Konsonan ganda KP Awalan -er Analisis Perancangan Sistem

Tonggal = togal Togl nande = nade ndE lanja = laja lj sampur = sapur spru- tangkal = takal tkl- Demikian juga dengan kata nande yang sering ditulis nade, dan kata mambur yang sering ditulis mabur walaupun terdapat aksara Nda dan Mba. Tingkat penggunaan kedua aksara tersebut tidak terlalu tinggi. Hanya sekitar 40 naskah Karo yang menggunakan aksara itu. Kemungkinan besar kedua aksara tersebut masih relatif baru, meskipun telah digunakan pada naskah Karo yang paling lama. Perlu dicatat bahwa umur naskah-naskah Karo yang berada di museum-museum di dalam dan di luar negeri jarang melebihi 120 tahun.

e. Kendala Morfemik

Seperti sudah disebut di atas, surat Batak sebenarnya bukan abjad karena tidak benar-benar fonetis. Hal itu juga tampak dari kenyataan bahwa hanya seorang yang mengetahui bahasanya dapat menulis surat Batak. Jika kita disuruh menulis kata marina dengan menggunakan huruf Latin, kita dapat melaksanakan hal itu dan bisa menulis kata yang diucapkan tadi tanpa kesalahan walaupun kita tidak mengerti katanya. Ialah karena abjad Latin pada hakikatnya fonetis. Lain halnya jika kita disuruh menulis kata yang sama dengan surat Batak. Jika kita tidak menguasai bahasa Batak Toba, tentu kita akan menulis mrin karena kita tidak tahu bahwa kata marina terdiri atas dua morfem yakni awalan {mar-} dan kata dasar {ina}. Struktur morfemik inilah yang turut mempengaruhi cara menulis surat Batak, dan ada kecenderungan untuk menandai batas-batas morfemis dengan menulis mr\In . Demikian juga dengan kata taringot tr\Ito\ atau parulian pr\Ulian\. Perlu dicatat, bahwa aturan ini tidak selalu diperhatikan oleh penulis naskah-naskah Batak. Cukup banyak naskah yang menulis kata maringan mrin\ dan bukan mr\In\.

f. Konsonan ganda KP

Dalam bahasa Karo dan Pakpak terdapat banyak kata yang mempunyai struktur KVKVK dengan e-pepet [ ə] sebagai vokal pertama. Dalam hal ini, konsonan yang mengikuti pepet itu dapat dieja ganda: misalnya kata b ělin ‘besar’ bila diucapkan pelan-pelan ejaan menjadi bel-lin. Dengan demikian, struktur kata sebenarnya bukan KVKVK, melainkan terdiri dari dua suku kata yang masing-masing berbunyi KVK. Penulisannya bisa belni- b ělin atau ble-lni- běllin. Contoh lain adalah: bě-ne Universitas Sumatera Utara dan běn-ne ‘hilang’, tě-mbe dan těm-mbe ‘jadi’ dan sebagainya. Penggandaan konsonan seperti itu adalah gejala yang umum sekali dalam naskah Pakpak dan Karo. Menarik untuk dicatat bahwa penggandaan konsonan setelah e-pepet memili sejarah yang panjang. Dalam tulisan Jawi kata seperti senyum lazim ditulis dengn dua N: sennyum. Pada prasasti-prasasti Sriwijaya tidak ada tanda untuk e-pepet karena aksara induknya, aksara Palawa dari India, memang tidak memiliki tanda dikritis untuk e-pepet. Karena e-pepet begitu sering digunakan dalam bahasa Melayu maka para ahli kalam di zaman Sriwijaya menandai adanya e-pepet dengan menggandakan konsonan.

g. Awalan -er

K Pada naskah Karo awalan ěr- selalu menjadi rě-, misalnya ěrkěrikěn ditulis rěkěrikěn. Hanya pada beberapa naskah saja terdapat bentuk are-kerikne- hěrkěrikěn.

3.4 Analisis Perancangan Sistem

Analisis perancangan sistem merupakan penggambaran atau perencanaan dari beberapa elemen dalam pengembangan aplikasi. Dalam tahap ini akan dijabarkan mengenai pengguna serta beberapa diagram yang dapat menjelaskan sistem seperti use case diagram. 3.3.1 Analisis pengguna user Analisis pengguna merupakan identifikasi para pengguna yang dapat melakukan interaksi dengan sistem. Dalam penelitian ini, pengguna hanya sebagai pengunjung yang akan melakukan penerjemahan kata dari bahasa Indonesia ke bahasa Karo. Dan sistem ini tidak memerlukan proses login. 3.3.2 Diagram use case Perancangan sistem digambarkan dengan menggunakan pemodelan use case. Untuk pengidentifikasian aktor berdasarkan pada tahap analisis pengguna, aktor yang berperan dalam aplikasi ini hanya satu aktor yaitu pengunjung. Use case yang terjadi adalah use case melakukan terjemahan kata, membaca beranda, dan membaca tentang pembuat aplikasi. Diagram use case dapat memberikan gambaran interaksi yang terjadi antara aktor dengan use case di dalam sistem. Berdasarkan pengidentifikasian aktor dan use case, scenario use case yang terjadi dapat digambarkan dengan diagram use case pada Gambar 3.3. Universitas Sumatera Utara Pengguna «uses» Membaca isi Beranda Membaca tentang Pembuat Aplikasi «uses» «uses» Mengunakan Kamus Gambar 3.3 Diagram Use Cas Use Case Specification untuk Gambar 3.4 adalah sebagai berikut: a Brief Description Use case ini digunakan oleh pengunjung untuk melakukan penerjemahan kata. b Pre Condition Pengunjung harus mengisi kolom kata dalam bahasa Indonesia untuk diterjemah oleh sistem. c Characteristic of activation Eksekusi hanya bisa dilakukan oleh pengunjung. d Flow of Events o Basic Flow - Use case ini akan dimulai jika pengunjung menekan tombol terjemah. - Kemudian sistem menampilkan halaman output. - Di halaman tersebut, terdapat terjemahan bahasa Karo dari kata bahasa Indonesia dan penulisan dalam aksara Batak Karo yang di input sebelumnya. - Use case ini berakhir ketika sistem menampilkan halaman output. Universitas Sumatera Utara o Alternative Flow - Jika kata dari kalimat tidak ada di database, sistem akan menampilkan kembali kata tersebut sebagai terjemahannya dan mencocokkannya dengan aksara Batak Karo. e Post Condition Pada use case ini pengunjung dapat melakukan penerjemahan lagi. f Limitation Untuk mendapatkan terjemahan yang tepat, kata yang diinput harus jelas dan terhindar dari kesalahan pengetikan kata dan pengetikan kata sesuai dengan KBBI.

3.5 Perancangan Database Basis Data