Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Indonesia

13 2 Tenaga kerja tidak terampil Unskilled Labour Yaitu tenaga kerja yang tidak dibekali atau tidak memiliki ketrampilan khusus yang menunjang pekerjaan Irawan dan Suparmoko,2001:88.

B. Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Indonesia

Secara umum pengertian perlindungan hukum adalah tindakan melindungi ataupun memberikan pertolongan dalam bidang hukum. Purwodarminto, 1990:224. Dari pengertian tersebut, dapat ditarik satu pemahaman mengenai pengertian dari perlindungan hukum yang secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat berlindung melalui ketentuan-ketentuan, kaidah-kaidah maupun peraturan-peraturan yang mengatur tata kehidupan masyarakat yang diakui dan diikuti oleh anggota masyarakat itu. Hukum memiliki peran yang cukup penting dalam memberikan perlindungan kepada masyarakat. Bagi negara yang sedang berkembang, peran hukum belum terlihat optimal. Hukum belum mampu memberikan petunjuk, sehingga hukum senantiasa kalah berkembang dibandingkan dengan bidang ekonomi. Upaya untuk menjadikan hukum sebagai sarana untuk melindungi kegiatan perekonomian masih sering terbentur dengan kendala norma hukum yang kaku. Beberapa aturan hukum baru terbatas pada tataran normatif yang belum banyak berperan dalam mendorong kegiatan ekonomi. Dikatakan oleh Wolfgang G. Friedman bahwa peran hukum dan ahli hukum di negara-negara sedang berkembang kecenderungannya kurang diperhatikan. Hukum dan ahli hukum lebih bertindak sebagai pembela kepentingan yang sudah mapan dalam T. Mulya Lubis dan Buxbaum Richard, 1986:2. 14 Perlindungan hukum merupakan hal yang sangat penting dalam tatanan masyarakat hukum. Dijelaskan oleh Barda Nawawi bahwa berkaitan dengan masalah perlindungan hukum, ada 4 empat aspek dari perlindungan hukum yang perlu mendapat perhatian : 1. Masyarakat memerlukan perlindungan terhadap perbuatan-perbuatan anti sosial yang merugikan dan membahayakan masyarakat. 2. Masyarakat memerlukan perlindungan terhadap sifat berbahayanya seseorang. 3. Masyarakat memerlukan perlindungan terhadap penyalahgunaan sanksi atau reaksi dari penegak hukum maupun dari warga masyarakat pada umumnya. 4. Masyarakat memerlukan perlindungan terhadap keseimbangan atau keselarasan berbagai kepentingan dan nilai yang terganggu sebagai akibat adanya kejahatan. Barda Nawawi, 1988:17 Terkait dengan masalah perlindungan hukum adalah upaya penegakan hukum itu sendiri. Secara konseptual inti dan arti penegakkan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup Soekanto, 2003:3. Pada hakikatnya penegakan hukum sebagai suatu proses merupakan penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi, bahwa pada hakikatnya diskresi berada di antara hukum dan moral. Atas dasar uraian tersebut, dapatlah dikatakan bahwa gangguan terhadap penegakan hukum mungkin terjadi, apabila ada ketidakserasian antara “tritunggal” nilai, kaidah dan pola perilaku. Gangguan tersebut terjadi apabila ketidakserasian antara nilai-nilai 15 yang berpasangan, yang menjelma di dalam kaidah-kaidah yang bersimpang siur, dan pola perilaku tidak terarah yang mengganggu kedamaian pergaulan hidup. Penegakan hukum dengan demikian dapat dikatakan bukanlah semata- mata berarti pelaksanaan perundang-undangan, ada kecenderungan yang kuat untuk mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan hakim. Perlindungan hukum merupakan dasar bagi penegakan hukum, sedangkan penegakan hukum dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1. Faktor hukumnya sendiri, yang di dalam tulisan ini akan dibatasi pada Undang-Undang saja. 2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum 4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. 5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidupnya Soekanto, 2002:5. Kelima faktor di atas saling berkaitan satu sama lain, karena merupakan esensi dari penegakan hukum, serta juga merupakan tolok ukur daripada efektivitas penegakan hukum. Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja Indonesia merupakan salah satu bagian yang sangat penting bagi pelaksanaan hak pekerja dalam perusahaan. Perlindungan hukum terhadap pekerja diberikan untuk memberikan jaminan kepastian hukum bagi pekerja dalam suatu perusahaan. Perlindungan hukum bagi tenaga kerja Indonesia diatur dalam Undang- Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja memiliki 16 kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. Bentuk- bentuk perlindungan hukum ketenagakerjaan antara lain meliputi : 1. Hak Mendapatkan Pekerjaan Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar tahun 1945 menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan yang layak dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa setiap tenaga kerja dijamin oleh Undang-Undang Dasar tahun 1945 untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Undang-Undang Dasar tidak melakukan diskriminasi dalam memberikan perlindungan hukum. Hal tersebut dapat dilihat dari kata “setiap orang” yang berarti memiliki makna siapa saja tanpa membedakan ras, agama, jenis kelamin. 2. Pelatihan Masalah pelatihan diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan. Selanjutnya dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 disebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak memperoleh danatau 17 meningkatkan danatau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui pelatihan kerja. 3. Penempatan Tenaga kerja Pasal 31 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 mengatur tentang masalah hak penempatan bagi tenaga kerja. Disebutkan dalam Pasal 31 tersebut bahwa setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri. Mengenai penempatan tenaga kerja tersebut, Pasal 33 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 menyebutkan bahwa penempatan tenaga kerja terdiri dari : a. Penempatan tenaga kerja di dalam negeri b. Penempatan tenaga kerja di luar negeri. Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. Selanjutnya dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 menyebutkan bahwa setiap pekerjaburuh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha. 4. Pengupahan dan Kesejahteraan Disebutkan dalam Pasal 67 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 bahwa : a. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya 18 b. Pemberian perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan Mengenai keselamatan dan kesehatan kerja disebutkan dalam Pasal 86 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 : 1 Setiap pekerjaburuh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a. keselamatan dan kesehatan kerja b. moral dan kesusilaan dan c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai- nilai agama 2 untuk melindungi keselamatan pekerjaburuh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. 3 Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengenai pengupahan diatur dalam Pasal 88 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 yang menyebutkan : 1 Setiap pekerjaburuh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 2 Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerjaburuh 19 3 Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerjaburuh sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 meliputi a. Upah minimum b. Upah kerja lembur c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar pekerjaannya e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya f. Bentuk dan cara pembayaran upah g. Denda dan potongan upah h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah i. Struktur dan skala pengupahan j. Upah untuk pembayaran pesangon dan k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan. 4 Pemerintah menetapkan upah sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal perlindungan terhadap kesejahteraan, Pasal 99 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 menyebutkan : 1 Setiap pekerjaburuh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja. 2 Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 20

C. Kebijakan Pemerintah