Pengertian Perkembangan Deskripsi Teori

7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Perkembangan

Perkembangan berasal dari kata “kembang” yang mendapatkan awalan per- dan akhiran –an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perkembangan berarti mekar, terbuka, besar, luas Suharso, 2015: 234. Menurut Hadi dalam Soedarso, 1991: 98 perkembangan adalah suatu penciptaan atau pembaharuan dengan kreativitas menambah maupun memperkaya tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar tradisi yang telah ada. Seperti halnya Hadi, Soedarsono 1989: 98 juga mengatakan bahwa perkembangan adalah suatu penciptaan, pembaharuan, dengan kreativitas menambah atau memperkaya tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisi yang telah ada. Perkembangan memiliki 2 pengertian, yaitu kuantitaif dan kualitatif. Dalam pengertian kuantitatif, perkembangan adalah memperbesar volume penyajian serta memperluas wilayah pengenalannya. Sedangkan pengertian kualitatif, perkembangan adalah suatu usaha untuk mengolah dan memperbarui wajah untuk mencapai kualitas yang lebih tinggi. Perkembangan dengan pengertian kuantitatif maupun kualitatif sama-sama memiliki tujuan untuk memperbesar dan memperluas karya agar karya tersebut semakin berkualitas dan dapat dikenal serta berarti bagi seluruh masyarakat Sedyawati, 1981: 50-51. Faktor penting yang menandai bahwa 8 sesuatu itu berkembang adalah adanya kebutuhan sosial yang menghendaki suatu bentuk, struktur, pola atau sistem yang baru, karena apa yang telah ada dianggap tidak lagi memadai atau tidak bisa memenuhi kebutuhan Hadi dalam Soedarso, 1991: 98. Menurut Sedyawati 1981: 112-118 perkembangan seni tari melalui 5 tahap, antara lain: 1 Tahap 1, kehidupan tari yang terpencil dalam wilayah-wilayah ethnik. Pada tahap pertama, seni tari hidup bersama masyarakat dengan adat dan budaya yang dimilikinya. Biasanya tari tersebut bersifat keagamaan atau keduniawian dan selalu dikaitkan dengan adat. Misalnya tari-tarian yang bertujuan mempengaruhi atau membujuk kekuatan-kekuatan alam ataupun kekuatan-kekuatan gaib, tari-tarian yang berhakikat persembahan atau pernyataan syukur kepada kekuatan- kekuatan yang telah melindungi manusia, ataupun tari-tarian pergaulan yang pada umumnya selalu dikaitkan dan dihubungkan dengan saat- saat tertentu dalam perhitungan waktu. 2 Tahap 2, masuknya pengaruh-pengaruh luar sebagai unsur asing. Pada tahap ini pengaruh-pengaruh luar baik yang masuk secara disengaja maupun tidak disengaja umumnya memberikan dorongan agar tari berkembang dan melampaui batasan adat yang terlalu ketat. Contoh jenis-jenis pengaruh tersebut antara lain: a. Pergaulan dengan kebudayaan Hindu yang memberikan rangsangan untuk memperkembangkan tari sebagai seni dengan ukuran- 9 ukurannya sendiri, untuk memperkaya perbendaharaan gerak tari dengan penggarapan pola-pola untuk memberikan tema-tema cerita dalam penggarapan tari. b. Persentuhan dengan usaha-usaha missionary untuk menghapus kepercayaan animistis, totemistis, maupun dinamistis yang sering menyebabkan berubahnya rasa tari dalam lingkungan adatnya. c. Pengaruh oleh gagasan-gagasan teater dari Barat yang menyebabkan timbulnya dorongan-dorongan untuk terbentuknya lembaga-lembaga baru yang bersifat non-adat, yang menampung kegiatan-kegiatan kesenian untuk tujuan hiburan. Pengaruh-pengaruh luar tersebut kemudian mengakibatkan beberapa kemungkinan: a Peningkatan nilai-nilai estetis tari tanpa mempengaruhi struktur fungsi-fungsi pelakunya. b Hilangnya pangkal tolak eksistensi karena terhapusnya fungsi- fungsi dan lembaga-lembaga dalam masyarakat ethnic sehubungan dengan perubahan-perubahan kemasyarakatan yang dialaminya. c Berkembangnya tari dalam konteks non-adat berupa bentuk-bentuk penyajian teater yang memberikan tekanan besar dalam penceritaan. 10 3 Tahap 3, penembusan secara sengaja atas batas-batas kesukuan. Pada tahap ketiga banyak dijumpai kesenian yang ikut serta dalam acara-acara ataupun kegiatan-kegiatan kesenian dari Sabang hingga Merauke. Dalam tahap ini yang dicapai adalah kesalingkenalan, saling menghargai, serta menipiskan rasa kebanggaan terhadap karya seni daerah sendiri secara berlebihan. Namun, dalam tahap ini belum sempat tercapai oleh kemantapan gaya, seolah-olah orang sedang sibuk mengumpulkan motif-motif tari tetapi belum dapat menerapkannya secara tepat. 4 Tahap 4, gagasan mengenai perkembangan tari untuk taraf nasional. Sebagai kelanjutan dari tahap kesaling-kenalan, munculah gagasan-gagasan untuk memperkembangkan tari sampai mencapai bentuk-bentuk yang dianggap dapat diterima di seluruh negeri. Salah satu gagasan tersebut adalah untuk mengadakan popularitas dan penyederhanaan dari bentuk tari tradisional suatu wilayah ethnic agar bisa lebih mudah diterima oleh daerah lain. Contoh dari perwujudan gagasan ini adalah misalnya penyingkatan durasi waktu yang semula panjang menjadi lebih singkat dengan bentuk pertunjukkan yang disederhanakan. Suatu segi lain dari penyederhanaan ini adalah untuk melepaskan tari dari unsur ethnic yang dianggap menghambat apresiasi yang cepat. Misalnya, dari pikiran akan adanya hambatan bahasa, maka 11 diciptakanlah tari rampak dimana ekspresi tari ditunjukkan melalui gerak dan musik. 5 Tahap 5, kedewasaan baru yang ditandai oleh pencarian nilai-nilai. Setelah tahap-tahap yang lalu dilampaui, yaitu tahap mengenal, menyukai dan menaruh minat kepada tari-tari daerah lain, dan penyederhanaan serta penyesuaian guna memperkenalkan tari daerahnya kepada daerah lain, maka tahap berikutnya adalah pemantapan pada garapan tari itu sendiri dengan ditandai oleh kematangan teknis dan sikap yang serba terbuka tanpa kompleks- kompleks pengkotakan. Pada tahap mencari nilai-nilai ini terwujud dalam 2 kegiatan. Yang pertama adalah kecenderungan revivalism yang ditandai dengan pencarian kembali dan penyelamatan nilai-nilai keindahan lama yang luhur. Yang kedua terwujud dalam kegiatan tari eksperimental yang selalu disertai dengan pengkajian tehadap hakikat tari. Kegiatan- kegiatan yang demikian ini berpangkal pada ketidakpuasan terhadap perkembangan yang sudah berlalu.

2. Bentuk Penyajian