Kebo Kinul sebagai Pelengkap Upacara Bersih Desa

47 kemudian kembali mengalami perkembangan menjadi sebuah tari rampak wawancara dengan Raharjo, 2 Maret 2016. Perkembangan Tari Kebo Kinul telah mengalami tiga masa periode yaitu periode pertama pada tahun 1950-1980, periode kedua pada tahun 1980-2009 dan periode ketiga pada tahun 2010-2015. Perkembangan di dalam kesenian merupakan hal yang wajar. Agar kesenian tersebut tetap ada dan tetap memiliki eksistensi dengan mengikuti perkembangan jaman.

1. Bentuk Penyajian Kebo Kinul Periode I tahun 1950-1980

Pada periode pertama Kebo Kinul memiliki dua versi yaitu:

a. Kebo Kinul sebagai Pelengkap Upacara Bersih Desa

Kebo Kinul sebagai pelengkap upacara bersih desa terdapat di Desa Genengsari Kecamatan Polokarto. Bentuk penyajian Tari Kebo Kinul sebagai pelengkap upacara bersih desa sebatas ungkapan kegembiraan masyarakat sebagai bentuk syukur setelah panen raya dengan menari bersama. Jumlah penari Kebo Kinul tidak ada jumlah yang baku. Peran dari Tari Kebo Kinul semata-mata untuk bersenang-senang bersama sambil menikmati nasi tumpeng, lauk-pauk, jajanan pasar dan sebagainya yang menjadi sedekah bumi setelah didoakan bersama. Gerak yang digunakan adalah gerak spontan yang dilakukan berulang-ulang. Kostum yang digunakan adalah jerami untuk menutup seluruh tubuh sampai wajah penari dan tidak menggunakan rias. Cara pemakaian kostum adalah dengan menutup jerami ke seluruh tubuh penari dan mengikatnya agar tidak lepas diantara persendian tangan, kaki, 48 pinggul, dan kepala. Pemakaian kostum dengan cara seperti itulah yang mengakibatkan tubuh penari menjadi kaku dan berpengaruh pada gerak yang monoton. Karena peran tari sebatas untuk bersenang-senang bersama, maka tidak terdapat pola lantai pada periode ini. Alat musik yang digunakan adalah kenthongan. Upacara bersih desa biasanya diadakan di petilasan dhanyang yang dikeramatkan oleh masyarakat tepatnya di Desa Klegungan RT 04 RW I Kelurahan Genengsari Kecamatan Polokarto. Gambar 3: Petilasan Dhanyang Eyang Panji Dikromo Foto: Indri 2016 Gambar 4: Kostum Tari Kebo Kinul sebagai pelengkap upacara bersih desa Dok: Familawati, 2007 49 Upacara bersih desa tersebut merupakan sebuah penghormatan kepada arwah leluhur yang dianggap keramat, seperti roh yang berkuasa di Desa Genengsari. Upacara bersih desa dianggap masyarakat Desa Genengsari sebagai awal dari kehidupan dan merupakan pengulangan kembali untuk menjadi suci atau bersih seperti pada awal penciptaan. Hal- hal yang dibersihkan adalah roh-roh yang jahat dengan mengadakan selamatan dan sesaji yang dipersembahkan kepada dhanyang desa wawancara dengan Arjo 20 April 2016

b. Kebo Kinul sebagai Permainan Anak