1,196 Bandar Lampung 142 1.102 7,760

Metro 620 1.830 2,951

Jumlah 15.815 57.696 54,954

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2013

Tabel 2 menunjukkan luas areal perikanan budidaya, produksi dan

produktivitasnya di Provinsi Lampung. Salah satu kabupaten yang memiliki potensi yang cukup besar yaitu Kabupaten Pringsewu. Menurut Tabel 2, produksi budidaya ikan air tawar Kabupaten Pringsewu menempati urutan


(21)

ke-3 setelah Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur. Meskipun bukan daerah penghasil terbesar di Provinsi Lampung, Kabupaten Pringsewu telah memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan produksi budidaya perikanan air tawar. Pada tahun 2012 potensi perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Pringsewu sebesar 1.023 ha dengan tingkat pemanfaatan lahan seluas 501, 62 ha dan produksi secara keseluruhan sebesar 5.497 ton (Pemda Kabupaten Pringsewu, 2013).

Komoditas perikanan air tawar utama yang dibudidayakan di Kabupaten Pringsewu antara lain ikan nila, ikan mas, ikan gurame dan ikan lele.

Komoditas ikan lele dan ikan mas merupakan jenis ikan yang paling dominan dibudidayakan di Kabupaten Pringsewu. Usahatani perikanan yang

dilakukan pada Kabupaten Pringsewu meliputi pembenihan hingga pembesaran ikan air tawar. Pada umumnya masyarakat di Kabupaten Pringsewu melakukan kegiatan pembesaran ikan air tawar, baik itu ikan lele maupun ikan mas. Hal tersebut dikarenakan usahatani pembesaran ikan memiliki keuntungan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan usaha pembenihan ikan air tawar karena nilai jual yang lebih tinggi, namun tentu saja risiko yang harus dihadapi lebih tinggi jika dibandingkan usaha pembenihan ikan air tawar.

Dahulu ikan lele dipandang sebagai ikan murahan dan dikonsumsi oleh petani saja pada umumnya, namun saat ini konsumen ikan lele semakin meluas. Rasa dagingnya yang khas, dan cara menghidangkannya menjadi kegemaran masyarakat luas. Ikan lele juga populer di masyarakat karena harga lele yang


(22)

lebih terjangkau dan kemudahan dalam budidayanya. Ikan lele dapat dibudidayakan pada lahan dan sumber air terbatas dengan kepadatan yang tinggi sehingga petani ikan yang memiliki lahan yang terbatas tidak akan kesulitan dalamberusahatani ikan lele.

Ikan mas menjadi salah satu alternatif pendapatan petani Kecamatan

Pagelaran. Harga jual ikan mas yang relatif tinggi menyebabkan petani ikan Kabupaten Pringsewu menjadikannya sebagai salah satu sumber pendapatan. Ikan mas memerlukan kolam yang relatif luas dalam pembudidayaannya karena tingkat kepadatan tidak terlalu tinggi. Ikan mas membutuhkan oksigen yang banyak sehingga harus dibudidayakan pada air yang mengalir. Ikan mas dapat hidup dengan ketinggian 150-1.000 m, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat hidup di perairan payau dengan kadar garam 25 ppm. (Saparinto, 2013)

Produksi dan produktivitas merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi petani dalam proses pembudidayaan ikan di Kabupaten Pringsewu. Jumlah produksi dan produktivitas biasanya ditentukan oleh unsur-unsur internal dan eksternal dalam proses pembudidayaan. Unsur internal meliputi cara pembudidayaan ikan, baik dari kualitas bibit ikan, kualitas pakan, intensitas pemberian vitamin ikan maupun luas lahan budidaya, sedangkan unsur eksternal meliputi kondisi cuaca dan lingkungan. Keadaan cuaca yang tidak dapat diprediksi inilah yang sering menjadi penyebab turunnya produksi dari yang dibudidayakan. Gambar 1 menunjukkan produktivitas ikan lele dan


(23)

ikan mas di Kabupaten Pringsewu yang mengalami fluktuasi dari tahun 2009 sampai 2012

Gambar 1. Fluktuasi produktivitas ikan lele dan ikan mas di Kabupaten Pringsewu tahun 2009 – 2012

(Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Pringsewu, 2013)

Berdasarkan Gambar 1, produktivitas perikanan yang lebih tinggi yaitu ikan lele. Produktivitas ikan lele terjadi penurunan pada tahun 2010 ke 2011, yaitu sebesar 5,71 persen. Pada tahun 2011 ke 2011, terjadi kenaikan cukup besar juga sebesar 14,08 persen. Hal tersebut menunjukkan terdapat perubahan produktivitas yang cukup tinggi yang mengindikasikan terdapat risiko dalam pembudidayaan ikan lele maupun ikan mas. Gambar 1 juga menunjukkan produktivitas ikan mas dari tahun 2009 ke 2012 yang mengalami kenaikan produksi stabil dari tahun ke tahun. Kenaikan yang terjadi dari tahun 2009 ke 2012 yaitu sebesar 13,93 persen.

Selain risiko produksi, petani ikan juga harus menghadapi risiko harga. Fluktuasi harga disebabkan oleh fluktuasi dari komoditas tersebut, apabila harga jual terlalu rendah maka petani tidak akan mampu menutupi

biaya-12.18 12.95 12.21

13.93

8.21 8.77 8.94

9.31 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00

2009 2010 2011 2012

P ro d u k ti v it as Ik an Le le dan ik a n mas (to n /h a) Produktivitas Lele Produktivitas Mas Tahun


(24)

biaya produksi yang diperlukan seperti bibit ikan, obat-obatan, pakan ikan sehingga petani ikan akan merugi. Gambar 2 menunjukkan harga ikan lele dan ikan mas di Kabupaten Pringsewu tahun 2009 – 2012.

Gambar 2. Harga ikan lele dan ikan mas di Kabupaten Pringsewu tahun 2009 – 2012

(Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Pringsewu, 2013)

Gambar 2 menunjukkan rata-rata harga ikan lele dan ikan mas di tingkat produsen. Harga ikan lele dari tahun ke tahun cenderung naik namun mengalami penurunan pada tahun 2012, hal tersebut dikarenakan

menurunnya produktivitas lele pada tahun 2012. Beda halnya dengan ikan mas yang cenderung lebih stabil namun pada tahun 2012 sedikit mengalami penurunan harga. Baik ikan lele maupun ikan mas mengindikasikan

perubahan harga setiap tahun. Harga jual akan mempengaruhi penerimaan petani, semakin tinggi harga jual ikan maka akan semakin tinggi pendapatan yang didapatkan. Sebaliknya apabila harga rendah maka akan semakin

10,500 12,000 11,000 13,500 14,000 17,500 16,000 17,000 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000

2009 2010 2011 2012

H a rg a I ka n L e le d a n I ka n m a s (Rp) Tahun

Harga Ikan Lele


(25)

sedikit penerimaan yang diterima sehingga petani ikan harus memperhatikan risiko harga yang fluktuatif naik ataupun turun.

Fluktuasi harga dan fluktuasi produksi tidak menunjukkan perubahan yang signifikan dari tahun 2009 – 2012, namun berdasarkan hasil turun lapang yang dilakukan banyak petani yang mengalami kerugian akibat risiko keuntungan yang terjadi akibat kenaikan input secara terus menerus setiap tahun dan akibat fluktuasi harga dan fluktuasi produksi. Ketika harga dan produksi rendah dan tingginya biaya produksi pada musim budidaya, banyak petani ikan yang mengalami kerugian dan tidak mampu berproduksi untuk periode selanjutnya, sehingga mereka harus melakukan kegiatan tambahan untuk menutupi kerugian seperti menjadi buruh, melakukan kegiatan usahatani lainnya dan bekerja tambahan.

Tabel 3. Luas areal perikanan budidaya dan produksi perikanan air tawar per kecamatan di Kabupaten Pringsewu, 2012

Kecamatan Luas Lahan (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (ton/ha)

Pagelaran 322,00 3.575,28 11,10

Pringsewu 46,50 506,01 10.88

Sukoharjo 12,00 204,58 17,04

Pardasuka 15,50 114,87 7,41

Gadingrejo 41,50 362,06 8,72 Adiluwih 6,34 71,63 11,29

Ambarawa 29,00 305,00 10,51

Banyumas 29,00 357,26 12,3

Jumlah 501,60 5.496,68 10,95

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Pringsewu, 2013

Tabel 3 menunjukan luas areal perikanan budidaya dan produksi di Kabupaten Pringsewu per kecamatan. Data tersebut menunjukkan


(26)

tawar dengan luas lahan sebesar 322 ha dan produksi sebesar 3.575,28 ton pada tahun 2012, hal tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan Pagelaran merupakan sentra pembudidayaan ikan air tawar di Kabupaten Pringsewu meskipun bukan merupakan kecamatan dengan produktivitas paling besar jika dibandingkan dengan kecamatan di Kabupaten Pringsewu lainnya.

Jenis ikan lele yang dibudidayakan di Kecamatan Pagelaran yaitu ikan lele dumbo, sedangkan jenis ikan mas yaitu ikan mas lokal. Proses budidaya baik ikan mas maupun ikan lele memiliki risiko yang berbeda. Hal ini karena banyak faktor-faktor yang menentukan, seperti luas lahan, yang dalam berusahatani ikan mas memerlukan lahan relatif lebih luas bila dibandingkan dengan ikan lele. Hasil budidaya ikan lele dan ikan mas ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang digunakan yaitu, jumlah bibit, jumlah pakan, jumlah tenaga kerja dan luas lahan selama proses usahatani berlangsung. Menurut penelitian yang dilakukan Titisari (2011), pada CV Jumbo Bintang Lestari, sumber-sumber risiko produksi ikan lele meliputi kualitas dan pasokan benih, mortalitas, kualitas pakan, pengaruh cuaca, dan sumberdaya manusia sehingga akan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup (SR) selama masa produksi berlangsung.

Risiko dalam berusahatani ikan disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak pasti dan serangan hama penyakit yang sulit diduga sebelumnya. Pada musim hujan, jumlah produksi ikan akan cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan perbedaan cuaca yang menyebabkan suhu dan pH air mengalami perubahan sehingga serangan penyakit pun menjadi tinggi dan


(27)

menimbulkan kematian pada ikan. Di samping itu, perbedaan suhu air menyebabkan ikan yang diproduksi mengalami penurunan nafsu makan sehingga pertumbuhannya pun menjadi lambat.

Berdasarkan perbedaan produksi dan harga yang berbeda serta risiko-risiko yang ada pada setiap komoditas ikan lele dan ikan mas, perlu dikaji apakah usahatani ikan lele dan ikan mas menguntungkan bagi petani serta perlu dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan dalam melakukan kegiatan usahatani ikan lele dan ikan mas. Dalam berusahatani ikan dengan sistem kolam, kemungkinan merugi sebagai salah satu risiko yang terjadi pada usaha dapat disebabkan oleh adanya kendala di luar petani seperti faktor alam yaitu iklim yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Permasalahan itu menimbulkan risiko sehingga mengancam pendapatan petani. Risiko dan ketidakpastian yang ada harus dapat diatasi agar kerugian dapat

diminimalisir. Oleh karena itu, penelitian ini juga mengkaji bagaimanakah risiko yang dihadapi petani dalam melakukan usaha budidaya ikan lele dan ikan mas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat diidentifikasikan beberapa penelitian yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu :

1) Bagaimanakah tingkat pendapatan usahatani ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu?


(28)

2) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pendapatan usahatani ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu?

3) Bagaimanakah tingkat risiko usahatani ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permsalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menganalisis tingkat pendapatan usahatani ikan lele dan ikan mas di

Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

2) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. 3) Mengkaji tingkat risiko usahatani ikan lele dan ikan mas di Kecamatan

Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi :

1) Sebagai bahan pertimbangan bagi para petani dalam mengelola budidaya ikan air lele dan ikan mas yang efektif dan menguntungkan.

2) Bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam usaha meningkatkan

pendapatan serta produksi dari tiap-tiap usaha budidaya ikan lele dan ikan mas.

3) Sebagai bahan informasi dan pembanding bagi penelitian-penelitian sejenis.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Klasifikasi Ikan Air Tawar

a. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Ikan Lele memiliki kandungan gizi yang penting bagi tubuh kita, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pangan dan sebagai

komoditi rumah tangga dalam meningkatkan perekonomian keluarga. Ikan lele kemudian dibudidayakan oleh manusia.

Melihat kandungan gizi yang terdapat didalam ikan lele, maka peminat ikan lele pun sangat banyak. Hampir semua lapisan

masyarakat dapat merasakan nikmatnya ikan lele sebagai pelengkap hidangan (Saparinto, 2013).

Ikan lele terdapat di perairan umum, seperti sungai, rawa, waduk, dan genangan air lainnya. Tubuh lele berbentuk gilig memanjang, kepala gepeng, dan meruncing. Di dekat mulutnya ditumbuhi empat pasang kumis yang kaku memanjang. Kulit tubuh lele licin tidak bersisik dan berwarna kehitaman. Lele dapat hidup di daerah hingga ketinggian >1.000 m dpl dengan suhu 20 – 32̊ C, pH 6,5 – 8, dan


(30)

kandungan oksigen 3 ppm. Lele dapat hidup di perairan kotor dan lumpur karena memiliki alat bantu pernapasan yang terletak di atas rongga insang (arborescent atau labyrinth) sehingga mampu mengambil oksigen langsung dari udara (Fauzi, 2013).

Di Indonesia dikenal banyak jenis lele, di antaranya lele lokal, lele dumbo, lele phiton dan lele babon (lele Kalimantan). Namun, yang dibudidayakan hanya lele lokal (Clarias batrachus) dan lele dumbo (Clarias gaeriepinus). Jenis yang kedua lebih banyak dikembangkan karena pertumbuhannya lebih cepat dan ukurannya lebih besar daripada lele lokal.

Lele dumbo pertama kali didatangkan ke Indonesia tahun 1986. Ikan lele dumbo merupakan salah satu komoditas unggulan, sangat

populer, serta memiliki pasar yang baik. Kandungan telur lele dumbo bisa mencapai 30.000-40.000 butir per kg induk betina,

dibandingkan induk lokal yang hanya 1.000-4.000 butir per kg induk. Beberapa kelebihan lainnya yaitu pertumbuhan lebih celat, dapat mencapai ukuran yang lebih besar, serta pemeliharaan dan pemberian pakan lebih mudah. Pada tahun 2009 jumlah produksi ikan lele dumbo di Indonesia mencapai 175.00 ton. Sementara kebutuhan benih lele di akhir tahun 2009 mencapai 1,95 miliar ekor.

Usaha pembesaran ikan lele adalah kegiatan pemeliharaan ikan dari ukuran benih untuk dibesarkan menjadi ukuran konsumsi. Ukuran yang dikehendaki yaitu 8 – 12 ekor/kg. Usaha pembesaran secara


(31)

intensif dilakukan dengan teknik yang modern dan memerlukan masukan (input) biaya yang besar. Ciri khas teknik budidaya ikan lele secara intensif yaitu padat penebaran benih sangat tinggi, yaitu 200 – 400 ekor/m2. Pakan sepenuhnya tergantung dari buatan pabrik (pelet). Biaya untuk pakan sangat tinggi karena untuk menghasilkan 450 kg lele, diperlukan pakan pelet 450 kg dengan harga pakan Rp. 5.300/kg pada Januari 2008. Ciri lain usaha pembesaran secara intensif adalah dilakukan pergantian air. Tujuannya agar air tetap bersih dan tidak kotor oleh sisa-sisa pakan dan kotoran lele dumbo (Mahyuddin, 2008).

Habitat atau tempat hidup lele dumbo adalah air tawar. Air yang baik untuk pertumbuhan lele dumbo adalah air sungai, air sumur, air tanah, dan mata air. Namun, lele dumbo juga dapat hidup dalam kondisi air yang kurang baik seperti di dalam lumpur atau air yang memiiliki kadar oksigen rendah. Hal tersebut sangat dimungkinkan karena lele dumbo memiliki insang tambahan yaitu arborescent yang terletak di bagian atas lengkung insang kedua dan ketiga terdapat kantung insang tambahan yang berbentuk seperti pohon, karenanya dinamakan arborescent organ. Organ ini dipergunakan untuk pernafasan udara sehingga memungkinkan lele dumbo untuk mengambil napas langsung dari udara dan dapat hidup di tempat beroksigen rendah. Alat ini juga memungkinkan lele dumbo untuk hidup di darat, asalkan udara di sekitarnya memiliki kelembapan yang tinggi (Bachtiar, 2006).


(32)

Penyakit yang sering menyerang ikan lele yaitu bintik putih (white spot) dengan ciri-ciri adanya bintik-bintik putih pada permukaan tubuh dan insang ikan yang dipelihara, kemudian ikan sering

berkmpul pada pintu air masuk. Biasanya, kematian ikan akan tinggi karena mengalami gangguan penyerapan oksigen. Faktor pemicu penyakit tersebut disebabkan oleh kualitas air yang kurang

mendukung, suhu air yang dingin, dan kepadatan ikan yang terlalu tinggi (Mahyuddin, 2008).

b. Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Ikan mas termasuk jenis ikan yang relatif mudah dalam

pemeliharaannya, selain sudah dikenal luas. Ikan mas dapat hidup di daerah dengan ketinggian 150 – 1.000 m, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat hidup di perairan payau dengan kadar garam 25 ppm. Kondisi suhu air ideal rata-rata 20 – 30̊ C dengan pH 7 – 8. Ikan mas dapat dipacu pertumbuhannya jika dipelihara di kolam air deras (kecapatan air 30 – 50 cm/detik). Ikan mas sudah dapat dipanen dengan ukuran 5 – 6 ekor/kg dalam waktu 3 – 4 bulan pemeliharaan. Ada banyak jenis mas yang dapat dibudidayakan, diantaranya jenis tombro (berwarna hijau), punten (warna hijau biru dan punggung lebih tinggi), mas (berwarna kuning), si nyonya (berwarna jingga), dan majalaya (berpunggung tinggi dan cepat tumbuh) (Saparinto, 2013).


(33)

Ikan Mas mempunyai ciri-ciri bentuk badan memanjang dan sedikit pipih kesamping, mulut terletak di ujung tengah, dua pasang sungut terletak di bibir bagian atas, sirip punggung (dorsal) berbentuk memanjang dan terletak di bagian permukaan, berseberangan dengan permukaan sirip perut. Ada beberapa jenis ikan mas yang

dibudidayakan di Indonesia yaitu ikan mas punten, ikan mas

sinyonya, ikan mas taiwan, ikan mas merah, ikan mas majalaya,ikan mas yamato dan ikan mas lokal. Harga ikan mas lebih rendah daripada ikan air tawar lainnya seperti gurami dan patin. Secara umum, harga ikan mas di pasaran cenderung stabil. Jika terjadi penurunan harga, tidak akan menurun secara drastis. Sebaliknya, jika ada kenaikan harga, tidak akan melonjak naik.

Usaha pembesaran ikan mas dimulai dari pemeliharaan benih umur antara 3-6 minggu atau berukuran 5-8 cm yang diperoleh dari kegiatan pendederan hingga diperoleh ikan mas ukuran konsumsi. Jenis kolam yang dipakai adalah kolam jaring terapung dan kolam air deras. Selain itu, dapat dilakukan dalam kolam-kolam

konvensional yang bersifat tradisional atau semi insentif. Kolam pembesaran ikan mas menggunakan prinsip pembesaran ikan mas di kolam air deras yang memanfaatkan arus mengalir. Makanan ikan mas harus mengandung protein sekitar 40%. Makanan yang

diberikan berbentuk pellet diberikan setiap hari sebanyak 3 – 5% dari berat ikan Misalkan berat ikan 450 gram, maka pemberian makanan


(34)

per harinya adalah 13,5 – 22,5 gram yang diberikan dua kali, yaitu pagi hari dan sore hari (Bachtiar, 2002).

2. Konsep Usahatani

Soekartawi (1995) mendefinisikan usahatani sebagai ilmu yang

mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

Hernanto (1994) menyatakan bahwa besarnya pendapatan yang diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Unsur-unsur pokok yang ada dalam usahatani yang penting untuk diperhatikan adalah lahan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan (manajemen). Unsur tersebut juga dikenal dengan istilah faktor-faktor produksi. Unsur-unsur usahatani tersebut mempunyai kedudukan yang sama satu sama lainnya, yaitu sama-sama penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal


(35)

adalah faktor yang ada pada usahatani itu sendiri, seperti petani pengelola, lahan usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga, dan jumlah keluarga. Faktor eksternal adalah faktor-faktor di luar usahatani, seperti tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil, harga saprodi, dan lain-lain), fasilitas kredit, dan sarana penyuluhan bagi petani.

Usahatani yang dilakukan oleh rumah tangga petani mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pengambilan keputusan dan keputusan yang akan diambil. Usahatani yang dilakukan petani umumnya mempunyai dua tujuan usahatani, yaitu mendapatkan pendapatan usahatani yang maksimal atau untuk keamanan dengan cara meminimalkan risiko, termasuk

keinginan untuk memiliki persediaan pangan yang cukup untuk konsumsi rumah tangga dan selebihnya untuk dijual (Soedjana, 2007).

3. Teori Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya. Pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani tersebut akan mendorong untuk dapat mengalokasikan pendapatan tersebut ke dalam berbagai kegunaan seperti biaya produksi periode berikutnya, tabungan dan pengeluaran lain-lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Analisis pendapatan dan keuntungan dari setiap cabang usaha memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahatani ini berhasil atau tidak.


(36)

Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila memenuhi syarat sebagai berikut, yaitu : (1) cukup untuk membayar pembelian sarana produksi termasuk biaya angkutan dan administrasi, (2) cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan, dan (3) cukup untuk membayar tenaga kerja yang dibayar atau bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak dibayar (Soekartawi, 1995).

Menurut Saparinto (2008) analisis usahatani dilakukan karena setiap kegiatan usaha tani membutuhkan input. Input di antaranya sumberdaya alam, sumber modal, keahlian, tanah, dan input lain yang ketersediaannya terbatas. Untuk mendapatkan output yang optimal dari input yang

dimiliki, diperlukan perhitungan yang matang agar kegiatan tersebut menghasilkan manfaat.

Menurut Soekartawi (1995) penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

TR = Y.Py Keterangan :

TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dari suatu usahatani Py = Harga produksi

Pendapatan dan keuntungan usahatani adalah selisih penerimaan dengan semu biaya produksi, dirumuskan sebagai berikut :


(37)

Keterangan :

π = keuntungan atau pendapatan (Rp) Y = jumlah produksi (satuan)

Py = harga satuan produksi (Rp) X = faktor produksi (satuan)

Px = harga faktor produksi (Rp/ satuan) N = banyaknya input yang dipakai BTT = biaya tetap total (Rp)

Biaya usahatani sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jmlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit pada periode tertentu. Besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar

kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya variabel adalah baiya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.

Untuk mengetahui apakah usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi, dapat dianalisis dengan menggunakan perhitungan antara penerimaan total dan biaya total yang disebut dengan Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

R/C Ratio = PT/ BT Keterangan :

R/C = Nisbah penerimaan dan biaya PT = Penerimaan total

BT = Biaya total yang dikeluarkan

Ada dua kriteria dalam perhitungan ini, yaitu :

a. Jika R/C >1, maka usahatani yang dilakukan layak atau menguntungkan.


(38)

b. Jika R/C = 1, maka usahatani yang dilakukan berada pada titik impas (Break Even Point).

c. Jika R/C <1, maka usahatani yang dilakukan tidak layak atau tidak menguntungkan petani.

4. Fungsi Keuntungan (Profit Function)

Menurut Soekartawi, dkk (1984) perubahan tingkat keuntungan disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam metode produksi atau organisasi usahatani. Perubahan-perubahan kecil dalam metode produksi akan sangat berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh. Pengaruh suatu perubahan keuntungan dipengaruhi oleh banyak faktor, misal produksi, tenaga kerja dan lain-lain.

Faktor jumlah dan macam kerja yang dilakukan oleh petani dan keluarganya, ketrampilan yang dimilikinya, dan lain-lain merupakan faktor-faktor penting yang tidak berkaitan dengan keuangan, tetapi besar pengaruhnya dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan perubahan keuntungan. Semua hal ini dilakukan untuk mencapai usahatani yang diinginkan oleh petani.

Soekartawi (2003) menyatakan bahwa pendekatan fungsi keuntungan memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan pendekatan fungsi produksi, antara lain :


(39)

1) fungsi penawaran output dan fungsi permintaan terhadap input dapat diduga bersama-sama tanpa harus membuat suatu fungsi produksi yang eksplisit.

2) dapat dipergunakan untuk menelaah masalah efisiensi teknis dan harga.

3) dalam model fungsi keuntungan , variabel-variabel yang diamati adalah variabel harga input dan harga output.

Penjabaran dari fungsi keuntungan dapat diuraikan sebagai berikut, misalkan sembarang fungsi produksi

Y = f (x1, x2, ... xm ; z1 , ...zn) (1)

Keuntungan jangka pendek ( short – run profit ) dapat didefinisikan sebagai berikut :

π = p. f. (x1,... xm ; z1 ...zn) –∑= wi xi (2) Dimana :

π = keuntungan jangka pendek P = harga output

Xi = jumlah input variabel ke – i ( i = 1,2,...m) Zj = jumlah input tetap ke-j ( j = 1,2...n)

Wi = harga input variabel ke – i

Asumsi perusahaan memaksimalkan keuntungan, maka kondisi nilai marjinal produk sama dengan harga input variabel yang bersangkutan, atau secara matematis:

p.� � �

�� ( . ) = Wi , i = 1, ...m . (3)

Jika persamaan (2) dinormalkan dengan harga output, diperoleh persamaan sebagai berikut � � �


(40)

wi* = wi / p = harga input ke – i yang dinormalkan dengan harga output.

Pada persamaan , π * didefinisikan sebagai Unit Output Price profit (UOP profit). Cara ini dipakai untuk memaksimumkan keuntungan. Kondisi ini diperoleh dari persamaan (2) yang dinormalkan dengan harga output.

π * = π / p = f ( x1, ...xm ; z1, ...zn) –∑= Wi* xi (5)

π * dikenal sebagai fungsi keuntungan

UOP (Unit Output Price profit function) jumlah optimal dari input variabel xi* yang memberikan keuntungan maksimum dalam jangka pendek, dapat diturunkan (4), yaitu :

xi* = f (w1* , w2* , ...wm* ; z1, ...zn) (6) Substitusi persamaan (6) ke dalam (2) akan diperoleh :

π = p. f ( x1*, x2* ...xm* ; z1, ...zn) –∑= wi* xi * (7) Dengan demikian cara UOP Cobb-Douglas Profit Function (UOP-CDPF), adalah cara yang dipakai untuk memaksimumkan keuntungan. UOP-CDPF ialah suatu fungsi (persamaan) yang melibatkan harga faktor produksi dan produksi yang telah dinormalkan dengan harga tertentu. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Y = A F(X,Z) (8)

Y = produksi

A = besaran yang menunjukkan tingkatan efisiensi teknik X = faktor produksi variabel

Z = faktor produksi tetap

Persamaan keuntungan yang diturunkan dari persamaan fungsi produksi seperti pada persamaan di atas dapat dituliskan sebagai berikut :


(41)

π = ApF (X1,....,Xm ; Z1,....,Zn)− ∑= ciXi - ∑�= fjZj (9) keterangan:

π = besarnya keuntungan A = besarnya efisiensi teknik p = harga produksi persatuan

Xi = faktor produksi variabel yang digunakan, dengan j = 1,...n

ci = harga faktor produksi per satuan fj = harga faktor produksi tetap Z = faktor produksi tetap

Penggunaan persamaan di atas berlaku anggapan bahwa dalam jangka pendek maka faktor produksi tetap seperti banyaknya cangkul atau alat pertanian yang lain, tidak mempengaruhi keinginan untuk meningkatkan keuntungan, sehingga persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut :

π = ApF (X1,...,Xm ; Z1,...,Zn) )− ∑= ciXi (10) Bentuk logaritma dari persamaan di atas, seperti pada persamaan Cobb-Douglas, sehingga diperoleh :

ln (π / p) =ln A+∑= αi ln (Xi / p ) +∑�= βj lnZj (11)

ln π* = ln A +∑= αi ln Xi +∑�= βj lnZj

ln π* = ln A+∑= αi ln wi*+∑�= βj lnZj (12) keterangan:

π* = keuntungan yang telah dinormalkan dengan harga produksi.

Βj = koefisien faktor produksi tetap.

αi = koefisien faktor produksi variabel .

wi = faktor produksi variabel yang telah dinormalkan dengan harga produksi


(42)

5. Teori Risiko Usahatani

Pappas dan Hirschey (2005) dalam Muzdalifah (2012) mengatakan bahwa risiko dapat diukur dengan menentukan kerapatan distribusi probabilitas. Salah satu ukurannya adalah dengan menggunakan deviasi standar yang diberi simbol V. Semakin kecil deviasi standar, semakin rapat distribusi probabilitas dan dengan demikian semakin rendah risikonya. Namun dalam penggunaannya terdapat beberapa masalah ketika standar deviasi digunakan dalam ukuran risiko. Misalnya jika biaya usahatani lebih besar, usahatani tersebut dapat secara normal memiliki standar deviasi yang lebih besar tanpa perlu menjadi lebih berisiko. Untuk mengatasi masalah

tersebut yaitu dengan menghitung ukuran risiko relatif dengan membagi standar deviasi dengan rata-rata nilai :

CV = � Keterangan :

CV = Koefisien variasi V = Standar deviasi E = Rata-rata hasil (mean)

Menurut Kadarsan (1995) risiko dan ketidakpastian menjabarkan suatu keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam hasil usaha atau berbagai macam akibat dari usaha-usaha tertentu. Perbedaannya adalah bahwa risiko menjabarkan keadaan yang hasil dan akibatnya mengikuti suatu penjabaran kemungkinan yang diketahui, sedangkan ketidakpastian


(43)

menunjukkan keadaan yang hasil dan akibatnya tidak bisa diketahui. Macam risiko dan ketidakpastian dibidang pertanian dibandingkan dengan bidan lainnya lebih mengharuskan petani memiliki kemampuan untuk menanggulangi risiko perusahaan apabila mau meminjam modal. Hal ini disebabkan penerimaan dan pengeluaran dibidan pertanian lebih tidak stabil, sedangkan risiko dan ketidakpastian dalam mengelola perusahaan agribisnis dan mengurus keluarga petani lebih besar dari pada bidang lain-lainnya. Sekurang-kurangnya ada lima sebab utama terjadinya suatu risiko. Pertama, ketidak pastian produksi; kedua, tingkat harga; ketiga,

perkembangan teknologi; keempat, tindakan-tindakan perusahaan dan orang atau pihak lain; dan kelima, karena sakit, kecelakaan, atau kematian.

Darmawi (1997) menyatakan bahwa risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk yang tidak diinginkan atau tidak terduga yang mengacu pada ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Sedangkan kondisi yang tidak pasti timbul karena berbagai sebab, antara lain:

a.Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir. Semakin panjang jarak waktu, semakin besar

ketidakpastiannya.

b.Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan. c.Keterbatasan pengetahuan/teknik pengambilan keputusan.

Utilitas dari petani sebagai pelaku kegiatan usahatani merupakan fungsi dari hasil yang diharapkan dan risiko yang dihadapi petani. Petani


(44)

sebagai manajer dari kegiatan usahataninya biasanya mengharapkan hasil yang tingi dengan risiko yang rendah sehingga akan selalu menghindari risiko (Kadarsan, 1995).

Semakin tinggi risiko yang harus dihadapi, semakin tinggi hasil yang diharapkan. Ukuran untuk hasil yang diharapkan adalah hasil rata-rata atau mean, rumusnya yaitu :

E =∑ Eini=n Keterangan :

E = nilai rata-rata hasil atau mean

Ei = keuntungan yang didapat pada musin tanam ke-i N = jumlah pengamatan

Risiko secara statistik dapat diukur dengan ukuran ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation). Kedua cara ini menjelaskan risiko dalam arti kemungkinan penympangan pengamatan sebenarnya disekitar nilai rata-rata yang diharapkan. Ukuran rumus ragam adalah sebagai berikut :

V =∑ni=n − 1Ei − E

sedangkan simpangan baku merupakan akar dari ragam, atau yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

� = √∑ni=n − 1Ei − E

Keterangan : V2 = Ragam


(45)

V = Simpangan baku E = Nilai rata-rata (hasil)

Ei = Keuntungan pada periode ke-i N = jumlah periode pengamatan

Besarnya keuntungan yang diharapkan (E) menggambarkan jumlah rata-rata keuntungan yang diperoleh petani, sedangkan simpangan baku (V) merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang mungkin diperoleh atau merupakan risiko yang ditanggung petani.

Pengukuran risiko secara statistik dilakukan dengan menggunakan ukuran ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation). Kedua cara ini menjelaskan risiko dalam arti kemungkinan penyimpangan pengamatan sebenarnya disekitar nlai rata-rata yang diharapkan.

Batas bawah (L) menunjukkan nilai terendah pendapatan yang mungkin diterima oleh petani responden. Rumus perhitungan batas bawah (L) menurut Kadarsan (1995) adalah:

L = E – 2V Keterangan :

L = Batas bawah

E = Rata-rata keuntungan

V = Simpangan baku

Jika L >0, maka petani ikan tidak akan mengalami kerugian

Jika L <0, maka petani ikan akan mengalami kerugian setiap proses produksi

Menurut Hernanto dalam Renthiandy (2014) CV merupakan nilai koefisien variasi dan V merupakan nilai simpangan baku produksi, E merupakan nilai rata-rata dan L merupakan nilai batas bawah . Apabila


(46)

nilai CV >0,5 maka usahatani yang dilakukan memiliki risiko yang tinggi sehingga risiko yang ditanggung petani semakin besar dengan

menanggung kerugian sebesar nilai L, begitu pula jika nilai CV ≤ 0,5

maka usahatani yang dilakukan memiliki risiko rendah sehingga petani akan selalu untung atau impas sebesar nilai L.

6. Kajian Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menganalisis mengenai analisis pendapatan dan risiko, dan ada peneliti lain memiliki analisis yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu melakukan perbandingan pendapatan dan risiko dari dua komoditas ikan air tawar yang berbeda yaitu ikan lele dan ikan mas. Tujuannya untuk mengkaji usahatani ikan yang dilakukan menguntungkan serta tingkat risikonya. Penelitian ini tidak hanya menganalisis pendapatan petani dan tingkat risiko tetapi juga

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani. Berikut ini adalah informasi penelitian tentang pendapatan dan risiko yang


(47)

30

No Judul Penelitian/Tahun Tujuan Metode Analisis Hasil

1. Analisis Pendapatan Petani Pembenihan Ikan Lele dan Mas di Desa Pak Bulu Kecamatan

Anjongan (Yanti, 2014)

a.Mengetahui pendapatan petani usaha

pembenihan ikan lele dan ikan mas

b.Mengetahui perbedaan pendapatan antara usaha pembenihan ikan lele dan ikan mas

a. Analisis statistik (uji Z)

a. Besarnya pendapatan yang diperoleh petani ikan dari usaha pembenihan ikan lele berkisar antara Rp. 10.234.000 dan pendapatan yang diperoleh dari usaha pembenihan ikan mas yang berkisar antara Rp. 11.430.000. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pendapatan antara petani ikan yang

menjalankan usaha pembenihan ikan lele dengan petani ikan mas.

2. Analisis Pendapatan, Risiko, dan Efisiensi Sistem Pemasaran Ikan Gurami di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu (Oktaviana, 2013)

a.Menghitung nilai keuntungan yang diperoleh petani dari usaha budidaya ikan gurami

b.Mengetahui risiko usaha budidaya ikan gurami c.Menganalisis efisiensi

pemasaran ikan gurami.

a. Analisis pendapatan. a. Ukuran

ragam (variance) dan simpangan baku (standard deviation). b. Analisis model S-C-P

a. Pendapatan rata-rata petani yaitu Rp. 40.110.696,80 per 0,18 Ha per produksi.

b. Peluang risiko yang dihadapi tinggi dengan nilai koefisien variasi yaitu 0,86 dan batas bawah sebesar Rp. -28.529.605,68.

c. Sistem pemasaran belum efisien dilihat dari struktur pasar yaitu pasar oligopoli, kondisi pasar yang terjadi pembeli yang bebas keluar masuk pasar, dan terdapat 4 saluran pemasaran yang terbentuk dengan saluran pemasaran paling efisien adalah Saluran III yang ditunjukkan dengan produser share sebesar 93,25%.


(48)

31

3. Analisis Efisiensi Usaha Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) dalam Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat (Manalu, 2000)

a.Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi. b.Menganalisis elastisitas

produksi pada faktor yang mempengaruhi produksi.

c.Menganalisis alokasi penggunaan input yang optimal pada kondisi keuntungan maksimum. d.Menganalisis seberapa

besar pendapatan yang dapat diterima petani ikan.

a. Analisis Cobb-Douglas

a. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata secara simultan adalah benih, pakan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor produksi yang tidak berpengaruh nyata adalah faktor produksi tenaga kerja.

b. Besaran penjumlahan elastisitas faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha budidaya ikan mas di Keramba Jaring Apung menunjukkan bahwa usaha KJA di Waduk Cirata berada pada kondisi kenaikan hasil yang semakin berkurang (Decreasing return to scale). c. Alokasi pengunaan faktor-faktor produksi benih dan

pakan secara optimal masing-masing sebesar 277,04 kg dan 1.788,22 kg per musim pemeliharaann sehingga dapat dicapai tingkat keuntungan maksimum.

d. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa kondisi setelah dilakukan proses optimalisasi pada usaha KJA lebih menguntungkan dari kondisi aktual (sebelum dilakukan proses optimalisasi).

4. Analisis Efisiensi Budidaya Ikan Lele di Kabupaten Boyolali (Taufiq, 2011)

a. Menganalisis alokasi penggunaaan faktor-faktor produksi budidaya ikan lele dumbo di Kabupaten Boyolali.

b.Menganalisis tingkat efisiensi pemakaian input pada budidaya ikan lele dumbo

a. Model Fungsi Produksi Frontier b. Analisis

Pendapatan c. Pendekatan rasio varians

a. Nilai efisiensi teknik sebesar 0,94 dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha budidaya ikan lele di daerah penelitian tidak efisien secara teknis sehingga

penggunaan input harus dikurangi.

b. Variabel yang berpengaruh signifikan adalah luas lahan dan benih. Sedangkan variabel yang tidak signifikan adalah tenaga kerja, pakan dan pupuk.


(49)

32

5. Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele Dumbo ( Clarias

gariepinus) di CV Jumbo Bintang Lestari

Gunungsindur Kabupaten Bogor (Dewiaji, 2011)

a.Mengetahui

Isiko produksi yang dihadapi oleh CV Jumbo Bintang Lestari b.Menganalisis sumber

risiko produksi yang terdapat pada usaha pembesaran ikan lele dumbo CV Jumbo Bintang Lestari c.Menganalisis strategi

yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari. a. Analisis deskriptif kualitatif b. Analisis kuantitatif dengan analisis probabilitas

a. Hasil analisis probabilitas yaitu standar pada nilai tabel z sebesar 0,352 artinya, kemungkinan CV Jumbo Lestari mampu menghasilkan derajat kelangsungan hidup ikan lele dumbo lebih dari derajat kelangsungan hidup ikan lele normal.

b. Sumber-sumber risiko produksi tersebut adalah kualitas dan pasokan benih, mortalitas, kualitas pakan, penyakit, cuaca, dan sumber daya manusia.

c. Strategi yang dilakukan dengan cara pengawasan produksi benih bagi petani mitra, persiapan kolam, pemberian probiotik, pemberian vitamin, penanganan terhadap benih yang ditebar dan peningkatan keamanan lokasi budidaya.

6. Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat (Silaban, 2011)

a.Menganalisisrisiko produksi ikan hias yang dihadapi PT Taufan Fish Farm.

b.Menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko ikan hias di PT Taufan Fish Farm. a. Analisis risiko ( variance, standard deviation, dan coefficient variation).

a. Berdasarkan hasil analisis risiko yang dilakukan pada PT Taufan Fish Farm menunjukkan bahwa perusahaan mengalami risiko produksi dalam menjalankan

usahanya. Sumber risiko berasal dari perubahan kondisi cuaca dan kualitas pakan yang buruk.

b. Strategi penanganan risiko yang digunakan yaitu strategi diversifikasi, dimana perusahaan


(50)

33

7. Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung (Setiorini, 2008)

a. Mengetahui pendapatan usaha yang diterima pembudidaya ikan mas b.Menganalisis pola

saluran pemasaran ikan mas, fungsi pemasaran dan lembaga pemasaran yang terlibat.

a. Analisis Pendapatan b. Analisis

saluran pemasaran

a. Total penerimaan rata-rata pembudidaya pertahun sebesar Rp. 48.342.667. Total biaya rata-rata yang dikeluarkan Rp. 29.255.285. Keuntungan rata-rata yang dihasilkan sebesar Rp. 19.087.381 dengan keuntungan per musim Rp. 4.771.845.

b. Terdapat empat saluran pemasaran. Saluran pertama melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang

pengecer luar kecamatan, rumah makan. Saluran kedua melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul dan pedagang eceran. Saluran ke tiga melibatkan pembudidaya, pedagang luar kecamatan, pedagang eceran luar kecamatan. Saluran keempat melibatkan pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan dan pemancingan.

8. Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan

Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius) di Kabupaten Kapuas (Lukas, 2012)

Mengetahui bagaimana pengaruh biaya produksi secara parsial atau individu terhadap

pendapatan pembudidaya ikan patin di Kabupaten Kapuas.

Korelasi sederhana dengan uji t

Berdasarkan hasil penelitian bahwa selama tahun 2008-2011 menunjukkan jumlah produksi ikan patin di

Kabupaten Kapuas perfluktuasi dari tahun ketahun, dimana sangat mempengaruhi pendapatan petani ikan patin di Kabupaten Kapuas. Hubungan tingkat produksi dan pendapatan adalah erat positif dengan nilai koefisien korelasi r= 0,50 atau 50%.


(51)

B. Kerangka Pemikiran

Setiap usahatani memiliki tujuan untuk mendapatkan pendapatan yang optimal dengan biaya yang seminimal mungkin. Budidaya ikan air tawar merupakan alternatif pembuka usaha sebagai subsektor dari pertanian yang menjadi salah satu aspek pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ikan lele dan ikan mas merupakan jenis ikan air tawar yang memiliki potensi besar untuk dibudidayakan, karena permintaan yang tinggi terhadap dua jenis ikan tersebut. Ikan lele dan ikan mas juga memiliki gizi yang cukup baik untuk dikonsumsi dan harga yang relatif murah jika dibandingkan ikan budidaya lainnya. Harga jual ikan lele dan ikan mas fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, harga jual ikan lele Rp 11.000,00/kg dan harga jual ikan mas Rp 16.000,00/kg.

Baik ikan mas maupun ikan lele sama-sama menjadi pendapatan utama di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Untuk mengelola usahatani tersebut petani membutuhkan biaya produksi atau pengeluaran dalam proses produksinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dalam berusahatani ikan lele dan ikan mas yaitu harga bibit ikan, harga pakan ikan, harga obat ikan, harga tenaga kerja, dan luas kolam ikan. Banyaknya

produksi yang dihasilkan dalam usahatani tersebut akan mempengaruhi penerimaan. Pendapatan yang dihasilkan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya. Besarnya total biaya dan penerimaan akan


(52)

Dengan asumsi luas lahan yang sama antara petani yang berusahatani ikan mas dan ikan lele terdapat perbedaan pendapatan dikarenakan total biaya produksi dan penerimaan yang berbeda.

Menurut Siregar dalam Soekartawi (1993) risiko dalam pertanian mencakup kemungkinan kerugian dan keuntungan. Tingkat risiko akan ditentukan sebelum suatu tindakan diambil berdasarkan ekspektasi atau perkiraan petani sebagai pengambil keputusan. Dalam melakukan usahatani perlu

diperhatikan risiko berusaha. Semakin tinggi pendapatan maka tingkat risiko yang diterima juga akan semakin tinggi. Risiko yang harus dihadapi petani yaitu risiko produksi dan risiko harga.

Risiko dalam berusahatani ikan air tawar disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak pasti dan serangan hama penyakit yang sulit diduga sebelumnya. Pada musim hujan, jumlah produksi ikan akan cenderung mengalami

penurunan. Hal tersebut dikarenakan perbedaan cuaca yang menyebabkan suhu dan pH air mengalami perubahan sehingga serangan penyakit pun menjadi tinggi dan menimbulkan kematian pada ikan. Disamping itu, perbedaan suhu air menyebabkan ikan yang diproduksi mengalami penurunan nafsu makan sehingga pertumbuhannya pun menjadi lambat.

Tingkat pendapatan dan risiko merupakan hal yang harus diperhatikan dalam melakukan usahatani yang menentukan tingkat keberhasilan petani dalam melakukan pilihan dalam berbudidaya. Kerangka pemikiran analisis

pendapatan dan risiko petani ikan lele dan ikan mas di Kabupaten Pringsewu disajikan pada Gambar 3.


(53)

Gambar 3. Kerangka pemikiran analisis pendapatan dan risiko petani ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu

Budidaya Ikan Air Tawar

Budidaya Ikan Lele Budidaya Ikan Mas

Faktor Produksi :

1.Jumlah Bibit

2.Jumlah Pakan

3.Jumlah Obat

4.Jumlah Vitamin

5.Jumlah Tenaga Kerja

6.Luas lahan Budidaya

Produksi

Biaya Produksi Penerimaan Harga Harga

Pendapatan / Keuntungan

Risiko Pendapatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

 Harga bibit ikan (W1)

 Harga pakan ikan (W2)

 Harga obat ikan (W3)

 Upah tenaga kerja (W4)

Untung Rugi

Risiko Produksi

Risiko Harga


(54)

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

1. Diduga pendapatan usahatani ikan lele berbeda dengan usahatani ikan mas.

2. Diduga variabel luas kolam berpengaruh positif, sedangkan harga bibit ikan, harga pakan ikan, harga obat ikan, dan upah tenaga kerja

berpengaruh negatif terhadap keuntungan usahatani ikan baik ikan lele maupun ikan mas.

3. Diduga tingkat risiko usahatani ikan mas berbeda dengan usahatani ikan lele.


(55)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian.

Usahatani ikan lele adalah suatu proses kegiatan pembesaran ikan lele untuk memperoleh produksi ikan lele.

Usahatani ikan mas adalah suatu proses kegiatan pembesaran ikan mas untuk memperoleh produksi ikan mas.

Satu musim adalah kegiatan pembudidayaan pembesaran ikan yang di mulai dari proses persiapan kolam hingga proses pasca panen ikan lele dan ikan mas.

Luas kolam adalah areal/tempat berupa kolam yang digunakan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan yang diukur dalam satuan hektar (ha).

Produksi ikan lele adalah jumlah output/hasil panen ikan lele dari luas kolam selama satu kali musim pembudidayaan yang diukur dalam satuan kilogram (kg).


(56)

Produksi ikan mas adalah jumlah output/hasil panen ikan mas dari luas kolam selama satu kali musim pembudidayaan yang diukur dalam satuan kilogram (kg).

Produktivitas ikan lele adalah produksi ikan lele per satuan luas lahan yang digunakan dalam berbudidaya ikan. Produktivitas diukur dalam satuan kilogram per 0,5 hektar (kg/0,5 ha).

Produktivitas ikan mas adalah produksi ikan mas per satuan luas lahan yang digunakan dalam berbudidaya ikan. Produktivitas diukur dalam satuan kilogram per 0,5 hektar (kg/0,5 ha).

Harga adalah sejumlah uang yang menjadi tolak ukur nilai dari banyaknya ikan lele dan ikan mas dalam ukuran tertentu (Rp/kg).

Penerimaan adalah total penjualan yang diperoleh petani ikan lele dan ikan mas dalam satu kali musim budidaya yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk kegiatan budidaya ikan dalam satu musim yang diukur dalam satuan rupiah per musim budidaya yang selanjutnya akan disebut sebagai pendapatan (Rp). Biaya produksi terdiri dari biaya tunai dan biaya variabel.

Biaya tunai adalah biaya yang terdiri dari biaya bibit, biaya pakan, biaya obat, biaya vitamin, biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya PBB, biaya angkut dan biaya perawatan kolam dalam satu musim yang diukur dalam satuan rupiah yang selanjutnya akan disebut sebagai keuntungan (Rp).


(57)

Biaya diperhitungkan adalah biaya yang terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga, biaya penyusutan alat dan biaya sewa kolam dalam satu musim yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Tenaga kerja adalah banyaknya orang yang bekerja dalam satu periode budidaya dalam proses usahatani ikan lele dan ikan mas. Penggunaan tenaga kerja diukur dalam satuan Hari Kerja Pria (HKP). Untuk wanita dan anak-anak dikonversikan ke dalam HKP berdasarkan tingkat upah yang berlaku.

Pendapatan adalah penerimaan total yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tunai yang dikeluarkan selama proses budidaya ikan lele dan ikan mas dalam satu musim dan diukur dalam satuan rupiah (Rp/musim).

Keuntungan adalah penerimaan total yang diperoleh dikurangi dengan biaya total yang dikeluarkan selama proses budidaya ikan lele dan ikan mas dalam satu musim dan diukur dalam satuan rupiah (Rp/musim).

Harga bibit ikan adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh petani dalam membeli satu ekor bibit ikan pada satu musim produksi budidaya ikan mas dan ikan lele (Rp/satuan).

Harga pakan ikan adalah biaya pakan ikan yang dikeluarkan per total produksi ikan pada satu musim produksi budidaya ikan lele dan ikan mas (Rp/ Kg).

Harga obat adalah biaya obat ikan yang dikeluarkan per total produksi ikan pada satu musim produksi buidaya ikan lele dan ikan mas (Rp/ml)


(58)

Harga tenaga kerja adalah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan per total produksi ikan pada satu musim produksi budidaya ikan lele dan ikan mas (Rp).

Risiko adalah suatu kejadian yang memungkinkan terjadinya peristiwa merugi. Peluang akan terjadinya sudah diketahui oleh petani terlebih dahulu.

Rata-rata (mean) adalah jumlah rata-rata pendapatan yang diperoleh petani dalam enam musim budidaya terakhir.

Ragam (variance) adalah suatu ukuran satuan yang menggambarkan penyimpangan yang terjadi pada usahatani ikan lele dan ikan mas.

Simpangan baku (standard deviation) adalah ukuran satuan risiko terkecil yang menggambarkan penyimpangan yang terjadi pada usahatani ikan lele dan ikan mas.

Koefisien variasi adalah perbandingan risiko yang harus ditanggung petani dengan jumlah yang akan diperoleh dengan hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi.

Batas bawah adalah nilai nominal terendah yang mungkin diterima, apabila nilai L sama dengan atau lebih dari nol, maka petani tidak akan mengalami kerugian. Sebaliknya, apabila nilai L kurang dari nol maka dalam setiap produksi ada peluang kerugian yang akan diderita oleh petani.


(59)

Ketidakpastian adalah sesuatu yang tidak dapat diramalkan sebelumnya dan karenanya peluang terjadinya merugi diketahui sebelumnya.

B. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang tinggi dalam melakukan budidaya ikan air tawar (ikan mas dan ikan lele). Kabupaten Pringsewu memiliki urutan tertinggi ke tiga setelah Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur. Kecamatan Pagelaran diambil secara sengaja dengan pertimbangan kecamatan ini

merupakan sentra produksi budidaya ikan air tawar di Kabupaten Pringsewu. Responden penelitian adalah petani ikan lele dan petani ikan mas di

Kecamatan Pagelaran. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja yaitu di Desa Pagelaran, Desa Lugu Sari dan Desa Panutan dengan pertimbangan bahwa ketiga desa tersebut merupakan sentra pembudidayaan ikan lele dan ikan mas.

Sifat petani ikan mas dan ikan lele cenderung homogen dalam hal: (1) semua petani bermaksud menjual hasil produksinya, (2) semua petani bermaksud untuk mencari keuntungan, (3) semua petani menginginkan kemudahan dalam menjual hasil produksinya.


(60)

Responden terdiri dari petani ikan lele dan petani ikan mas. Menurut hasil prasurvey yang dilakukan jumlah populasi petani pembesaran ikan lele di Desa Pagelaran sebanyak 13 orang, Desa Lugusari sebanyak 15 orang dan Desa Panutan sebanyak 7 orang. Populasi petani pembesaran ikan mas di Desa Pagelaran sebanyak 14 orang, Desa Lugusari sebanyak 17 orang dan Desa Panutan sebanyak 4 orang.

Tabel 5. Jumlah responden analisis pendapatan dan risiko petani ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu

Desa Jumlah responden

petani ikan lele

Jumlah responden petani ikan mas

Pagelaran 13 14

Lugusari 15 17

Panutan 7 4

Jumlah 35 35

Jumlah responden petani ikan lele di Kecamatan Pagelaran adalah 35 orang dan jumlah responden petani ikan mas di Kecamatan Pagelaran adalah 35 orang. Penentuan responden untuk petani ikan lele dan ikan mas dilakukan dengan cara sensus yaitu semua populasi dijadikan responden dalam

penelitian. Menurut Arikunto (2002), apabila subjek penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan responden penelitian populasi. Waktu penelitian untuk proses prasurvei hingga proses pengambilan data dilakukan dari Januari 2014 sampai dengan September 2014.

C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui metode survei, yaitu mewawancarai


(61)

secara langsung petani ikan lele dan ikan mas dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disediakan sebagai alat bantu pengumpulan data. Data sekunder diperoleh dari studi literatur, laporan-laporan, publikasi, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, serta

lembaga/instansi yang terkait dalam penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Pringsewu, dan lain-lain.

D. Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif (deskriptif) dan analisis kuantitatif (statistik). Adapun cara untuk menjawab beberapa tujuan dari penelitian dengan menggunakan metode pengolahan data sebagai berikut :

1. Keuntungan Usahatani Ikan Lele dan Ikan Mas

Dalam menghitung keuntungan usahatani ikan lele dan ikan mas digunakan rumus sebagai berikut :

π = Y . Py - ∑Xi . Pxi – BTT Keterangan :

π = Keuntungan

Y = Jumlah produksi yang dihasilkan dari usahatani i Py = Harga hasil produksi

Xi = Faktor produksi

Pxi = Harga per satuan faktor produksi BTT = Biaya tetap total


(1)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Rata-rata pendapatan usahatani ikan lele pada satu musim budidaya yaitu sebesar Rp 151.192.616,98 per 0,5 hektar serta diperoleh nilai R/C atas biaya total yaitu 1,29. Rata-rata pendapatan usahatani ikan mas pada satu musim budidaya yaitu sebesar Rp 20.303.833,98 serta diperoleh nilai R/C atas biaya total yaitu sebesar 1,58.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan petani ikan lele dan ikan mas yaitu luas lahan, harga pakan, dan harga tenaga kerja. Pendapatan ikan lele lebih besar dibandingkan pendapatan ikan mas. 3. Risiko harga, produksi dan pendapatan ikan lele dan ikan mas berada

pada kategori rendah karena nilai CV < 0,5 dan terdapat perbedaan risiko usaha budidaya ikan lele dan ikan mas. Risiko produksi dan risiko harga ikan mas lebih tinggi daripada ikan lele, sedangkan risiko pendapatan ikan lele lebih tinggi dibandingkan ikan mas.


(2)

128

B. Saran

Adapun saran yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan risiko yang ada, petani ikan lele dan ikan mas diharapkan dapat menanggulangi risiko yang ada baik risiko dari unsur internal usaha budidaya itu sendiri maupun dari unsur eksternal usaha budidaya. 2. Pemerintah diharapkan dapat melakukan kegiatan pelatihan tentang

teknik budidaya yang baik untuk meningkatkan produktivitas ikan, cara penanggulangan penyakit dan melakukan kebijakan kestabilan harga sehingga risiko budidaya dapat diminimalisir.

3. Kepada peneliti lain diharapkan agar dapat melanjutkan penelitian mengenai analisis finansial usaha budidaya ikan lele dan ikan mas di Kecamatan Pringsewu untuk membandingkan antara biaya dan manfaat dalam menentukan apakah bisnis yang dijalankan akan menguntungkan selama usaha tersebut berjalan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta.

Bachtiar, Y. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Pekarangan. Depok : Agromedia Pustaka.

_________. 2006. Panduan Lengkap Budi Daya Lele Dumbo. Depok : Agromedia Pustaka.

Badan Pusat Statistik. 2013a. Luas Usaha Budidaya Subsektor Perikanan di Indonesia. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Jakarta.

_________________. 2013b. Lampung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Cansera, W. 2006. Determinan Keputusan Petani dalam menghadapi Risiko Usahatani Kentang di Kabupaten Lampung Barat. Fakultas Pertanian Unla. Bandar Lampung.

Darmawi, H. 1997. Manajemen Risiko. Bumi Aksara. Jakarta.

Dewiaji, T. 2011. Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele Dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Skripsi Jurusan Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dinas Perikanan dan Kelautan. 2013a. Statistik Perikanan Lampung 2013. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

________________________. 2013b. Statistik Perikanan Pringsewu 2013. Dinas Peternakan dan Kelautan Kabupaten Pringsewu. Pringsewu.


(4)

130

Fauzi, N. 2013. Pasti ! Panen Lele. Klaten : Sahabat.

Fitriani dan Zaini, M. 2012. Efesiensi Ekonomis Usaha Pembesaran Ikan Lele.

Jurnal Ilmiah ESAI Volume 6 Nomor 2, Politeknik Negeri Lampung. Lampung.

Hernanto, F.1994. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Kadarsan, H. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Lukas. 2012. Analisis Biaya Produksi dan Pendapatan Budidaya Ikan Patin di Kabupaten Kapuas. Jurnal Ilmu Hewani Tropika Vol. 1 No. 1, Universitas Kristen Palangkaraya. Kalimantan Tengah.

Manalu, A. 2000. Analisis Efisiensi Usaha Budidaya Ikan Mas dalam Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.

Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Depok : Penebar Swadaya.

Monografi dan Profil Desa. 2013a. Profil Desa Pagelaran Kec. Pagelaran. Monografi dan Profil Desa. Pringsewu.

_____________________. 2013b. Profil Desa Lugusari Kec. Pagelaran. Monografi dan Profil Desa. Pringsewu.

_____________________. 2013c. Profil Desa Panutan Kec. Pagelaran. Monografi dan Profil Desa. Pringsewu.

Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES.

Muzdalifah. 2012. Analisis Pendapatan dan Risiko Pendapatan Usahatani Padi Daerah Irigasi dan Non Irigasi di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Jurnal Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Kalimantan Selatan.

Oktaviana, R. 2013. Analisis Pendapatan, Risiko dan Efisiensi Sistem Pemasaran Ikan Gurami di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Skripsi Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.


(5)

Pringsewu dalam Angka. 2013. Topografi Daerah Pringsewu. Keadaan Umum Kabuapten Pringsewu. Kabupaten Pringsewu

Pemda Kabupaten Pringsewu, 2013. Sektor Pembangunan Potensial di Kabupaten Pringsewu. www.kabpringsewu.go.id. Diakses tanggal 9 Januari 2014. Rahmawati, H. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Air Tawar.

Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Volume 1 Nomor 2. Bengkulu.

Renthiandy, P. 2014. Analisis Risiko Usahatnai Padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. E-jurnal Agrista, Edisi 2 Volume 2 Tahun 2014 Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Rosalina, D. 2013. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal di Desa Namang Kabupaten Bangka Tengah. Maspari Journal Volume 6 Nomor 1 Universitas Bangka Belitung. Bangka Belitung. Saparinto, C. 2013. Bisnis Ikan Konsumsi di Lahan Sempit. Jakarta : Penebar

Swadaya.

__________. 2008. Panduan Lengkap Gurami. Penebar Swadaya. Bogor.

Saptoadi. 2011. Analisa Usaha Perikanan Budidaya . Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan : Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Silaban, F. 2011. Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm Di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Depertemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor.

Setiorini, F. 2008. Analisis Efisiensi Pemasaran Ikan Mas di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Skripsi Jurusan Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soedjana, T.D. 2007. Sistem Usahatani Terintegrasi Tanaman Ternak Sebagai Respon Petani Terhadap Faktor Risiko.

pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3262075.pdf. Diakses tanggal 20 Maret 2014.


(6)

132

_________. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi, Soeharjo A, Dillon J, Hardaker J. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Ui Press. Jakarta.

Statistik Daerah Kabupaten Pringsewu. 2013. Luas lahan dan produksi tanaman pangan Kabupaten Pringsewu. Badan Pusat Statistik Kabupaten

Pringsewu. Pringsewu.

________________________________. 2013. Luas lahan dan produksi tanaman perkebunan Kabupaten Pringsewu. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu. Pringsewu.

Tajerin dan Suryana, A. 2011. Faktor Penentu Keuntungan dan Pengukuran Skala Usaha Budidaya Ikan Kerapu Bebek di Kabupaten Pesawaran Lampung. Jurnal Akuatika Volume 2 Nomor 1 Universitas Padjajaran. Jawa Barat.

Taufiq, A. 2011. Analisis Efisiensi Budidaya Ikan Lele di Kabupaten Boyolali. Skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro. Jawa Tengah.

Titisari, D. 2011. Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele Dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari Gunungsindur Kabupaten Bogor. Skripsi Jurusan Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Walpole, R. 1982. Pengantar Statistika Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yanti, N. 2014. Analisis Pendapatan Petani Pembenihan Ikan Lele dan Mas di Desa Pak Bulu Kecamatan Anjongan. Jurnal Jurusan Program IPS

Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura. Pontianak.