Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi T1 362009041 BAB V

(1)

47

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kesenian Tari Dolalak merupakan kesenian khas dari Kabupaten Purworejo. Seiring dengan perkembangan zaman, Kesenian Tari Dolalak perlahan mulai pudar. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama dan Kesenian ini dapat kembali bangkit. Terbukti hingga saat ini Kesenian Dolalak sudah 100 tahun masih terdapat kelompok-kelompok maupun sanggar yang masih tetap mempetahankan Kesenian ini di tengah zaman yang sudah semakin berubah.

5.1 Strategi Komunikasi Kesenian Tari Dolalak 1. Dinas DIKBUDPORA bagian Kebudayaan

Dinas DIKBUDPORA bagian Kebudayaan merupakan komunikator yang dapat menyampaikan pesan tentang Kesenian khas Kabupaten Purworejo, terutama Kesenian Tari Dolalak yang tumbuh di Kabupaten Puworejo. Dalam menyampaiakan kepeduliannya terhadap kesenian yang ada di Purworejo, Dinas DIKBUDPORA menugaskan 4 orang pamong budaya yang bertugas menangani/membina kelompok-kelompok kesenian di 4 kecamatan di kabupaten Purworejo. Selain itu, Dinas juga mengadakan kegiatan-kegiatan Kesenian di beberapa tempat.

Untuk kegiatan terutama pentas di Gedung Kesenian tiap 2 minggu sekali, kita pentaskan di acara 17an, di acara-acara kenegaraan seperti ada tamu dari luar daerah kita suguhkan, di Gua Seplawan dan Pantai Jatimalang dalam rangka hari raya, termasuk malam tahun baru itu Dolalak semua di Alun-alun,” kata Bapak Triyuliana selaku perwakilan dari Dinas DIKBUDPORA bagian kebudayaan.


(2)

48

Gambar 16. Salah Satu Acara yang Diadakan oleh Dinas DIKBUDPORA

Dengan adanya kegiatan tersebut, selain untuk memberitahu kepada masyarakat tentang Kesenian-Kesenian yang ada di Purworejo, kegiatan itu juga bertujuan untuk menyentuh kesenian-kesenian yang belum tersentuh.

“Selama ini kan grup-grup kesenian di daerah-daerah masih ada yang belum tersentuh oleh kita, saya harapkan grup kesenian yang ada di Kabupaten Purworejo dengan cara ini dapat tersentuh8.” Media cetak (media Purworejo, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat), Radio (Suara Irama, PDTI) juga mereka gunakan dalam menginformasikan kepada masyrakat bahwa mereka peduli dalam pengembangan Kesenian yang ada di Kabupaten Purworejo.

Menyampaikan bahwa dari pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Purworejo peduli dengan kebudayaan yang ada di daerah itu9.”

8

Wawancara dengan Bapak Triyuliana dari Dinas DIKBUDPORA bagian Kebudayaan , pada tanggal 7 Desember 2015.


(3)

49

Gambar 17. Suasana Penonton pada Salah Satu Pementasan Kesenian

dalam Daerah “Kesenian Tari Dolalak” di Gedung Kesenian Sarwo

Edhie Wibowo.

2. Sanggar Tari Prigel

Sanggar Prigel berdiri pada tanggal 20 Mei 1985. Awal mulanya sanggar ini berdiri sesuai dengan Padepokan Bagong. Di Sanggar ini tidak hanya mengajarkan tari kreasi baru ataupun tradisional klasik, tetapi juga mengajarkan tari tradisional kerakyatan.

“Kami baru pulang dari Padepokan Bagong jadi materinya masih sesuai dengan Padepokan Bagong, produksi Bagong Sudiarjo. Sebenarnya dalam program kami tidak hanya memeplajari tari kreasi baru atau tradisional klasik, tetapi juga tari tradisional kerakyatan. Karena Purworejo punya khas tari tradisional kerakyatan Dolalak, maka kami mengajarkan Dolalak kepada anak-anak,” kata Ibu F. Untariningsih.

Pada tahun 90an, Sanggar menghadirkan Bapak R. Tjipto Siswojo yang berasal dari Kaliharjo untuk mengajar Tari Dolalak. Dan pada tahun 95, untuk pertama kalinya Sanggar Tari Prigel dipilih untuk mengikuti festival menarikan tarian Dolalak mewakili Purworejo.

Ketika kami sudah bisa menampilkan Dolalak, kemudian dilirik oleh Pemerintah dan dipilih untuk mewakili Purworejo dalam Festival Tari Kerakyatan Tingkat Provinsi pada tahun 1995. Dari


(4)

50

situ kami menjadi juara satu Tingkat Provinsi, jadi pisan melu langsung nyantel10.”

Dalam tiap pementasannya, Sanggar Tari Prigel ingin menyampaikan dan mengajak masyarakat agar peduli dengan Kesenian khas Kabupaten Purworejo ini. Dengan adanya kepedulian akan membuat masyarakat cinta dan mendukung kebudayaan sendiri.

“Awalnya secara umum peduli dulu, kalau sudah peduli ada yang peduli itu menjadi cinta, ada yang sudah cinta kemudian peduli-mencari. Dan ayo bersama-sama dengan kami. Peduli namun tidak memiliki bakat seni ya setidaknya mendukung menjadi penonton yang baik, menjadi relawan perhatian berupa kasih maupun financial11.”

Sanggar ini menggunakan media youtube untuk memperkenalkan Kesenian Tari Dolalak kepada masyarakat, serta mengajak masyarakat untuk peduli dengan Kesenian khasnya.

Gambar 18. Youtube Sanggar Tari Prigel

10

Wawancara dengan Ibu F. Untariningsih selaku pamong budaya Dinas DIKBUDPORA dan pendiri Sanggar Tari Prigel, pada tanggal 5 Desember 2015.


(5)

51

Dari adanya pementasan baik di dalam maupun luar kota, dapat menjadi bahan bagi para media cetak; elektronik; maupun online untuk membuat berita dan menyebarkan informasi mengenai Kesenian Tari Dolalak. Menurut Ibu F. Untariningsing, Sanggar yang beliau dirikan ini sering membuat trik-trik baru sehingga para pencari berita/wartawan tertarik. Sanggar beliau juga menjalin hubungan yang baik dengan para pencari berita/wrtawan. Hal ini juga dapat membantu Sanggar Tari Prigel dalam menginformasikan kepada masyarakat agar peduli dengan Keseniannya sendiri.

Gambar 19. Berita di beberapa Media tentang Sanggar Tari Prigel

Media-media tersebut cukup efektif dalam menyampaikan pesan dari Sanggar tersebut kepada masyarakat, khususnya masyarakat Kabupaten Purworejo. Hal ini terbukti dengan cukup banyak yang tertarik untuk bergabung bersama Sanggar ini yaitu sebesar 203 siswa.


(6)

52

Gambar 20. Suasana Latihan Tari Dolalak Anak untuk Ujian dan Pagelaran Tari Sanggar Tari Prigel

3. Kelompok Dolalak Budi Santoso

Kelompok Dolalak Budi Santoso berdiri pada tanggal 5 Agustus 1936 di Desa Kaliharjo. Kelompok ini sempat mengalami pasang surut, hingga akhirnya dapat kembali bangkit dan mempertahankan Kesenian Tari Dolalak hingga saat ini. Dalam tiap pementasannya, kelompok ini ingin menyampaikan kepada masyarakat untuk tetap mempertahankan pakem Kesenian Tari Dolalak khususnya Dolalak Putra dan melestarikannya.

Kelompok ini secara langsung belum menggunakan media apapun untuk menginformasikan tentang Kesenian Tari Dolalak.

“Sampai sekarang belum. Saya tidak mau karena kalau kita ditanggap terus kasihan anak sekolah. Anak sekolah kan belum tahu resikonya nanti kedepannya gak lulus atau gimana. Takut keteteran. Kalau disini lebih dari mulut ke mulut atau saat pementasan. Waktu pentas di Sarwo Edhi ada yang nanya kalau nanggap berapa dan minta nomor hpnya12.”

Namun, mereka bekerjasama dengan Sanggar Tari Prigel dalam pembuatan beberapa video tarian Dolalak Putra yang akhirnya dipublikasikan melalui Youtube. Mereka lebih memanfaatkan waktu pementasan untuk menginformasikan tentang Kesenian Tari Dolalak

12

Wawancara dengan Bapak Bambang Ismanto selaku Ketua Kelompok Budi Santoso Kaliharjo, pada tanggal 14 Desember 2015.


(7)

53

kepada masyarakat. Meskipun mereka hanya memanfaatkan waktu pementasan dan dari mulut ke mulut saja, tetapi pesan mereka tentang mempertahankan pakem Kesenian Tari Dolalak tetap sampai kepada masyarakat

Gambar 21. Video Kerjasama antara Sanggar Tari Prigel dengan Kelompok Budi Santoso.

4. Kelompok Dolalak Arum Sari

Kelompok Dolalak Arum Sari berdiri pada tanggal 16 Desember 2010 di Desa Brenggong. Kelompok ini memiliki Dolalak Putri yang ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat untuk menerima tarian yang merupakan ciri khas Kabupaten Purworejo.

“Agar masyarakat dapat menerima tarian Dolalak yang

merupakan ciri khas Purworejo, untuk diuri-uri karena merupakan kebudayaan asli Purworejo. Daerah lain bisa menerima masa

masyarakat sendiri tidak,” kata Ibu Eni Nurwahyuningsih selaku ketua Dolalak Arum Sari.

Kelompok ini menggunakan media online Facebook, media elektronik televisi, dan media lainnya seperti CD serta stiker sebagai tempat mereka untuk menginformasikan Kesenian Tari Dolalak.


(8)

54

Gambar 22. Facebook Kelompok Dolalak Arum Sari

Dengan adanya pesan yang disampaikan kepada masyarakat melalui beberapa media, diharapkan agar masyarakat mau melestarikan budaya yang kita miliki tersebut.

“Kita harus melestarikan budaya karena kita punya itu (Kesenian Tari Dolalak),” menurut Ibu Meisyati, salah satu penikmat Kesenian Tari Dolalak.

5.2 Strategi Bertahan Kesenian Tari Dolalak menurut Talcott Parsons (AGIL)

1. Dinas DIKBUDPORA bagian Kebudayaan

Menurut Bapak Triyuliana, Kesenian Tari Dolalak saat ini sudah banyak yang dimodifikasi , baik dari cara menarinya maupun tembang-tembang yang dibakan dan sudah tidak seperti kesenian tradisional zaman dulu.

“Kebanyakan kalau Kesenian Dolalak saat ini sudah dimodif. Rata-rata tidak seperti kesenian tradisional zaman dulu, seperti


(9)

55

cara menarinya dan tembang-tembangnya sekarang ada yang campursari. Padahal harapan kami justru yang tradisional13.” Dari wawancara saya dengan Bapak Triyuliana juga diketahui bahwa pernah saat ada suguhan Tari Dolalak untuk tamu yang datang, salah seorang tamu berkata “kok Tari Dolalaknya Purworejo sekarang begini ya.” Pihak Dinas pun tidak tinggal diam melihat banyaknya pengaruh-pengaruh yang membuat Kesenian Tari Dolalak saat ini berubah. Dinas sudah memiliki rencana untuk membina kelompok-kelompok kesenian yang sudah mulai dimodifikasi.

“Kita masih punya rencana untuk tahun depan mengundang kelompok-kelompok yang sudah dimodif untuk workshop agar tari tradisionalnya tidak dihilangkan14.

Dinas DIKBUDPORA bagian Kebudayaan ini memiliki hubungan yang baik dengan sanggar maupun kelompok-kelompok kesenian yang ada di Kabupaten Purworejo. Mereka selalu membina dan memberi bantuan kepada kelompok-kelompok yang membutuhkan.

Kalau dari dinas kami hubungannya dengan seperti sanggar, grup-grup kesenian Cuma membina. Kita membina dan memberi bantuan kepada kelompok-kelompok yang memberi proposal kepada kami dan sesuai dengan laporan dari para pamong budaya. Sementara karena dananya tidak mencukupi, untuk tahun ini Cuma 36 kelompok yang kami bina15.”

Harapan dinas untuk kesenian-kesenian yang ada di kabupaten Purworejo, khususnya Kesenian Tari Dolalak adalah agar semakin maju dan paling tidak setiap desa atau kelurahan sudah membentuk kelompok Kesenian Tari Dolalak.

13

Wawancara dengan Bapak Triyuliana dari Dinas DIKBUDPORA bagian Kebudayaan, pada tanggal 7 Desember 2015.

14

Ibid.


(10)

56

Gambar 23. Narasumber Bapak Triyuliana

2. Sanggar Tari Prigel

Dalam perkembangannya, Kesenian Tari Dolalak di Sanggar Tari Prigel mengalami beberapa perubahan. Baik dari gerakan maupun kostum yang digunakan. Awalnya Sanggar Tari Prigel hanya mengemas bunga rampai, yaitu mengambil beberapa tarian kemudian digabung, misalnya 5 tarian digabungkan. Setelah itu Sanggar sudah mulai berani untuk memvariasi dengan diberi interval-interval. Tahap berikutnya, Sanggar sudah mulai untuk mengeksplorasi gerakan-gerakan tanpa meninggalkan akarnya dan tetap menjadikan Dolalak Tradisi sebagai pijakannya.

“Karya eksplorasinya mbak Nia bernuasa Kekinian tapi itu tetap Dolalak. Kekinian ini bisa waktu maupun umur. Untuk anak2 ya koreonya mendekati anak-anak. Remaja suka berdadan ditambah gerakan bersolek, bersendagurau bersama, tapi pijakannya tetap Dolalak,” kata Ibu F. Untariningsih.

Kostum yang digunakan pun sudah mulai divariasi dengan warna-warna yang cerah dan model yang baru, namun tetap berpatok pada kostum yang sebelumnya dengan tidak menghilangkan beberapa ciri khas dari kostum Kesenian Tari Dolalak. Beberapa hal yang pasti dan harus ada dalam kostum Kesenian Tari Dolalak yaitu rumbai-rumbai, gambar untu


(11)

57

walang dan geblekan, dan disisi belakang pakaian terdapat gambar sesuai dengan kelompok masing.

Visi dan misi sanggar ini adalah melestarikan dan mengembangkan kesenian khusunya seni tari dengan pola “Asih Asah Asuh”.

Jadi kami kasih dulu nomor 1, kemudian kalo sudah nyambung kasihnya, kemudian mengasah dan mengasuh. Diasah rasane, diasah kepinteranne, diasah etikanya. Diasuh, diarahkan kamu harunya menjadi perias, kamu selain bisa merias juga bisa menjadi penari.

Saya bukan selaku guru yang mengajari, saya tidak mengajar secara tutorial tapi prosesnya bareng saling belajar bersama-sama16.”

Dalam melestarikan dan mengembangkan seni tari, Ibu Untariningsing tidak memiliki target sampai kapan hal itu berhenti dilaksanakan.

Kami sudah melakukan tapi untuk targetnya tidak ada, seni itu sulit dicari targetnya terus saja melestarikan. Seni itu tidak tau awalnya kapan apalagi akhirnya. Seni itu ada di dalam hidup17.” Hubungan antara sesama pengurus maupun antar sesama penari terjalin dengan baik dan dekat. Sesama pengurus maupun anggota Sanggar memiliki hubungan yang dekat sama seperti keluarga, baik dari yang tua hingga yang termuda. Hubungan baik ini tidak hanya berlangsung diantara sesama pengurus maupun anggota, tetapi juga berjalan di luar lingkungan sanggar yaitu antara sanggar dengan sanggar lainnya, dinas-dinas terkait, kelompok-kelompok kesenian yang ada serta sekolah-sekolah.

Kami tidak hanya interen sanggar kok, tapi keluar sanggar. Kasih itu berlaku ke semua, dengan grup-grup dolalak, grup-grup apapun yang tradisional. Missal mereka kesulitan membuat paket padat, kami membantu. Konsultasi kostum.

Mereka kesulitan paket padat dengan pola lantai, kan yang berjam-jam dikemas menjadi paket padat berapa menit kan sulit.

16

Wawancara dengan Ibu F. Untariningsih selaku pamong budaya Dinas DIKBUDPORA dan pendiri Sanggar Tari Prigel, pada tanggal 5 Desember 2015.


(12)

58

Kalo sudah penggarapan biasa mereka kesulitan. Sekolah juga sering minta tolong18.”

Dalam menghadapi lingkungan sekitar yang berubah-ubah, pihak Sanggar menganggap setiap adanya masalah dari pihak luar sebagai kerikil-kerikil yang cukup untuk dijadikan pelajaran dan masukan/refleksi agar mereka semakin menjadi lebih baik. Mereka juga menerapkan prisip legowo kepada setiap pengurus dan anggotanya, sehingga saat mereka dikhianati, dikritik/diejek mereka tetap dapat menerima dan mengasihi karena tidak ada orang yang sempurna. Ibu F. Untariningsing mengatakan akan selalu berusaha mempertahankan Kesenian Tari Dolalak sampai kapan pun. Dan mengajak semua kalangan untuk bersama-sama menjaganya.

“Karena dasarnya cinta jadi sulit untuk berhenti.Karena mencintai kami akan terus berkarya. Awalnya tiddk mengenal, semakin dalam mengenal semakin mencintai dan semakin tidak bisa lepas. Seperti merawat tanaman, kok daunnya layu ya diberi pupuk2. Menjaga, memelihara.

Harapannya tetap eksis dan tetap dicintai oleh pemiliknya dan dicintai oleh khalayak luas karena Dolalak bisa diterima di semua kalangan. Kita rawat bareng-bareng19.”

Gambar 24. Narasumber Ibu F. Untariningsing

18

Ibid.


(13)

59

3. Kelompok Dolalak Budi Santoso

Awal mula munculnya kelompok Dolalak Budi Santoso, kelompok ini membawakan tarian Dolalak dengan penari Putra dan akhirnya mencoba mencampur Dolalak putra dan putri. Penari putra diletakkan di depan dan di belakangnya penari putri. Dan akhirnya sekitar tahun 1986an, kelompok Budi Santoso mulai mementaskan Dolalak Putri. Hingga saat ini Dolalak Putra dan Dolalak Putri di kelompok ini masih sering tampil di beberapa acara, baik acara festival, tujuh belasan maupun tanggapan.

Kostum yang digunakan oleh kelompok ini masih sesuai dengan kostum awalnya tanpa memvariasi warna atau bentuk pakaian. Musik yang digunakan pada saat Dolalak Putra maasih sama seperti pakemnya yaitu jidur, terbang, dan kendang tanpa menambah alat musik modern. Berbeda halnya dengan Dolalak Putrinya, Dolalak Putri di kelompok ini sudah mulai mengikuti keinginan pasar. Alat musik yang digunakan pun sudah ditambah dengan orgen, bass gitar, serta sudah mulai memperbanyak lagu campursari setelah trance (jika diinginkan oleh penanggap, jika tidak hanya 2/3 lagu campursari).

“Yang saya pertahankan pakemnya cuma Dolalak Putra kalo yang Dolalak Putri bebas tapi ya agak dikurangi campursarinya tapi kalau dari yang nanggap tidak mau kembali ke tarian dolalak ya gak apa-apa. Menerima masukan dari luar,” kata Bapak Bambang Ismanto selaku Ketua Dolalak Budi Santoso.

Tujuan dari kelompok Budi Santoso ini adalah untuk melestarikan Kesenian Tari Dolalak yang sesuai dengan yang kita kehendaki.

Karena dari dulu ada ya jangan sampai punah,” kata Bapak Bambang Ismanto.

Kelompok Budi Santoso memiliki hubungan yang cukup baik dengan dinas-dinas terkait, sanggar, maupun kelompok-kelompok kesenian yang lainnya. Kelompok ini juga baru saja ditawari oleh Biro Pariwisata Brenggong untuk bekerjasama menyuguhi para tamu wisatawan.

Kalau sini Dolalak Budi Santoso bagus. Dengan Sanggar Tari Prigel kerjasamanya dari tahun 90an. Sering diajak pentas kemana-mana. Lewat dinas pernah diajak ke istana presidenan.


(14)

60

Kerja sama antara Budi Santoso denga Prigel biasanya kalau pentasnya cuma beberapa menit pakai dari prigel tapi pengrawitnya dari Budi Santoso. Sini dengan Kelompok Dolalak Hulosob kalau kekurangan pemain saling meminjam. Sini kurang pemain e pak nek tak jak e main pye pak?yo ra popo20.”

Dalam mempertahankan Kesenian ini, kita transparan antara sesama pengurus maupun anggota. Trasnparan baik maslah keuangan maupun masalah-masalah lainnya yang menyangkut kelompok.

Kalau ada masalah intern ya harus segera diselesaikan. Kalau ada masalah pasti selalu saya kumpulkan. Dulu harus ditelponin tiap malam minggu, sekarang cuma tepok tular aja mau dateng latihan. Kalau saya salah yo ditegor21.”

Bapak Bambang Ismanto berharap untuk kedepannya ada kerjasama antara pihak keamanan, karang taruna setempat dan kelompok Dolalak agar Kesenian Tari Dolalak semakin berkembang.

“Ya kalau harapan saya gini mungkin kenapa sekarang Dolalak sudah mulai berkurang karena pada saat pentas ada tawuran. Yang saya harapkan kita bekerjasama antar pihak keamanan, karang taruna lokasi pementasan, dan kelompok dolalak. Ya dari kesenian itu sendiri harus bisa mengatur. Kan tarian/musik itu membakar semangat, kalau sudah rame ya harus dipindah ke dolalak lagi22.”

20

Wawancara dengan Bapak Bambang Ismanto selaku Ketua Kelompok Budi Santoso Kaliharjo, pada tanggal 14 Desember 2015.

21

Ibid.


(15)

61

Gambar 25. Narasumber Bapak Bambang Ismanto

4. Kelompok Arum Sari

Awalnya Ibu Eni Nurwahyuningsih atau biasa disebut Ibu Eni Arum Sari menghimpun anak-anak sekolah yang mempunyai bakat tari untuk membentuk Kelompok Dolalak (sanggar). Tarian awal yang mereka bawakan yaitu tarian klasik dan akhirnya mengikuti perkembangan zaman ditambah dengan tari kreasi baru. Musik yang digunakan pun sudah mulai menyesuaikan dengan pasar. Kostum yang mereka gunakan juga sudah menggunakan warna-warna yang cerah.

Visi misi dari kelompok ini yaitu menghibur masyarakat, mengembangkan bakat tari abak-anak, dan di samping itu juga untuk dikomersilkan untuk membantu ekonomi khusunya grup (tanggapan). Tujuan mereka untuk tanggapan sudah tercapai.

Alhamdulilah sampai detik ini sudah tercapai mbak. Terbukti dengan sudah pentas sampai ke luar kota, yang paling jauh ke Banjarnegara, ke Jakarta pernah23.”

Hubungan Kelompok Arum Sari dengan pihak-pihak lainnya yang berhubungan dengan kebudayaan dan kesenian cukup baik.

23

Wawancara dengan Ibu Eni Nurwhyuningsih selaku Ketua Kelompok Arum Sari, pada tanggal 9 Desember 2015.


(16)

62

“Masih dibimbing dinas. Saat ada pentas keluar kami minja ijin

dulu ke dinas. Dengan kelompok yang lainnya saling tukar menukar tarian. Kalo di sini kurang penari minta bantuan kelompok lain, kalo kelompok lain kekurangan penari kami bantu24.”

Dalam menghadapi lingkungan sekitar, jika mereka tidak menyalahi aturan dan tidak mengganggu, mereka akan tetap jalan. Selain itu pihak pengurus kelompok Arum Sari juga membekali ajaran moral kepada setiap anggotanya.

“Selama tidak menyalahi aturan dan tidak mengganggu orang dan lingkungan ya jalan saja. Membekali moral. Kita mau maju pasti ada saja ganguan dan hambatannya, jangan minder. Di samping belajar tari-taran juga menggembleng moral25.”

Gambar 26. Narasumber Ibu Eni Nurwahyuningsih

5. Penikmat Kesenian Tari Dolalak

Selain Dinas DIKBUDPORA, Sanggar, serta Kelompok Dolalak, penulis juga mewawancarai beberapa penikmat Kesenian khususnya Kesenina Dolalak. Mereka mengatakan saat ini Kesenian Tari Dolalak mengalami beberapa perubahan baik dari pakaian yang sudah lebih sopan dan sudah mulai ada variasi pada gerakan serta musiknya. Kebanyakan

24

Ibid.


(17)

63

dari mereka mengaku sudah mulai melihat Kesenian Tari Dolalak sejak dari kecil, karena mereka lahir dan tumbuh di Purworejo.

Salah satu narasumber Ibu Meisyati mengatakan, bahwa gerakan dari Kesenian Tari Dolalak ini cukup menarik. Ibu ini juga merupakan mantan penari Kesenian Tari Dolalak saat masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) kelas 4 hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Menarik. Gerakannya bisa untuk olahraga, ada daya seni tersendiri. Gerakannya unik,” kata Ibu Meisyati.

Pementasan-pementasan Kesenian khususnya Kesenian Tari Dolalak, mereka ketahui dari radio, sanggar/ kelompok yang mementaskannya, serta dari orang-orang sekitar yang sudah mengetahuinya. Mereka mengaku dapat melihat pementasan Kesenian Tari Dolalak hanya pada saat event-event pendidikan, hari-hari besar, dan hari jadi Purworejo. Salah satu narasumber juga mengatakan bahwa saat ini sudah susah menemui Kesenian Tari Dolalak pada acara-acara tanggapan di desa mereka. Setelah melihat pementasan-pementasan tersebut, mereka mengatakan agar terus dapat melestarikan budaya khususnya melalui Kesenian.

Ibu Era (Guru TK) salah satu narasumber mengatakan, bahwa sudah sejak tahun lalu pemerintah menggalakkan sosialisasi tentang Kesenian Tari Dolalak di Taman Kanak-Kanak (TK), Kelompok Bermain (KB), serta PAUD.

Tahun-tahun kemarin sudah ada pelatihan untuk guru-guru TK, KB, dan PAUD. Juga sudah dilombakan untuk TK.

Para narasumber beharap agar Kesenian Tari Dolalak kedepannya lebih sopan lagi dalam penggunanan kostum (celana), dikembangkan lagi jangan sampai mati, serta dapat lebih maju lagi dan lebih dikenal lagi sampai ke luar negeri.


(18)

64

5.3 Kaitan dengan Teori Fungsionalisme Struktural (Model AGIL)

Menurut Talcott Parsons, jika sebuah subsistem atau masyarakat ingin bertahan dalam waktu yang cukup panjang harus terdapat AGIL (adaptation, goal attainment, integration, latency) di dalamnya.

Adapatasi, sistem dituntut harus mampu mengatasi kebutuhan yang datang dari luar sistem itu. Sebuah sistem harus mampu beradapasi agar tidak kandas di tengah jalan. Saat ini Kesenian Tari Dolalak mengalami beberapa perubahan, baik dari gerakan, musik/lagu, maupun kostum yang mereka gunakan. Perubahan ini dianggap beberapa pihak sebagai sesuatu yang baik, tetapi juga dianggap tidak baik oleh beberapa pihak. Oleh karena itu, pemerintah sudah berencana untuk mengundang kelompok-kelompok yang sudah melakukan modifikasi dan melakukan workshop agar tari tradisionalnya tidak dihilangkan.

Goal (tujuan) juga merupakan salah satu syarat yang perlu dimiliki oleh sebuah sistem agar dapat terus bertahan. Tujuan yang ingin dicapai adalah melestaraikan, mengembangkan, serta menjaga Kesenian Tari Dolalak. Dalam pelaksanaannya Pemerintah telah bekerjasama dengan sanggar serta kelompok dengan mengadakan beberapa kegiatan yang dapat mendukung tercapainya tujuan mereka. Mereka telah mengadakan beberapa event baik yang berkaitan dengan pendidikan maupun tidak, yaitu mengadakan pelatihan-pelatihan dan sosialisasi bagi para guru TK, mengadakan pementasan Kesenian Tari Dolalak di beberapa tempat wisata di Kabupaten Purworejo dan di Gedung Kesenian. Selain dengan adanya pementasan di Kabupaten Purworejo, pemerintah juga mendukung sanggar serta kelompok Kesenian Tari Dolalak untuk mengikuti/mengadakan pementasan di luar Kabupaten Purworejo.

Integrasi adalah fungsi yang mengatur hubungan antar bagian yang satu dengan yang lainnya. Untuk mencapai tujuan di atas, Dinas DIKBUDPORA menjalin hubungan baik dengan sanggar maupun kelompok Kesenian Tari Dolalak. Mereka membina dan memberi bantuan kepada setiap kelompok yang membutuhkan pembinaan dan bantuan. Dinas DIKBUDPORA juga mengutus 4


(19)

65

orang pamong budaya untuk mempermudah dalam membina kelompok-kelompok yang ada. Satu orang pamong budaya bertugas menangani kelompok-kelompok yang berada di 4 kecamatan. Selain itu, sanggar serta kelompok juga memiliki hubungan yang baik dengan sesama sanggar ataupun kelompok. Dalam tiap kelompok terdapat struktur organisasi yang mengatur hubungan mereka dan tugas mereka di dalam kelompok tersebut.

Latensi atau dapat dipahami sebagai pemeliharaan pola. Sistem yang ada harus mampu menciptakan motivasi dan pola budaya yang kemudian tertanam pada diri setiap individu dalam sistem tersebut. Dinas DIKBUDPORA memberi bantuan untuk stimulant yang dari bantuan tersebut diharapkan dapat mendorong kelompok untuk semakin berkembang dan maju, seperti membantu kelompok yang belum memiliki alat musik dengan memberikan 1 alat musik yang diharapkan dapat mendorong kelompok untuk mengadakan alat-alat yang lainnya. Selain dari Dinas, sanggar maupun kelompok Kesenian Tari Dolalak juga memotivasi setiap anggotanya agar semakin lebih baik di setiap penampilannya. Mereka juga memberikan perajalan moral kepada setiap anggotanya.

Strategi-strategi yang digunakan Kesenian Tari Dolalak dalam memperthankan kesenian ini yaitu dengan cara:

1. Strategi Modifikasi

Dalam mempertahankan Kesenian Tari Dolalak, mereka sudah mulai memodifikasi baik dari musik, gerakan, serta pakaian yang digunakan dengan tetap berpijak pada akar Kesenian Tari Dolalak. Hal ini bertujuan agar para penikmat Kesenian Tari Dolalak yang muda atau penikmat yang suka dengan hal-hal yang modern masih tetap dapat menikmati kesenian ini.


(20)

66

Pakaian dan celana pada kesenian ini awalnya berwarna hitam dengan alasan agar saat digunakan tidak terlihat lusuh26, dengan hiasan-hiasan berwarna kuning keemasan serta untu walang berwarna merah-putih serta kaos kaki berwarna kuning atau merah. Namun, saat ini kostum Kesenian Tari Dolalak sudah mulai dimodifikasi dengan menggunakan warna-warna yang cerah dan model pakaian serta celananya sudah mulai mengikuti kebutuhan saat ini, seperti menggunakan pakaian panjang dan celana panjang jika yang menari menggunakan hijab.

2. Strategi Bertahan

Selain dengan memodifikasi kesenian, ada juga yang masih tetap mempertahankan kepakeman Kesenian Tari Dolalak. Strategi ini dilakukan agar para penikmat Kesenian Tari Dolalak yang tertarik dengan Dolalak Tradisi masih tetap dapat menikmatinya.

3. Strategi Pemerintah

Pemerintah Kabupaten Purworejo juga melakukan beberapa strategi agar kesenian ini masih dapat bertahan yaitu dengan menjadikan Kesenian Tari Dolalak sebagai ekstrakulikuler di sekolah-sekolah yang telah berjalan beberapa tahun ini. Selain itu, pemerintah juga mengadakan sosialisasi dan pelatihan bagi guru-guru TK, Kelompok Bermain, dan PAUD agar para guru-guru dapat mengajarkannya kepada para murid mereka. Sebelumnya, Kesenian Tari Dolalak juga sempat dijadikan muatan lokal pada kurikulum Sekolah Dasar di Kabupaten Purworejo (Kedaulatan Rakyat 12 Desember 1996). Namun, menjelang akhir tahun 1996, sekelompok orang Islam Purworejo datang ke kantor DPRD untuk memprotes keberadaan tari Dolalak karena masuk kurikulum sekolah. Inti protes tersebut yaitu hanyalah mengenai permasalahan celana pendek yang

26

Sentri Captian Ningsih. 2013. Tari Dolalak sebagai Identitas Masyarakat Kabupaten Purworejo. Halaman 159.


(21)

67

dipakai oleh para penarinya yang menurut mereka terlalu “seronok” dan “hot”27

.

Pemerintah Kabupaten Purworejo melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pembinaan dan pelatihan hingga sekolah-sekolah di seluruh Kabupaten Purworejo, bahkan telah dipentaskan secara missal oleh siswa pada Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2009 di Alun-alun Purworejo dan seluruh Kecamatan se-Kabupaten Purworejo dengan jumlah peserta 2.100 anak di Alun-alun dan sekitar 16.000 siswa di semua kecamatan. Selain itu, kesenian ini juga sudah diterapkan pada kegiatan Pramuka di Kabupaten ini. Kesenian Tari Dolalak telah dipentaskan oleh para peserta Kwarcab Gerakan Pramuka Kabupaten Purworejo yang mengikuti lomba tingkat (LT) IV Penggalang Kwarda XI Gerakan Pramuka Jawa Tengah di bumi perkemahan “Candra Birawa” Gunung Pati Kabupaten Semarang28.

27

Sutiyono. Memodifikasi Busana Seni Tradisi Dolalak Bermasalah. Halaman: 152-153.


(1)

62

“Masih dibimbing dinas. Saat ada pentas keluar kami minja ijin dulu ke dinas. Dengan kelompok yang lainnya saling tukar menukar tarian. Kalo di sini kurang penari minta bantuan kelompok lain, kalo kelompok lain kekurangan penari kami

bantu24.”

Dalam menghadapi lingkungan sekitar, jika mereka tidak menyalahi aturan dan tidak mengganggu, mereka akan tetap jalan. Selain itu pihak pengurus kelompok Arum Sari juga membekali ajaran moral kepada setiap anggotanya.

Selama tidak menyalahi aturan dan tidak mengganggu orang dan

lingkungan ya jalan saja. Membekali moral. Kita mau maju pasti ada saja ganguan dan hambatannya, jangan minder. Di samping

belajar tari-taran juga menggembleng moral25.”

Gambar 26. Narasumber Ibu Eni Nurwahyuningsih

5. Penikmat Kesenian Tari Dolalak

Selain Dinas DIKBUDPORA, Sanggar, serta Kelompok Dolalak, penulis juga mewawancarai beberapa penikmat Kesenian khususnya Kesenina Dolalak. Mereka mengatakan saat ini Kesenian Tari Dolalak mengalami beberapa perubahan baik dari pakaian yang sudah lebih sopan dan sudah mulai ada variasi pada gerakan serta musiknya. Kebanyakan

24

Ibid.


(2)

63

dari mereka mengaku sudah mulai melihat Kesenian Tari Dolalak sejak dari kecil, karena mereka lahir dan tumbuh di Purworejo.

Salah satu narasumber Ibu Meisyati mengatakan, bahwa gerakan dari Kesenian Tari Dolalak ini cukup menarik. Ibu ini juga merupakan mantan penari Kesenian Tari Dolalak saat masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) kelas 4 hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Menarik. Gerakannya bisa untuk olahraga, ada daya seni

tersendiri. Gerakannya unik,” kata Ibu Meisyati.

Pementasan-pementasan Kesenian khususnya Kesenian Tari Dolalak, mereka ketahui dari radio, sanggar/ kelompok yang mementaskannya, serta dari orang-orang sekitar yang sudah mengetahuinya. Mereka mengaku dapat melihat pementasan Kesenian Tari Dolalak hanya pada saat event-event pendidikan, hari-hari besar, dan hari jadi Purworejo. Salah satu narasumber juga mengatakan bahwa saat ini sudah susah menemui Kesenian Tari Dolalak pada acara-acara tanggapan di desa mereka. Setelah melihat pementasan-pementasan tersebut, mereka mengatakan agar terus dapat melestarikan budaya khususnya melalui Kesenian.

Ibu Era (Guru TK) salah satu narasumber mengatakan, bahwa sudah sejak tahun lalu pemerintah menggalakkan sosialisasi tentang Kesenian Tari Dolalak di Taman Kanak-Kanak (TK), Kelompok Bermain (KB), serta PAUD.

Tahun-tahun kemarin sudah ada pelatihan untuk guru-guru TK,

KB, dan PAUD. Juga sudah dilombakan untuk TK.

Para narasumber beharap agar Kesenian Tari Dolalak kedepannya lebih sopan lagi dalam penggunanan kostum (celana), dikembangkan lagi jangan sampai mati, serta dapat lebih maju lagi dan lebih dikenal lagi sampai ke luar negeri.


(3)

64

5.3 Kaitan dengan Teori Fungsionalisme Struktural (Model AGIL)

Menurut Talcott Parsons, jika sebuah subsistem atau masyarakat ingin bertahan dalam waktu yang cukup panjang harus terdapat AGIL (adaptation, goal

attainment, integration, latency) di dalamnya.

Adapatasi, sistem dituntut harus mampu mengatasi kebutuhan yang datang dari luar sistem itu. Sebuah sistem harus mampu beradapasi agar tidak kandas di tengah jalan. Saat ini Kesenian Tari Dolalak mengalami beberapa perubahan, baik dari gerakan, musik/lagu, maupun kostum yang mereka gunakan. Perubahan ini dianggap beberapa pihak sebagai sesuatu yang baik, tetapi juga dianggap tidak baik oleh beberapa pihak. Oleh karena itu, pemerintah sudah berencana untuk mengundang kelompok-kelompok yang sudah melakukan modifikasi dan melakukan workshop agar tari tradisionalnya tidak dihilangkan.

Goal (tujuan) juga merupakan salah satu syarat yang perlu dimiliki oleh

sebuah sistem agar dapat terus bertahan. Tujuan yang ingin dicapai adalah melestaraikan, mengembangkan, serta menjaga Kesenian Tari Dolalak. Dalam pelaksanaannya Pemerintah telah bekerjasama dengan sanggar serta kelompok dengan mengadakan beberapa kegiatan yang dapat mendukung tercapainya tujuan mereka. Mereka telah mengadakan beberapa event baik yang berkaitan dengan pendidikan maupun tidak, yaitu mengadakan pelatihan-pelatihan dan sosialisasi bagi para guru TK, mengadakan pementasan Kesenian Tari Dolalak di beberapa tempat wisata di Kabupaten Purworejo dan di Gedung Kesenian. Selain dengan adanya pementasan di Kabupaten Purworejo, pemerintah juga mendukung sanggar serta kelompok Kesenian Tari Dolalak untuk mengikuti/mengadakan pementasan di luar Kabupaten Purworejo.

Integrasi adalah fungsi yang mengatur hubungan antar bagian yang satu dengan yang lainnya. Untuk mencapai tujuan di atas, Dinas DIKBUDPORA menjalin hubungan baik dengan sanggar maupun kelompok Kesenian Tari Dolalak. Mereka membina dan memberi bantuan kepada setiap kelompok yang membutuhkan pembinaan dan bantuan. Dinas DIKBUDPORA juga mengutus 4


(4)

65

orang pamong budaya untuk mempermudah dalam membina kelompok-kelompok yang ada. Satu orang pamong budaya bertugas menangani kelompok-kelompok yang berada di 4 kecamatan. Selain itu, sanggar serta kelompok juga memiliki hubungan yang baik dengan sesama sanggar ataupun kelompok. Dalam tiap kelompok terdapat struktur organisasi yang mengatur hubungan mereka dan tugas mereka di dalam kelompok tersebut.

Latensi atau dapat dipahami sebagai pemeliharaan pola. Sistem yang ada harus mampu menciptakan motivasi dan pola budaya yang kemudian tertanam pada diri setiap individu dalam sistem tersebut. Dinas DIKBUDPORA memberi bantuan untuk stimulant yang dari bantuan tersebut diharapkan dapat mendorong kelompok untuk semakin berkembang dan maju, seperti membantu kelompok yang belum memiliki alat musik dengan memberikan 1 alat musik yang diharapkan dapat mendorong kelompok untuk mengadakan alat-alat yang lainnya. Selain dari Dinas, sanggar maupun kelompok Kesenian Tari Dolalak juga memotivasi setiap anggotanya agar semakin lebih baik di setiap penampilannya. Mereka juga memberikan perajalan moral kepada setiap anggotanya.

Strategi-strategi yang digunakan Kesenian Tari Dolalak dalam memperthankan kesenian ini yaitu dengan cara:

1. Strategi Modifikasi

Dalam mempertahankan Kesenian Tari Dolalak, mereka sudah mulai memodifikasi baik dari musik, gerakan, serta pakaian yang digunakan dengan tetap berpijak pada akar Kesenian Tari Dolalak. Hal ini bertujuan agar para penikmat Kesenian Tari Dolalak yang muda atau penikmat yang suka dengan hal-hal yang modern masih tetap dapat menikmati kesenian ini.


(5)

66

Pakaian dan celana pada kesenian ini awalnya berwarna hitam dengan alasan agar saat digunakan tidak terlihat lusuh26, dengan hiasan-hiasan berwarna kuning keemasan serta untu walang berwarna merah-putih serta kaos kaki berwarna kuning atau merah. Namun, saat ini kostum Kesenian Tari Dolalak sudah mulai dimodifikasi dengan menggunakan warna-warna yang cerah dan model pakaian serta celananya sudah mulai mengikuti kebutuhan saat ini, seperti menggunakan pakaian panjang dan celana panjang jika yang menari menggunakan hijab.

2. Strategi Bertahan

Selain dengan memodifikasi kesenian, ada juga yang masih tetap mempertahankan kepakeman Kesenian Tari Dolalak. Strategi ini dilakukan agar para penikmat Kesenian Tari Dolalak yang tertarik dengan Dolalak Tradisi masih tetap dapat menikmatinya.

3. Strategi Pemerintah

Pemerintah Kabupaten Purworejo juga melakukan beberapa strategi agar kesenian ini masih dapat bertahan yaitu dengan menjadikan Kesenian Tari Dolalak sebagai ekstrakulikuler di sekolah-sekolah yang telah berjalan beberapa tahun ini. Selain itu, pemerintah juga mengadakan sosialisasi dan pelatihan bagi guru-guru TK, Kelompok Bermain, dan PAUD agar para guru-guru dapat mengajarkannya kepada para murid mereka. Sebelumnya, Kesenian Tari Dolalak juga sempat dijadikan muatan lokal pada kurikulum Sekolah Dasar di Kabupaten Purworejo (Kedaulatan Rakyat 12 Desember 1996). Namun, menjelang akhir tahun 1996, sekelompok orang Islam Purworejo datang ke kantor DPRD untuk memprotes keberadaan tari Dolalak karena masuk kurikulum sekolah. Inti protes tersebut yaitu hanyalah mengenai permasalahan celana pendek yang

26

Sentri Captian Ningsih. 2013. Tari Dolalak sebagai Identitas Masyarakat Kabupaten Purworejo. Halaman 159.


(6)

67

dipakai oleh para penarinya yang menurut mereka terlalu “seronok” dan “hot”27

.

Pemerintah Kabupaten Purworejo melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pembinaan dan pelatihan hingga sekolah-sekolah di seluruh Kabupaten Purworejo, bahkan telah dipentaskan secara missal oleh siswa pada Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2009 di Alun-alun Purworejo dan seluruh Kecamatan se-Kabupaten Purworejo dengan jumlah peserta 2.100 anak di Alun-alun dan sekitar 16.000 siswa di semua kecamatan. Selain itu, kesenian ini juga sudah diterapkan pada kegiatan Pramuka di Kabupaten ini. Kesenian Tari Dolalak telah dipentaskan oleh para peserta Kwarcab Gerakan Pramuka Kabupaten Purworejo yang mengikuti lomba tingkat (LT) IV Penggalang Kwarda XI Gerakan

Pramuka Jawa Tengah di bumi perkemahan “Candra Birawa” Gunung Pati

Kabupaten Semarang28.

27

Sutiyono. Memodifikasi Busana Seni Tradisi Dolalak Bermasalah. Halaman: 152-153.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Scene Musik Indie “SOHC” dalam Mempertahankan Eksistensi di Kota Salatiga T1 362012079 BAB V

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi T1 362009041 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi T1 362009041 BAB II

0 0 11

T1 362009041 BAB III

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi T1 362009041 BAB IV

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi T1 362009041 BAB VI

0 0 2

T1 362009041 Daftar Pustaka

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi

0 7 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensi

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Youth Krew Salatiga dalam Mempertahankan Eksistensi Kelompok T1 362007026 BAB V

0 0 14