PENGARUH TAKARAN PUPUK MAJEMUK NPK (16:16:16) DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.)

(1)

PENGARUH TAKARAN PUPUK MAJEMUK NPK (16:16:16) DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN PADA PERTUMBUHAN

DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.)

Oleh

Della Susiyani(1), Kus Hendarto(2),Agus Karyanto(3)

Permintaan akan cabai terus meningkat sehingga diperlukan perbaikan teknik budidaya untuk mencapai keseimbangan pasokan dan permintaan sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani. Pemupukan berimbang dan dosis tepat merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui tanggapan tanaman cabai dalam pertumbuhan dan produksinya terhadap peningkatan dosis NPK. (2) Mengetahui tanggapan tanaman cabai dalam pertumbuhan dan produksinya terhadap peningkatan konsentrasi pupuk daun. (3) Mengetahui bentuk tanggapan tanaman cabai dalam pertumbuhan dan produksi terhadap peningkatan dosis pupuk NPK pada berbagai konsentrasi pupuk daun.

Penelitian ini dilakukan di Desa Suka Banjar, Kecamatan Tataan dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan September 2011. Perlakuan dalam penelitian ini ditata secara faktorial (4x4) dengan tiga ulangan. Faktor pertama : NPK 5 g/tan (N1), NPK 10 g/tan (N2), NPK 15 g/tan (N3), NPK 20 g/tan (N4). Faktor kedua : Pupuk daun 1,0 g/tan (P1); 1,5 g/tan (P2); 2 g/tan (P3); 2,5 g/tan (P4). Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan ragam diuji dengan uji Tukey. Pemisahan nilai tengah antarperlakuan dengan BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK (16:16:16) dapat

meningkatkan tinggi tanaman dan bobot rata - rata per buah, sedangkan pemberian pupuk daun dapat menurunkan jumlah bunga rontok. Terdapat interaksi antara pemberian dosis pupuk NPK (16:16:16) dan konsentrasi pupuk daun terhadap bobot kering tanaman cabai. Kata kunci : NPK (16:16:16), Pupuk Daun PML Plant Catalyst 2006, dan Cabai TM 999.

1. Alumni Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

2. Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.


(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF NPK (16:16:16) COMPOUND FERTILIZER DOSAGE AND CONCENTRATION OF LEAF FERTILIZER IN THE

GROWTH AND PRODUCTION OF CHILI (Capsicum annuum L.) By

Della Susiyani1, Kus Hendarto2, Agus Karyanto2

Chilli demand continually increases, and this needs cultivation technique improvements to achieve balance between supply and demand in order to improve farmer’s income. Balanced fertilizing with proper dosage is one of ways to increase the growth and production of chili. This research was purposed to (1) find out response of growth and production of chili plant to the increased dosage of NPK, (2) to find out responses of growth and production of chili plant to the increased dosage of leaf fertilizer concentration, (3) to find out responses of growth and production of chili plant to the increased dosage and some concentrations of leaf fertilizer.

This research was conducted in Suka Banjar village of Tataan district in March to September 2011. Treatments in this research were ordered in factorial (4x4) with three repetitions. The first factor was NPK 5 g/plant (n1), NPK 10 g/plant (n2),

NPK 15 g/plant (n3), and NPK 20 g/plant (n4). The second factor was leaf

fertilizer 1.0 g/plant (p1), 1.5 g/plant (p2), 2 g/plant (p3), 2.5 g/plant (p4).

Homogeneity variance was tested with Bartlett test and additional variance was tested with Tukey test. The separation of median value amongst treatments was conducted with least significant difference (LSD) in 5% degree.

The results show that the NPK (16:16:16) administration can improve the plant height and the average weight of each plant, while the leaf fertilizer administration can reduce amount of falling flowers. There is an interaction between the dosage of NPK (16:16:16) fertilizer dosage and concentration of leaf fertilizer to the dry weight of chili plant.

Keywords: NPK (16:16:16), leaf fertilizer PML Plant Catalyst 2006, and chili TM 999

1

Under graduate student of Agro Technology of Agricultural Faculty in Lampung University

2


(3)

(4)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan suatu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi serta memiliki prospek yang cerah untuk dapat dikembangkan. Semakin meningkatnya kebutuhan komoditas cabai untuk keperluan rumah tangga dan industri, maka peluang pengembangan usaha

agribisnis cabai sangat luas. Budidaya cabai dilakukan secara musiman sehingga produksi maupun harganya berfluktuasi. Kebutuhan cabai yang terus meningkat setiap tahunnya sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan

berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai.

Dari sisi produsen, akhir-akhir ini usaha tani cabai mengalami permasalahan dalam hal budidaya. Permasalahan tersebut mengakibatkan menurunnya produksi dan produktivitas cabai. Kendala utama penyebab rendahnya produksi cabai skala nasional adalah keterbatasan teknologi budidaya yang dimiliki petani karena kurangnya informasi teknologi. Potensi hasil cabai mencapai 14 ton/ha. Permintaan cabai masih relatif konstan yaitu sekitar 60.000 – 70.000 ton/bulan, sehingga petani mengupayakan setiap bulannya ada produksi cabai yang

dihasilkan. Pada tahun 2010, kebutuhan cabai masih cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia (Tabel 1).


(5)

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas cabai, 2009-2010. Tahun 2009 Tahun 2010

Provinsi Luas Produksi Produktivitass Luas Produksi Produktivitas

Panen

(Ha) (Ton) (Ton/Ha)

Panen

(Ha) (Ton) (Ton/Ha)

Aceh 7.266 34.820 4.79 9.105 63.731 7.00

Sumatera Utara 18.530 154.799 8.44 21.711 196.347 9.04

Sumatera Barat 6.861 41.522 6.05 7.051 46.222 6.56

Riau 3.142 11.215 3.57 3.097 11.824 3.82

Jambi 3.509 17.690 5.12 3.672 17.910 4.88

Sumatera Selatan 6.836 28.691 4.20 8.204 34.039 4.15

Bengkulu 8.379 47.697 5.69 9.836 63.302 6.44

Bangka Belitung 1.167 28.390 3.78 8.424 35.360 4.20

Lampung 7.518 5.843 5.01 991 6.267 6.32

Kep. Riau 961 3.784 3.94 821 3579 4.36

DKI. Jakarta 0 0 0 0 0 0

Jawa Barat 23.212 315.569 13.60 26.081 245.995 9.43

Jawa Tengah 40.729 220.929 5.42 36.917 194.971 5.28

DI Yogyakarta 2.858 17.010 5.95 2.852 15.116 5.30

Jawa Timur 59.308 243.562 4.11 57.706 213.674 3.70

Bali 3.640 27.266 7.49 3.854 25.286

6.56 Nusa Tenggara

Barat 7.452 39.334 5.28 4.687 18.780 4.03

Nusa Tenggara

Timur 1.600 9.659 6.04 1.477 5.968 4.04

Kalimantan Barat 2.294 11.122 4.85 2.198 6.765 3.08

Kalimantan

Tengah 1.479 8.145 5.51 1.472 3.601 2.45

Kalimantan

Selatan 1.674 7.653 4.57 1.630 8.201 5.03

Kalimantan

Timur 3.247 15.970 4.92 3.269 14.620 4.47

Sulawesi Utara 2.880 14.407 5.00 3.281 11.963 3.65

Sulawesi Tengah 2.565 7.477 2.92 2.959 13.774 4.65

Sulawesi Selatan 6.496 20.982 3.23 6.405 27.898 4.36

Sulawesi

Tenggara 1.249 4.763 3.81 1.959 7.817 3.99

Gorontalo 2.968 15.002 5.05 2.517 17.233 6.85

Sulawesi Barat 1.152 2.504 2.17 828 3.349 4.04

Maluku 107 328 3.07 238 910 3.82

Maluku Utara 557 659 1.18 557 719 1.29

Papua Barat 653 4.911 7.52 602 2.202 3.66

Papua 2.048 10.327 5.04 1.394 7.408 5.31


(6)

3

Permintaan akan cabai yang terus meningkat sehingga kurangnya pasokan yang tersedia maka peningkatan luas tanam perlu diperhatikan (dikembangkan) untuk mencapai keseimbangan pasokan dan permintaan sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani. Seiring dengan permintaan cabai yang meningkat sehingga kurangnya pasokan yang tersedia maka peningkatan luas tanam diarahkan untuk mencapai keseimbangan pasokan cabai.

Untuk memecahkan berbagai permasalahan tersebut diperlukan keterampilan dalam penerapan pengetahuan dan yang paling penting teknik budidaya yang baik dan sesuai dengan daya dukung. Dalam teknik budidaya cabai, pemilihan varietas unggul merupakan salah satu faktor utama, dalam hal ini benih yang digunakan tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki faktor genetik yang baik. Selain menggunakan varietas unggul, faktor lainnya yang perlu diperhatikan adalah lingkungan yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan tanaman, salah satu caranya adalah dilakukannya pemupukan yang berimbang, pemeliharaan tanaman secara intensif.

Pemupukan juga suatu cara untuk mencukupi zat – zat makanan yang berguna bagi tanaman. Di dalam pupuk terdapat berbagai unsur hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Jumlah asupan makanan tersebut hanya sebagian kecil yang siap untuk diserap oleh akar tanaman, sedangkan sebagian besar belum dapat di serap tanaman (Sutrisno, 1998). Salah satu pemupukan yaitu dengan menggunakan pupuk majemuk NPK Mutiara (16:16:16) dan pupuk daun


(7)

Menurut Nurtika (1997), tanaman cabai memerlukan unsur hara makro N, P, K, Ca dan Mg serta unsur hara mikro Mn, Zn, dan B dalam upaya meningkatkan produksi cabai. Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah relatif besar dibandingkan unsur hara lain. Kebutuhan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dapat diberikan dalam jumlah dan perbandingan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan pemberian pupuk majemuk N, P, K. Keuntungan penggunaan pupuk majemuk adalah tidak adanya pencampuran pupuk sebelum digunakan sehingga dapat lebih efisien baik waktu juga tenaga kerja, kandungan haranya lebih lengkap, sifatnya tidak terlalu higroskopis sehingga tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal (Novrizan, 2007). Unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah kecil tetapi fungsinya tetap penting dan tidak dapat tergantikan. Unsur mikro dapat diberikan dengan memberikan pupuk pelengkap cair / pupuk daun pada tanaman untuk melengkapi kekurangan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman (Wiryanta, 2002).

Selain aplikasi pupuk NPK melalui tanah, pemberian unsur hara dapat pula dilakukan melalui daun. Pupuk daun ini merupakan katalisator dan berperan untuk mengefektifkkan dan mengoptimalkan tanaman menyerap pupuk-pupuk utama dan essensial dari dalam tanah dan pupuk dasar seperti urea, KCl, ZA, SP-36, pupuk kandang. Plant Catalyst 2006 berfungsi meningkatkan kemampuan tanaman menyerap unsur – unsur hara dari berbagai pupuk utama, seperti Urea, TSP, KCL, ZA (Tim Plant Catalyst, 2002). Pemberian kombinasi pemupukan NPK (16:16:16) dan pupuk daun diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan produksi tanaman cabai varietas unggul.


(8)

5

Alternatif penyerapan hara melalui daun menurut Franke (1961) yang dikutip Mc Vicker et al. (1963) yaitu melalui plasmodesmata, bukan lapisan halus bagian dalam dinding sel epidermis terluar, melainkan merupakan penembusan dengan banyak lipatan – lipatan kecil yang membentuk rongga. Lokasi dan jumlah ektodesmata berhubungan erat dengan fenomena penyerapan melalui daun.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tanggapan tanaman cabai dalam pertumbuhan dan produksi terhadap peningkatan dosis NPK ?

2. Bagaimana tanggapan tanaman cabai dalam pertumbuhan dan poduksi terhadap peningkatan konsentrasi pupuk daun ?

3. Bagaimana bentuk tanggapan tanaman cabai dalam pertumbuhan dan produksinya terhadap peningkatan dosis pupuk NPK pada pupuk daun ?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Mengetahui tanggapan tanaman cabai dalam pertumbuhan dan produksinya terhadap peningkatan dosis NPK.

2. Mengetahui tanggapan tanaman cabai dalam pertumbuhan dan produksinya terhadap peningkatan konsentrasi pupuk daun.


(9)

3. Mengetahui bentuk tanggapan tanaman cabai dalam pertumbuhan dan produksi terhadap peningkatan dosis pupuk NPK pada berbagai konsentrasi pupuk daun.

1.4Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teori terhadap pertanyaan yang dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut :

Tanaman membutuhkan sedikitnya 16 unsur hara penting untuk pertumbuhannya. Tiga unsur C, H, O dapat diperoleh bebas di udara dan air dalam bentuk CO2, O2,

H2O. Tiga belas unsur lainnya diserap dari tanah, meliputi enam unsur hara

makro (diperlukan dalam jumlah relatif banyak), yaitu N, P, K, Ca, Mg, S serta tujuh unsur hara mikro ( diperlukan dalam jumlah relatif sedikit), yaitu Fe, Mn, Cl, Cu, Zn, B, dan Mo. Unsur hara diserap secara terus- menerus dan digunakan tanaman, maka ketersediaan unsur hara di dalam tanah semakin lama akan semakin terkuras.

Menurut Hukum Libieg, tingkat produksi tanaman dipengaruhi oleh faktor yang paling minimum. Kekurangan unsur hara tertentu akan menjadi pembatas tanaman dalam berproduksi, sehingga diperlukan penambahan unsur hara berimbang, lengkap dan optimum melalui pemupukan (Hakim dkk., 1986).

Mekanisme serapan unsur hara ke dalam tanaman bervariasi. Menurut Lakitan (1995), unsur hara dapat diserap tanaman melalui akar dan daun dalam bentuk ion yang tersedia bagi tanaman. Unsur hara dapat diserap oleh tanaman jika unsur tersebut berada pada permukaan akar, dan pergerakkan unsur hara kepermukaan akar terjadi melalui tiga cara yaitu (1) intersepsi (penyerapan) akar, yaitu


(10)

7

akar yang bersentuhan langsung dengan hara maka semakin banyak hara yang dapat diserap, (2) aliran massa (mass flow), dalam hal ini air akan bergerak ke akar tanaman akibat transpirasi dan secara bersamaan akan terangkut ion – ion larut ke daerah perakaran, dan (3) difusi, mekanisme ini terjadi akibat selisih konsentrasi yang terjadi di sekitar akar.

Pemupukan sangat dibutuhkan untuk membantu mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pemupukan akan lebih efektif dan efisien jika diberikan dengan dua cara. Cara pertama yaitu, pupuk majemuk NPK unsur hara makro diberikan melalui tanah, sedangkan cara kedua untuk jenis pupuk yang banyak mengandung unsur hara mikro diberikan melalui daun dengan cara disemprotkan ke arah daun dan batang tanaman cabai hibrida. Pupuk yang dilarutkan didalam air akan lebih cepat dan lebih banyak terserap akar tanaman dibandingkan dengan pupuk yang diberikan dalam bentuk butiran (Tarigan dan Wiryanata, 2003).

Unsur hara seperti N,P,K masing-masing mempunyai fungsi bagi tanaman. Tiga unsur tersebut yang biasa diberikan sebagai pupuk, nitrogen memberikan

pengaruh yang paling cepat. Nitrogen merupakan unsur utama tanaman untuk pembentukan dan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar (Sutejo, 1999).

Nitrogen di serap tanaman dalam bentuk NO3- (nitrat) dan NH4+ (amonium) yang memungkinkan tanaman untuk membentuk berbagai senyawa nitrogen, terutama protein. Fungsi nitrogen untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman,

menyehatkan pertumbuhan daun, dan meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun – daunan (Salisbury dan Ross, 1995). Unsur nitrogen di dalam tanaman


(11)

sangat mobil, terdapat dalam jumlah yang lebih besar pada jaringan muda daripada jaringan tua, terutama terakumulasi pada daun dan biji (Hakim et al., 1986).

Pengaruh yang menguntungkan dari unsur fosfor yaitu dapat memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik, memacu pembungaan, dan pemasakan buah dan biji (Setyamidjaja, 1986). Menurut Indranada (1994) fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4- dan sebagian

kecil dalam bentuk HPO42- . Dalam pembentukan bunga dan buah, tanaman

menyerap unsur P sangat banyak. Fosfor sangat berperan aktif dalam mentransfer energi di dalam sel, juga berfungsi merubah karbohirat menjadi energi dan mengefisienkan kerja kloroplas.

Fosfor merupakan unsur hara yang mobil. Bila tanaman kekurangan fosfor, maka fosfor dalam jaringan tua diangkut ke bagian meristem yang sedang aktif. Gejala kekurangan ditunjukkan oleh tertahannya laju pertumbuhan, perakaran sedikit, warna daun menjadi hijau gelap, masa pemasakan buah atau biji terhambat, dan produksi menurun (Hakim dkk., 1986).

Kalium dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang bervariasi, namun jumlah ketersediaannya bagi tanaman biasanya kecil. Kalium diserap tanaman dalam bentuk K+. Apabila kalium tersedia dalam jumlah terbatas, maka gejala

kekurangan unsur segera tampak pada tanaman. Gejala kekurangan kalium pada tanaman dimulai dari helaian daun, mula – mula tepi daun berwarna kekuning – kuningan sampai jingga, kemudian coklat dan mengeriting. Kekurangan kalium


(12)

9

pada tanaman menyebabkan gejala kekeringan seperti terbakar, pertumbuhan terhambat, dan batang kurang kuat (Hakim dkk., 1986).

Kalium merupakan kation monovalen (K+) diserap oleh akar tanaman yang lebih besar jumlahnya daripada kation – kation lainnya. Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi

(Indranada, 1994).

Menurut Rinsema (1983) kalium memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap hasil dan kualitas tanaman.

1. Sifat – sifat positif kalium antara lain : a. Mendorong produksi karbohidrat.

b. Membantu pengisapan air oleh akar tanaman dan mencegah menguapnya air keluar dari daun.

c. Mempunyai peran penting dan pengangkutan karbohidrat di dalam tanaman. Kekurangan unsur ini dapat mengakibatkan berkumpulnya karbohidrat yang diproduksi melalui fotosintesis di dalam daun.

d. Mengurangi kepekaan tanaman terhadap hawa panas dan hawa dingin malam. e. Memperbaiki beberapa sifat kualitatif (rasa, warna, bau harum, tahan lama, dan

sebagainya) dari berbagai hasil tanaman.

2. Sifat – sifat negatif kekurangan kalium antara lain : a. Menurunkan bobot kering hasil tanaman

b. Menurunkan hasil karbohidrat.


(13)

Pemupukan melalui daun dapat diserap oleh tanaman melalui stomata secara difusi dan selanjutnya masuk ke dalam sel – sel kloroplast baik yang ada di dalam sel – sel penjaga, mesofil, maupun seludang pembuluh dan selanjutnya berperan dalam fotosintesis. Pemupukan melalui daun dapat mempercepat penyerapan hara oleh tanaman karena hara dapat langsung menembus stomata serta langsung masuk ke dalam sel tanaman sehingga dapat menetralisir kekahatan unsur hara secara cepat.

Keuntungan pemupukan melalui daun menurut Nurtika dan Hilman (1992) adalah dapat menghindari terjadinya kompetisi unsur hara, pencucian dan fiksasi dalam tanah. Unsur hara yang disemprotkan melalui daun dapat langsung diserap dan digunakan dalam proses sintesis senyawa organik yang terjadi dalam daun.

Pemberian pupuk melalui daun menurut Subhan (1990) merupakan penambahan dan penyempurnaan pemberian pupuk melalui akar atau tanah, terutama dalam keadaan tertentu, dimana daya serap akar terhadap unsur hara penting seperti nitrogen, fosfor, dan kalium akan berkurang karena terikat oleh partikel – partikel tanah.

Salah satu jenis pupuk daun yang berada di pasaran dan mengandung unsur – unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro adalah Plant

Catalyst 2006. Pupuk daun Plant Catalyst berbentuk tepung halus. Menurut

Putrasamedja (1991) pupuk daun yang berbentuk tepung halus pada waktu

dilarutkan akan mudah larut dan kehalusan dari pupuk ini akan lebih mudah diserap oleh permukaan daun.


(14)

11

1.5 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah. Unsur hara dalam pupuk NPK diberikan melalui akar tanaman dalam bentuk ion – ion yang terdapat di sekitar daerah perakaran. Unsur hara masuk ke dalam jaringan tanaman melalui akar rambut dari tanaman cabai yang dikelilingi oleh larutan tanah dan melakukan kontak dengan permukaan koloid tanah. Selanjutnya akar rambut tersebut mengabsorbsi unsur hara yang berada di sekitarnya.

Absorbsi unsur hara yang terjadi pada akar rambut disebabkan oleh adanya pergerakan unsur hara kepermukaan akar yang terjadi melalui sentuhan langsung dengan unsur hara, aliran massa, serta difusi. Setelah itu, dari rambut akar larutan hara menuju epidermis, korteks, endodermis, xylem, dan akhirnya sampai di daun. Pada daun inilah terjadi suatu proses metabolisme terpenting yaitu proses

fotosintesis.

Pengambilan unsur hara oleh tanaman dilakukan oleh akar dan daun. Unsur hara dalam pupuk daun yang diberikan pada daun masuk ke dalam jaringan tanaman melalui stomata. Setelah itu, unsur hara memasuki dinding sel ke sitoplasma. Stomata berfungsi untuk mengatur penguapan air dari tanaman sehingga aliran air dari akar dapat sampai ke daun. Suhu udara yang tinggi menyebabkan stomata akan menutup sehingga tanaman tidak akan mengalami kekeringan. Sebaliknya jika suhu udara tidak terlalu tinggi, stomata akan membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk ke dalam jaringan daun. Semakin terpenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman cabai, maka tanaman semakin mudah untuk


(15)

melakukan proses metabolisme. Meningkatnya kandungan unsur hara didalam tanaman maka senyawa organik yang disinteseis oleh tanaman akan berjalan dengan baik. Produk dari sintesis ini dimanfaatkan oleh tanaman dalam proses pembelahan, pembesaran, dan diferensiasi sel. Terjadi pertambahan ukuran dan jumlah sel menyebabkan tinggi tanaman akan semakin meningkat. Meningkatnya tinggi tanaman akan menghasilkan jumlah daun semakin lebih banyak, sehingga fotosintesis dan proses metabolisme lainnya meningkatnya asimilat juga akan memacu terjadinya kerontokan bunga. Dengan meningkatnya jumlah bunga dan pasokan asimilat, maka jumlah buah cabai yang dihasilkan akan semakin banyak.

Tanaman sangat membutuhkan kondisi internal dan eksternal yang kondusif bagi pertumbuhan. Pemilihan bibit unggul, lokasi tanam yang tepat, dan teknik

budidaya yang baik merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang optimal.

Setiap tanaman dalam proses pertumbuhan dan perkembangan biasanya selalu melewati tahap pertumbuhan vegetatif dan generatif. Unsur hara makro dan mikro dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan perkembangan generatifnya. Unsur hara makro terdiri dari nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), Ca, Mg, S, C, H, O. Semua unsur tersebut sebagian besar diperoleh dari dalam tanah. Pemberian pupuk yang mengandung hara makro dan mikro,

memungkinkan ketersediaan unsur hara yang diperlukan tanaman akan terpenuhi. Senyawa organik akan disintesis tanaman melalui proses fotosintesis dan

metabolisme yang meningkat sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman optimum.


(16)

13

Semakin terpenuhinya unsur hara pada tanaman, semakin mudah tanaman untuk melakukan proses metabolisme dengan baik. Dengan meningkatnya kandungan unsur hara di dalam tanaman sampai dengan batas tertentu, maka senyawa organik yang disintesis oleh tanaman akan semakin meningkat pula. Hasil sintesis ini antara lain dalam bentuk pati, protein dan lipid. Produk sintesis ini digunakan oleh tanaman dalam proses pembelahan, pembesaran, dan diferensiasi sel. Terjadinya penambahan ukuran akan menyebabkan tinggi tanaman dan jumlah daun meningkat, sehingga fotosintesis dan proses metabolisme lainnya meningkat.

Peranan Nitrogen (N) ialah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan khususnya batang, cabang , dan daun. Fungsi lain dari ialah membentuk protein, lemak, dan bernagai persenyawaan organik lainnya.

Peranan Fosfor (P) ialah untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Membantu asimilasi sekaligus mempercepat

pembungaan, pemasakan biji, dan buah. Fosfor juga berperan dalam metabolisme energi, karena keberadaannya dalam ATP, dan ADP.

Peranan Kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium juga berperan memperkuat tubuh tanaman, agar daun, bunga, dan buah, tidak mudah gugur dan juga sebagai sumber kekuatan bagi tanaman untuk menghadapi kekeringan dan penyakit.


(17)

1.6Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat dosis pupuk NPK yang terbaik dalam menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai.

2. Terdapat konsentrasi pupuk daun Plant Catalyst 2006 yang terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai.

3. Terdapat tanggapan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai terhadap konsentrasi pupuk daun Plant Catalyst 2006 dan dosis pupuk NPK yang berbeda.


(18)

15

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Cabai

Cabai merah (Capsicum annuum L.)yang digolongkan kedalam tanaman sayuran. Cabai merupakan tanaman perdu dari family terung – terungan (Solanaceae). Tanaman cabai merupakan tanaman yang berumur cukup lama hingga mencapai 6 bulan lebih. Cabai memiliki akar tunggang dan memiliki akar banyak akar lateral (Ashari, 1995).

Benih dan bibit yang baik merupakan salah satu syarat untuk meraih keberhasilan usaha tani cabai. Sehingga perlu diperhatikan oleh para petani cabai untuk memiliki cara yang tepat untuk dapat menghasilkan bibit atau benih yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit (AAK, 1976).

Cabai hibrida dihasilkan melalui proses persilangan dua induk tanaman yang terpilih sehingga turunannya F1 yang mempunyai sifat lebih unggul daraipada

kedua induknya. Keunggulan cabai hibrida adalah tingkat produksinya tinggi, daya penyesuaiannya terhadap berbagai keadaan lingkungan tumbuh cukup luas, memiliki ketahanan yang tinggi terhadapn penyakit tertentu, pertumbuhan tanaman seragam, dan kualitas hasilnya sesuai dengan selera konsumen.


(19)

Selain keunggulannya, cabai hibrida juga memiliki kelemahan antara lain : turunan berikutnya sering terjadi pemecahan sifat dan hasilnya cenderung menurun sehingga kurang baik bila diproduksi benihnya oleh petani (Rukmana, 1996).

Cabai merah keriting varietas TM 999 Cabai ini merupakan cabai jenis hibrida. Potensi hasil mencapai 14 ton/ha dan dapat dipanen pertama umur 80 – 85 hari setelah tanam (hst). Tinggi tanaman ± 65 cm, diameter buah ± 1,3 cm dan

panjang buah ± 12 cm. Bentuk buah bulat panjang ramping, kulit buah tidak rata, kadang-kadang melengkung. Ditanam di dataran rendah maupun tinggi, rata-rata per batang menghasilkan 800 - 1,2 kg/tanaman. Secara normal panen dapat dilakukan 12 - 20 kali (Sherly Piay dkk., 2010).

Cabai varietas TM-999 mempunyai pertumbuhan yang kuat dan arah

percabangannya ke samping, sehingga tinggi tanamannya lebih rendah dari cabai varietas Taro. Cabai varietas TM-999 sepintas tidak berbeda dengan cabai kriting lokal karena induk cabai kriting ini didatangkan dari Indonesia (Santika, 1999).

Keberadaan cabai hibrida saat ini makin diminati petani walaupun harga benihnya mahal dan membutuhkan modal (investasi) besar untuk membudidayakannya. Minat para petani terhadap jenis cabai hibrida adalah karena produksi dan harga jualnya lebih tinggi daripada cabai lokal sehingga dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi.

Semua varietas cabai hibrida memiliki sifat dan keunggulan tersendiri, antara lain mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tropis di Indonesia. Prospek pengembangan cabai hibrida ini makin cerah karena daya beli masyarakat makin


(20)

17

baik, terutama terhadap cabai yang memiliki kualitas yang baik. Varietas cabai yang bermutu rendah lambat laun tentu akan makin terdesak sehingga secara tidak langsung konsumen akan ikut mendorong pengembangan cabai varietas unggul dan bermutu (Setiadi, 2000).

2.2 Syarat Tumbuh dan Pemupukan

Menurut Prajnanta (2003) tanaman cabai memerlukan tanah yang bertekstur remah , gembur, tidak terlalu liat, serta kaya akan bahan organik. Tanah yang bertekstur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah diolah.

Tanaman cabai dapat tumbuh pada ketinggian antara 0 – 1800 m dpl. Suhu rata – rata untuk cabai besar antara 21-25oC, untuk fase pembungaan dibutuhkan suhu udara antara 18,3 – 26,7oC. Cabai termasuk tanaman tidak tahan kekeringan dan genangan air. Untuk mendukung pertumbuhan tanaman cabai maka air tanah harus dalam keadaan kapasitas lapang.

Tanaman cabai sangat responsif terhadap pemupukan , akan tetapi pemupukan harus dilakukan secara bertahap. Pupuk kimia yang dibutuhkan oleh tanaman cabai adalah pupuk yang mengandung unsur hara makro seperti N, P, K, Ca, Mg, S dan unsur hara mikro seperti Mn, Cu, Zn, Mo, Al (Wiryanta, 2002).

Menurut Sunarjono (1981), dalam Pardede (2005) pupuk organik mempunyai peranan penting karena dapat memperbaiki struktur tanah, kemampuannya untuk menahan air (water holding capacity) menjaga kelembaban tanah. Pemberian


(21)

pupuk anorganik secara terus menerus yang tidak disertai dengan pupuk organik dapat merusak struktur tanah.

2.3 Peranan Pupuk Majemuk NPK

Peranan pupuk menurut Sutrisno (1989) adalah untuk mensuplai hara – hara esensial ke dalam jaringan pertumbuhan tanaman untuk mempertahankan atau menaikkan level hasil produksi tanaman. Pupuk majemuk adalah istilah yang diberikan kepada pupuk yang mengandung dua atau lebih dari tiga hara utama (N, P,dan K) yang dibuat dengan reaksi kimia. Dalam pupuk majemuk, setiap partikel pupuk seragam sehingga tidak ada kemungkinan bahwa unsur hara yang dikandungnya memisah satu sama lain di dalam kantong selama mengalami pengangkutan, biasanya pupuk ini berbentuk butiran.

Menurut Sutejo (1999) penempatan pupuk yang benar dalam hubungannya dengan benih tanaman penting sekali untuk diperhatikan karena beberapa alasan, yaitu :

1. Untuk menjamin agar bibit yang masih muda bisa bekembang baik dan cepat. 2. Untuk menjamin agar selama pertumbuhannya tanaman memiliki tambahan

hara yang cukup.

3. Untuk mencegah terjadinya kerusakan bibit akibat bahaya garam, pembebasan amonia dan sebab – sebab lain.


(22)

19

Pemupukan umumnya diberikan pada tanaman menurut aturan atau cara, yaitu :

1. Broadcast, dimana pupuk diberikan secara merata pada permukan tanah

sebelum tanam atau diberikan pada tanaman maupun pada rumput yang sudah tumbuh.

2. Banded, dimana pupuk diberikan pada band-band dibawah di sisi atau di kedua

sisi tanaman atau benih.

3. Foliar, di mana suatu pupuk larut diberikan melalui permukaan daun.

Pupuk pada umumnya merupakan senyawa kimia yang mengalami reaksi – reaksi di dalam tanah, pupuk – pupuk tersebut akan memiliki pengaruh terhadap reaksi tanah (pH). Tanah dengan kandungan bahan organik maupun lempungnya rendah. Pengaruh dari sebagian bahan pupuk terhadap pH dan jumlah karbonat yang dibutuhkan untuk mengkoreksi perubahan tersebut (Lingga, 1999).

Menurut Nyakpa dkk., (1988) ada beberapa hal mengenai unsur hara makro dan mikro sebagai berikut :

Nitrogen (N)

Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dan dapat disediakan melalui pemupukan. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3-, dan terikat dalam bentuk NH4+. Dalam keadaan aerasi baik

senyawa-senyawa N akan diubah kedalam bentuk NO3-. Nitrogen yang tersedia

bagi tanaman dapat mempengaruhi pembentukan protein, dan disamping itu unsur ini juga merupakan bagian yang intgral dari klorofil. Menurut Gardner dkk. (1991), nitrogen merupakan unsur bahan penting penyusun asam amino, amida


(23)

nukleotida, dan nukleoprotein, serta esensial untuk pembelahan sel dan pembesaran sel terutama untuk pertumbuhan. Nitrogen bergerak dalam tubuh tanaman dan berpindah ke jaringan muda sehingga defisiensi pertama kali tampak pada daun – daun yang lebih tua.

Fosfor (P)

Fosfor terdapat di dalam setiap tanaman, walaupun jumlahnya tidak sebanyak N dan K. Unsur ini terutama diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat primer, H2PO4- kemudian dalam bentuk HPO4-. Penyerapan kedua macam bentuk

molekul ini oleh tanaman dipengaruhi oleh pH di sekitar perakaran. Pada pH yang lebih rendah akan meningkatkn absorbsi ion – ion H2PO4-, sedangkan pada

pH tinggi ion – ion HPO42- akan lebih banyak diserap tanaman. Fosfor yang

tersedia dalam jumlah cukup akan meningkatkan perkembangan perakaran.

Fosfat yang dapat larut diaplikasikan bersama NH4+, N di dalam larikan akan

merangsang perakaran. Fosfor yang diserap tanaman akan meningkat dengan jelas bila NO3- dipakai dibandingkan dengan NH4+. Di dalam tanaman P

merupakan unsur yang mobil, dan bilamana terjadi kekurangan unsur ini pada suatu tanaman, maka P pada jaringan – jaringan tua akan ditranslokasikan ke jaringan yang masih aktif. Apabila terjadi kekurangan unsur P akan menghambat pertumbuhan tanaman, dan gejalanya sulit diketahui sebagimana gejala – gejala yang terlihat pada tanaman – tanaman yang kekurangan unsur N dan K

(Sutrisno, 1989).


(24)

21

Kalium (K)

Unsur ini diserap tanaman dalam bentuk ion K+, dan dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi tanaman biasanya kecil. Kalium yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk garam - garam mudah larut seperti KCl, K2SO4, KNO3, dan K – Mg – SO4.

Kebutuhan tanaman akan unsur Kalium ini cukup tinggi.

Apabila K-tersedia dalam jumlah terbatas, maka gejala kekurangan unsur segera nampak pada tanaman. Kalium merupakan unsur mobil di dalam tanaman, dan segera akan ditranslokasikan ke jaringan mersitematik yang muda bilamana jumlahnya terbatas bagi tanaman. Dengan demikian gejala kekurangan unsur hara ini biasanya nampak pertama kali pada daun – daun bagian bawah dan bergerak terus ke bagian ujung tanaman.

Pemanfaatan NPK Mutiara memberikan beberapa keuntungan diantaranya,

kadungan haranya lebih lengkap, pengaplikasian nya lebih efisien dari segi tenaga kerja, sifatnya tidak terlalu higroskopis sehingga tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal. Pupuk ini baik digunakan sebagai pupuk awal maupun pupuk susulan saat tanaman memasuki fase vegetatif (Novizan, 2007), dalam (Santika, 2006).

2.4 Peranan Pupuk Daun (Unsur Hara Mikro)

Dalam pupuk pelengkap terdapat unsur hara mikro yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah sedikit, seperti :


(25)

Besi (Fe)

Fe dalam tanaman sekitar 80% terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan dalam perkembangan kloroplas. Penyerapan Fe lewat daun dianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Dengan demikian pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan efisien (Tim Plant Catalyst 2006).

Mangan (Mn)

Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein, dan karbohidrat. Berperan sebagai aktivator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus Krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas,ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Defisiensi unsur Mn antara lain pada tanaman berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua, pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda (Tim Plant Catalyst 2006).

Seng (Zn)

Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Ketersediaan Zn menurun dengan naiknya ph. Pengapuran yang berlebihan sering menyebabkan ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tinggi sering menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terutama pada tanah berkapur. Adapun gejala defisiensi Zn antara


(26)

23

lain : tanaman kerdil, ruas-ruas batang memendek, daun mengecil dan mengumpul

(resetting) dan klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanya

nekrosis (Tim Plant Catalyst 2006).

Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap dalam bentuk senyawa kompleks organik. Fungsi dan peranan Cu antara lain :

mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin. Adapun gejala defisiensi/kekurangan Cu antara lain : pembungaan dan pembuahan terganggu, warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun lemah, layu dan pucuk mongering serta batang dan tangkai daun lemah (Tim Plant Catalyst 2006).

Molibdenum (Mo)

Molibdenum diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan toksis relatif besar. Selain toksis bagi tanaman, juga berbahaya bagi hewan yang memakannya. Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase. Gejala yang timbul karena kekurangan Mo hampir menyerupai kekurangan N. Kekurangan Mo dapat menghambat

pertumbuhan tanaman, daun menjadi pucat dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo dimulai dari daun tengah dan daun bawah. Daun menjadi kering kelayuan, tepi daun menggulung dan daun umumnya sempit. Bila


(27)

defisiensi berat, maka lamina hanya terbentuk sedikit sehingga kelihatan tulang-tulang daun lebih dominan (Tim Plant Catalyst 2006).

Boron (B)

Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari. Gejala defisiensi hara mikro ini antara lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas rendah, buah yang sedang berkembang sngat rentan, mudah terserang penyakit (Tim Plant Catalyst 2006).

Klor (Cl)

Klor merupakan unsur yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman. Klor

berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain,untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting. Juga berperan dalam fotosistem II dari proses fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen. Adapun defisiensi klor adalah antara lain : pola percabangan akar abnormal, gejala wilting (daun lemah dan layu), warna keemasan (bronzing) pada daun, pada tanaman kol daun berbentuk mangkuk (Tim Plant Catalyst 2006).


(28)

25

Pupuk daun Plant Catalyst 2006

Pupuk daun Plant Catalyst 2006 adalah pupuk daun yang diformulasikan memiliki kandungan unsur hara (makanan tanaman) yang lengkap, baik unsur hara makro maupun mikro. Plant Catalyst 2006 juga berfungsi meningkatkan kemampuan tanaman menyerap unsur – unsur hara dari berbagai pupuk kandang, kompos, dan lain – lain oleh tanaman sehingga berproduksi tinggi (Buku

Panduan Produk Plant Catalyst, 2002).

Tabel 2. Kandungan unsur hara dalam pupuk daun Plant Catalyst 2006

Unsur Kandungan

Nitrogen 0,23 % (wt)

Phospor (P) 5,54 % (wt) Kalium (K) 0,88 % (wt) Calsium (Ca) < 0,05 ppm Magnesium (Mg) 25,92 ppm Belerang / Sulfur (S) 0,02 % (wt) Besi / Ferum (Fe) 36,45 ppm Chlor (Cl) 0,11 % (wt) Manganese (Mn) 2,37 ppm Tembaga / Copper (Cu) < 0,03 ppm Seng / Zinc (Zn) 11,5 ppm Boron (B) 0,25 % (wt) Molibdenum (Mo) 35,37 ppm Carbon (C) 6,47 % (wt) Cobalt (Co) 9,59 ppm Natrium (Na) 27,42 (wt)


(29)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pemberian pupuk majemuk NPK (16:16:16) takaran 15 g/tan memberikan hasil terbaik pada tinggi tanaman dan bobot rata-rata per buah relatif tidak berbeda dengan pemberian pupuk majemuk NPK 20 g/tan.

2. Pemberian pupuk pelengkap cair dosis 1 gr/tan memberikan hasil jumlah bunga rontok paling sedikit.

3. Terdapat interaksi pemberian dosis pupuk majemuk NPK (16:16:16) dan dosis pupuk daun terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai terhadap bobot kering tanaman yang konstan.

5.2 Saran

Sebaiknya penggunaan dosis pupuk ditingkatkan, karena pada penelitian takaran pupuk masih kurang sehingga hasil produksi tidak begitu baik. Penyiraman dengan sistem penggenangan belum efektif untuk penyiraman tanaman, perlu penyiraman pada lubang tanam karena penggunaan mulsa plastik tidak dapat menyerap air sehingga tanah pada bagian atas kering.


(30)

(31)

PENGARUH TAKARAN PUPUK MAJEMUK NPK (16:16:16) DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI

(Capsicum annuum L.)

Oleh

Della Susiyani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PETANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(32)

PENGARUH TAKARAN PUPUK MAJEMUK NPK (16:16:16) DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN PADA PERTUMBUHAN

DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.)

(Skripsi)

Oleh Della Susiyani

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(33)

(34)

i

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI ... i DAFTAR GAMBAR ... iii DAFTAR TABEL ... v I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang dan Masalah ... 1 1.2Perumusan Masalah ... 5 1.3Tujuan Penelitian ... 5 1.4Landasan Teori ... 6 1.5Kerangka Pemikiran ... 11 1.6Hipotesis ... 14

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 15 2.1Botani Tanaman Cabai ... 15 2.2Syarat Tumbuh dan Pemupukan ... 17 2.3Peranan Pupuk Majemuk NPK ... 18 2.4Peranan Pupuk Daun (Unsur Hara Mikro) ... 21

III.BAHAN DAN METODE ... 26 3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 26 3.2 Alat dan Bahan ... 26 3.3Metode Penelitian ... 27 3.4Pelaksanaan Penelitian ... 27 3.4.1 Pengolahan lahan ... 27 3.4.2 Pengapuran ... 28 3.4.3 Pemasangan mulsa ... 29


(35)

3.5Penyemaian benih cabai ... 30

3.6Pemeliharaan tanaman cabai ... 31

3.6.1 Pemupukan ... 31

3.6.2 Penyiraman Irigasi ... . 33

3.6.3 Pemasangan ajir ... 33

3.6.4 Pengendalian gulma ... 34

3.6.5 Pengendalian Hama dan Penyakit ... 34

3.7Variabel Pengamatan ... 35

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1Hasil Pengamatan ... 37

4.1.1 Tinggi tanaman ... 38

4.1.2 Tinggi percabangan awal ... 39

4.1.3 Jumlah tingkat percabngan ... 39

4.1.4 Jumlah buah segar ... 40

4.1.5 Bobot per buah ... 40

4.1.6 Jumlah bunga rontok ... 41

4.1.7 Jumlah buah rusak ... 43

4.1.8 Bobot buah per tanaman ... 43

4.1.9 Produksi buah per petak ... 43

4.1.10 Bobot kering tanaman ... 43

4.2 Pembahasan ... 45

V.KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 54

5.2Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(36)

Seiring doa dan syukur kehadirat Allah S.W. T

Ku persembahkan Karyaku ini untuk

Papa dan Mama, Kakakku Syerli dan adikku

tersayang Angga, Sahabat-sahabatku,

Seseorang yang kusayangi

Dan Almamater Tercinta.


(37)

Judul Skripsi :PENGARUH TAKARAN PUPUK MAJEMUK NPK (16:16:16) DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN PADA PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.)

Nama Mahasiswa : Della Susiyani Nomor Pokok Mahasiswa : 0714012004 Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

Menyetujui 1. Komisi Pembimbing

Ir. Kus Hendarto, M.S. Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc. NIP. 19570325 198403 1 001 NIP. 19610820 198603 1 002

1.Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. NIP. 19641118 198902 1 002


(38)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Kus Hendarto, M.S.

Sekretaris : Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc.

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Yohannes Ginting, M.P.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 19610826 198702 1 001


(39)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 11 Desember 1989, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak M. Sarwani dan Ibu Laily Chomisah. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak–kanak Handayani tahun 1995, SD Negeri 1 Beringin Raya Kemiling tahun 2001, SMP Negeri 14 Bandar Lampung tahun 2004, dan SMA Negeri 9 Bandar Lampung tahun 2007. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2007 melalui PKAB dan pada tahun 2008 di integrasikan pada Program Studi Agroteknologi.

Selama dibangku kuliah, penulis pernah mengikuti kegiatan Pesantren Cendekiawan Muslim dan TOP BDP (Training Organisasi Profesi) Budidaya Pertanian pada tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai anggota FOSI (Forum Studi Islam) Fakultas Pertanian. Pada tahun 2010 penulis pernah mengikuti Praktik Umum (PU) di Balai Benih Induk Hortikultura Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur.


(40)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Kushendarto, M.S selaku Pembimbing I atas segala yang telah diberikan.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc., selaku pembimbing II atas bimbingan dan pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Yohannes Ginting, M.P., selaku penguji bukan pembimbing atas saran dan koreksi selama penelitian dan penulisan skripsi ini.


(41)

Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Kedua orang tua penulis yang tersayang, Papa M.Sarwani dan Mama Laily Chomisah yang selalu memberikan doa, dukungan, dan sarana dan prasarana kepada penulis demi kesuksesan penulis.

8. Kakak ku Syerly Novianti, S.S. dan adikku M. Angga Tri Wiratama yang telah menjadi tempat kegembiraan dan mengeluh.

9. Dolly Saputra yang selalu menemani penulis dalam suka maupun duka dan terimakasih atas cinta dan kasih sayang, serta dukungan yang selalu diberikan kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di Universitas Lampung. 10.Teman teman seperjuangan di Hortikultura dan penelitian Lusia Yuli Hastiti,

Fadhlina Sosiowati, dan Wendi Saputri, Mas Poniran atas kerjasama dalam satu tujuan.

11. Teman –teman Hortikultura dan Agronomi ’07 yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala persahabatan, kebersamaan, kekeluargaan, serta bantuan selama penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.


(42)

(43)

4.2 Pembahasan

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan

memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

tanaman. Pemberian unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) pada tanaman sangat diperlukan karena unsur hara makro merupakan nutrient yang diperlukan dalam jumlah banyak yang berperan penting sebagai feed bagi tanaman.

Pemberian unsur hara pada tanaman sangat berpengaruh terhadap proses

fotosintesis yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai hibrida.

Pemberian pupuk majemuk NPK dapat meningkatkan tinggi tanaman, bobot per buah dan bobot kering tanaman. Hal ini disebabkan unsur N yang terkandung didalam pupuk berfungsi untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman agar tanaman dapat mensintesis asam amino dan protein serta menyusun klorofil (warna hijau), selain itu unsur P yang diberikan juga berfungsi untuk menstimulir pertumbuhan tinggi tanaman cabai. Pemberian pupuk majemuk NPK yang mengandung selain N, P, K juga mengandung unsur Mg dan Ca yang berfungsi dalam proses fisiologis tanaman yang berakibat pada peningkatan produksi yang dihasilkan yaitu bobot per buah. Unsur hara P dan Ca yang diberikan berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel, serta unsur K yang berperan dalam proses fotosintesis sehingga tanaman cabai dapat tumbuh subur yang berpengaruh pada bobot kering tanaman.


(44)

46

Pemberian pupuk NPK (16:16:16) dan pupuk daun belum berpengaruh dalam meningkatkan bobot buah per tanaman cabai berdasarkan dari variabel yang diamati, bahkan ada kecenderungan menurunkan pertumbuhan dan produksi buah cabai. Hal ini berkaitan dengan pengaruh dengan kondisi lingkungan di lahan penelitian yang kurang optimum yaitu kurangnya curah hujan (Tabel 41) dan adanya perbedaan suhu siang tinggi dan suhu malam rendah sehingga pemupukan menjadi tidak efektif.

Pada variabel vegetatif seperti tinggi tanaman, tinggi awal percabangan, jumlah tingkat cabang, dan bobot kering tanaman,hanya variabel pengamatan tinggi tanaman dan bobot kering tanaman saja yang mengalami pengaruh yang nyata terhadap pemupukan NPK (16:16:16). Sedangkan untuk variabel pengamatan tinggi cabang awal dan jumlah tingkat cabang tidak berpengaruh nyata. Hal ini disebabkan, pada fase pembentukan vegetatif dilakukan perompesan tunas air pada ketiak batang, hal itu mengakibatkan serapan hara yang masuk ke batang akan terus berkembang atau terjadinya dominansi apikal pada pucuk batang akan meningkatkan tinggi tanaman yang tentunya akan mempengaruhi tinggi

percabangan awal dan jumlah tingkat cabang. Faktor lain diakibatkan karena terganggunya fase awal pertumbuhan yang mengakibatkan produksi cabai merah menurun yang disebabkan oleh curah hujan yang rendah.

Hal ini juga terlihat pada pengamatan jumlah bunga rontok yang dihasilkan sedikit, tetapi hasil buah yang didapat pada variabel jumlah buah rusak/gugur meningkat. Pada pengamatan variabel generatif yaitu jumlah bunga rontok, bobot buah per tanaman, bobot buah per petak, jumlah buah per tanaman, jumlah buah


(45)

per petak, tanaman cabai tidak memberikan respon terhadap dosis pupuk NPK. Hal ini disebabkan karena proses fotosintesis yang kurang optimal yang

menyebabkan fotosintat yang ditranslokasikan kebagian bunga dan buah sedikit, sehingga bobot buah dan produksi cabai tidak merespon peningkatan dosis pupuk NPK yang diberikan.

Tanggapan terhadap pemberian pupuk daun Plant Catalyst 2006 ditunjukkan pada variabel jumlah bunga rontok. Pada hasil pengamatan tidak terlihat hasil

pengamatan jumlah bunga rontok yang signifikan. Hasil yang diperoleh

berdasarkan uji BNT pemupukan 2 g/tanaman menghasilkan jumlah bunga rontok pada tanaman cabai terbesar 1,78 bunga dan 1 g/tanaman tersedikit 1,58 bunga (Tabel 7). Bila hasil pengamatan jumlah bunga rontok sedikit, maka

pembentukan buah akan semakin banyak. Tetapi pada variabel jumlah buah rusak dan gugur didapatkan hasil yang relatif tinggi. Hal ini diakibatkan perubahan cuaca / suhu tinggi pada lokasi penelitian (Tabel 42). Buah cabai tidak siap menerima hamparan suhu yang terlalu tinggi, sehingga terjadi penguapan yang berlebihan sehingga buah cabai banyak yang gugur dan rusak. Hal tersebut berkitan dengan variabel jumlah buah segar yang dihasilkan juga akan sedikit / menurun karena banyak buah yang siap panen rusak atau gugur pada saat pembentukan buah. Hal ini tentu akan berpengaruh pada produksi buah yang tentu hasilnya menurun.

Menurut Prajnanta (1999) suhu yang relatif tinggi dan udara yang kering disertai pengairan yang kurang akan menghambat suplai unsur hara dan menyebabkan transpirasi meningkat sehingga bunga dan buah banyak yang rontok serta buah yang terbentuk kecil – kecil. Pada waktu matahari terbit, stomata membuka


(46)

48

karena meningkatnya pencahayaan dan cahaya menaikkan suhu pada daun, sehingga air menguap lebih cepat. Naiknya suhu udara mampu membawa lebih banyak kelembaban, maka transpirasi meningkat.

Hasil penelitian tidak menunjukkan adanya ketergantungan antara peningkatan konsentrasi pemberian pupuk daun (Plant Catalyst 2006). Hal ini diduga karena unsur hara yang terkandung dalam pupuk daun tidak dapat diserap oleh tanaman secara optimum akibat tingginya suhu pada saat penelitian berlangsung pada bulan juli sampai Agustus, yang menyebabkan stomata tidak membuka sempurna. Selain itu, dikhawatirkan karena kandungan Ca dalam kandungan pupuk daun ini memiliki kandungan Ca yang rendah. Kegunaan Ca pada tanaman adalah berperan langsung dalam aktivitas meristem terutama pada bagian akar, dan mengatur pembelahan sel didalamnya. Daun memiliki stomata yang

berfungsi untuk mengatur penguapan air pada tanaman, peran Fe dalam tanaman berperan dalam proses pembentukan klorofil. Saat suhu udara terlalu tinggi, stomata akan menutup. Selain itu, faktor pencahayaan juga mempengaruhi stomata membuka. Cahaya berperan langsung terhadap pembukaan stomata (Salisbury dan Ross, 1995).

Pertumbuhan dan produksi tanaman memerlukan pupuk majemuk lengkap dan unsur hara mikro yang masing-masing berfungsi pada proses penyerapan hara dan proses fotosintesis, sehingga pemberian pupuk daun mampu mengoptimalkan tanaman dalam menyerap hara dari pupuk-pupuk utama.

Pupuk daun diberikan pada tanaman dengan cara disemprotkan pada tanaman terutama pada bagian daun. Unsur hara dalam bentuk larutan yang diberikan


(47)

melalui daun akan masuk ke dalam tanaman melalui stomata. Pada saat stomata membuka dan gas CO2 dapat masuk melalui stomata. Pada saat yang bersamaan

dengan masuknya CO2, larutan pupuk daun disemprotkan pada bagian daun

sehingga larutan bisa masuk melalui stomata. Selanjutnya bahan terlarut dan molekul organik yang terbentuk dalam proses fotosintesis akan dipindahkan atau ditranslokasikan melalui floem (jaringan pengangkut).

Penutupan stomata tidak hanya mempengaruhi tingkat serapan haran dari pupuk daun yang diberikan melalui daun, tetapi juga mempengaruhi tingkat penyerapan CO2 yang berfungsi sebagai substrat fotosintesis bagi tanaman yang menyebabkan

rendahnya laju fotosintesis tanaman cabai, sehingga tanggapan tanaman cabai terhadap unsur hara baik yang diberikan melalui akar dan daun rendah. Oleh karena itu berapapun unsur hara yang ditambahkan untuk tanaman tidak mampu direspon dengan baik oleh tanaman.

Cuaca ekstrem (suhu tinggi/ curah hujan rendah) sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil produksi tanaman. Suhu tinggi dapat mengakibatkan bobot buah menurun, karena terjadi penguapan (transpirasi) pada buah cabai yang siap dipanen,keluarnya air dalam bentuk uap melalui permukaan tumbuhan terutama bagian stomata. Proses transpirasi ini berlangsung selama tumbuhan atau tanaman masih dapat hidup sehingga kadar air yang terkandung dalam buah cabai akan menguap dan mengakibatkan bobot buah menyusut. Dalam hal ini juga akan berpengaruh pada bobot buah pertanaman akan didapatkan hasil yang juga

menurun, begitu pula dengan produksi. Hasil penelitian bahwa bobot buah cabai per tanaman diperoleh rata – rata sebanyak 333 g/tanaman. Hasil bobot per


(48)

50

tanaman masih jauh bila dibandingkan dengan pernyataan Prajnanta (1999) bahwa hasil produksi cabai varietas hibrida (TM 999) mencapai 800 – 1,2 kg/tanaman. Untuk keseluruhan didapatkan sebanyak kurang lebih 60 kg dari panen 1 sampai panen ke 11. Hasil yang di dapat seharusnya bisa lebih baik sehingga

menghasilkan jumlah produksi yang maksimum dan dapat memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Hal ini diduga translokasi fotosintat ke bagian tanaman rendah. Suhu yang dibutuhkan tanaman cabai adalah 18 – 28oC, jika suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan bunga dan buah rontok karena terjadi penguapan. Tingginya intensitas cahaya dan suhu yang tinggi tidak

menguntungkan bagi tanaman, karena menurut Lakitan (2000) efisiensi

fotosintesis maksimum tercapai pada intensitas cahaya yang rendah, tidak pada intensitas cahaya matahari penuh dan hari panjang, dimana hasil tanaman tertinggi dicapai.

Produksi cabai sangat dipengaruhi oleh pemupukan, selain itu interaksi antara pertumbuhan tanaman dengan kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi produksi cabai. Tanaman menghendaki tanah gembur, drainase baik, penyinaran cukup, kemasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,8. Jika pH di bawah 5,5 atau diatas 6,8 hanya akan menghasilkan produksi buah yang sedikit. Serta membutuhkan curah hujan 600 – 1.200 mm/tahun. Suhu untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 21oC – 27oC, dan untuk pembentukan buah memerlukan suhu kisaran 16oC – 23OC. Dengan membandingkan hasil analisis tanah (Tabel 40) dan kelas

kesesuaian lahan (Tabel 43) untuk tanaman cabai, menunjukkan tingkat kemasaman tanah (pH) penelitian 7,5 – 8,5 cukup sesuai dengan pH yang


(49)

dibutuhkan untuk tanaman tomat antara 6,0-7,6 serta C-organik tanah sebesar 1,29 % sesuai dengan C-organik yang dibutuhkan untuk tanaman cabai yaitu > 0,8 %.

Rendahnya respon tanaman cabai dalam percobaan terhadap pemberian pupuk NPK dan Pupuk daun kemungkinan disebabkan oleh kondisi tanah yang kekurangan air. Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari PTPN VII (Persero) Unit Usaha Way Berulu, pada bulan Juli sampai September 2011 merupakan bulan kering dimana curah hujan sangat rendah. Curah hujan yang sangat rendah tidak sesuai dengan curah hujan yang dibutuhkan tanaman cabai pada masa pertumbuhan berdasarkan petunjuk teknis Djaenudin dkk., (2003). Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 600—1200 mm/tahun. Data curah hujan dan bulan kering selengkapnya tertera pada Tabel 41. Menurut Nyakpa dkk., (1988) pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada ketersediaan air di dalam tanah. Air dibutuhkan tanamanan untuk menjaga hidrasi protoplasma, mengangkut makanan dan unsur mineral, dan mempengaruhi

serapan unsur hara oleh akar tanaman. Penelitian ini dilakukan pada musim kemarau sehingga curah hujan sangat rendah, untuk itu diperlukan pengairan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Pada penelitian ini, pemberian air pada tanaman dilakukan dengan merendam bedengan menggunakan air irigasi yang dialirkan melalui parit-parit antarbedengan 2 kali dalam seminggu. Pengairan yang dilakukan 2 kali dalam seminggu nyatanya belum cukup efektif dilakukan saat musim kemarau. Air yang diberikan tidak mampu mencapai lapisan tanah tempat jangkauan akar tanaman. Hal ini terlihat dari tanah yang terlihat kering pada bagian tengah petak percobaan saat dilakukan penggulungan mulsa plastik, untuk itu perlu penambahan frekuensi pengairan dan dilakukan penyiraman


(50)

52

tambahan dengan menggunakan ember yang disiramkan pada lubang tanaman agar air yang diberikan mampu mencapai lapisan tanah tempat jangkauan akar sehingga unsur hara di dalam tanah dapat dengan mudah diserap oleh akar tanaman dan ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman.

Terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan tanaman cabai tidak dapat berproduksi secara optimal diantaranya hama penyakit yang menyerang tanaman, dan iklim pada saat penelitian berlangsung sedang memasuki musim kemarau, sehingga tanaman tidak berproduksi dengan baik.. Untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai, dilakukan pengendalian dengan menyemprot pestisida pada tanaman yang diserang. Hama yang menyerang tanaman cabai pada penelitian, yaitu ulat tanah (Agrotis sp.) Serangan hama ini menyerang pangkal batang muda, daun, dan buah. Selain itu, penyakit yang menyerang tanaman cabai adalah virus kuning dan keritung pada bagian daun muda dan tua. Daun dan bakal bunga pada pucuk tanaman cabai sering sekali terlihat mengeriting sehingga pertumbuhan tanaman terhambat (Gambar 10 dan 11). Gejala ini disebabkan oleh serangan hama trip atau tungau.


(51)


(52)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul

Pengaruh Tkaran Pupuk Majemuk NPK (16:16:16) dan Konsentrasi Pupuk

Daun pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) ”

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S. selaku Pembimbing I, atas saran, motivasi, dan bimbingan yang telah diberikan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai;

2. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc. selaku Pembimbing II, atas bimbingan, motivasi, saran, dan nasihat selama penelitian dan penulisan skripsi;

3. Bapak Ir. Yohannes Ginting, M.P. selaku Penguji, atas saran dan bimbingan yang diberikan dalam penulisan skripsi;

4. Bapak Dr. Ir. Darwin Pangaribuan, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik, atas nasihat dan pengarahan yang diberikan;


(53)

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

7. Kedua Orangtuaku Papa dan Mama tercinta, Kakakku Syerli dan Adikku Angga tersayang keluarga yang selalu mendoakan kelancaran dan kesuksesan penulis, memberi semangat, dukungan moral dan materil, serta kasih sayang kepada penulis;

8. Dolly Saputra yang telah setia mendampingi baik suka maupun duka dan senantiasa memberi perhatian, semangat serta motivasi yang telah diberikan kepada penulis;

9. Teman- teman seperjuangan selama penelitian Lusia Hastiti, Wendy Saputri, S.P., Fadlina S., S.P., dan Poniran atas persahabatan serta kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian;

10. Akhmad Komarudin, S.P., Susiwi Hayartina, S.P., Prita Wulansari, S.P., Fitri Mayasari, S.P., Ratih Rahutami, S.P., Ambar Maharai, S.P., Ridho Hardiyan, Andi Triyanto, Khusnul Khotimah, S.P., Purdiyana, S.P., Agustina Budi Astri, S.P., Yunita Ayu S., Rahmi Nuryanti, Icha Mareta, Enggalih Melatri, Hasyatun Yulia, Eka Permata Sari, Mitra Suri, Adhe Pravita, Dian Wahyu K., Nelly Merina, atas dukungan, kerjasama, bantuan, semangat dan motivasi yang telah diberikan diberikan kepada penulis;


(54)

11. Keluarga Hortikultura 2005, 2006, 2007 terimakasih telah berbagi cerita dan pengalaman kepada penulis.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat atas bantuan yang telah mereka berikan kepada penulis dan semoga hasil penelitian bermanfaat.

Bandar Lampung, Februari 2012

Penulis,


(1)

51

dibutuhkan untuk tanaman tomat antara 6,0-7,6 serta C-organik tanah sebesar 1,29 % sesuai dengan C-organik yang dibutuhkan untuk tanaman cabai yaitu > 0,8 %.

Rendahnya respon tanaman cabai dalam percobaan terhadap pemberian pupuk NPK dan Pupuk daun kemungkinan disebabkan oleh kondisi tanah yang kekurangan air. Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari PTPN VII (Persero) Unit Usaha Way Berulu, pada bulan Juli sampai September 2011 merupakan bulan kering dimana curah hujan sangat rendah. Curah hujan yang sangat rendah tidak sesuai dengan curah hujan yang dibutuhkan tanaman cabai pada masa pertumbuhan berdasarkan petunjuk teknis Djaenudin dkk., (2003). Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 600—1200 mm/tahun. Data curah hujan dan bulan kering selengkapnya tertera pada Tabel 41. Menurut Nyakpa dkk., (1988) pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada ketersediaan air di dalam tanah. Air dibutuhkan tanamanan untuk menjaga hidrasi protoplasma, mengangkut makanan dan unsur mineral, dan mempengaruhi

serapan unsur hara oleh akar tanaman. Penelitian ini dilakukan pada musim kemarau sehingga curah hujan sangat rendah, untuk itu diperlukan pengairan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Pada penelitian ini, pemberian air pada tanaman dilakukan dengan merendam bedengan menggunakan air irigasi yang dialirkan melalui parit-parit antarbedengan 2 kali dalam seminggu. Pengairan yang dilakukan 2 kali dalam seminggu nyatanya belum cukup efektif dilakukan saat musim kemarau. Air yang diberikan tidak mampu mencapai lapisan tanah tempat jangkauan akar tanaman. Hal ini terlihat dari tanah yang terlihat kering pada bagian tengah petak percobaan saat dilakukan penggulungan mulsa plastik, untuk itu perlu penambahan frekuensi pengairan dan dilakukan penyiraman


(2)

tambahan dengan menggunakan ember yang disiramkan pada lubang tanaman agar air yang diberikan mampu mencapai lapisan tanah tempat jangkauan akar sehingga unsur hara di dalam tanah dapat dengan mudah diserap oleh akar tanaman dan ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman.

Terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan tanaman cabai tidak dapat berproduksi secara optimal diantaranya hama penyakit yang menyerang tanaman, dan iklim pada saat penelitian berlangsung sedang memasuki musim kemarau, sehingga tanaman tidak berproduksi dengan baik.. Untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai, dilakukan pengendalian dengan menyemprot pestisida pada tanaman yang diserang. Hama yang menyerang tanaman cabai pada penelitian, yaitu ulat tanah (Agrotis sp.) Serangan hama ini menyerang pangkal batang muda, daun, dan buah. Selain itu, penyakit yang menyerang tanaman cabai adalah virus kuning dan keritung pada bagian daun muda dan tua. Daun dan bakal bunga pada pucuk tanaman cabai sering sekali terlihat mengeriting sehingga pertumbuhan tanaman terhambat (Gambar 10 dan 11). Gejala ini disebabkan oleh serangan hama trip atau tungau.


(3)

53


(4)

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tkaran Pupuk Majemuk NPK (16:16:16) dan Konsentrasi Pupuk Daun pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) ” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di

Universitas Lampung.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S. selaku Pembimbing I, atas saran, motivasi, dan bimbingan yang telah diberikan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai;

2. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc. selaku Pembimbing II, atas bimbingan, motivasi, saran, dan nasihat selama penelitian dan penulisan skripsi;

3. Bapak Ir. Yohannes Ginting, M.P. selaku Penguji, atas saran dan bimbingan yang diberikan dalam penulisan skripsi;

4. Bapak Dr. Ir. Darwin Pangaribuan, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik, atas nasihat dan pengarahan yang diberikan;


(5)

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

7. Kedua Orangtuaku Papa dan Mama tercinta, Kakakku Syerli dan Adikku Angga tersayang keluarga yang selalu mendoakan kelancaran dan kesuksesan penulis, memberi semangat, dukungan moral dan materil, serta kasih sayang kepada penulis;

8. Dolly Saputra yang telah setia mendampingi baik suka maupun duka dan senantiasa memberi perhatian, semangat serta motivasi yang telah diberikan kepada penulis;

9. Teman- teman seperjuangan selama penelitian Lusia Hastiti, Wendy Saputri, S.P., Fadlina S., S.P., dan Poniran atas persahabatan serta kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian;

10. Akhmad Komarudin, S.P., Susiwi Hayartina, S.P., Prita Wulansari, S.P., Fitri Mayasari, S.P., Ratih Rahutami, S.P., Ambar Maharai, S.P., Ridho Hardiyan, Andi Triyanto, Khusnul Khotimah, S.P., Purdiyana, S.P., Agustina Budi Astri, S.P., Yunita Ayu S., Rahmi Nuryanti, Icha Mareta, Enggalih Melatri, Hasyatun Yulia, Eka Permata Sari, Mitra Suri, Adhe Pravita, Dian Wahyu K., Nelly Merina, atas dukungan, kerjasama, bantuan, semangat dan motivasi yang telah diberikan diberikan kepada penulis;


(6)

pengalaman kepada penulis.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat atas bantuan yang telah mereka berikan kepada penulis dan semoga hasil penelitian bermanfaat.

Bandar Lampung, Februari 2012

Penulis,