Sanggar Tari Prigel Strategi Bertahan Kesenian Tari Dolalak menurut Talcott Parsons AGIL

56 Gambar 23. Narasumber Bapak Triyuliana

2. Sanggar Tari Prigel

Dalam perkembangannya, Kesenian Tari Dolalak di Sanggar Tari Prigel mengalami beberapa perubahan. Baik dari gerakan maupun kostum yang digunakan. Awalnya Sanggar Tari Prigel hanya mengemas bunga rampai, yaitu mengambil beberapa tarian kemudian digabung, misalnya 5 tarian digabungkan. Setelah itu Sanggar sudah mulai berani untuk memvariasi dengan diberi interval-interval. Tahap berikutnya, Sanggar sudah mulai untuk mengeksplorasi gerakan-gerakan tanpa meninggalkan akarnya dan tetap menjadikan Dolalak Tradisi sebagai pijakannya. “Karya eksplorasinya mbak Nia bernuasa Kekinian tapi itu tetap Dolalak. Kekinian ini bisa waktu maupun umur. Untuk anak2 ya koreonya mendekati anak-anak. Remaja suka berdadan ditambah gerakan bersolek, bersendagurau bersama, tapi pijakannya tetap Dolalak, ” kata Ibu F. Untariningsih. Kostum yang digunakan pun sudah mulai divariasi dengan warna- warna yang cerah dan model yang baru, namun tetap berpatok pada kostum yang sebelumnya dengan tidak menghilangkan beberapa ciri khas dari kostum Kesenian Tari Dolalak. Beberapa hal yang pasti dan harus ada dalam kostum Kesenian Tari Dolalak yaitu rumbai-rumbai, gambar untu 57 walang dan geblekan, dan disisi belakang pakaian terdapat gambar sesuai dengan kelompok masing. Visi dan misi sanggar ini adalah melestarikan dan mengembangkan kesenian khusunya seni tari dengan pola “Asih Asah Asuh”. “Jadi kami kasih dulu nomor 1, kemudian kalo sudah nyambung kasihnya, kemudian mengasah dan mengasuh. Diasah rasane, diasah kepinteranne, diasah etikanya. Diasuh, diarahkan kamu harunya menjadi perias, kamu selain bisa merias juga bisa menjadi penari. Saya bukan selaku guru yang mengajari, saya tidak mengajar secara tutorial tapi prosesnya bareng saling belajar bersama- sama 16 .” Dalam melestarikan dan mengembangkan seni tari, Ibu Untariningsing tidak memiliki target sampai kapan hal itu berhenti dilaksanakan. “Kami sudah melakukan tapi untuk targetnya tidak ada, seni itu sulit dicari targetnya terus saja melestarikan. Seni itu tidak tau awalnya kapan apalagi akhirnya. Seni itu ada di dalam hidup 17 .” Hubungan antara sesama pengurus maupun antar sesama penari terjalin dengan baik dan dekat. Sesama pengurus maupun anggota Sanggar memiliki hubungan yang dekat sama seperti keluarga, baik dari yang tua hingga yang termuda. Hubungan baik ini tidak hanya berlangsung diantara sesama pengurus maupun anggota, tetapi juga berjalan di luar lingkungan sanggar yaitu antara sanggar dengan sanggar lainnya, dinas-dinas terkait, kelompok-kelompok kesenian yang ada serta sekolah-sekolah. “Kami tidak hanya interen sanggar kok, tapi keluar sanggar. Kasih itu berlaku ke semua, dengan grup-grup dolalak, grup-grup apapun yang tradisional. Missal mereka kesulitan membuat paket padat, kami membantu. Konsultasi kostum. Mereka kesulitan paket padat dengan pola lantai, kan yang berjam-jam dikemas menjadi paket padat berapa menit kan sulit. 16 Wawancara dengan Ibu F. Untariningsih selaku pamong budaya Dinas DIKBUDPORA dan pendiri Sanggar Tari Prigel, pada tanggal 5 Desember 2015. 17 Ibid. 58 Kalo sudah penggarapan biasa mereka kesulitan. Sekolah juga sering minta tolong 18 . ” Dalam menghadapi lingkungan sekitar yang berubah-ubah, pihak Sanggar menganggap setiap adanya masalah dari pihak luar sebagai kerikil-kerikil yang cukup untuk dijadikan pelajaran dan masukanrefleksi agar mereka semakin menjadi lebih baik. Mereka juga menerapkan prisip legowo kepada setiap pengurus dan anggotanya, sehingga saat mereka dikhianati, dikritikdiejek mereka tetap dapat menerima dan mengasihi karena tidak ada orang yang sempurna. Ibu F. Untariningsing mengatakan akan selalu berusaha mempertahankan Kesenian Tari Dolalak sampai kapan pun. Dan mengajak semua kalangan untuk bersama-sama menjaganya. “Karena dasarnya cinta jadi sulit untuk berhenti.Karena mencintai kami akan terus berkarya. Awalnya tiddk mengenal, semakin dalam mengenal semakin mencintai dan semakin tidak bisa lepas. Seperti merawat tanaman, kok daunnya layu ya diberi pupuk2. Menjaga, memelihara. Harapannya tetap eksis dan tetap dicintai oleh pemiliknya dan dicintai oleh khalayak luas karena Dolalak bisa diterima di semua kalangan. Kita rawat bareng-bareng 19 . ” Gambar 24. Narasumber Ibu F. Untariningsing 18 Ibid. 19 Ibid. 59

3. Kelompok Dolalak Budi Santoso

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Scene Musik Indie “SOHC” dalam Mempertahankan Eksistensi di Kota Salatiga T1 362012079 BAB V

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi T1 362009041 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi T1 362009041 BAB II

0 0 11

T1 362009041 BAB III

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi T1 362009041 BAB IV

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi T1 362009041 BAB VI

0 0 2

T1 362009041 Daftar Pustaka

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi

0 7 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Youth Krew Salatiga dalam Mempertahankan Eksistensi Kelompok T1 362007026 BAB V

0 0 14