PENGARUH TAKARAN BAHAN ORGANIK (KOMPOS DAUN) DAN TAKARAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

(1)

PENGARUH TAKARAN BAHAN ORGANIK (KOMPOS DAUN) DAN TAKARAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

(Skripsi)

Oleh Lusia Yuli Hastiti

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF ORGANIC MATTER (LEAF COMPOST) DOSAGES AND NPK (16:16:16) FERTILIZER DOSAGES FOR THE GROWTH AND

PRODUCTION OF RED PEPPER (Capsicum annuum L.)

By

Lusia Yuli Hastiti

Red pepper (Capsicum annuum L.) is the vegetables that have bright prospects to developed. A good cultivation techniques are required to achieve a high production of red pepper. This could be done through the application of organic and inorganic fertilizer with the proper dosages. The objectives of study were to: (1) Know the dosage of organic matter (leaf compost) that produce good growth and production red pepper, (2) Know the dosage of NPK (16:16:16) fertilizer that produce good growth and production red pepper, and (3) Know the best dosage combination of organic matter (leaf compost) and NPK (16:16:16) fertilizer for the growth and production of red pepper.

The research was conducted in the Sukabanjar Village Gedong Tataan District

Pesawaran Regency in March until September 2011. The treatments were arranged in a factorial (5x3) in a randomized block design (RGD) with three replications. The first factor was a measure of organic material consisting of 0 kg / plant (bo), 0.5 kg / plant (b1); 1.0 kg / plant (b2), 1.5 kg / plant (b3); 2.0 kg / plant (b4). The second factor

was the NPK (16:16:16) fertilizer consisting of 5 g / plant (n1); NPK (16:16:16)

fertilizer 10 g / plant (n2); NPK (16:16:16) fertilizer 15 g / plant (n3). Both treatments

were combined, so there were 15 combinations of treatments in each replication. Once the data were collected, the data homogenity was implemented to test the Bartlett test, while additivity of data were tested with Tukey test. Then, data were subjected to analysis of variance, and the difference between mean value of the treatment performed using the Smallest Real Differences test (LSD) at level α 5%.


(3)

The results showed: (1) The organic matter (leaf compost) with doses ranging from 0.5 kg/plant─2, 0 kg / plant could increase the branche height at early growth,

although increasing the number of damaged fruit of red pepper, (2) The application of NPK (16:16:16) fertilizer at the rate of 15 g / plant could increase the height of red pepper plants, and (3) The effect of interaction between organic matter (leaf compost) and NPK (16:16:16) fertilizer on growth and production of red pepper was not

significant.

Key words: Capsicum annuum L., fertilization, organic, inorganic, leaf compost, NPK fertilizer


(4)

ABSTRAK

PENGARUH TAKARAN BAHAN ORGANIK (KOMPOS DAUN) DAN TAKARAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

Oleh Lusia Yuli Hastiti

Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Untuk mencapai produksi cabai merah yang tinggi diperlukan teknik budidaya yang baik. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan pemupukan organik dan anorganik dengan takaran yang tepat agar

pertumbuhan dan produksi dapat maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk, (1) Mengetahui takaran bahan organik (kompos daun) yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang baik untuk tanaman cabai merah, (2) Mengetahui takaran pupuk NPK (16:16:16) yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang baik untuk tanaman cabai merah, dan (3) Mengetahui kombinasi terbaik takaran bahan organik (kompos daun) dan takaran pupuk NPK (16:16:16) untuk pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Kabupaten Pesawaran pada bulan Maret sampai September 2011. Perlakuan disusun secara faktorial (5x3) dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah bahan organik dengan takaran 0 kg/tanaman (bo); 0,5

kg/tanaman (b1); 1,0 kg/tanaman (b2); 1,5 kg/tanaman (b3); 2,0 kg/tanaman (b4).

Faktor kedua adalah pupuk NPK (16:16:16) dengan takaran 5 g/tanaman (n1); pupuk

NPK (16:16:16) 10 g/tanaman (n2); pupuk NPK (16:16:16)15 g/tanaman (n3).

Kedua perlakuan dikombinasikan, sehingga terdapat 15 kombinasi perlakuan dalam setiap ulangan. Setelah data terkumpul, homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan uji Barlett dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Data diolah dengan analisis ragam dan pemisahan nilai tengah dilakukan dengan menggunakan uji Beda


(5)

Hasil penelitian menunjukkan; (1) Bahan organik (kompos daun) dengan takaran

0,5 kg/tanaman−2,0 kg/tanaman dapat meningkatkan tinggi cabang awal, tetapi memperbanyak jumlah buah rusak pada tanaman cabai merah, (2) Pupuk NPK (16:16:16) dengan takaran 15 g/tanaman dapat meningkatkan tinggi pada tanaman cabai merah, dan (3) Pengaruh interaksi antara bahan organik (kompos daun) dan pupuk NPK (16:16:16) tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah.

Kata kunci : Capsicum annuum L., pemupukan, organik, anorganik, kompos daun, pupuk NPK


(6)

PENGARUH TAKARAN BAHAN ORGANIK (KOMPOS DAUN) DAN TAKARAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

Oleh

Lusia Yuli Hastiti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(7)

Judul Skripsi : PENGARUH TAKARAN BAHAN ORGANIK (KOMPOS DAUN) DAN TAKARAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Nama Mahasiswa : Lusia Yuli Hastiti

Nomor Pokok Mahasiswa : 0714012011 Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1.Komisi Pembimbing

Ir. Kus Hendarto, M.S. Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc. NIP 19570325 198403 1 001 NIP 19610101 198503 1 003

2.Ketua Program Studi Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. NIP 19641118 198902 1 002


(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Kus Hendarto, M.S.

Sekretaris : Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc. Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Darwin H. Pangaribuan, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Girimulyo, Kecamatan Marga Sekampung, Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 8 Juli 1989. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan bapak Stephanus Sarjono dan ibu Maria Sukini.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 3 Batu Badak pada tahun 2001; Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun 2004; dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi

Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Pada tahun 2008 penulis diintegrasikan menjadi mahasiswa Program Studi Agroteknologi yang merupakan penggabungan dari empat Program Studi, yaitu: Agronomi, Hortikultura, Proteksi Tanaman, dan Ilmu Tanah.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif menjadi anggota sebuah organisasi sosial di luar kampus. Pada tahun 2010, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama dua bulan di Desa Kedaung, Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan.


(10)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur kepada

Tuhan Yesus Kristus

Penulis ingin mempersembahkan

Karya kecil ini

Sebagai ungkapan rasa cinta kasih, hormat dan sayangku kepada:

Bapak, Mamak, Yu Endah, Mas Adi, Yu Woro, dan Seluruh keluarga besar

yang selalu ada di hatiku dan setia menunggu keberhasilanku

Serta almamaterku tercinta


(11)

Agar kita bisa melayani dan membantu dengan baik, kita harus

menambahkan sesuatu yang tidak mungkin dibandingkan atau

dibeli dengan uang. Itu adalah ketulusan (Anonymous)

Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih! (1 Korintus 16:14)

Karena Tuhan lebih memperhatikan kasih yang kita curahkan

untuk melakukan pekerjaan kita daripada pentingnya pekerjaan

kita

Pemenang kehidupan adalah orang yang tetap sejuk di tempat yang

panas, yang tetap manis di tempat yang begitu pahit, yang tetap

merasa kecil meskipun telah menjadi besar, yang tetap menang di

tengah badai hebat, dan yang tetap mengandalkan Tuhan dalam

segala perkara (Filipi 4:13)


(12)

SANWANCANA

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah memberikan berkat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai syarat mencapai gelar sarjana.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S., selaku Pembimbing I atas segala ide, pengarahan, bimbingan, motivasi, perhatian serta pengertian yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi hingga selesai;

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc., selaku Pembimbing II atas segala saran, motivasi, pengarahan, bimbingan dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini;

3. Bapak Dr. Ir. Darwin H. Pangaribuan, M.Sc, selaku Dosen Penguji dan

Pembimbing Akademik atas saran, kritik, bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis;

4. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;


(13)

6. Bapak dan Mamak yang tak pernah berhenti menyayangi dan mendoakan penulis, ketiga kakakku Yu Endah Sarwosih, Mas Aditya Karyadi, dan Yu Woro Utami yang selalu memberikan dukungan dan menyayangi penulis;

7. Teman-teman seperjuangan penulis dalam penelitian Della Susiyani, S.P., Fadhlina Sosiawati, S.P., Wendi Saputri, S.P., dan Mas Poniran atas segala persahabatan dan kerjasama yang telah kita jalani;

8. Teman-teman yang telah membantu penulis dalam penelitian Dolly Saputra, Davit Christian, Ridho Hardiyan, Fitri Mayasari, S.P., Prita Wulansari, S.P., Hasyiatun Yulia K., Icha Maretha, Eka Permatasari, S.P., Agustina Budi Astri, S.P., Ayu Septika, S.P., Khusnul Khotimah, S.P., Purdiyana, S.P., dan Kristina Hayu atas segala kerjasama dan bantuan kepada penulis;

9. Teman-teman Hortikultura dan Agronomi 2006─2007 atas cerita indah, persahabatan, dan kebersamaan yang berkesan selama perkuliahan;

10. Saudara Tri Edi P., atas segala persahabatan, dukungan, motivasi dan semangat yang diberikan secara tidak langsung kepada penulis melalui kata-kata bijaknya; 11. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membaca dan penulis berharap semoga Tuhan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bandar Lampung, Maret 2012


(14)

(15)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DARTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 5

1.3 Landasan Teori ... 6

1.4 Kerangka Pemikiran ... 10

1.5 Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai ... 13

2.2Pemupukan ... 16

2.3Kompos ... 16

2.4Pupuk Majemuk NPK ... 18

2.5 Peran N, P, dan K ... 19

III. BAHAN DAN METODE ... 21

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.2Bahan dan Alat ... 21

3.3Metode Penelitian ... 21

3.4 Pelaksanaan Penelitian... 25

3.4.1 Persemaian ... 25

3.4.2 Pengolahan Tanah ... 26

3.4.3 Pembuatan Kompos ... 27

3.4.4 Penanaman ... 28

3.4.5 Pemeliharaan Tanaman ... 28


(16)

ii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Hasil Penelitian ... 33

4.1.1 Tinggi Tanaman ... 34

4.1.2 Tinggi Percabangan Awal Tanaman ... 35

4.1.3 Jumlah Tingkat Cabang ... 36

4.1.4 Jumlah Bunga Gugur ... 36

4.1.5 Jumlah Buah Rusak ... 36

4.1.6 Jumlah Buah Segar per Tanaman ... 37

4.1.7 Bobot per Buah ... 38

4.1.8 Bobot Buah per Tanaman ... 38

4.1.9 Produksi Buah per Petak ... 39

4.1.10 Hama dan Penyakit pada Tanaman Cabai Merah ... 39

4.2 Pembahasan ... 40

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

5.1 Kesimpulan... 50

5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN


(17)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produksi Cabai Merah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Lampung ... 2 2. Rekapitulasi hasil analisis ragam untuk pengaruh takaran bahan

organik (kompos daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah ... 33 3. Pengaruh takaran pupuk NPK (16:16:16) terhadap tinggi

tanaman cabai merah ... 34 4. Pengaruh takaran bahan organik (kompos daun) terhadap tinggi

percabangan awal tanaman cabai merah ... 35 5. Pengaruh takaran bahan organik (kompos daun) terhadap jumlah buah

rusak (buah) per tanaman cabai merah ... 37 6. Hasil pengamatan pengaruh takaran bahan organik (kompos daun) dan

pupuk NPK (16:16:16) terhadap tinggi tanaman cabai merah (cm) ... 54 7. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh takaran bahan organik

(kompos daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap tinggi tanaman

cabai merah ... 55 8. Analisis ragam untuk pengaruh takaran bahan organik (kompos daun)

dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap tinggi tanaman cabai merah ... 56 9. Hasil pengamatan pengaruh takaran bahan organik (kompos daun) dan

pupuk NPK (16:16:16) terhadap tinggi cabang awal tanaman cabai

merah (cm) ... 57 10. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh takaran bahan organik (kompos

daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap tinggi cabang awal

tanaman cabai merah ... 58

11. Analisis ragam untuk pengaruh takaran bahan organik (kompos daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap tinggi cabang awal


(18)

iv

12. Hasil pengamatan pengaruh takaran bahan organik (kompos daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap jumlah tingkat

percabangan tanaman cabai merah (cabang/tanaman) ... 60 13. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh takaran bahan organik

(kompos daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap tingkat

percabangan tanaman cabai merah ... 61 14. Analisis ragam untuk pengaruh takaran bahan organik (kompos

daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap tingkat percabangan

tanaman cabai merah ... 62 15. Hasil pengamatan pengaruh takaran bahan organik (kompos daun)

dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap jumlah bunga gugur cabai

merah (bunga/tanaman) ... 63 16. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh takaran bahan organik

(kompos daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap jumlah bunga

gugur cabai merah ... 64 17. Analisis ragam untuk pengaruh takaran bahan organik (kompos

daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap jumlah bunga gugur

cabai merah ... 65 18. Hasil pengamatan pengaruh takaran bahan organik (kompos daun)

dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap jumlah buah rusak cabai merah .... 66 19. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh takaran bahan organik

(kompos daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap jumlah

buah rusak cabai merah (buah/tanaman) ... 67 20. Analisis ragam untuk pengaruh takaran bahan organik (kompos

daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap jumlah buah rusak

cabai merah ... 68 21. Hasil pengamatan pengaruh takaran bahan organik (kompos daun)

dan pupuk NPK(16:16:16) terhadap jumlah buah per tanaman

cabai merah (buah/tanaman) ... 69 22. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh takaran bahan organik

(kompos daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap jumlah

buah per tanaman cabai merah ... 70 23. Analisis ragam untuk pengaruh takaran bahan organik (kompos daun)

dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap jumlah buah per tanaman


(19)

v

24. Hasil pengamatan pengaruh takaran bahan organik (kompos daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap bobot per buah cabai merah

(gram/buah) ... 72 25. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh takaran bahan organik

(kompos daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap bobot per

buah cabai merah ... 73 26. Analisis ragam untuk pengaruh takaran bahan organik (kompos

daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap bobot per buah

cabai merah ... 74 27. Hasil pengamatan pengaruh takaran bahan organik (kompos daun)

dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap bobot buah per tanaman

cabai merah (gram/tanaman) ... 75 28. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh takaran bahan organik

(kompos daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap bobot buah

per tanaman cabai merah... 76 29. Analisis ragam untuk pengaruh takaran bahan organik (kompos

daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap bobot buah per tanaman

cabai merah ... 77 30. Hasil pengamatan pengaruh takaran bahan organik (kompos daun)

dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap produksi buah per petak

cabai merah (gram/petak) ... 78 31. Uji homogenitas ragam untuk pengaruh takaran bahan organik

(kompos daun) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap produksi buah

per petak cabai merah ... 79 32. Analisis ragam untuk pengaruh takaran bahan organik (kompos daun)

dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap produksi buah per petak

cabai merah ... 80 33. Tabel analisis tanah ... 81 34. Tabel analisis kompos ... 81 35. Data curah hujan dan hari hujan tahun 2006 - 2011 Kecamatan

Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran ... 82 36. Data suhu udara tahun 2007-2011 Kecamatan Gedong Tataan


(20)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Keragaan tanaman cabai merah Hybrid TM-999 F1 di lahan

percobaan ... 16

2. Denah tata letak percobaan ... 24

3. Denah tata letak tanaman dalam satu petak percobaan ... 25

4. Penyemaian benih cabai merah TM-999 ... 25

5. Pengolahan tanah (kiri) dan pemberian kapur pada bedengan (kanan) .... 26

6. Pemasangan mulsa (kiri) dan pelubangan mulsa (kanan) ... 27

7. Irigasi genangan dan pemasangan ajir pada petak percobaan... 29

8. Pemupukan NPK dengan cara dikocor ... 31

9. Diagram periode panen ... 38

10. Tanaman cabai merah yang terserang virus kuning (kiri) dan virus keriting (kanan) ... 40

11. Sampel buah cabai dari perlakuan tanpa bahan organik dengan berbagai takaran pupuk NPK (16:16:16) pada ulangan 1 saat panen ke-5 ... 84

12.Sampel buah cabai merah dari perlakuan bahan organik takaran 0,5 kg/tanaman dengan berbagai takaran pupuk NPK (16:16:16) pada ulangan 1 saat panen ke-5 ... 84

13.Sampel buah cabai merah dari perlakuan bahan organik takaran 1,0 kg/tanaman dengan berbagai takaran pupuk NPK (16:16:16) pada ulangan 1 saat panen ke-5 ... 85

14.Sampel buah cabai merah dari perlakuan bahan organik takaran 1,5 kg/tanaman dengan berbagai takaran pupuk NPK (16:16:16) pada ulangan 1 saat panen ke-5 ... 85

15.Sampel buah cabai merah dari perlakuan bahan organik takaran 2,0 kg/tanaman dengan berbagai takaran pupuk NPK (16:16:16) pada ulangan 1 saat panen ke-5 ... 86


(21)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk keperluan bumbu dapur ataupun rempah-rempah penambah cita rasa makanan (masakan). Nilai ekonominya yang tinggi merupakan daya tarik pengembangan budidaya cabai bagi petani. Permintaan produk cabai cenderung meningkat terus sehingga dapat diandalkan sebagai komoditas nonmigas (Rukmana, 1996).

Peluang ekspor cabai tidak hanya dalam bentuk produk segar, tetapi juga dalam bentuk olahan lebih lanjut berupa cabai kering dan bubuk (tepung) sehingga memungkinkan untuk melakukan penganekaragaman (diversifikasi) produk cabai. Walaupun harga cabai di pasaran sering naik dan turun cukup tajam, keinginan petani untuk membudidayakan tidak pernah surut (Rukmana, 1996). Produksi cabai merah di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2009 yaitu sebanyak 1378,7 ton/ha dengan luas panen 233,9 ha dan pada tahun 2010 menurun menjadi 1332,3 ton/ha dengan luas panen 237,52 ha. Produksi cabai merah di


(22)

2

Lampung, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) (2009) disajikan pada Tabel 1:

Tabel 1. Produksi Cabai Merah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung. Kabupaten/Kota Cabai Besar

(kuintal)

Lampung Barat 38.287

Tanggamus 54.964

Lampung Selatan 35.230

Lampung Timur 9.524

Lampung Tengah 19.796

Lampung Utara 4.019

Way Kanan 6.080

Tulang Bawang 8.568

Pesawaran 25.392

Bandar Lampung 1.196

Metro 624

Lampung 203.680

Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

Untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat dan pemenuhan gizi masyarakat, banyak usaha yang dapat dilakukan guna peningkatan produksi cabai merah yang tinggi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melakukan teknik budidaya yang baik dan benar sehingga hasil yang diperoleh optimal. Salah satu aspek yang penting dalam budidaya tanaman adalah pemupukan.

Menurut Prajnanta (1999 a), dalam Marbun (2002), cabai keriting hibrida lebih responsif terhadap pemupukan sehingga pertumbuhannya lebih cepat serta produksi per satuan luasnya lebih besar bila dibandingkan dengan varietas keriting lokal.


(23)

3

Pemupukan diberikan pada tanaman untuk menambah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman baik mikro maupun makro. Pemupukan harus memperhatikan takaran karena kalau tcrlalu scdikit dapat menghambat perturnbuhan tanaman, bila terlalu banyak bisa menyebabkan tanaman mati atau terlalu subur (Lingga dan Marsono, 2001).

Bila unsur hara makro dan mikro tidak tersedia dalam jumlah yang cukup maka diperlukan bahan tambahan berupa pupuk, baik berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pemberian pupuk harus disesuaikan dengan status kandungan hara dalam tanah. Pemberian pupuk tanpa takaran yang jelas akan berdampak negatif pada tanah yang juga nantinya dapat dialami tanaman (Setiadi, 2000).

Pupuk organik merupakan salah satu pupuk yang diberikan pada tanaman baik sebagai pupuk dasar maupun pupuk susulan (Lingga dan Marsono, 2001). Sumber utama bahan organik bagi tanah berasal dari jaringan tanaman, baik berupa sampah-sampah tanaman ataupun sisa-sisa tanaman yang telah mati. Bahan-bahan organik yang berasal dari serasah, sisa-sisa tanaman yang telah mati, limbah atau kotoran hewan itu sendiri, di dalam tanah akan diaduk-aduk dan dipindah-pindahkan oleh jasad renik. Selanjutnya dengan kegiatan berbagai jasad renik (terutama jasad renik tanah) bahan organik itu melalui berbagai proses yang rumit dirombak menjadi bahan organik tanah yang siap dipakai oleh tanaman (Sutedjo, 1999).

Prajnanta (2001) menyatakan bahwa pemakaian kompos atau bahan organik untuk cabai hibrida hampir sama dengan pemakaian pupuk kandang yaitu sekitar 1,0−1,5


(24)

4

kg/tanaman atau sekitar 18−27 ton ton/ha tergantung kondisi tanah. Pemberian bahan

organik berupa kompos ke dalam tanah dapat memberikan dampak yang positif bagi tanah dan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan menjadi baik apabila tanah tempat tanaman tumbuh dalam kondisi yang baik.

Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang sengaja dibuat oleh pabrik dengan cara mencampurkan dua atau lebih unsur hara. Pupuk NPK merupakan pupuk

majemuk yang tidak hanya mengandung dua unsur, tetapi tiga unsur sekaligus yang tidak lain adalah gabungan dari pupuk tunggal N, P, dan K (Lingga dan Marsono, 2001). Salah satu pupuk majemuk adalah pupuk NPK (16:16:16). Pupuk NPK (16:16:16) sifatnya tidak terlalu higroskopis sehingga tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal. Pupuk ini baik digunakan sebagai pupuk awal maupun pupuk susulan saat tanaman memasuki fase generatif (Novizan, 2005).

Menurut Prajnanta (2001), tanaman cabai membutuhkan pupuk NPK (16:16:16)

antara 200−250 kg/ha yang diberikan pada minggu pertama setelah tanam. Lingga

(1996) menyatakan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK dapat membantu

penyediaan unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor, dan kalium karena mempunyai beberapa kelebihan yaitu terdapat unsur N, P, dan K yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu, pupuk majemuk NPK dapat diberikan dalam jumlah dan perbandingan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, unsur hara yang terkandung mudah tersedia, serta pemakaian, pengangkutan, dan penyimpanan lebih mudah.


(25)

5

Secara umum, masyarakat menanam cabai dengan perawatan yang belum dapat memberikan pertumbuhan dan produksi yang baik. Penanaman cabai merah dengan memperhatikan takaran bahan organik (kompos daun) dan takaran NPK diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabai merah. Namun, belum diketahui berapakah takaran bahan organik (kompos daun) dan takaran pupuk NPK yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan berbagai takaran bahan organik (kompos daun) dan takaran pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah. Permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Berapakah takaran bahan organik (kompos daun) yang akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang baik untuk tanaman cabai merah?

2. Berapakah takaran pupuk NPK (16:16:16) yang akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang baik untuk tanaman cabai merah?

3. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah dengan takaran bahan organik (kompos daun) dan takaran pupuk NPK (16:16:16) yang berbeda?

1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui takaran bahan organik (kompos daun) yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang baik untuk tanaman cabai merah.


(26)

6

2. Mengetahui takaran pupuk NPK (16:16:16) yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang baik untuk tanaman cabai merah.

3. Mengetahui kombinasi terbaik takaran bahan organik (kompos daun) dan takaran pupuk NPK (16:16:16) untuk pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah.

1.3 Landasan Teori

Untuk dapat berproduksi optimal sesuai dengan yang diharapkan, ada beberapa syarat pertumbuhan cabai yang harus dipenuhi. Syarat pertumbuhan ini meliputi faktor tanah, air, dan iklim (Prajnanta, 2001).

Budidaya cabai lebih menekankan masalah teknologi budidaya sehingga hampir semua jenis tanah dapat ditanami. Tanah yang paling sesuai untuk bertanam cabai adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu porous, serta kaya bahan organik. Tanah yang kekurangan unsur hara maupun bahan organik dapat dimanipulasi dengan penambahan bahan organik dari pupuk kandang maupun kompos serta penambahan unsur hara dari pupuk buatan (kimia) (Prajnanta, 2001).

Pemupukan menurut Prajnanta (2001), bertujuan untuk menambah unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman meliputi unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur-unsur hara yang mutlak diperlukan tanaman dalam jumlah relatif banyak. Unsur hara mikro adalah unsur-unsur hara yang mutlak diperlukan tanaman tetapi dalam jumlah yang relatif sedikit. Unsur hara makro yang diperlukan tanaman cabai meliputi nitrogen (N),


(27)

7

fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), sulfur (S), karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O2), dan magnesium (Mg). Unsur hara mikro yang diperlukan tanaman cabai adalah

besi (Fe), boron (B), seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), klorida (Cl), dan molibdenum (Mo).

Menurut Jumin (2008), keseimbangan unsur hara dalam tanah perlu dipertahankan untuk menjaga terpeliharanya kesuburan tanah. Untuk mencukupi kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman, dilakukan pemupukan yang benar. Secara umum, pemupukan bertujuan untuk menjaga keseimbangan unsur hara dalam tanah, mengurangi bahaya erosi karena akibat pemupukan terjadi penumbuhan vegetatif yang baik, serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Widodo (2010) menyatakan bahwa perlunya persyaratan tanah yang ketat karena tanah sangat penting sekali untuk menunjang kesuburan tanaman selama masa vegetatif maupun generatif. Struktur tanah yang remah akan membantu sekali perkembangan perakaran tanaman sejak awal. Bila perakaran berkembang baik, kemudian didukung dengan ketersediaan bahan organik dalam tanah yang cukup, akan menjadikan tanaman tumbuh dengan subur, baik saat perkembangan vegetatif maupun pada saat memasuki masa generatif.

Kompos adalah suatu produk yang sebagian besar terdiri dari sampah buangan organik yang secara keseluruhan atau sebagian telah mengalami kondisi pengeraman dalam suhu tinggi. Untuk mendapatkan proses yang baik dari pembuatan kompos diperlukan tersedianya air, udara, dan nitrogen. Kompos yang sudah mulai jadi angka


(28)

8

C/N rasio turun sampai di bawah 20 (Rinsema, 1986). Menurut Novizan (2005), kandungan unsur hara di dalam kompos sangat bervariasi tergantung dari jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Kandungan unsur hara kompos

diketahui memiliki 0,1−0,6 % N, 0,1−0,4 % P, 0,8−1,5 % K, dan 0,8−1,5 % Ca.

Dalam jaringan tumbuhan, nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan, misalnya asam-asam amino. Setiap molekul protein tersusun dari asam-asam amino dan setiap enzim adalah protein, sehingga nitrogen merupakan penyusun protein dan enzim. Selain itu, nitrogen juga terkandung dalam klorofil, hormon sitokinin, dan auksin (Lakitan, 2004).

Lebih lanjut menurut Lakitan (2004), fosfor merupakan bagian yang esensial dari berbagai gula fosfat yang berperan dalam reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi, dan berbagai proses metabolisme lainnya. Fosfor juga merupakan bagian dari nukleotida (RNA dan DNA) dan fosfolipid penyusun membran. Sedangkan kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium juga merupakan ion yang berperan dalam mengatur potensi osmotik sel, dengan demikian akan berperan dalam mengatur tekanan turgor sel. Dalam pengaturan turgor sel, peran yang penting adalah dalam proses membuka dan menutupnya stomata.

Pupuk majemuk adalah gabungan dari beberapa unsur sekaligus yang biasanya terdiri dari tiga unsur pokok yaitu nitrogen, kalium, dan fosfor dalam perbandingan tertentu.


(29)

9

(Lingga, 1999). Saat ini telah banyak dikenal berbagai macam pupuk majemuk NPK dengan kadar N, P, dan K yang berlainan, misalnya pupuk majemuk NPK (16:16:16) yang memiliki perbandingan 16 % N, 16 % P, dan 16 % K (Lingga dan Marsono, 2001). Fungsi pupuk majemuk adalah untuk mempercepat pembungaan bibit, sebagai pupuk pada awal penanaman, dan sebagai pupuk susulan saat tanaman memasuki fase generatif, seperti saat mulai berbunga atau berbuah (Novizan, 2005).

Dalam budidaya tanaman, sangat penting untuk memupuk dengan cara yang seimbang. Kekurangan unsur hara tertentu tidak saja berakibat buruk, namun bila terlalu berlebihan akibatnya merusak (Rinsema, 1986). Keuntungan dari penggunaan pupuk organik dan anorganik secara seimbang antara lain:

a. Menambah kandungan hara yang tersedia dan siap diserap tanaman selama periode pertumbuhan tanaman.

b. Menyediakan semua unsur hara dalam jumlah yang seimbang dengan demikian akan memperbaiki persentase penyerapan hara oleh tanaman yang ditambahkan dalam bentuk pupuk.

c. Mencegah kehilangan hara karena bahan organik mempunyai kapasitas pertukaran ion yang tinggi.

d. Membantu dalam mempertahankan kandungan bahan organik tanah pada aras tertentu sehingga mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik tanah dan status kesuburan tanah.

e. Residu bahan organik akan berpengaruh baik pada pertanaman berikutnya maupun dalam mepertahankan produktivitas tanah.


(30)

10

f. Lebih ekonomis apabila diangkut dalam jarak yang lebih jauh karena setiap unit volume banyak mengandung nitrogen, fosfat dan kalium serta mengandung hara tanaman lebih banyak.

g. Membantu dalam mempertahankan keseimbangan ekologi tanah sehingga kesehatan tanah dan kesehatan tanaman dapat lebih baik (Sutanto, 2002).

1.4 Kerangka Pemikiran

Cabai merupakan salah satu sayuran yang sangat diperlukan bahkan digemari oleh masyarakat luas. Manfaat cabai yang begitu banyak baik untuk penyedap masakan maupun sebagai bahan obat-obatan, membuat kebutuhan akan cabai semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan cabai maka budidaya cabai harus terus diusahakan dan dikembangkan.

Dalam budidaya cabai yang perlu diperhatikan antara lain media tanam dengan unsur hara yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan serta perkembangan tanaman sehingga menghasilkan produksi yang maksimal. Media tanam yang baik untuk tanaman cabai adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu porous, serta kaya bahan organik. Tanah yang subur dapat ditambahkan dengan pupuk yang dapat meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah.

Pemupukan pada tanaman cabai dapat dilakukan dengan pemupukan organik dan pemupukan anorganik. Pemupukan organik dilakukan dengan menggunakan kompos dengan takaran yang sesuai sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman cabai.


(31)

11

Pemupukan anorganik dilakukan dengan menggunakan pupuk buatan yang bisa didapat dengan mudah.

Penambahan bahan organik ini berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dengan memberikan bahan organik berarti kita mengembalikan kesuburan tanah yang telah hilang karena berbagai hal seperti erosi dan pencucian hara. Namun, pemberian bahan organik ini harus diimbangi dengan pemberian hara anorganik yang mudah terlarut sehingga hara tersedia langsung bisa dimanfaatkan oleh tanaman.

Baik pemberian bahan organik maupun hara anorganik harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman sehingga tidak menjadi berlebihan yang justru berakibat merusak. Pemberian hara anorganik yang berlebihan akan menurunkan kesuburan dan

produktivitas tanah yang selanjutnya akan menurunkan produktivitas hasil pertanian. Dengan demikian pemupukan yang berimbang mutlak diperlukan untuk

meningkatkan kesuburan lahan.

1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat takaran bahan organik (kompos daun) yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi tertinggi pada tanaman cabai merah.


(32)

12

2. Terdapat takaran pupuk NPK (16:16:16) yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi tertinggi pada tanaman cabai merah.

3. Terdapat kombinasi takaran bahan organik (kompos daun) dan takaran pupuk NPK (16:16:16) yang terbaik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah.


(33)

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2000 spesies yang terdiri dari

tumbuhan herba, semak, dan tumbuhan kerdil lainnya. Tanaman cabai (Capsicum

sp.) sendiri diperkirakan ada sekitar 20 spesies yang sebagian besarnya tumbuh di tempat asalnya, yaitu Amerika dan secara ekonomis yang dapat atau sudah

dimanfaatkan baru beberapa spesies saja (Setiadi, 2000). Secara lengkap cabai merah diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantarum Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Klas : Dicotyledonae Ordo : Tubiflorae Solanales Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annuum L.


(34)

14

Buah cabai banyak mengandung gizi, diperkirakan setiap 100 g bahan cabai merah mengandung 90% air, energi 32 kal, protein 0,5 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,8 g, serat 1,6 g, abu 0,5 g, kalsium 29,0 mg, fosfor 45 mg, besi 0,5 mg, vitamin A 470 IU, tiamin 0,05 mg, riboflavin 0,06 mg, niasin 0,9 mg, dan asam askorbat 18,0 mg (Ashari, 1995). Cabai besar kaya vitamin C sering dimanfaatkan sebagai bahan campuran industri masakan, obat-obatan, dan peternakan (Setiadi, 2000).

Cabai besar memiliki banyak varietas, tetapi ciri umumnya seragam. Batangnya tegak dengan ketinggian antara 50−90 cm. Tangkai daunnya horizontal atau miring

dengan panjang sekitar 1,5−4,5 cm, panjang daunnya antara 4−10 cm dan lebar antara

1,5−4 cm. Posisi bunganya menggantung dengan warna mahkota putih. Mahkota bunga ini memilki cuping sebanyak 5−6 helai dengan panjang 1−1,5 cm dan lebar sekitar 0,5 cm. Panjang tangkai bunganya 1−2 cm.

Tangkai putik berwarna putih dengan panjang sekitar 0,5 cm. Warna kepala putik kuning kehijauan sedangkan tangkai sarinya putih walaupun yang dekat dengan kepala sari ada yang bebercak kecoklatan. Panjang tangkai sari ini sekitar 0,5 cm. Kepala sari berwarna biru atau ungu. Buahnya berbentuk memanjang atau kebulatan dengan biji buahnya berwarna kuning kecoklatan (Setiadi, 2000).

Tanaman cabai lebih tahan panas daripada tomat dan terung. Temperatur yang sesuai

antara 16−23oC. Temperatur malam di bawah 16oC dan temperatur siang di atas 23oC menghambat pembungaan. Temperatur optimum untuk pertumbuhan vegetatif


(35)

15

beberapa jenis tanah, asalkan strukturnya remah, kaya bahan organik, dan drainase baik, bebas dari gangguan nematoda (Ashari, 1995). Menurut Prajnanta (2003), suhu yang tinggi, kering, disertai pengairan kurang akan menghambat suplai unsur hara dan menyebabkan transpirasi (penguapan) tinggi sehingga bunga dan buah banyak rontok serta buah yang terbentuk kecil-kecil tidak sempurna. Selain itu, suhu yang tinggi akan merangsang perkembangbiakan hama seperti ulat, thrips, dan aphids.

Tanaman cabai merah hibrida varietas Hybrid TM-999 mempunyai pertumbuhan yang sangat kuat. Cabai keriting dari Hungnong (Korea) mirip dengan cabai keriting lokal Indonesia karena induk cabai keriting ini berasal dari Indonesia. Tanaman terus-menerus berbunga sehingga dapat dipanen dalam jangka waktu yang panjang. Ukuran buah 12,5 cm x 0,8 cm dengan berat buah 6 g. Umur panen cabai ini agak terlambat, panenan pertama pada umur 90 HST di dataran rendah dan 105 HST di dataran tinggi. Cabai keriting hibrida ini pedas sekali dan cocok untuk digiling maupun dikeringkan. Hasil per tanaman berkisar 0,8−1,2 kg (Prajnanta, 2001). Varietas ini juga mempunyai produktivitas yang tinggi, tanamannya kompak, ukuran buah relatif seragam, dan mempunyai daya simpan yang relatif lama (Redaksi Agromedia, 2008). Tanaman cabai merah varietas ini dapat dilihat pada Gambar 1.


(36)

16

Gambar 1. Keragaan tanaman cabai merah Hybrid TM-999 F1 di lahan percobaan

2.2 Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk mencukupi atau menambah zat-zat makanan yang berguna bagi tanaman dari dalam tanah, atau supaya zat-zat makanan untuk tanaman itu bertambah. Untuk memperoleh hasil dan mutu yang tinggi pada usaha-usaha pertanaman sayuran, perlu dilakukan berbagai usaha, sehingga zat-zat hara yang tidak dapat diserap oleh tanaman menjadi siap untuk diserap. Pemupukan merupakan usaha yang dilakukan, tidak hanya sekedar untuk menambah zat-zat hara dalam tanah, tetapi juga memudahkan zat-zat tersebut diserap oleh tanaman (AAK, 1976).


(37)

17

Jumin (2008) menyatakan bahwa kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa bahan organik seperti sisa tanaman, sampah dapur, sampah kota, sisa makanan ternak dan kotorannya yang ditumpuk agar mengalami pelapukan sehingga dapat digunakan sebagai pupuk. Bila diproses dengan baik bahan organik tersebut dapat dijadikan kompos yang banyak gunanya sebagai pupuk organik seperti halnya dengan pupuk organik lain, kecuali dipengaruhi oleh proses pembuatannya, kualitas kompos sebagai pupuk organik akan dipengaruhi oleh bahan asalnya.

Menurut Novizan (2005), kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya

perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N rasio). Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Kualitas kompos

yang dianggap baik adalah memiliki C/N rasio antara 12−15.

Menurut Redhanie (2008), dalam Pratiwi (2010) pupuk organik memiliki ciri-ciri umum kandungan hara yang rendah, ketersediaan unsur hara lambat, hara tidak dapat langsung diserap tanaman, memerlukan perombakan atau dekomposisi, baru dapat terserap oleh tanaman. Namun, kandungan hara bervariasi tergantung bahan yang digunakan sebagai pupuk organik yang dibutuhkan oleh tanaman.

Menurut Sutanto (2002), kandungan bahan organik sangat mempengaruhi sifat tanah. Tanah yang banyak mengandung bahan organik memiliki sifat lebih terbuka atau sarang sehingga aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah mengalami pemadatan daripada tanah yang rendah kandungan organiknya. Warna tanah yang kaya bahan organik lebih kelam daripada warna tanah yang rendah bahan organik. Warna tanah


(38)

18

yang lebih kelam menyerap sinar matahari lebih banyak. Sinar yang lebih banyak diserap menyebabkan banyak hara, oksigen, dan air yang dapat diserap tanaman melalui perakaran. Tanah yang banyak mengandung bahan organik lebih cepat panas daripada tanah yang terus-menerus diberi pupuk kimia.

Sutanto (2002) menyatakan bahwa tanah yang banyak mengandung bahan organik relatif lebih sedikit hara yang terfiksasi mineral tanah sehingga yang tersedia bagi tanaman lebih besar. Manfaat hara yang digunakan oleh mikroorganisme tanah adalah mempercepat aktivitasnya, meningkatkan kecepatan dekomposisi bahan organik, serta mempercepat pelepasan hara. Manfaat ganda bahan organik tanah tidak dapat tergantikan oleh pupuk kimia.

2.4 Pupuk Majemuk NPK

Menurut Lingga dan Marsono (2001), berdasarkan terjadinya terdapat 2 golongan pupuk yaitu pupuk alam seperti pupuk kandang, kompos, pupuk hijau dan pupuk buatan seperti Urea, SP-36, KCL. Pupuk buatan berdasarkan kandungan unsur hara digolongkan menjadi dua yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu jenis unsur hara utama seperti N, P, dan K sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara utama contohnya pupuk NPK Mutiara (16:16:16).

Menurut Rinsema (1986), pupuk NPK sebagian besar digunakan di tanah untuk bercocok tanam. Penggunaan pupuk NPK membawa keuntungan dalam hal


(39)

19

sedikit dan menaburkan unsur hara pada tanaman dapat dilakukan dalam satu kali kerja.

2.5 Peran N, P, dan K

Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO3-) dan ion ammonium ( NH4+).

Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi penting di dalam tanaman.

Sekitar 40−50 % kandungan protoplasma yang merupakan substansi hidup dari sel

tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen digunakan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang diubah menjadi protein. Nitrogen juga

dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim.

Oleh karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak pada setiap tahap pertumbuhan vegetatif. Memasuki tahap pertumbuhan generatif, kebutuhan nitrogen mulai berkurang. Dengan demikian, tanpa suplai nitrogen yang cukup, pertumbuhan tanaman yang baik tidak akan terjadi (Novizan, 2005).

Lebih lanjut menurut Novizan (2005), jika terjadi kelebihan nitrogen tanaman tampak terlalu subur, ukuran daun menjadi lebih besar, batang menjadi lebih lunak dan berair (sukulen) sehingga mudah rebah serta mudah terserang penyakit. Kelebihan nitrogen juga dapat menunda pembentukan bunga bahkan yang telah terbentuk lebih mudah rontok dan pematangan buah bisa terhambat.

Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42-, dan PO42- (Novizan, 2005).


(40)

20

energi untuk pertumbuhan tanaman. Fosfor dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP) merupakan ikatan P yang mengandung energi tinggi. Selain itu, fosfor merupakan bagian dari asam nukleat fosfolipid dan koenzim NAD dan NADP.

Novizan (2005) menyatakan bahwa pemupukan P dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman. Fosfor merangsang pembentukan bunga, buah, dan biji. Fosfor mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi bernas.

Kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K+, tidak ditemukan dalam bentuk senyawa organik. Kalium bersifat mobil sehingga siap dipindahkan dari satu organ ke organ yang membutuhkan. Peran kalium berhubungan dengan proses fotosintesis dan respirasi, yaitu sebagai berikut:

1. Translokasi (pemindahan) gula pada pembentukan pati dan protein. 2. Membantu proses membuka dan menutup stomata.

3. Efisiensi penggunaan air (ketahanan terhadap kekeringan). 4. Memperluas pertumbuhan akar.

5. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. 6. Memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga, dan buah tidak mudah rontok. 7. Memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa generatif serta menambah rasa

manis pada buah.

8. Dibutuhkan oleh tanaman buah dan sayuran yang memproduksi karbohidrat dalam jumlah banyak (Novizan, 2005).


(41)

21

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Maret sampai September 2011.

3.2Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih cabai merah varietas Hybrid TM-999, bahan organik (kompos daun), NPK 16:16:16 (Nitrogen (N) 16%; NH4+ 9,5%, NO3- 6,5%,

Fosfat (P2O5) 16%, Kalium (K2O) 16% dan terdapat Magnesium Oksida (MgO)

1,5%, Kalsium Oksida (CaO) 5%), pupuk pelengkap (Plant Catalyst-2006), dolomit (Ca.Mg(CO3)2), dan pestisida (Furadan 3G, Curacron, Antracol, Buldog).

Alat yang digunakan pada penelitian adalah cangkul, golok, mesin pembajak, cutter, alat tulis, penggaris, meteran, tali rafia, plastik, ajir bambu, mulsa plastik hitam-perak, gelas ukur, handsprayer, ember, gembor, dan timbangan.

3.3Metode Penelitian

Perlakuan disusun secara faktorial (5x3) dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah bahan organik dengan takaran 0


(42)

22

kg/tanaman (b4). Faktor kedua adalah pupuk NPK dengan takaran 5 g/tanaman (n1);

NPK 10 g/tanaman (n2); NPK 15 g/tanaman (n3). Kedua perlakuan dikombinasikan,

sehingga terdapat 15 kombinasi perlakuan dalam setiap ulangan yaitu sebagai berikut:

b0n1 : bahan organik 0 kg/tanaman dan pupuk NPK (16:16:16) 5 g/tanaman

b1n1 : bahan organik 0,5 kg/tanaman dan pupuk NPK (16:16:16) 5 g/tanaman

b2n1 : bahan organik 1,0 kg/tanaman dan pupuk NPK (16:16:16) 5 g/tanaman

b3n1 : bahan organik 1,5 kg/tanaman dan pupuk NPK (16:16:16) 5 g/tanaman

b4n1 : bahan organik 2,0 kg/tanaman dan pupuk NPK (16:16:16) 5 g/tanaman

b0n2 : bahan organik 0 kg/tanaman dan pupuk NPK (16:16:16) 10 g/tanaman

b1n2 : bahan organik 0,5 kg/tanaman dan pupuk NPK (16:16:16) 10 g/tanaman

b2n2 : bahan organik 1,0 kg/tanaman dan pupuk NPK (16:16:16) 10 g/tanaman

b3n2 : bahan organik 1,5 kg/tanaman dan pupuk NPK (16:16:16) 10 g/tanaman

b4n2 : bahan organik 2,0 kg/tanaman dan pupuk NPK (16:16:16) 10 g/tanaman

b0n3 : bahan organik 0 kg/tanaman dan pupuk NPK (16:16:16) 15 g/tanaman

b1n3 : bahan organik 0,5 kg/tanaman dan pupuk NPK (16:16:16) 15 g/tanaman

b2n3 : bahan organik 1,0 kg/tanaman dan pupuk NPK (16:16:16) 5 g/tanaman

b3n3 : bahan organik 1,5 kg/tanaman dan pupuk NPK (16:16:16) 15 g/tanaman

b4n3 : bahan organik 2,0 kg/tanaman dan pupuk NPK (16:16:16) 15 g/tanaman

Pada penelitian ini terdapat 45 petak percobaan (bedengan), masing-masing petak berukuran (2x1) m (Gambar 2). Terdapat 15 bedengan atau petak percobaan dalam setiap ulangan dengan setiap petak terdiri dari 4 sampel tanaman (Gambar 3). Setelah data terkumpul, homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan uji Barlett dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Data diolah dengan analisis ragam dan


(43)

23

pemisahan nilai tengah dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil

(BNT) pada taraf α 5%. Takaran bahan organik (kompos daun) dan pupuk NPK (16:16:16) berdasarkan dosis rekomendasi diperoleh dari perhitungan sebagai berikut: Kebutuhan bahan organik (kompos daun)

Diketahui: Luas lahan = 1 ha = 10.000 m2 Jarak tanam = 60 x 70 cm = 0,42 m2 Dosis kompos = 27 ton/ha = 27.000 kg Ditanya : Kebutuhan pupuk per tanaman?

Jumlah tanaman cabai/ha = luas lahan/ jarak tanam

= 10.000 m2 / 0,42 m2

= 23809 tanaman Kebutuhan pupuk per tanaman = dosis kompos / jumlah tanaman = 27.000 kg / 23809

= 1,1 kg Kebutuhan pupuk NPK (16:16:16)

Diketahui : Luas lahan = 1 ha = 10.000 m2 Jarak tanam = 60 x 70 cm = 0,42 m2

Dosis pupuk kimia majemuk (16:16:16) = 250 kg/ha Ditanya : Kebutuhan pupuk per tanaman?

Jumlah tanaman cabai/ha = luas lahan/ jarak tanam = 10.000 m2 / 0,42 m2 = 23809 tanaman

Kebutuhan pupuk per tanaman = dosis pupuk kimia / jumlah tanaman = 250 kg / 23809


(44)

24

U

Ulangan 1 Ulangan 3 Ulangan 2

Gambar 2. Denah tata letak percobaan b3n3

b4n2

b2n1

b1n1

b1n2

b1n3

b3n2

b0n2

b4n3

b3n1

b4n1

b0n1

b2n3

b2n2

b0n3

b0n1

b0n3

b3n1

b1n3

b3n2

b4n3

b4n2

b3n3

b4n1

b0n2

b2n1

b1n2

b2n2

b1n1

b2n3

b4n3

b1n2

b4n1

b0n2

b1n3

b1n1

b0n3

b2n1

b3n3

b2n3

b4n2

b2n2

b3n1

b0n1


(45)

25

Dalam satu petak percobaan terdapat 4 tanaman, yaitu sebagai berikut :

1 m

2 m

Gambar 3. Denah tata letak tanaman dalam satu petak percobaan

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persemaian

Benih cabai dipilih dengan ukuran seragam kemudian diberi perlakuan fungisida dan direndam selama 24 jam. Benih ditanam dalam plastik polibag kecil yang berisi media berupa tanah yang sudah diayak dan ditambah sedikit kompos daun

(perbandingan 1:1). Setiap polibag berisi satu benih cabai. Persemaian ditaruh di tempat yang terlindung dari gangguan ternak. Penyiraman cukup dilakukan satu kali sehari yaitu pada waktu pagi hari atau sore hari.


(46)

26

3.4.2 Pengolahan tanah

Tanah dibersihkan dari rumput atau kotoran lain, kemudian dibajak atau dicangkul

dengan kedalaman sekitar 20−35 cm. Kemudian lahan untuk kedua kalinya dibajak atau dicangkul kembali setelah tanah dibiarkan selama 2−3 minggu sejak pengolahan yang pertama. Tanah yang sudah menjadi remah dan gembur kemudian segera dibuatkan bedeng-bedeng atau petak percobaan membujur ke arah Timur-Barat. Bedengan dibuat dengan panjang 200 cm, lebar 100 cm, tinggi 30−45 cm, dan jarak anatarbedengan 50−60 cm. Terdapat 15 bedengan atau petak percobaan dalam setiap ulangan dengan setiap petak terdiri dari 4 sampel tanaman.

Gambar 5. Pengolahan tanah (kiri) dan pemberian kapur pada bedengan (kanan)

Selanjutnya lahan dicangkul tipis-tipis untuk menggemburkan tanah. Tanah yang terlalu asam dan tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman dilakukan pengapuran dengan menggunakan dolomit. Bedeng-bedeng dialiri terlebih dahulu sebelum pemasangan mulsa plastik sehingga kondisi tanah agak lembab. Mulsa plastik dipasang pada saat udara panas dan plastik sedang memuai.


(47)

27

Gambar 6. Pemasangan mulsa (kiri) dan pelubangan mulsa (kanan)

Pembuatan lubang tanam dilakukan tiga hari sebelum penanaman bibit. Jarak tanam yang digunakan adalah 60 cm x 70 cm dengan sistem zig-zag. Pemupukan dasar yaitu memberikan kompos yang telah masak, disesuaikan dengan takaran perlakuan dan lubang tanam yang ada pada setiap bedengan.

3.4.3 Pembuatan Kompos

Kompos yang dipakai untuk penelitian diperoleh dari kumpulan serasah daun-daun yang terdapat di sekitar lingkungan Universitas Lampung. Sampah dimasukkan ke dalam tempat pengumpulan sampah. Sampah mengalami dekomposisi sendiri dalam waktu yang lama tanpa dilakukan proses pengomposan. Kompos yang tercampur dengan bahan anorganik lainnya dipisahkan dengan cara mengayak tanah kompos.


(48)

28

1.4.4 Penanaman

Bibit cabai yang berumur antara 30−45 hari dan memiliki tinggi berkisar 10−15 cm dipindahtanamkan ke lahan pertanaman yang telah siap. Satu lubang tanam diisi dengan satu bibit tanaman cabai merah, sehingga terdapat empat sampel tanaman dalam setiap petak percobaan. Penanaman dilakukan pada pagi hari dan sore hari saat matahari tidak sedang terik untuk menghindari kelayuan tanaman.

1.4.5 Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, pemberantasan gulma, penyulaman, pemasangan ajir, pewiwilan, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit.

1. Pengairan

Pengairan dilakukan secara rutin 3 hari sekali dengan sistem irigasi genangan. Waktu pengairan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore hari, saat suhu udara tidak terlalu panas. Lahan diusahakan agar tidak terlalu kering atau sebaliknya tidak tergenang dalam waktu yang lama.

2. Pemberantasan gulma

Pemberantasan gulma dilakukan dengan membersihkan gulma di sekitar tanaman dan bedengan dengan mencabut atau menyiangi gulma.

3. Penyulaman

Penyulaman dilakukan 1 minggu setelah tanam karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang pertumbuhannya tidak normal. Bibit yang


(49)

29

digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sama umurnya dengan tanaman yang tidak disulam, sehingga pertumbuhan semua tanaman seragam.

4. Pemasangan Ajir

Ajir (turus) dari bilah bambu setinggi 125 cm dipasang (ditancapkan) tegak di samping setiap tanaman cabai merah. Pemasangan ajir dilakukan pada saat tanaman belum berumur 1 bulan setelah pindah tanam. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan akar tanaman cabai sewaktu memasang (menancapkan) ajir.

Gambar 7. Irigasi genangan dan pemasangan ajir pada petak percobaan

5. Pewiwilan atau perompesan

Perompesan harus dilakukan secara rutin untuk memaksimalkan pertumbuhan vegetatif tanaman cabai. Perompesan atau pewiwilan dilakukan setiap tiga hari sekali dengan membuang tunas-tunas air di ketiak daun.


(50)

30

6. Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian virus penyebab keriting dilakukan melalui pengendalian hama vektor virus dengan penyemprotan Curacron 500 EC dengan konsentrasi 2 ml/l. Selain itu juga dilakukan penyemprotan dengan Furadan 3G, dan Buldog untuk mengendalikan hama-hama yang lain.

7. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan memberi pupuk organik (kompos daun) menjelang penanaman sesuai takaran perlakuan yaitu takaran 0 kg/tanaman, takaran 0,5 kg/tanaman, takaran 1,0 kg/tanaman, takaran 1,5 kg/tanaman, dan takaran 2,0 kg/tanaman pada lubang-lubang tanam. Tanaman juga diberi pupuk majemuk NPK (16:16:16) dengan takaran sesuai perlakuan. Pemupukan dilakukan dengan cara dikocor yaitu pupuk NPK dilarutkan terlebih dahulu masing-masing takaran 5 g/tanaman, 10 g/tanaman, dan 15 g/tanaman ke dalam satu liter air. Setelah itu, larutan pupuk dikocorkan pada permukaan tanah dan tidak langsung pada

tanaman sebanyak 200 ml tiap tanaman. Pupuk diaplikasikan setiap minggu secara berkala agar pemupukan lebih efektif. Tanaman juga diberi pupuk

tambahan berupa pupuk daun yang diaplikasikan setiap minggu dengan takaran 2 g/tanaman. Pupuk daun dilarutkan ke dalam satu liter air kemudian


(51)

31

Gambar 8. Pemupukan NPK (16:16:16) dengan cara dikocor

1.4.6 Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada tanaman sampel yang berjumlah empat tanaman per petak (unit percobaan). Variabel yang diamati adalah :

1. Tinggi tanaman (cm): Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi. Pengukuran dilakukan pada akhir pengamatan yaitu tanaman berumur 120 hari setelah pindah tanam.

2. Tinggi percabangan awal (cm): Tinggi percabangan awal tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh cabang primer. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 21 hari setelah pindah tanam atau 10 hari setelah aplikasi pertama NPK.

3. Jumlah tingkat percabangan (cabang): Jumlah tingkat percabangan dihitung dari mulai tumbuh percabangan awal/primer hingga muncul percabangan terakhir


(52)

32

yang dilakukan pada akhir pengamatan yaitu tanaman berumur 120 hari setelah pindah tanam.

4. Jumlah buah per tanaman (buah): Jumlah buah dihitung dengan menghitung seluruh buah hasil panen pertama hingga panen terakhir atau panen kesebelas, dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 105 HST atau tanaman sudah mulai panen hingga panen terakhir.

5. Jumlah bunga yang gugur (bunga): Jumlah bunga yang gugur dihitung dengan cara menghitung seluruh bunga yang gugur karena hama dan penyakit atau terkena terpaan angin, dilakukan pada saat tanaman mulai berbunga hingga panen terakhir.

6. Jumlah buah yang rusak (buah): Jumlah buah yang rusak dihitung dengan cara menghitung seluruh buah yang rusak karena hama dan penyakit atau terkena terpaan angin, dilakukan pada saat tanaman mulai berbuah hingga panen terakhir. 7. Bobot per buah (g): Bobot buah dihitung dengan menimbang bobot buah cabai

per buah, dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 105 HST atau tanaman sudah mulai panen hingga panen terakhir.

8. Bobot buah per tanaman (g): Bobot buah dihitung dengan cara menimbang bobot buah per tanaman mulai dari panen pertama hingga panen terakhir, dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 105 HST atau tanaman sudah mulai panen. 9. Jumlah produksi per petak (kg): Jumlah produksi dihitung dengan cara

menghitung jumlah bobot buah keseluruhan dari tanaman per petak, dilakukan pada akhir pengamatan yaitu tanaman berumur 120 hari setelah pindah tanam atau panen terakhir.


(53)

50

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Bahan organik (kompos daun) dengan takaran 0,5 kg/tanaman-2,0 kg/tanaman dapat meningkatkan tinggi cabang awal, tetapi memperbanyak jumlah buah rusak tanaman cabai merah.

2. Pupuk NPK (16:16:16) dengan takaran 15 g/tanaman dapat meningkatkan tinggi tanaman cabai merah.

3. Pengaruh interaksi antara bahan organik (kompos daun) dan pupuk NPK

(16:16:16) tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah.

5.2 Saran

Pada penelitian ini perlakuan menggunakan bahan organik (kompos daun) dan pupuk NPK tidak menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah yang maksimal. Hal ini diduga karena kebutuhan air bagi tanaman tidak tercukupi dengan baik dan adanya gangguan hama serta penyakit. Disarankan penelitian lebih lanjut dengan perlakuan yang disesuaikan dengan kondisi lahan dan pada musim yang berbeda serta dilakukan penyiraman yang rutin di sekitar tanaman atau pada lubang tanam untuk memaksimalkan pertumbuhan.


(54)

51

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1976. Bertanam Sayuran. Kanisius. Yogyakarta.

Ashari, S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. 490 hlm.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2009. Produksi Terung, Ketimun dan Cabe Merah Menurut Kabupaten/Kota. http://lampung.bps.go.id/tabel/pertanian1.pdf. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011.

Faisal, M.F. 2006. Tanggapan Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) terhadap Peningkatan Dosis NPK pada Berbagai Jenis Pupuk Daun. Skripsi Sarjana. Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 82 hlm. Jumin, H. B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

250 hlm.

Lakitan, B. 2000. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta. 203 hlm.

Lakitan, B. 2004. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta. 206 hlm.

Lingga, P. 1996. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 160 hlm. Lingga, P. 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 160 hlm. Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.

Jakarta. 150 hlm.

Marbun, B. 2002. Uji Taraf Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair Plant Cataliyst 2006 terhadap Pertumbuhan dab Produksi Dua Varietas Cabai Merah (Capsicum annuum L.). Skripsi Sarjana. Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 64 hlm.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 114 hlm.


(55)

52

Prajnanta, F. 2001. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta. 162 hlm. Prajnanta, F. 2003. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta. 162 hlm. Redaksi AgroMedia, 2008. Panduan Lengkap: Budidaya dan Bisnis Cabai.

Agromedia Pustaka. Jakarta. 254 hlm.

Rinsema, W. T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 232 hlm

Rukmana, R. 1996. Usaha Tani Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius. Yogyakarta. 92 hlm.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Diterjemahkan oleh D.R Lukman, Sumaryono. Diedit oleh S. Niksolihin. Institut Teknologi Bandung (ITB). Bandung. Jilid 1, 241 hlm.

Setiadi. 2000. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. 183 hlm. Sumarso. 2002. Pengaruh Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk NPK (15:15:15)

terhadap Pertumbuhan Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata). Skripsi Sarjana. Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 58 hlm.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 210 hlm. Sutedjo, M. M. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 177 hlm. Suwandi dan Rosliani. 1995. Pengaruh Kompos, Pupuk Nitrogen, dan Kalium pada

Cabai yang Ditanam Tumpanggilir dengan Bawang Merah.

isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/141044148.pdf. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012. 48 hlm.

Widodo, W. D. 2010. Memperpanjang Umur Produktif Cabai: 60 Kali Petik. Penebar Swadaya. Jakarta. 49 hlm.


(1)

vektor virus dengan penyemprotan Curacron 500 EC dengan konsentrasi 2 ml/l. Selain itu juga dilakukan penyemprotan dengan Furadan 3G, dan Buldog untuk mengendalikan hama-hama yang lain.

7. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan memberi pupuk organik (kompos daun) menjelang penanaman sesuai takaran perlakuan yaitu takaran 0 kg/tanaman, takaran 0,5 kg/tanaman, takaran 1,0 kg/tanaman, takaran 1,5 kg/tanaman, dan takaran 2,0 kg/tanaman pada lubang-lubang tanam. Tanaman juga diberi pupuk majemuk NPK (16:16:16) dengan takaran sesuai perlakuan. Pemupukan dilakukan dengan cara dikocor yaitu pupuk NPK dilarutkan terlebih dahulu masing-masing takaran 5 g/tanaman, 10 g/tanaman, dan 15 g/tanaman ke dalam satu liter air. Setelah itu, larutan pupuk dikocorkan pada permukaan tanah dan tidak langsung pada

tanaman sebanyak 200 ml tiap tanaman. Pupuk diaplikasikan setiap minggu secara berkala agar pemupukan lebih efektif. Tanaman juga diberi pupuk

tambahan berupa pupuk daun yang diaplikasikan setiap minggu dengan takaran 2 g/tanaman. Pupuk daun dilarutkan ke dalam satu liter air kemudian


(2)

Gambar 8. Pemupukan NPK (16:16:16) dengan cara dikocor

1.4.6 Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada tanaman sampel yang berjumlah empat tanaman per petak (unit percobaan). Variabel yang diamati adalah :

1. Tinggi tanaman (cm): Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi. Pengukuran dilakukan pada akhir pengamatan yaitu tanaman berumur 120 hari setelah pindah tanam.

2. Tinggi percabangan awal (cm): Tinggi percabangan awal tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh cabang primer. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 21 hari setelah pindah tanam atau 10 hari setelah aplikasi pertama NPK.

3. Jumlah tingkat percabangan (cabang): Jumlah tingkat percabangan dihitung dari mulai tumbuh percabangan awal/primer hingga muncul percabangan terakhir


(3)

4. Jumlah buah per tanaman (buah): Jumlah buah dihitung dengan menghitung seluruh buah hasil panen pertama hingga panen terakhir atau panen kesebelas, dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 105 HST atau tanaman sudah mulai panen hingga panen terakhir.

5. Jumlah bunga yang gugur (bunga): Jumlah bunga yang gugur dihitung dengan cara menghitung seluruh bunga yang gugur karena hama dan penyakit atau terkena terpaan angin, dilakukan pada saat tanaman mulai berbunga hingga panen terakhir.

6. Jumlah buah yang rusak (buah): Jumlah buah yang rusak dihitung dengan cara menghitung seluruh buah yang rusak karena hama dan penyakit atau terkena terpaan angin, dilakukan pada saat tanaman mulai berbuah hingga panen terakhir. 7. Bobot per buah (g): Bobot buah dihitung dengan menimbang bobot buah cabai

per buah, dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 105 HST atau tanaman sudah mulai panen hingga panen terakhir.

8. Bobot buah per tanaman (g): Bobot buah dihitung dengan cara menimbang bobot buah per tanaman mulai dari panen pertama hingga panen terakhir, dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 105 HST atau tanaman sudah mulai panen. 9. Jumlah produksi per petak (kg): Jumlah produksi dihitung dengan cara

menghitung jumlah bobot buah keseluruhan dari tanaman per petak, dilakukan pada akhir pengamatan yaitu tanaman berumur 120 hari setelah pindah tanam atau panen terakhir.


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Bahan organik (kompos daun) dengan takaran 0,5 kg/tanaman-2,0 kg/tanaman dapat meningkatkan tinggi cabang awal, tetapi memperbanyak jumlah buah rusak tanaman cabai merah.

2. Pupuk NPK (16:16:16) dengan takaran 15 g/tanaman dapat meningkatkan tinggi tanaman cabai merah.

3. Pengaruh interaksi antara bahan organik (kompos daun) dan pupuk NPK

(16:16:16) tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah.

5.2 Saran

Pada penelitian ini perlakuan menggunakan bahan organik (kompos daun) dan pupuk NPK tidak menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah yang maksimal. Hal ini diduga karena kebutuhan air bagi tanaman tidak tercukupi dengan baik dan adanya gangguan hama serta penyakit. Disarankan penelitian lebih lanjut dengan perlakuan yang disesuaikan dengan kondisi lahan dan pada musim yang berbeda serta dilakukan penyiraman yang rutin di sekitar tanaman atau pada lubang tanam untuk memaksimalkan pertumbuhan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1976. Bertanam Sayuran. Kanisius. Yogyakarta.

Ashari, S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. 490 hlm.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2009. Produksi Terung, Ketimun dan Cabe Merah Menurut Kabupaten/Kota. http://lampung.bps.go.id/tabel/pertanian1.pdf. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011.

Faisal, M.F. 2006. Tanggapan Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) terhadap Peningkatan Dosis NPK pada Berbagai Jenis Pupuk Daun. Skripsi Sarjana. Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 82 hlm. Jumin, H. B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

250 hlm.

Lakitan, B. 2000. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta. 203 hlm.

Lakitan, B. 2004. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta. 206 hlm.

Lingga, P. 1996. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 160 hlm. Lingga, P. 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 160 hlm. Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.

Jakarta. 150 hlm.

Marbun, B. 2002. Uji Taraf Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair Plant Cataliyst 2006 terhadap Pertumbuhan dab Produksi Dua Varietas Cabai Merah (Capsicum annuum L.). Skripsi Sarjana. Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 64 hlm.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 114 hlm.


(6)

Prajnanta, F. 2001. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta. 162 hlm. Prajnanta, F. 2003. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta. 162 hlm. Redaksi AgroMedia, 2008. Panduan Lengkap: Budidaya dan Bisnis Cabai.

Agromedia Pustaka. Jakarta. 254 hlm.

Rinsema, W. T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 232 hlm

Rukmana, R. 1996. Usaha Tani Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius. Yogyakarta. 92 hlm.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Diterjemahkan oleh D.R Lukman, Sumaryono. Diedit oleh S. Niksolihin. Institut Teknologi Bandung (ITB). Bandung. Jilid 1, 241 hlm.

Setiadi. 2000. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. 183 hlm. Sumarso. 2002. Pengaruh Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk NPK (15:15:15)

terhadap Pertumbuhan Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata). Skripsi Sarjana. Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 58 hlm.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 210 hlm. Sutedjo, M. M. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 177 hlm. Suwandi dan Rosliani. 1995. Pengaruh Kompos, Pupuk Nitrogen, dan Kalium pada

Cabai yang Ditanam Tumpanggilir dengan Bawang Merah.

isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/141044148.pdf. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012. 48 hlm.

Widodo, W. D. 2010. Memperpanjang Umur Produktif Cabai: 60 Kali Petik. Penebar Swadaya. Jakarta. 49 hlm.