BENTUK PENYAJIAN TARI SARAH HADRALMAUT PADA MASYARAKAT MELAYU DI DESA NAGUR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI.

(1)

BENTUK PENYAJIAN TARI SARAH HADRALMAUT

PADA MASYARAKAT MELAYU DI DESA NAGUR

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebahagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Purnomo S

NIM 2113142060

JURUSAN PENDIDIKAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Bentuk Penyajian Tari

Sarah Hadralmaut pada Masyarakat Melayu di Desa Nagur Kabupaten Serdang Bedagai”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang sudah ditetapkan untuk memperoleh gelar Serjana Pendidikan di Jurusan Sendratasik, Program Studi Pendidikan Tari, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis mengalami kesulitan dan penulis menyadari dalam penelitian ini masih jauhdari kesempurnaan, baik dari segi penulisan, tata bahasa dan penyampaian ide penulis. Untuk itu penulissangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi kesempurnaan Skripsiini.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis mengalami berbagai kendala namun berkat doa, bantuan dan semangat dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini pulapenulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr Syawal Gultom, M.Pd, Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni 3. Uyuni Widiastuti, M.Pd, Ketua Jurusan Sendratasik

4. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si, Ketua Prodi Pendidikan Tari 5. Yusnizar Heniwaty, S.S.T., M.Hum, Dosen Pembimbing I 6. Martozet, S.Sn., M.A, Dosen Pembimbing II

7. Drs Inggit Prastiawan, M.Sn, Pembimbing Akademik 8. Nurwani, S.S.T., M,Hum, Narasumber

9. Dra. Dilinar Adlin, M.Pd Dra. Rr. Rhd Nugrahaningsih M.Si dan Irwansyah, M.Sn Dosen Pendidikan Tari yang selama ini memberikan ilmu, perhatian dan kasih sayang baik selama pembelajaran maupun perkuliahan.

10. Terkhusus dan teristimewa yang paling penulis sayangi dan cintai Alm Ayahanda P. Susilo dan Ibunda Sumiati, terimakasih ayah dan ibu berkat


(7)

doa, dukungan, perhatian, jerih payah dan pengorbanan ayah dan ibu sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan dapat membanggakan Ayah dan Ibu.

11. Terimakasih pada Narasumber penulis Bpk Saibun telah meluangkan waktu, pikiran serta ikut serta dalam menuangkan ide, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

12. Terimakasih buat keluarga besar penulis, Kakak, Abang dan Adik tersayang sudah berkorban dari segi materi, perhatian, doa, motivasi dan juga sampai saat ini masih mendukung segala hal positif yang penulis lakukan, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

13. Sahabat sekaligus teman seperjuangan penulis M.arifin syahputra, M.fitra, M.khadafi, elsa lestari, putri khairani, khazari pradana, ayan, kak Eyi, meliza hijjrati, dan Nazila yang telah banyak menghabiskan waktu, tenaga, kenangan, kisah dan peristiwa persahabatan yang menjadi keluarga. Terimakasih buat doa dukungan dan motivasinya.

14. Buat tim IMT GT terimakasih sudah membantu dan memberi semangat serta motivasi.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang turut membantu dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2015 Penulis

Purnomo. S NIM. 2113142060


(8)

ABSTRAK

Purnomo S, NIM 2113142060, Bentuk PenyajianTari Sarah Hadralmaut Pada Masyarakat Melayu di Desa Nagur Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. 2015

Tari Sarah Hadralmaut merupakan tarian yang berasal dari orang-orang Hadralmaut yang sekarang ini dikenal dengan negara Yaman, tepatnya diselatan jazirah Arabiah. Tari Sarah Hadralmaut memiliki ciri khas pada gerak kaki, hampir sama halnya dengan zapin. Tujuan penelitian yaitu membahas tentng Bentuk Penyajian Tari Sarah Hadralmaut Pada Masyarakat Melayu di Desa Nagur Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai.

Adapun teori-teori yang digunakan dalam penuangan hasil penelitian ini adalah yang berhubungan dengan topik penelitian yaitu teori Bentuk, teori tari dan pengertian Penyajian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang memberikan hasil tentang gambaran struktur tari Sarah Hadralmaut. Waktu penelitian , dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada bulan Juni 2015 sampai bulan Juli 2015. tempat penelitian adalah di Desa Nagur, Kecamatan Tanjung Beringin. Populasi adalah masyarakat Desa Nagur, Seniman-seniman, penari-penari, dan sempel terdiri dari yaitu 4 Orang Penari yang mengerti tari Sarah Hadralmaut.Tekhnik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Tari Sarah Hadralmaut lebih dominan pada gerakan kaki sedangkan gerakan tangan menyesuaikan langkah kaki, instrumen musik pengiring tari Sarah Hadralmaut yaitu Gambus, rebana, biola, accordion dan gendang Sedangkan riasan yang dipakai oleh penari adalah riasan cantik dikarenakan penari Sarah Hadralmaut adalah kaum wanita, kemudian busana penari memakai baju kurung melayu model lama. Untuk pola lantai tari Sarah Hadralmaut ialah pola lantai satu baris horizontal, satu baris vertikal, jajar genjang, persegi empat dan segitiga. Namun pola lantai tersebut bukan pola lantai baku.


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 PetaSerdangBedagai ... 24

Gambar 4.2 Kec.TanjungBeringin ... 26

Gambar 4.3 Gambus... 52

Gambar 4.4 Rebana ... 53

Gambar 4.5 Biola ... 54

Gambar 4.6 Accordion ... 55

Gambar 4.7 Gendang... 56

Gambar 4.8 Rias Penari... 57

Gambar 4.8 BajuKurung ... 58

Gambar 4.9 CelanaPanjang ... 59

Gambar 4.10 Selendang ... 60


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Luas Wilayah danRasion... 25 Tabel 4.2 RagamGerak... 38 \


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar

Belakang

Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara kelompok satu dengan kelompok lainnya, hasilnya membentuk jaringan pergaulan yang bisa membedakan dan menghubungkan yang satu dengan yang lainnya. Kebudayan yang mengakar dan mempengaruhi bentuk-bentuk kebudayaan yang ada di wilayah pesisir Melayu adalah kebudayaan Islam. Kebudayaan Islam adalah kebudayaan besar di dunia yang berasal dari sebuah peradaban manusia yang mengakar dan menyebar di seluruh benua.

Kebudayaan Islam terus menyebar dari mulai abad ke-13 sampai sekarang ini. Eksistensinya menunjukkan kepada dunia bahwa kebudayaan Islam mampu memperlihatkan keragamannya sekaligus mampu mengikuti perkembangan zaman dan waktu. Kebudayaan islam meski bermula dari semenanjung Arab kini menyebar merata keseluruh dunia dengan berbagai adaptasi dan aplikasi yang diterjemahkan oleh masyarakat pendukungnya. Masing-masing masyarakat Islam dunia memiliki karakternya sendiri dalam melahirkan kebudayaan yang mencerminkan dinamika kehidupannya. Dalam satu kebudayaan, seni tari tumbuh dan berkembang karena masyarakat pendukungnya memerlukan aktivitas untuk meningkatkan kapasitas dan kwalitas hidupnya, yang sekaligus menguatkan identitas jati dirinya.


(12)

2 Kelompok-kelompok masyarakat dalam satu kebudayaan sudah lazim memiliki bentuk seni atau tarinya sendiri. Sebab, suatu kelompok masyarakat memiliki kepentingan sendiri untuk menguatkan identitasnya. Akhirnya seni tari menjadi sebuah ekspresi masyarakat yang memunculkan dinamika kebudayaan suku maupun bangsa. Bentuk-bentuk tari yang kuat dipertahankan suatu kelompok atau masyarakat, dipastikan mempunyai hubungan yang dekat dengan tata nilai yang dipegang masyarakatnya. Hubungan dan tata nilai itu umpamanya yang menyangkut falsafah yang dimilikinya, spirit yang dikandungnya, syiar syariat yang disampaikannya sampai kepada tentunya nilai-nilai estetis yang dimiliki tari tersebut. Sepanjang hubungan itu memiliki keterkaitan yang kuat, tari tetap tumbuh sebagai bagian dari kehidupan masyarakatnya.

Salah satu jenis seni tari tradisi yang hampir dilupakan masyarakat adalah tari sarah hadralmaut. Tari sarah adalah tari yang hanya ada di desa Nagur daerah Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai. Desa Nagur adalah desa tertua di bedagai. Mengenai desa ini ada beberapa risalah yang telah menyebutkan, Diantaranya

adalah uraian Tengku Lukman Sinar bahwa “Kota-kota dagang dari kerajaaan

Haru itu selain kota Cina dekat Labuhan Deli juga meliputi Pulau Kampai (Teluk Haru di Langkat), Bedagai (di hulunya ada pusat kerajaan Batak Nagur) dan kota Arakat (Rantau Prapat) yang di pedalamannya ada pusat kerajaan Pannai dengan bekas reruntuhan candi-candi di Padang Lawas. (Anis.2000:54)

Wilayah pesisir Sumatera Utara termasuk Bedagai, sejak dahulu telah dikenal banyak menyimpan keragaman budaya serta bentuk-bentuk seni tari yang bermula dari proses interaksi budaya antar etnik maupun interaksi budaya antar


(13)

3 bangsa. Hal ini mengingat letak wilayah pesisir Bedagai yang cukup strategis. Bedagai berhadapan langsung dengan Selat Melaka yang dahulunya kawasan itu dipergunakan sebagai pelabuhan masuk bagi kaum pedagang. Bedagai termasuk kawasan Melayu Sumatera Timur yang dahulunya sangat dikenal. Sumatera Timur yang diuraikan oleh TM. Lah Husny bahwa daerahnya menjulur dari dataran pantai barat hingga sampai kedataran berbukit-bukit mulai dari kabupaten Aceh Timur, Langkat, Deli Serdang, Asahan, sampai dengan daerah Labuhan Batu, sepanjang 280 km dari barat laut ke tenggara. (T.M Lah Husnim 1975:7).

Mengenai Sumatera Timur, Belanda menetapkan menjadi keresidenan sendiri yaitu keresidenan Sumatera Timur. Dalam wilayah keresidenan Sumatera Timur terdapat beberapa kesultanan Melayu yaitu Langkat, Deli, Serdang dan Asahan. Dari wilayah kesultanan Melayu inilah berbagai karakter kebudayaan dan kesenian Melayu berkembang dan memberi kontribusi yang besar terhadap dinamika kebudayaan Melayu di Sumatera Utara sekarang ini.

Etnis Melayu dalam konteks kebijakannya menghadapi kontinuitas dan perubahan budaya, menggunakan empat klasifikasi adat: (1) adat sebenarnya adat, yaitu hukum alam yang seyogyanya harus terjadi menurut waktu dan ruang, jika dikurangi merusak, jika dilebihi mubazir. Selanjutnya (2) adat yang diadatkan, yaitu adat yang berasal dari musyawarah dan mufakat masyarakat yang dipercayakan kepada pemimpinnya. Kemudian (3) adat yang teradat, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang lama kelamaan atau tiba-tiba menjadi adat. Dan yang terakhir adalah (4) adat istiadat, yaitu adat yang merupakan kumpulan dari


(14)

4 berbagai kebiasaan, dan cenderung diartikan sebagai upacara-upacara khusus. (dalam M.Takari dan Heristina 2008:50)

Dari kondisi ini bentuk-bentuk kesenian atau seni tari yang ada tumbuh dan berkembang atau sebaliknya, pergeseran fungsi kesenian tersebut mengalami benturan dengan nilai-nilai yang baru. Tari Sarah Hadralmaut termasuk yang mengalami hal itu. Tari Sarah Hadralmaut adalah seni yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Islam terutama para pedagang Arab dari Yaman. Seiring dengan usaha pedagang Arab mengembangkan agama Islam di daerah-daerah yang kuat berkebudayaan Melayu, mereka juga telah meninggalkan tari Sarah Hadralmaut di daerah-daerah yang dikunjungi termasuk di Bedagai. Mulanya tari Sarah Hadralmaut adalah tari yang hanya dilakukan oleh komunitas orang-orang Arab. Bila ramai-ramai mereka berkumpul, tari Sarah Hadralmaut selalu saja menjadi hiburan yang selalu mereka ditampilkan. Bentuk tari hiburan terasa dalam penyajian tari Sarah Hadralmaut. Musiknya bertempo kencang ataupun cepat dan geraknya lebih cepat sedikit dari tari Zapin yang lebih populer dari tari Sarah Hadralmaut. Namun lama-kelamaan tari Sarah Hadralmaut mulai diwarisi masyarakat Melayu Bedagai. Awalnya masyarakat setempat ada yang mempelajari sekadar hiburan, tetapi selanjutnya menjadi bagian hidup masyarakat dan diwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga menjadi tradisi bagi masyarakat melayu.

Proses akulturasi tentu terjadi juga dalam tari Sarah Hadralmaut. Bila jenis tari ini di berbagai daerah lain penarinya kaum lelaki, berbeda dengan tari Sarah Hadralmaut di Bedagai. Di Bedagai tari Sarah Hadralmaut penarinya kaum


(15)

5 wanita, ditarikan oleh 6 orang penari hal ini yang menjadi keunikan tari Sarah Hadralmaut yang dibawa oleh pedagang Arab ke pesisir nusantar yang dilakukan oleh kaum lelaki. Meski demikian tari Sarah Hadralmaut tetap bertahan beberapa generasi yang diterima masyarakat sebagai nilai-nilai dalam mengungkapkan kegembiraan.

Sebagai seni yang bernuansakan Arab, sangat jelas sekali bahwa tari Sarah Hadralmaut memiliki ciri-ciri kebudayaan Arab, baik dari ritme musik, maupun dari gerakannya. Gerakannya lincah seperti tidak beraturan. Namun memiliki harmonisasi penyajian karena memiliki hubungan gerakan dengan penari-penari lainnya. Tari Sarah Hadralmaut memang tidak sepopuler tari Zapin. Padahal keduanya sama-sama dipengaruhi oleh kebudayaan Arab yang masuk ke pesisir nusantara. Pada tari Zapin, gerakannya sudah lebih teratur karena memiliki ragam-ragam dan gerakan tertentu yang sudah baku. Zapin diiringi dengan musik yang bisa dilagukan melalui pantun berbentuk empat baris sebagaimna pantun Melayu yang kita kenal. Sementara tari Sarah Hadralmaut hanya iringan musik saja tanpa adanya lagu ataupun pantun yang mengirinya.

Hal ini kemudian menarik minat penulis untuk mengkaji bagaimana tari Sarah Hadralmaut yang dipertunjukan

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan hal-hal yang menjadi pernyataan bagi para peneliti untuk dicari jawabannya. Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar


(16)

6 luas. Dalam kata lain identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-kebiasaan keadaan-keadaan, dan lain sebagainya) yang menimbulkan beberapa pertanyaan. Uraian latar belakan diatas menunjukkan bahwa hal-hal yang menarik untuk diteliti. Tari Sarah Hadralmaut adalah tari yang pernah ada di Desa Nagur. Kondisinya bisa dipandang dari berbagai sisi. Tetapi untuk pengkajian perlu identifikasi masalah agar masalah yang diteliti dapat dikenali lebih dekat. Memunculkan identifikasi masalah supaya permasalahannya juga lebih spesifik, sehingga penelitian yang akan dilakukan lebih terarah dan terfokus

Adapun kerangka yang akan dicapai dari adanya identifikasi masalah terhadap materi penelitian adalah apa dan bagaimana tari Sarah Hadralmaut pada masyarakat Melayu di Desa Nagur Bedagai kabupaten Serdang Bedagai. Kemudian identifikasi masalah diperjelas sebagaimana dipilahkan dalam uraian berikut ini :

1. Bagaimana bentuk penyajian tari Sarah Hadralmaut pada masyarakat Melayu di Desa NagurKabupaten Serdang Bedagai ?

2. Bagaimanakah ragam dan gerak tari Sarah Hadralmaut pada masyarakat Melayu di Desa Nagur Kabupaten Serdang Bedagai ?

3. Bagaimana busana tari Sarah Hadralmaut pada masyarakat Melayu di Desa NagurKabupaten Serdang Bedagai ?

4. Bagaimana musik pengiring tari Sarah Hadralmaut pada masyarakat Melayu di Desa Nagur Kabupaten Serdang Bedagai ?


(17)

7

C. Batasan Masalah

Suatu masalah mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perumusan masalah dan belum tentu masalah-masalah yang telah di identifikasi dapat ditelit. Agar masalah dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang akan diteliti itu perlu dirumuskan secara spesifik. Hal ini dilakukan agar dalam proses penelitian dan penganalisian data nantinya pembahasan tidak meluas dan melebar sehingga penelitian ini lebih terarah. Berkaitan dengan penelitian Rekonstruksi struktur penyajian dan fungsi tari Sarah pada masyarakat Melayu desa Nagur Bedagai kabupaten Serdang Bedagai, penulis ingin memberi batasan masalah. Batasan masalah sangat penting dalam suatu kajian penelitian.Untuk kepentingan penelitian karya ilmiah suatu hal yang sangat diperhatikan adalah bahwa penelitian sedapat mungkin tidak terlalu luas. Masalah yang luas akan menghasilkan analisis yang sangat sempit dan sebaliknya jika mengungkapkan permasalahan yang sempit dapat mengharapkan analisis secara luas dan mendalam.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut ;

1. Bagaimana bentuk penyajian tari tari Sarah Hadralmaut pada masyarakat Melayu di Desa Nagur kabupaten Serdang Bedagai?


(18)

8

D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, maka akan dijelaskan rumusan masalah penelitian ini. Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Dalam perumusan masalah kita akan mampu untuk lebih memperkecil batasan-batasan masalah yang sekaligus lebih mempertajam arah penelitian. Rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut : Bagaimanakah bentuk penyajian tari sarah hadralmaut pada masyarakat melayu di Desa Nagur Kabupaten Serdang Bedagai.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian selalu dirumuskan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang akan dicapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1978:69) yang menyatakan “penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil yang diperoleh setelah penelitian itu selesai”. Berhasil atau tidaknya suatu penelitian yang dilakukan terlihat dari tercapai tidaknya tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ;

1. Mendeskripsikan bentuk penyajian tari sarah hadralmaut pada masyarakat melayu di Desa Nagur Kabupaten Serdang Bedagai.


(19)

9

F. Manfaat Penelitian

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, manfaat adalah gunna atau faedah. Manfaat penelitian juga diharapkan dapat memberi dampak positif terhadap berbagai kalangan. Baik untuk instansi dan institusi terkait, lembaga-lembaga kesenian formal maupun non formal, maupun kalangan praktisi kesenian di Sumatera Utara. Adapun manfaat penelitian terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut ;

a. Mengetahui bentuk penyajian tari Sarah Hadralmaut pada masyarakat Melayu di Desa Nagur Bedagai kabupaten Serdang Bedagai.

b. Menambah wawasan apresiatif terhadap keberadaan tari yang berkarakter tari pesisir Bedagai.

c. Dapat memberikan inspirasi bagi kalangan praktisi tari.

d. Sebagai resensi dan literatur untuk melihat keberadaan tari tradisional lainnya di Sumatera Utara.

e. Menumbuhkan kesadaran untuk memperhatikan dan mengangkat keberadaan tari tradisional yang hampir dilupakan masyarakat.

f. Sebagai media informasi terhadap pengetahuan tentang sejarah, bentuk, penyajian.


(20)

(21)

BAB V

PENUTUP

A.Simpulan

Simpulan yang melengkapi penelitian ini dengan judul bentuk penyajian Tari Sarah hadralmaut Pada Masyarakat Melayu Desa Nagur Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai tersimpul dalam beberapa catatan. Bahwa tari sarah hadralmaut adalah bentuk penyajian seni tari dan musik yang mulanya dilakukan oleh orang-orang Hadralmaut. Mengenai kedatangan orang-orang-orang-orang Hadralmaut sejalan dengan perkembangan kebudayaan Islam yang dibawa oleh para pedagang Islam kebeberapa daerah pesisir Melayu termasuk di Batubara.

Kemudian masa berikutnya tari ini diwarisi oleh masyarakat Melayu Desa Nagur dan masyarakat lebih banyak menyebut tari tersebut sebagai tari Sarah hadralmaut. Dari penelitian yang dilakukan dapat didekati struktur tari Sarah yaitu tentang Ragam dan gerak, musik dan alat musik pengiring tari, dan busananya. Tentang sejarah dan perkembangannya sampai pada kondisi terakhir dapat juga dideskripsikan untuk memberi latar belakang kedudukkannya.

Tari Sarah hadralmaut adalah tari yang sangat spesifik.Kondisi terakhir tari ini sudah hampir dilupakan masyarat setempat dan menyisakan beberapa pelaku yang dalam hal ini dijadikan nara sumber untuk penelitian ini. Adapun upaya untuk mengetahui struktur tari Sarah hadralmaut adalah dengan merekonstruksi tari tersebut untuk mencapai tujuan penelitian.


(22)

66

B.Saran

Penelitiantentangtari Sarah hadralmautmerupakan penelitian yang sangat menarik.Sebab banyak hal yang dapat dicatat untuk menyempurnakan penelitian ini.Namun karena keterbatasan penulis merangkai catatan, maka penelitian ini masih kurang maksimal. Oleh karena itu penulis memberi saran sebagai berikut; 1. Perlu diperbanyak penelitian-penelitian tentang tari di Sumatera Utara.

2. Kurangnya buku yang berkaitan dengan keberadaan tari tradisonal di Sumatera Utara, oleh karena itu perlu didata dan dibukukan hasil-hasil penelitian untuk menambah refensi tentang tari Sumatera Utara.

3. Lembaga-lembagakeseniandiSumatera Utara hendaknyamendokumentasikan tari-tari tradisional sehingga keberadaan tari tradidional tidak mudah punah.


(23)

67

DAFTAR PUSTAKA

Al Anis, Moh. 2000. Zapin Melayu di Nusantara. Kuala Lumpur. Yayasan warisan Johor.

Arikunto, Suharsimi. 1978. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta : Rimka Cipta

Hadi Y, Sumandiyo, 2007. Kajian tari, Yogyakarta : Pustaka Book Publisher. Husny, TM Lah. 1975. Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya Penduduk

Melayu Pesisir Deli Sumatera Timur 1612 – 1950. BP. Husny Medan. Koetjaraningrat, 1976. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama.

Murgianto, Sal. 1979. Seni Menata Tari. Jakarta. Dewan Kesenian Jakarta.

Murgianto, Sal. 1983. Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta. Departemen Pendidikan Dan Kebudayan.

Nasution, S.1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Poerwadarminta, WJS. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Sinar, T. Luckman. 1990. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan : Percetakan Perwira.

Sinar, T. Luckman. 1988. Sejarah Deli Serdang, Lubuk Pakam : Badan Penerbit Pemerintah Daerah Tingkat II Deli Serdang.

Soedarsono. 1995. Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta : Lagaligo.

Soedarsono. 1977. Tari-Tarian Indonesia I. Jakarta : Proyek pengembangan Media kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Suparta, IGA Soepardjan, N. 1982. Pengantar Pengetahuan Tari. Surabaya. . Surakhmad, Winarno. 1981. Paper, Skripsi, Thesis, Disertasi. Bandung : Tarsito.


(24)

68 Takari, Drs. Muhammad dan Heristina. 2008. Budaya Musik dan tari Melayu

Sumatera Utara. Medan : USU Press.

Langer. Suzanne K, Problematika of Art.Terjemahan buku, Widaryanto F.X. 1988. Akademi Seni Tari Indonesia Bandung.


(1)

sebagai berikut ;

a. Mengetahui bentuk penyajian tari Sarah Hadralmaut pada masyarakat Melayu di Desa Nagur Bedagai kabupaten Serdang Bedagai.

b. Menambah wawasan apresiatif terhadap keberadaan tari yang berkarakter tari pesisir Bedagai.

c. Dapat memberikan inspirasi bagi kalangan praktisi tari.

d. Sebagai resensi dan literatur untuk melihat keberadaan tari tradisional lainnya di Sumatera Utara.

e. Menumbuhkan kesadaran untuk memperhatikan dan mengangkat keberadaan tari tradisional yang hampir dilupakan masyarakat.

f. Sebagai media informasi terhadap pengetahuan tentang sejarah, bentuk, penyajian.


(2)

(3)

65

orang Hadralmaut. Mengenai kedatangan orang-orang Hadralmaut sejalan dengan perkembangan kebudayaan Islam yang dibawa oleh para pedagang Islam kebeberapa daerah pesisir Melayu termasuk di Batubara.

Kemudian masa berikutnya tari ini diwarisi oleh masyarakat Melayu Desa Nagur dan masyarakat lebih banyak menyebut tari tersebut sebagai tari Sarah hadralmaut. Dari penelitian yang dilakukan dapat didekati struktur tari Sarah yaitu tentang Ragam dan gerak, musik dan alat musik pengiring tari, dan busananya. Tentang sejarah dan perkembangannya sampai pada kondisi terakhir dapat juga dideskripsikan untuk memberi latar belakang kedudukkannya.

Tari Sarah hadralmaut adalah tari yang sangat spesifik.Kondisi terakhir tari ini sudah hampir dilupakan masyarat setempat dan menyisakan beberapa pelaku yang dalam hal ini dijadikan nara sumber untuk penelitian ini. Adapun upaya untuk mengetahui struktur tari Sarah hadralmaut adalah dengan merekonstruksi tari tersebut untuk mencapai tujuan penelitian.


(4)

B.Saran

Penelitiantentangtari Sarah hadralmautmerupakan penelitian yang sangat menarik.Sebab banyak hal yang dapat dicatat untuk menyempurnakan penelitian ini.Namun karena keterbatasan penulis merangkai catatan, maka penelitian ini masih kurang maksimal. Oleh karena itu penulis memberi saran sebagai berikut; 1. Perlu diperbanyak penelitian-penelitian tentang tari di Sumatera Utara.

2. Kurangnya buku yang berkaitan dengan keberadaan tari tradisonal di Sumatera Utara, oleh karena itu perlu didata dan dibukukan hasil-hasil penelitian untuk menambah refensi tentang tari Sumatera Utara.

3. Lembaga-lembagakeseniandiSumatera Utara hendaknyamendokumentasikan tari-tari tradisional sehingga keberadaan tari tradidional tidak mudah punah.


(5)

Husny, TM Lah. 1975. Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya Penduduk

Melayu Pesisir Deli Sumatera Timur 1612 – 1950. BP. Husny Medan.

Koetjaraningrat, 1976. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Murgianto, Sal. 1979. Seni Menata Tari. Jakarta. Dewan Kesenian Jakarta.

Murgianto, Sal. 1983. Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta. Departemen Pendidikan Dan Kebudayan.

Nasution, S.1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Poerwadarminta, WJS. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Sinar, T. Luckman. 1990. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan : Percetakan Perwira.

Sinar, T. Luckman. 1988. Sejarah Deli Serdang, Lubuk Pakam : Badan Penerbit Pemerintah Daerah Tingkat II Deli Serdang.

Soedarsono. 1995. Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta : Lagaligo.

Soedarsono. 1977. Tari-Tarian Indonesia I. Jakarta : Proyek pengembangan Media kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Suparta, IGA Soepardjan, N. 1982. Pengantar Pengetahuan Tari. Surabaya. . Surakhmad, Winarno. 1981. Paper, Skripsi, Thesis, Disertasi. Bandung : Tarsito.


(6)

Takari, Drs. Muhammad dan Heristina. 2008. Budaya Musik dan tari Melayu Sumatera Utara. Medan : USU Press.

Langer. Suzanne K, Problematika of Art.Terjemahan buku, Widaryanto F.X. 1988. Akademi Seni Tari Indonesia Bandung.