Subjek Penelitian Objek Penelitian Waktu Penelitian Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITAN 3.1. Setting dan Subjek Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SD Negeri 03 Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan. Penelitian dilakukan di SD Negeri 03 Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan karena didalam mata pelajaran IPA untuk hasil ulangan harian pada materi memahami gaya dapat mengubah gerak danatau bentuk suatu benda sebannyak 13 siswa tidak tuntas KKM, sedangkan 15 siswa lainnya tuntas KKM. Untuk KKM yang telah ditentukan pada mata pelajaran IPA ialah ≥60. Maka perlu ditingkatkan hasil belajar IPA dengan pokok bahasan memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan dengan penggunaan model pembelajaran Group Investigation kelas 4 SD Negeri 03 Karanganyar.

3.1.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas 4 SD Negeri 03 Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012 2013. Jumlah siswa kelas 4 ada 28 siswa, terdiri dari 16 siswa perempuan dan 12 siswa laki – laki. Rata – rata orang tua mereka ádalah petani, hanya sebagian kecil saja pegawai negeri sipil dan swasta.

3.1.3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah hasil belajar IPA kemampuan peserta didik dalam memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan.

3.1.4. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Maei yang dapat dilihat pada tabel 3.1. 20 Tabel 3.1 Waktu Penelitian Waktu Februari Maret April Mei Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan Pelaksanaan Analisis Data Penyusunan Laporan

3.1.5. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Peneliti bekerjasama dengan guru kelas. Peneliti sebagai pemberi ide serta obsever dan guru kelas yang melaksanakan kegiatan pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas PTK merupakan penelitian tindakan action research yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya Arikunto 2008: 58. Sementara Suparno dalam Trianto 2011: 15 mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas sebagai salah satu cara pengembangan profesionalitas guru dengan jalan memberdayakan mereka untuk memahami kinerjanya sendiri dan menyusun rencana untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas Classroom Action Research yang dilakukan oleh guru bekerjasama dengan peneliti kolaborasi. Menurut Arikunto 2008: 63 kerjasama kolaborasi antara guru dengan peneliti sangat penting dalam bersama menggali permasalahan nyata yang dihadapi. Terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan tindakan, menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan kelas adalah penelitian yang berawal dari adanya permasalahan nyata yang yang dihadapi dalam proses pembelajaran dalam kelas tersebut. Dimana tindakan- tindakan yang dilakukan oleh guru kelas dan peneliti untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses pembelajaran. Perencanaan Siklus II Pengamatan Pengamatan Refleksi Pelaksanaan Refleksi Perencanaan Pelaksanaan ? Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut Arikunto 2008:16 yaitu melalui empat tahap meliputi 1 Perencanaan, 2 Pelaksanaan, 3 Observasi, dan 4 Refleksi. Gambaran dari prosedur pelaksanaanya terdapat pada gambar 3.1. Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 1. Menyusun rancangan tindakan planning Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengawasi jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Dengan mudah dapat diterima bahwa pengamatan yang diarahkan pada diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding dengan pengamatan yang dilakukan terhadap hal-hal yang berada di luar diri, karena adanya unsur subjektivitas yang berpengaruh, yaitu cenderung mengunggulkan dirinya. Apabila pengamatan dilakukan oleh orang lain, pengamatannya lebih cermat dan hasilnya lebih objektif. 2. Pelaksanaan tindakan Acting Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara saksama agar sinkron dengan maksud semula. Ketika mengajukan laporan penelitiannya, peneliti tidak melaporkan seperti apa perencanaan yang dibuat karena langsung melaporkan pelaksanaan. Oleh karena itu, bentuk dan isi loporannya harus sudah lengkap menggambarkan semua kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan sampai pennyelesaian. Bannyak diantara karya tulis yang diajukan oleh guru tidak dapat dinilai atau diterima oleh tim penilai karena isi laporannya tidak lengkap. Pada umumnya penulis merasa sudah menjelaskan tahapan metode yang dilaksanakan dalam tindakan, padahal baru disinggung dalam kajian pustaka saja, dan belum dijelaskan secara rinci bagaimana keterlaksanaannya ketika tindakan terjadi. 3. Pengamatan Observasi Tahap ke-3 yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung pada waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwa ketika sedang terjadi. Oleh karena itu. kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan “ pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan data berikutnya. 4. Refleksi Reflecting Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakuakan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat ketika guru sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Istilah refleksi di sini sama dengan “memantul, seprti halnya memancar dan menatap kena kaca. “ Dalam hal ini, guru pelaksana sedang memantulkan pengalamannya kepada peneliti tindakan, yaitu ketika guru pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah merasa baik dan bagian mana yang belum. Dengan kata lain, guru pelaksana sedang mengevaluasi diri. Apabila guru pelaksana juga berstatus juga sebagai pengamat, yaitu mengamati apa yang ia lakukan, maka refleksi dilakukan terhadap dirinya sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut melihat dirinya kembali melakukan “dialog” untuk menemukan hal-hal yang dirasakan sudah memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terahir, menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan pada kesempatan lain. Catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya rinci sehingga siapapun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain akan menjumpai kesimpulan.

3.2. RencanaTindakan