Materi Dasar Dasar Filsafat

  

Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang

menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.

  Pengertian Kebenaran dan Tingkatannya Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :

Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan pertama yang

dialami manusia.

Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara,

diolah pula dengan rasio

Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu

semakin tinggi nilainya Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat

asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan

pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.

  Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat Teori Corespondence ® menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut. Teori Consistency ® Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti kebenaran. penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.

Teori Pragmatisme ® Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra

pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.

Kebenaran Religius ® Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan

individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.

  Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji

dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari istemologepi.

  Contoh: · hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal

yang bahani (materiil saja). Ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak

matahari.

  · anya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup

pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Ilmu

psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.

  Syarat-syarat ilmu

Berbeda dengan sesuatu dapat disebut sebagai ilmu.

  Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.

  

1. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah

yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya

dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek,

sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau

subjek penunjang penelitian.

  2. dalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani

“Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang

  

3. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,

ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu

menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun

secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.

  4. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat

objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam

ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

  FILSAFAT

  PENGERTIAN FILSAFAT Secara bahasa, kata filsafat (bhs. Yunani) berasal dari kata philo dan sofia. Philo artinya cinta, sophia artinya hikmah, kebijakan. Jadi filsafat berarti cinta kebijakan (the love of wisdom). Walaupun kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, dan orang Yunani Purba sudah mempunyai tradisi filsafat 500 tahun S.M., tidaklah berarti hanya orang Yunanilah yang sudah berfilsafat. Azad (dalam Radhakrishna ed., 1952: 14) menjelaskan: “kita mengetahui bahwa Mesir dan Irak telah mengembangkan tingkat peradaban yang tinggi jauh sebelum Yunani. Kita pun mengetahui bahwa filsafat Yunani yang paling awal dipengaruhi oleh hikmah Purba Mesir. Plato dalam tulisan-tulisannya menimba hikmah para pendeta Mesir dengan cara yang menunjukkan betapa otoritas mereka itu sebagai sumber pengetahuan yang tidak dapat disangkal. Bahkan Aristoteles maju lebih jauh lagi dan mengatakan bahwa para pendeta Mesir Purba adalah para filsuf pertama di dunia ini ….” Selain Mesir Purba, yang memiliki tradisi filsafat lebih tua daripada Yunani adalah India dan Cina.

  Secara istilah arti filsafat adalah: oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah termaksud di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.

  2. Hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara radikal dan integral serta sistematik hakikat segala yang ada (Tuhan, alam semesta dan manusia). Objek Filsafat:

  1. Objek Materia: segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat, segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat; yakni segala yang ada yang meliputi hakikat Tuhan, alam dan manusia.

  2. Objek Forma: mencari keterangan yang sedalam-dalamnya (radikal) tentang objek materia filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkn ada).

TUJUAN, FUNGSI DAN GUNA

  Tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa di mana kita hidup melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menempat-kan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan-jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menopang dunia baru, mencetak ma-nusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggo-longan berdasarkan nasional, rasial dan keyakinan ke-agamaan mengabdi kepada cita-cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Filsafat

  1. Titik singgung 1) historis: pada mulanya filsafat identik dengan ilmu pengetahuan; filsuf identik dengan ilmuwan.

  2) objek materia ilmu ialah alam dan manusia; objek materia filsafat ialah alam dan manusia (serta masalah ke-Tuhan-an).

  2. Perbedaan 1) objek forma ilmu: pengalaman manusia; objek forma filsafat: mencari keterangan sedalam-dalamnya, sampai ke akar persoalan, sampai ke sebab-sebab dan ke “mengapa” terakhir, sepanjang kemungkinan yang ada pada akal-budi manusia berdasarkan kekuatannya.

  2) objek materia filsafat: (1) masalah Tuhan, yang sama sekali di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa, (2) masalah alam, yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, (3) masalah manusia, yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa.

  Cabang-cabang Filsafat: bersifat transenden, di luar atau di atas jangkauan pengalaman manusia.

  2. Logika: filsafat tentang pikiran benar dan salah

  3. Etika: filsafat tentang perilaku baik dan buruk

  4. Estetika: filsafat tentang kreasi indah dan jelek 5. Epistemologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan.

  6. Filsafat-filsafat khusus. Sumber: Endang Saifuddin Anshori. Ilmu, Filsafat dan Agama. Bandung: Ilmu. FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT Secara bahasa, kata filsafat (bhs. Yunani) berasal dari kata philo dan sofia. Philo artinya cinta, sophia artinya hikmah, kebijakan. Jadi filsafat berarti cinta kebijakan (the love of wisdom). Walaupun kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, dan orang Yunani Purba sudah mempunyai tradisi filsafat 500 tahun S.M., tidaklah berarti hanya orang Yunanilah yang sudah berfilsafat. Azad (dalam Radhakrishna ed., 1952: 14) menjelaskan: “kita mengetahui bahwa Mesir dan Irak telah mengembangkan tingkat peradaban yang tinggi jauh sebelum Yunani. Kita pun mengetahui bahwa filsafat Yunani yang paling awal dipengaruhi oleh hikmah Purba Mesir. Plato dalam tulisan-tulisannya menimba hikmah para pendeta Mesir yang tidak dapat disangkal. Bahkan Aristoteles maju lebih jauh lagi dan mengatakan bahwa para pendeta Mesir Purba adalah para filsuf pertama di dunia ini ….” Selain Mesir Purba, yang memiliki tradisi filsafat lebih tua daripada Yunani adalah India dan Cina. Secara istilah arti filsafat adalah: 1. “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah termaksud di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.

  2. Hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara radikal dan

  Objek Filsafat:

  1. Objek Materia: segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat, segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat; yakni segala yang ada yang meliputi hakikat Tuhan, alam dan manusia.

  2. Objek Forma: mencari keterangan yang sedalam-dalamnya (radikal) tentang objek materia filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkn ada). TUJUAN, FUNGSI DAN GUNA Tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa di mana kita hidup melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menempat-kan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan-jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menopang dunia baru, mencetak ma-nusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggo-longan berdasarkan nasional, rasial dan keyakinan ke-agamaan mengabdi kepada cita-cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Filsafat

  1. Titik singgung 1) historis: pada mulanya filsafat identik dengan ilmu pengetahuan; filsuf identik dengan ilmuwan. manusia (serta masalah ke-Tuhan-an).

  2. Perbedaan 1) objek forma ilmu: mencari keterangan terbatas sejauh terjangkau pembuktian penelitian, percobaan dan pengalaman manusia; objek forma filsafat: mencari keterangan sedalam-dalamnya, sampai ke akar persoalan, sampai ke sebab-sebab dan ke “mengapa” terakhir, sepanjang kemungkinan yang ada pada akal-budi manusia berdasarkan kekuatannya. 2) objek materia filsafat:

  (2) masalah alam, yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, (3) masalah manusia, yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa. Cabang-cabang Filsafat:

  1. Metafisika: filsafat tentang hakekat yang ada di balik fisika, tentang hakekat yang bersifat transenden, di luar atau di atas jangkauan pengalaman manusia.

  2. Logika: filsafat tentang pikiran benar dan salah

  3. Etika: filsafat tentang perilaku baik dan buruk

  4. Estetika: filsafat tentang kreasi indah dan jelek 5. Epistemologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan.

  6. Filsafat-filsafat khusus. Sumber: Endang Saifuddin Anshori. Ilmu, Filsafat dan Agama. Bandung: Ilmu. EPISTEMOLOGI “Membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan.” Pengetahuan diperoleh manusia melalui berbagai cara dan berbagai alat. Ada beberapa aliran tentang ini:

  1. Empirisme Manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman (indera)-nya. John Locke (1632- 1704), yang dianggap sebagai bapak aliran ini, mengemukakan teori tabula rasa (meja pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Sesuatu yang tidak bisa diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar. Kelemahan aliran ini adalah: 1) indera terbatas: benda yang jauh 2) indera menipu: orang sakit 3) objek menipu: fatamorgana 4) indera dan objek: tidak bisa melihat gajah secara keseluruhan.

  Kesimpulannya: empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.

  2. Rasionalisme “Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal”. Bapak aliran ini adalah Rene Descartes (1596-1650). Aliran ini dapat mengoreksi kelemahan keterbatasan kemampuan indera.

  Kerja sama empirisme dan rasionalisme melahirkan metode sains; dari metode ini lahirlah pengetahuan sains. Kerja sama indera dan akal belum mampu memperoleh pengetahuan yang utuh. Ia harus dibantu oleh intuisi.

  3. Positivisme “indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen”. Eksperimen memerlukan ukuran yang jelas.

  Jadi, kebenaran diperoleh dengan akal, didukung bukti empiris yang terukur. “Terukur” inilah yang merupakan sumbangan positivisme. Tokoh aliran ini adalah Auguste Comte (1798-1857).

  4. Intuisionisme Tidak hanya indera yang terbatas, akal juga terbatas. Akal hanya memahami suatu objek bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu. Jadi manusia tidak mengetahui keseluruhan objek, tidak juga memahami sifat-sifat yang tetap pada objek. Sumber: Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat Umum; Akal dan Hati sejak Tales sampai Capra .

   METAFISIKA Metafisika berasal dari bahasa Yunani, Ta Meta Ta Phisica yang berarti sesudah, melampaui, atau di belakang realitas fisik. Jadi, metafisika berarti ada melampaui realitas fisik. Sesuatu yang ada di balik realitas fisik atau melampaui realitas fisik disebut hakikat. Karena filsafat, secara keseluruhan, memelajari hakikat, maka metafisika selain sebagai bagian dari filsafat, juga dapat dipandang sebagai suatu metode bagi filsafat, yaitu bagi semua bagian filsafat.

  ADA Ada sesuatu yang ada dan ada sesuatu yang tidak ada. Dengan demikian, baik yang ada maupun yang tidak ada keduanya ada. Segala sesuatu yang ada memiliki ciri-cirinya yang hakiki. “Apakah ciri-ciri hakiki dari segala sesuatu itu”. Metafisika menyatakan bahwa ciri hakiki dari segala sesuatu itu yang ada itu adalah “ada”, sebab “ada” ini merupakan dasar dan sebab kesesuaian di antara semua yang ada. Ada mememiliki tingkatan: tingkat rendah, menengah, tinggi, dan mutlak/tertinggi. Ada tingkat rendah: benda-benda yang adanya itu hanya sekedar ada. Ada menengah: hewan yang adanya dikuasai oleh nalurinya. Ada tingkat tinggi: manusia yang dirinya menyadari keberadanya. Ada dalam tingkat mutlak/tertinggi: sumber dari segala yang ada, tidak berubah, causa prima, pasti adanya, dan abadi (Tuhan).

  SUBSTANSI Secara umum substansi dapat disebut benda. Persoalan yang timbul adalah: “Apakah benda itu dapat dibedakan dari sifat-sifatnya?” “Apakah di belakang sifat-sifat yang berubah itu ada sesuatu yang tidak berubah?” Sepotong malam yang diambil dari sarang lebah dipanaskan di atas api. Kita lihat sifat- sifatnya, seperti bau, rasa, warna, dan bentuknya berubah. Namun kita tahu dan akan mengatakan bahwa malam tersebut adalah malam yang tadi. Dengan demikian, dalam tersembunyi (tidak nampak) di belakang sifat-sifatnya yang berubah itu. Bahkan ketika malam itu diubah-ubah bentuk dan warnanya. Sesuatu yang tidak berubah dari malam itulah yang disebut substansi. Substansi berarti sesuatu yang ada pada dirinya sendiri.

  ALIRAN METAFISIKA:

  I.KUANTITAS:

  1.1 Monisme

  1.2 Dualisme

  1.3 Pluralisme

  2.1 Tetap: 2.1.1 spiritualisme 2.1.2 materialisme

  2.2 Kejadian: 2.2.1 mekanisme 2.2.2 teleologi 2.2.3 determinisme 2.2.4 indeterminisme

  I. KUANTITAS

  1.1 Monisme: aliran yang mengemukakan bahwa unsur pokok segala yang ada adalah esa, satu.

  1.2 Dualisme: aliran yang berpendirian unsur pokok segala sesuatu adalah dua, yaitu roh dan benda.

  1.3 Pluralisme: aliran yang berpendapat unsur pokok hakikat kenyataan adalah banyak (menurut Epmedokles: udara, api, air, dan tanah).

  II. KUALITAS

  2.1 TETAP 2.1.1 Spiritualisme: hakikat itu bersifat roh.

  2.1.2 Materialisme: hakikat itu bersifat materi.

  2.2.1 Mekanisme: kejadian di dunia ini berlaku dengan sendirinya menurut hukum sebab akibat.

  2.2.2 Teologi: kejadian yang satu berhubungan dengan kejadian yang lain, bukan oleh hukum sebab akibat, melainkan semata-mata oleh tujuan yang sama.

  2.2.3 Determinisme: kemauan manusia tidak merdeka dalam mengambil keputusan- keputusan yang penting, tetapi sudah terpasti lebih dulu.

  2.2.4 Indeterminisme: kemauan manusia itu bebas dalam arti yang seluas-luasnya. Sumber: Anshari, H. Endang Saifuddin. 1981. Ilmu, Filsafat dan Agama. Cetakan ke-2.