kehidupan keluargannya. Karyawan yang mengalami tingkat konflik keluarga-pekerjaan tinggi, melaporkan menurunnya kinerja karena
merasa lebih dikuasai oleh keluarganya yang mengakibatkan karyawan tidak bisa memenuhi tanggung jawab pekerjaannya Frone, Rusell dan
Cooper, 1992
B. Penelitian yang Relevan
Berikut adalah beberapa literature dan penelitian terdahulu tentang stres kerja, work-family conflictdan kinerja perawat :
1. Penelitian Tjokro dan Jean 2015 dengan Judul “Pengaruh Konflik Peran
Ganda dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Umum DR. M. Haulussy Ambon” menunjukkan bahwa konflik pekerjaan-
keluarga berpengaruh negatif terhadap kinerja perawat. Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa stres kerja berpengaruh negatif terhadap
kinerja perawat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa semakin besar konflik peran dan stres kerja yang dihadapi, maka kinerjanya akan
semakin menurun. 2. Penelitian
Atmaji 2011 dengan judul “Pengaruh Stres Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Perawat Studi Pada Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang” menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara stres kerja terhadap kinerja perawat RSI Sultan
Agung Semarang. Pengaruh ini merupakan pengaruh yang negatif karena nilai t yang didapat bertanda negatif, artinya jika Stres Kerja bertambah
maka kinerja karyawan semakin menurun.
3.
Penelitian Wang dan Tsai 2014 dengan judul “Work-Family Conflict and
Job Performance in Nurses: The Moderating Effects of Social Support ”
menunjukkan bahwa work family conflict mempunyai efek negatif terhadap kinerja perawat. Dalam jurnal ini disebutkan bahwa dukungan dari rekan
kerja melemahkan hubungan antara work-family conflict dan kinerja.
C. Kerangka Pikir
1. Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Perawat Stres Kerja adalah keadaan dinamis yang dihadapi seseorang
ketika terpaksa menghadapi peluang, kendala, atau tuntutan yang berkaitan dengan apa yang dikehendakinya yang pada saat bersamaan
hasilnya dianggap tidak pasti tetapi sangat penting Robbins dan Timothy, 2008. Stres kerja mempunyai dua dampak yaitu positif fungsional dan
negatif disfunfsional Handoko, 2008. Secara sederhana, stres kerja mempunyai potensi untuk mengganggu atau mendorong pelaksanaan
pekerjaan tergantung pada seberapa tingkat stres yang dialami. Karyawan dalam hal ini perawat RSUD Dr. Soedirman, akan kehilangan
kemampuan untuk mengendalikan stres kerjanya, sehingga menjadikan mereka untuk mengambil keputusan-keputusan dan perilaku yang tidak
teratur. Akibat paling ekstrim dari stres kerja yang tidak bisa dikendalikan adalah kinerja perawat Rumah Sakit menurun. Dari pengertian di atas,
mengindikasikan bahwa ada kaitan antara stres kerja dengan kinerja perawat rumah sakit. Pada tingkat tertentu, apabila stres kerja perawat
rumah sakit masih dalam kapasitas perawat diindikasikan akan meningkatkan output kerjanya. Sebaliknya, apabila stres kerja melampaui
kapasitas perawat akan menyebabkan penurunan kinerja. 2. Pengaruh Work-Family Conflict terhadap Kinerja Perawat
Work-Family Conflict merupakan bentuk konflik peran antara tekanan peran dari domain pekerjaan dan keluarga saling bertentangan
dalam beberapa hal. Hal ini biasanya terjadi pada seseorang yang mempunyai karirpekerjaan, sekaligus mempunyai tanggung jawab
terhadap keluarga atau dengan kata lain orang yang sudah berumahtangga. Ia mengalami kesulitan dalam memenuhi perannya
sebagai istriibu atau suamibapak dan sebagai perawat yang bertanggung jawab dalam pekerjannya di perusahaanorganisasi. Konflik ini muncul
pada pekerja yang ada di rumah sakit, terutama pada perawat. Konflik ini muncul karena adanya tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan
yang berasal dari beban kerja yang berlebihan, seperti pekerjaan yang harus diselesaikan pada waktu itu juga deadline, sedangkan tuntutan
keluarga berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menangani tugas-tugas rumah tangga dan menjaga anak. Konflik ini dapat memicu
berbagai masalah kinerja yang membuat perawat tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, tidak menyelesaikan tugas sesuai
dengan jadwal yang ada, dan kurang mengoptimalkan waktunya dalam bekerja.
3. Pengaruh Stres Kerja dan Work-Family Conflict terhadap Kinerja Perawat Pada
tingkat tertentu
stres kerja
diindikasikan akan
meningkatkan output kerja, apabila masih dalam kapasitas perawat. Sebaliknya, apabila stres kerjanya sudah melampaui kemampuan dan
kapasitas perawat akan menyebabkan penurunan output kerja perawat. Stres kerja ini ditimbulkan karena banyaknya beban pekerjaan yang
berlebihan, yang harus diselesaikan tepat pada waktunya. Perawat yang sudah berkeluarga akan memiliki banyak tugas diantaranya yaitu tuntutan
pekerjaan di lingkungan keluarga dan tuntutuan pekerjaan di lingkungan perusahaan. Tuntutan perawat yang sudah berumahtanggamemiliki peran
ganda memiliki banyak kesulitan dalam mengatur waktunya untuk keluarga dan pekerjaan. Terlebih ketika banyak beban kerjapekerjaan
yang harus diselesaikan tepat waktu, mereka akan menghabiskan waktunya di tempat kerja. Banyaknya waktu yang dihabiskan sangat
berpengaruh terhadap kinerja perawat karena, dari sinilah timbul berbagai masalah yang dirasakan oleh perawat terutama oleh perawat yang sudah
menikahberkeluarga. Masalah ini akan mengganggu perawat dalam bekerja sehingga dapat menurunkan kinerja perawat di Rumah Sakit.
Peneliti, dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa variabel stres kerja dan work-family conflict secara simultan akan mempengaruhi kinerja
perawat tersebut. Hal ini dikarenakan kinerja perawat dalam bekerja merupakan faktor yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa tingkat
kualitas rumah sakit. Kinerja dari perawat sangat diperhatikan bahkan
ditingkatkan untuk pelayanan masyarakat yang lebih baik dari sebelumnya, karena perawat merupakan kunci kesuksesan dari suatu
rumah sakit. Kinerja perawat sangat berpengaruh terhadap kualitas rumah sakit, karena perawat berhadapan langsung dengan pasien yang ingin
berobat dan atau dirawat.
D. Paradigma Penelitian