Perbandingan pendapatan peternak dari dua sistem kemitraan inti plasma yang berbeda pada usaha pembesaran ayam ras pedaging:

PERBANDINGAN PENDAPATAN PETERNAK
DARI DUA SISTEM KEMITRAAN
INTI PLASMA YANG BERBEDA PADA
USAHA PEMBESARAN AYAM RAS PEDAGING

ICHSAN MAHWDI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

SURAT PERNYATAAN
Dengau ini saya menyatakau dengan sebenar-benamya, babwa sanua p m y a b a
dalam tugas akhir yang berjudul :

Perbandingan Pendapatan Peternak Dari Dua Sistem
Kernitraan Inti Plasma Yang Berbeda Pada Usaha
Pembesaran Ayarn Ras Pedaging
Merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendm di bawah bbbingm


komisi pembimbing, kecuali yaug dengan jelas dihmjukkan ruj~&annya.T-s
akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di
perguruan tinggi lain.

Smua data dan informasi yang digunakan telah dmyatakan secarajelas dan dspat
dipenksa kebenarannya.

Bogor, April 2009

ABSTRACT
ICHSAN MAHYUDI. Comparison of Rancher Income between Two Differential
Plasma Partnerships System for Chicken Ranch Business. Guiding by
SURYAHADI as head and AMIRUDDIN SALEH as member.
The role of chicken ranch business in Indonesia starts to develop until at
this moment. This business has good prospect and so bright. The necessities of
protein consumption rate by people become one of many factors that influence of
developing chicken ranch business.
This study aimed to : (a) identify and evaluate two differential plasma
partnerships system for chicken ranch business in Bogor, (b) know about
comparison of rancher income between two differential plasma partnerships

system with differential business scale for chicken ranch business in Bogor and
(c) know alternative strategies to improve rancher income for plasma partnerships
system for chicken ranch business.
Data collecting conducted through direct observation of six plasma
chicken ranch business through interview with the owner of plasma chicken
ranch and the leader of main company that doing partnerships. The data consist of
primary data and secondary data that is used to identify and evaluate partnerships
model. The data are also used to compare rancher income between two differential
partnerships system. The next analysis consist of Internal Factor Evaluation (IFE)
matrix and External Factor Evaluation matrix (EFE), Internal-External matrix (IE)
and analysis of Strength, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT
Analysis) to formulate alternative strategies in order to support development of
plasma partnerships system for chicken ranch business.
Partnerships concept for plasma chicken ranch in Bogor have the same
concept. But the fact in implementation indicate that the partnerships activities
have not done yet perfectly as delivering raw material agreement, determine
pricing of raw material agreement, determine selling price which tend to lose out
the rancher.
The ranchers income from " M plasma chicken ranch with age production
between 37-41 days are better than the ranchers income from "P" plasma chicken

ranch with age production between 3 1-33 days.
Based on the SWOT analysis, alternative strategies for plasma chicken
ranch business development are including: (1) to improve production, (2) to
maintain relationship and trust with main company, (3) to administer business
documents, (4) to add new coop, (5) to do operational efficiency, ( 6 ) to maintain
relation with surrounding society, (7) to hire the surrounding worker, (8) to create
and maintain cooperative and information with other rancher in a organization,
(9) to approach and negotiate the contract with main company based on the last
condition and (10) to observe the economy condition.
Keywords : income, plasma partnerships, chicken ranch

RINGKASAN

ICHSAN MAHWDI. Perbandiigan Pendapatan Petemak dari Dua Sistem
Kemitraan Inti Plasma yang Berbeda pada Usaha Penibesaran Ayam Ras
Pedaging. Dibimbing oleh SURYAHADI sebagai Ketua dan AMIRUDDIN
SALEH sebagai Anggota.
Peranan usaha ternak ayam ras pedaging di Indonesia mulai menonjol
hingga sampai saat ini. Usaha tersebut tetap mempunyai prospek yang baik dan
cukup cerah karena ada beberapa ha1 yang membuat usaha tersebut semakin

diminati masyarakat antara lain tingkat konsumsi masyarakat akan kebutuhan
protein hewani khususnya ayam tems meningkat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (a) mengidentifikasi dan mengevaluasi
dua sistem kemitraan inti plasma yang berbeda pada usaha pembesaran ayam ras
pedaging di Kabupaten Bogor, (b) mengetahui perbandingan tingkat pendapatan
peternak plasma pada masing-masing sistem kemitraan dengan skala usaha yang
berbeda pada usaha pembesaran ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor dan (c)
mengetahui alternatif strategi untuk meningkatkan pendapatan peternak plasma
ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap
enam usaha peternakan ayam ras pedaging melalui wawancara dengan pemilik
peternakan dan pimpinan perusahaan inti. Data yang diperoleh bempa data primer
dart data sekunder, digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pola
kemitraan. Selain itu, data yang diperoleh juga digunakan untuk membandingkan
pendapatan peternak dari dua sistem kemitraan yang berbeda. Analisis selanjutnya
dilakukan dengan analisis matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External
Factor Evaluation (EFE), matriks Internal-External (IE) dan analisis matriks
Strength, Iifeaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) untuk merumuskan
alternatif-altematif strategi dalam mendukung pengembangan usaha petemakan
kemitraan inti plasma ayam ras pedaging.

Konsep kemitraan pada usaha peternakan ayam broiler di Kabupaten
Bogor mempunyai konsep yang sama. Namun dalam implementasinya ternyata
kegiatan kemitraan tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan seperti kesepakatan
pengiriman dan penentuan harga sapronak serta kesepakatan penetapan harga jual
ayam panen yang cenderung memgikan peternak plasma.
Pendapatan peternak plasma dari usaha kemitraan inti plasma ayam ras
pedaging " M lebih besar daripada pendapatan peternak plasma dati usaha
kemitraan inti plasma ayam ras pedaging "P."
Altematif strategi dari hasil analisis SWOT adalah meningkatkan hasil
panen, menjaga kepercayaan dan hubungan baik dengan inti,
mengadministrasikan dokumen usaha, menambah kandang bam, melakukan
efisiensi operasional, menjaga hubungan dengan masyarakat sekitar,
mempekerjakan tenaga kerja setempat, menjalin kerjasama dan informasi dengan
peternak lain dalam suatu wadah organisasi, melakukan pendekatan dan negosiasi
kontrak dengan inti sesuai kondisi terakhir di lapangan dan memantau
perkembangan kondisi ekonomi.
Kata kunci : pendapatan, kemitraan, pembesaran ayam

0Hsk Cipta milik IPB, Wun 2009
Hak Cipta dilindungi Undnng-mdang

I . Dilamng mengut* sebagian atau seluruh karya tulis ini tanp
menumtumkan a m menyebutkan sumber
a. Pengutip hanya lmtuk kepentingan pendidkan, peneliiian, penukum
Rnr)na ilmiah, p
enlapomn penulisan kritik a f m c tinjawan suahr
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentinganyang wajm IPB
2. Dilmong mengwnumkan a h memperbanyak sebagian a
* sehnuh rkoryvl
tulis &&m b i t u k apapun tanpa izin IPB

PERBANDINGAN PENDAPATAN PETERNAK
DARI DUA SISTEM KEMITRAAN
INTI PLASMA YANG BERBEDA PADA
USAHA PEMBESARAN AYAM RAS PEDAGING

ICHSAN MAHYLTDI

Tugas Akhir
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada
Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

LEMBAR PENGESAHAN
: Perbandingan Pmdapatan Petemak dari I)ua Sistem
Kemitraan Inti Plasna yang Berbeda pada Usaha

Punbaaran Ayam Ras Pedaging
Nama Mahasiswa

: lchsan Mahyudi

Nomor Pokok

: F352064045


Program Studi

: Industri Kecil Menengah

Disetujui,
Komisi Pembimbing,

Dr. It. H. Su~vahadi.DEA
Ketua

Diketahui,
Ketua Program Studi
Inctushi Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir.HMusaHubeis, MS, Dipl.Ing, DEA

Tanggal Ujian : 17 Apd 2009

Tanggal Lulus :


0 1 M,IY 2m9

PRAKATA
h j i dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telab
melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga laporan akbir ini

babasil

diselesaikaa sebagai salah satu syarat mtuk memperoleh gelar Mgister
Pmfesional pada Program Studi lndustri kecil Menengah (FS
' MPl). SekoIsh
Pascasasjana (SPs), Instiha Permian Bogor (IPB).
Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini tidak dapat s e e tanpe
banhlan dan dormgan dari beberapa pihak. Oleh karena ity d u i pnkata mi

pendis menyampaikan ucapan terima kasih yang stulusnya kepada:

1. Dr. Ir. H. Suryahadi, DEA selaku pembimbing utama yang telah memberiLao
dorongan, bimbingan dan pengarahan selama kegiatan kajian dm peamlisn


laporan akhir ini.
2. Dr.Ir. H. Amiruddin Saleh, MS, selaku pembimbing anggota yangjagB telab
memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan
penulisan laporan akhir hi.

3. Dr.Ir. Sapta Raharja, DEA, selaku penguji luar komisi yang telah member-

masukan dan koreksi yang sangat berguna untuk kesempumaao lapowini
4. Selltruh dosen pengajar dan staf m a karyawan sekolah Pascssajam IPB

yang telah banyak membantu selama kuliah berlangsmg.
5. lstri tercinta Elsye Sri Sundari, SP dan anak penulis Muhammad F&&i Alsyifa

serta keluarga yang telah memberikan dorongan selama menjalankan iraliah.
6. Semua pihak yang tidak &par disebutkan satu per satu atas kajasama dan

informasi yang telah diberikan kepada penulis.
Semogd kajian ini dapa! menambah khasanah pengetahma bsgi dunia
industri kecil pada umumnya dan kegiatan pengembangan kemitraan intiplasma


pelernakan ayam pedaging khususnya. Saran dan kritik atas kajian ini diharapkan,

agar kajian ini menjadi lebih sempuma serta memberikan manpihak yang berkepentingan.

bagi pihak-

Bogor, April 2009
Penulis

P d s dilahirkan pada tanggal 29 Mei 1979 di Palembaog, Sumatem
Setatan yang merupakan putera dari pasangan Bapak

H. M.Rori Husin dm Hj.

Rabmiwati Penulis adalah anak kesatu dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana dipemleh dari Fakuuttas Teknik
Jurusan Telmik Sipil di Universitas Sriwijaya, Palembang. Pada tahua 2001.
Penulis diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi Mwri Kecil
MenP r o m Pascasajana Institut Pertanian Bogor pada talum 2007.
P d i s memulai karimya sebagai .wpervisor di beberapa pmyek pada

talmn 2002-2003. Selanjutnya penulis bekerja sebagai pegawai di PT. Bank
Negm Indonesia (Persero) Tbk sejak tahun 2003 hingga saat ini.
Permlis menikah pada tahun 2004 dengan Elsye Sri Sundari dan dikanmai
1 (satn) orang putera yang bernama Muhammad Rizki Alsyifa

DAFTAR IS1
Htheua
ABSTRACT .............................................................................................

iii

RINGKASAN ..........................................................................................

iv

PRAKATA ...............................................................................................

viii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................

ix

DAFFAR LSI ............................................................................................

x

DAFTAR TABEL ....................................................................................

xii

DAlTAR GAMBAR ...............................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................

xv

.

PENDAHULUAN .............................................................................
1 . Latar Belakang ..............................................................................
2 . Perumusan Masalah .......................................................................
3 . Tujuan ............................................................................................
4 . Kegunaan .......................................................................................
U. LANDASAN TEORl ........................................................................
1. .Modal Usaha
2. Kemitraan Peternakan Ayam Broiler ............................................
3 . Model Kemitraan ...........................................................................
4 . Periode Panen ................................................................................

I

IIL METODE KAJIAN ..........................................................................
1. Pengumpulan Data ........................................................................
a. Pengumpulan Data Primer .......................................................
b. Pengurnpulan Data Sekunder ..................................................
2. Metode Analisis .............................................................................
a . Mengidentifks dan Mengevaluasi Pola Kemitraan ..............
b. Perbandingan Tingkat Pendapatan Peternak ...........................
c. Analisis SWOT .......................................................................

1V. HASlL DAN PEMBAHASAN ........................................................
1. Keadaaan Umum ...........................................................................
a. Kondisi Wilayah Kajian .....................................................
1)Geografi ............................................................................
2) Keadaan Penduduk ...........................................................
3) Prasarana dan Sarana .......................................................
b. Karalderistik Responden ........................................................
1)Umur ................................................................................
2) Tingkat Pendidikan Responden .......................................
3) Pengalaman Betemak dan Bermiha .................................
c. Deskriptif Usaha Petemakan Plasma Sistem "P"dan Sistem
,'M .........................................................................................
>?

1
1
3

4
5
6

6
7
12

13
17
17

17
17
17
17

18
20
27

27
27
27

27
28
32

33
33
34
35

.

2. Hasil Kajian ...................................................................................
a. IdentiWi dan Evaluasi Dua Sistem Kemitraan IntiPlasnrs
di Kabupaten Bogor ..............................................................
b. Analisis Tingkat KeLmimilan Usaha dan Pendapatan ..........
c. Penetapan Alternatif Stmtegi Usaha ......................................
1) Matriks Evaluasi Faktor Internal ......................................
2) Matriks Evaluasi Faktor Ekstemal ...................................
3) Matriks Internal Eksternal ................................................
4) Analisis Matriks SWOT ...................................................

V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
1. Kesimpulan .....................................................................................
2. Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

DAFTAR TABEL

Pwilaian bobot faktm stnttegi internal pernsabaan ...............................
Penilaian bobot faktor strategi ektemal perusaham ..............................
Matriks EFE ...........................................................................................

Matriks IFE .............................................................................................
Matriks SWOT .......................................................................................

Jumlah
. . penduduk Kabupaten Bogor memuuf kelompok umur dan
jems kelamin ...........................................................................................
Jumlah penduduk dan lnas wilayah di Kabupaten Bogor ......................

Sarana pendidikan di d a d penelitian ..................................................
Fasilitas sarana kesehatan di Kabupaten Bogor......................................
Distribnsi umur responden .....................................................................
Pengalaman responden dalam beternak dan bermitra ............................
Deskriptif usaha peternakan plasma ayam ras pedaging sisteru
kemitraan "P" per @ode di Kabupaten Bogor......................................
Deskriptif usaha petemakan plasma ayam ras pedaging sistem
kemitraan "M" per "ode
di Kabupaten Bogor....................................

36

PertKdaan usaha petemakan plasma ayam ras pedaging antara sistem
kemitraan "P" d m "M" di Kabupaten Bogor .........................................

36

implementasi perjanjian kernitman " P .................................

40

Deskripsi implementsasi perjanjian kemitraan " M ...............................

42

Perbedaan hak dan kewajiban perusaham inti dan peternak mitra dari
dua sistem kemitraan di Kabupaten Bogur ...........................................

qq

Implementasi dua sistem kemitraan inti plasma ayam ras pedaging di
Kabupaten Bogor berdasarkan pejanjian tertulis ..................................

4

ImpIementasi dua sistem kemitraan inti plasma ayam las pedsging di
Kabupaten Bogor berdasarkan perjanjian tidak tertulis .........................

49

-psi

...

Kelebihan dan kekurangan sistem k&itraan "P" dan sistem kemitnw
...........................................................................................................
51
Komposisi rataan biaya peternak dalam satu periode pada dua &stem
kemitraan ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor.................................

xii

52

Rataan biaya pet&
per satuan hasil budidaya ternak ayam m
pedaging dalam satu periode pada dua sistem kernifmandi EChpatm
Bosor.. .....................................................................................................

Rataan penerimaan pemeliharaan, kotoran dan insentif s&a tdsl
peneximaau dalam satu periode produksi ...............................................
Perhitungan rataan e6siensi penerimaan, pendapatan dan bkya d a b
satu periode produksi ..............................................................................

Faktm strategis internal usaha petemakan plasma ayam ras pedagiog
sistem P ...............................................................................................
37

7,

Faktor strategis intemal usaha p e t a d a n plasna ayam ras pedaghg
sistem '4h ..............................................................................................
9,

3

Faktor strategis ekstemal usaha petem-

plasma ayam ras pedagmg
sistem P ...............................................................................................
3,

7,

Faktor strategis ekstemal usaha peternakan plasma ayam m pedaging
sistem h4',..............................................................................................
Matriks SWOT .......................................................................................
>9

DAFTAR GAMBAR

1

Posisi petemak plasma dengan sistan kernitman "P" dan "M"
pada Mahiks IE ...........................................................................

xiv

63

DAFTAR LAMPIRAN

Pedolnan wawancara mendalam untuk p e t d plasma .................
P e d m wawancara mendalarn untuk perusahaao inti .................

76
78

Laporan laba-rugi usaha petemakan ayam ras pedaging A, B dan
C dengan sistem kemitraan "P" dalam satu periode tahun 2008 ......

79

Laporan laba-~giusaha petemakan ayam ras pedaging X, Y dao
Z dengan sistem kemitraan "M"dalam satu periode tdhm 2008 ....

80

Rangkuman usaha peternakan ayam ras pedaging A, B dan C
dalam satu periode pada sistem kemitraan inti plasma "P" .............

81

Rangkuman usaha peternakan ayam ras pedagmg X, Y dan Z
dalam satu periode pada sistem kemitraan inti plasma "M"...........

82

Pembobotan terhadap peluang dan ancaman ...................................

83

Pembobotan terhadap kekuatan clan kelemahan ...............................

gq

Pemberian nilai peringkat terbadap peluang

85

Pembenian nilai peringkat terhadap ancaman ...................................

86

Pemberian nilai peringkat terhadap kekuatan ..................................

87

nilai peringkat terhadap kelemahan ...............................

gg

P&an

Pembobotan terbadap fiktor internal pada sistern kernitman "P".....

89

Penilaian bobot faktor strated internal usaba peternakan ayam
pedaging pada kemitraan sistem 'T" ................................................

91

Penentuan rating e t o r strategis intemal usaha peternakm ayam
pedaging pada kemitraan sistem "P" ............ .................................

92

Pembobotan terhadap faktor ekstemal pada sistem kemitraan T... 93
Penilaian bobot faktor strategi ekstemal lisaha peternakan ayam
pedaging pada kemitraan sistem "P" ...............................................

95

Penentua~~
rating f&&orstrategis ekstemal usaha petemakau ayam
pedaging pada kemitraan sistem "P" ............................................

%

Paabobotan terhadap faktor internal pada sistem kemitraau
M"....................................................................................................

97

Penilaian bobot faktor strategi intemal usaha paemakan aygm
pedaging pada kernitman sistem "W .............. ................................

99

Penentuan rating faktor strategis internal usaha petemakan ayam
pedaging pada kemitraan sistem "M" ..............................................

100

7,

22. Pembobotan terhadap faktor eksternal pada sistem kemitmm
"Mn....................................................................................................

101

23. Penilaian bobot faktor strategi ekstemal usaha petenrakan ayam
pedaging pada kemitraan sistem "M" ..............................................

103

apUl
24. Pamtuan rating W r strategis ekstemal usaha petpeda&g pada kemitraan sistem "M" ..............................................

104

xvi

L PENDAHULUAN
1. LalarBelakPng

Ayam adalah salah satu unggas yang cukup populec dan banyak d

oleh masya&at dibandingkan den-

i

jenis unggas lainnya Ayam ras

pedaging merupakan salah satu j& ayam yang memiliki populasiyang lebih

tinggi dibmdingkan unggas ayam lainnya seperti ayam petelur dan apm
buras. Populasi ayam ras pedaging mencapai 1.075.884.785 b r pada tahun
2008, sedangkan uutuk populasi ayam ras petelur dan ayam buras masing-

masing mencapai 116.473.968 ekor dan 290.802.779 &or (Ditjmak 2008).

Peranan usahatemak ayam ras pedaging di Indonesia mulai menonjol
h g g a srrmpai saat ini. Usaha tersebut tetap mempunyai pro&

yang bsik

dan cukup cerah karena ada beberap ha1 yang membuat nsaha tersebut
semakin diminati masyarakat antara lain tingkat konsumsi m a s ) W akan
k M a n protein hewani khususnya ayam terus meningkat Hal ini tejadi
akibat adanya perkembangan seldor lain yang menunjang usaha pehmkm

ayam ras pedaging, misalnya pembukaan restoran bam, ruinah makan dan
pasar swalayan yang semakin meningkat, beaambahnya jumlah pemduduk,
send511 tingginya kesadaran masyarakat akan pemwuhan gizi, meniugkabp

keblduhan masyarakat pada saat-saat tertentu seperti pesta ulang tahun, pesta
perkawinan, adanya kecenderungan harga jual yang tinggi pada .wl-saal
tenentu seperti bulan puasa, hari raya ldul Fitri, Natal dan Iain-Iain (Tobiog
2002).

Penmgkatan minat masyarakat untuk menjalankaa usaha peterdm

ayam ras pedaging sangat belpengamh pada peniagkatan kegiatan mqamht,
bQik pada sektor usaba petendcan itu sendki maupun sektor lain di bar
usaha'petemakan ayam di antaranya industri pakan, pwahaan p e m M U
dao lain-lain
F'roduk sampingan dari usaba petemakan ayam dapat dimanfbtkan

sebagai peluang bisnis misalnya kotoran ayam yang dapat dimaoEaatkan taik

untuk pupuk atau pakan pada petemakan ikan lele.
Peternakan ayam ras pedagu~gmulai h t i s perkembanpnp sejsk
tahm 1960 yaitu sejak dimulainya penerapan program BIMAS Ayam Tahun
1970-1980, petemak ayam ras mengalami pertumbuhan yang pesat dengan

ditandai hmbuhnya investasi pada indwtri hulu (bibit, pakaq obat-olmkm),

bilk maupun usaha budidaya baik usaha peternakan skala kecil dan besar.
Perkembangan yang pesat tersebut belum diikuti oleh peoataan paamgkat

hulcum yang memadai sehingga timbul ketimpangan shuklur antara usaha
kecil dan besar sehingga pads periode 1980-1989 ditelapkan kdijakan
pengatumn Keppres No.50 tahun 1981 tanggal 2 Novemk 1981 tentang
pembinaan usaha peternakan ayam ras. Keppres No. 50 talnu~1981 pada
liakekabya merupakan suatu upaya ratrukbnisssi usaba dan stabhasi
petwak unggas termasuk di dalamnya petemakan ayam ras pedaging. Psda

tahun 1990, untuk mengikuti perkembangan peternaka ayam ras telab
dikeluarkan peraturan Keppres No.22 tahun 1990 berisi tentang kebijaksamm

pembinaan usaha peternakan ayam ras dengan mengatur bahwa usaha ayam

ras diutamakan untuk usaha petemakan rakyat yaitn perorangan, kel-k
dan koperasi sedangkan untuk swasta nasional dalam usaha budidaya

petemakan ayam ras hams beketjasarna dengan p e t h mkyat (Suhww,
2001).
Petemakan merupakan subsektor pertanian yang pengembangarmya
mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Perkembangan temebut
diperlukan mengingat ternak dianggap sebagai salah satu sarana mtdc
meningkatkan pendapatan peternak kecil dan meningkatkan atau membuka
lapangan keja.
Untuk memulai suatu usaha peternab ayam ra. pedaging ti&
semudah yang dibayangkan. Peternak hams memahami

~~

ekonomi sekalipun dari nonformal aiau berdasarkan pengalaman orang lam.
pet&& yang ingin sukses harus mempeztimbangkan banyak aspek t a s .
Salah satu aspek teknis yang harus dipertimbangkan adalab merawat ayam ras
pedaging secara baik. Peternak harus lnemiliki pengetahtan clan ket-pilan
betemak sehingga ayam tetap hidup dan mampu tnengetuarkm kemmpuan
genetisnya (Rasyaf 2008).
Aspek modal dm pengadaan sarana produksi temak (sap&)

dapat

met~jadikendala bagi peternak kecil. Guna mendorong pengembaagan ussha
petemakan khususnya ayam ras pedaging, pemerintah &lab meocipt;akan
beberapa kemudahan melalui pemanfaatan modal yang di antaramya adalah

&em kemitraan.

Sistem kemitraan ditetapkan sebagai kebijakan pemerintab nntuk

p e n g e d a q m semua subsektor permian Secam umum ada tiga hal parting
yang &&andung dalam konsep kemitnan, yaitu: (a) prinsip bahwa yang kuat

(permahaan inti) membantu pihak yang lemah (petani plasma) delam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas sumberdaya, modal dan tenaga!
keahlian dalam menerapkan teknologi budidaya dan manajemea seam

baik

optimal, @) merupakan unit ekmomi yang utuh dan &eb

inti maupun plasma harus me~pakansatu kesatuan usaha yang tidak dapat
dipisahkan, (c) inti dan plasna d i n g membutuhkan dan magunhmgkan
(Manurung & Dja'far 1988).

Beberapa jenis sistem kemitraan inti plasma yang dijalanh aotara lain

sistem kemitraan dimana peternak plasma menyediakan kandang selram,
gaslminyak tanah dan mengelola pemeliharaan ayam ras. Sedangkan
perusaham inti menyediakan DOC, pakan, vitamin, obat dan m-pkan

harga sesuai kontrak termasuk M g a jual ayam. Inti juga dapat nrwbenkan
piutang benrpa sapronak kepada plasma dalam meujalankan usahauya.
Adapun pembayarannya dipotong langsung setelah perhitungan basil panen
Hal yang berbeda dari sistem kemitraan di atas berupa peneOlpan harga beli
DOC. pakan, obat dan vitamin dibelakang yaitu perhitungan dilalrukao
setelah diketahni hasil panen dan adanya perbedaan wnur panen q a m ras
pedaging. Misahya, ayam dipanen ketika berumur 3 1-33 hari dan umur 3731

hari.

Kedua sistem tersebut lasing-masing mempunyai kelebihan dm

kelrumgan. Namun bilamana usaha petemakan ayam ras dijalankan dengan
profesional dan baik, maka akan menghasikan keuntungan bagi p e t d
plasma.
Berdaw-kan hal-ha1 yang dikemukakan di atas, maka diIakukan kajian
untuk melihat "Perband~nganPer~dapatanPetenlak dari Dua Sitem Kemihaan
Inti Plasma yang Berbeda pada Usaha Pembesaran Ayam Ras Pedagiog."
2. Pemmusan Masalah

Konsep kemitraan yang umwn dikenal adalah pengejawantaban peraoan

perusahtian peternakan atau pertanian besar sebagai agent of rltrelqpntnr. Ini
barti perusaham pertanian atau petemakan besar (negam

swasla)

memiliki kewajiban untuk me~nbangundan membina petmi atau p e t d

subsistan. Dengan sistem seperti ini diharapkan akan balangsmg pmses

peugaiihn teloloIogi, manajemen, modal, pasar dan informasi

).ang

@a

usaha yang dimiliki petani beserta kemitraan akan bnnbuh meojadi

gil-

suatu usaha yangtangguh.

Dalam kajian ini, fokus penelitian diarahkan pada dua sistem kemitraao
inti plasma yang berbeda di Kabnpaten Bogor, yaitu sistem k e m h inti
plasma "P" dan sistem kanitraan inti plasma "M." Kedua pemdam inti

T d a n 34" telah memiliki produksi anak ayam alau Day OH C h h @OC)

sendin'. Selain i w perusahaan inti tersebut juga memprcduksi pakan d r i .
Dengan adanya sistem kemitraan pada kedua pecusahaan ini-ep
anak
ayam dan pakan akan lebih mudah karena dipakai untuk pet&

plasma

dalam kanitraan, sisanya dijual ke PuuItty Shop.
Untuk mengembangkan usaha peternakaq tingkat penghasilan petanak
ikut menentukan Hasil penelitian Mulva (2001) pada pemahm kemhan,

pendapatan bersih bisa mencapai sebesar Rp.403,-lekorIsikIus. Hasif
penelitian Novian (2006) pada perusahaan kemitraan peodapatan bersih
petemak bisa mencapai hingga Rp.458,-/ekor/siklus. BBdasarkan kondis mi

pertgnyaan yang timbul dalam perumusan masalah adalah:
a Bagaimana implementasi dua sistem kemitraan inti plasma yime berbeda
pada usaha pembesaran ayam ras pedaging di ECabupaten Bogor?
b. Bagaimana perbedaan pendapatan petemak plasma dari dua sistem

kemitraan dengan skala usaha yang berbeda di Kabupaten Bogor melalui
pendekatan finansial?

c Strategi apa yang dilakukan untuk meningkatkan peodapatan peteinak
plasma di Kabupaten Bogor?
3.

Tujuan
Dari pemaparan pennasalahan di atas, maka d i n ~ m u s M ltujuan

penelitian sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan mengevaIuasi dua sistem kemitraan inti plasma yang

beabeda pada usaha pembesaran ayam ras pedaging di Kabupateo Bogor.
b. Mengetahui perbandingan tingkat pendapatan peternak plasma pada
masing-masing sistem kemitman dengan skala usaha yang berbeda pada
usaha pembesaran ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor.

c. Mengetahui altematif strategi untuk rneningkatkan

pe(anak

plasma ayam ras palaging di Kabupaten Bogor.
4.

Krgunun

H a d kajian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai

a Membantu memberikan informasi tentang pengemban&ao usaha

perernakan ayam ras dengan pola kemitraan yang lebh mengnntuogkan
dan dapat meningkatkan penclapatan peternak plasma

b. Bagi Pemerintah, basil kajian diharapkan dapat dijadilam uotuk
pmbecdayaan masyarakat melalui ekonomi usaha p d & E
c. Bagi para pengusaha pemula dapat mempelajari p l a k m h a o inti-

plasm yang lebih menguntungkan untuk memulai usaha petemakan ayam

ras ini.
d. Bagi keiluuian dapat menambah khasanah yang dapat digunskan bagi
mabasiswali serta masyarakat lrmum

11. LANDASAN TEORI
1. Modal Usaha

Adapun modal usaha yang perlu diperhitungkan adalah modal investasi
dan modal kerja (Fadilah et al. 2007). Modal investasi adalah modal yang
akan digunakan untuk membiayai pengadaan semua keperluan prasarana dan
sarana usaha yang bersifat tetap. Modal yang digunakan untuk membiayai
sarana dan prasarana disebut dengan biaya tetap

Vx

cost). Sarana dan

prasarana tersebut dipakai selama tenggang waktu cukup lama, bisa lima tahun
atau lima belas tahun lebih. Nilai akhir (residue value) dari sarana yang
dipakai akan t e n s berkurang sesuai dengan umur pemakaian (depresiation)
bahkan bisa terjadi sarana yang dipakai tersebut tidak memiliki nilai sama
sekali.
Total modal yang dikeluarkan untuk investasi dimasukkan ke dalam
total biaya yang disusutkan (depresiation) dengan tenggang waktu sesuai
dengan kebijakan yang diambil setiap perusahaan. Biaya penyusutan
dibebankan dalam setiap perhitungan biaya produksi (cost production) suatu
produk usaha petemakan ayam seperti DOC, ayam broiler hidup atau karkas
(Fadilah et al. 2007).
Berbagai komponen yang termasuk modal investasi dalam usaha
petemakan ayam broiler meliputi modal pembuatan kandang, modal untuk
pengadaan instalasi air, modal untuk pengadaan alat pemanas, modal untuk
pengadaan tempat minum, modal untuk tempat makan, modal untuk
pengadaan gudang pakan dan peralatan, modal untuk alat transportasi, modal
untuk sarana lainnya sesuai dengan kebutuhan. Sarana pendukung yang sering
dibuat adalah gudang pupuk, mess karyawan dan staf, generator, bengkel dan
tempat pembakaran bangkai.
Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk membiayai kegiatan
usahaternak ayam broiler. Modal kerja berupa biaya operasional atau biaya
untuk membeli sarana produksi peternakan seperti DOC, pakan, obat-obatan
dan vaksin. Modal kerja disebut juga dengan biaya tidak tetap (variable cost).
Berbagai komponen modal kerja dalam usaha peternakan ayam broiler
meliputi modal untuk pembelian DOC (Day Old Chick), modal untuk
pembelian pakan, modal untuk pembelian obat-obatan dan vaksin, modal

mtuk biaya openisional yang dikeluarkan termasuk biaya PLN,minyak atau
&as atau batu bara, kapur, sekam, karyawan, biaya perawabm dan sewa

I.andaog(jika menyewa) dan modal mtnk keperluan lain tmmmkbiiaya yang

dikeluarkan untuk penyusutan kandang atau bangunan, penysut8n peralscdn,

b g a pinjaman bank, bonus serta matiagement jee. Mamgemenf fee

dikeluarkao jika dalam usaha tersebut menggunakan jasa konsaltan abm
menyewa kaodang dan semua karyawan dqmka~oleh pihak peayew (Fadilah
el al.2007).

2. Ktmitraan Peternakan Aynm Broiler

Pada dasamya pembangunan petemakan dengan sistem kemitraan ini
memiliki tujuan yang di antaranya adalah peningkatan peodapatan dan
k e s e j a h t m petani, meningkatkan produksi dan ekspor kom&

nou migas

sata mempercepat alih teknologi budidaya mlitjemen petemakm dari inti ke
plasna
Dasar pemikiran kemiman adalah setiap pelakn usaha mem#
potensi, kemampuan dan keistimewaan masing-masing dengan p e c k h m

ukuran, jenis, siht dan tempat usahanya. Dan pelaku usaha yang meqmgai
kelebihan dan kekurangan diharapkan dapat d i n g menutupi kekuntogan
um-11msu1g detrgan koridisi prig danikian akin tirnbul suatu kebuhrban
untuk bekerjasama dan menjalin bubungan kejasama kemitraan.

Dalam pelaksanaan kemitraan Wie (1992) mengungkaph adanya
empat model hubungan kemitraan yang terjadi. Pertama, model dagang yihr
suatu model hubungan kemitraan yang hanya terbatas pada hubwpn dagang

mars penjual dan pembeli saja. Kedua, model vendor yaitu sum hubungan
kernitraan yang mengharuskan pihak-pihak yang bermitra untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku operasional penisaham inti Ketiga, model s u b k m
terjadi apabila produk-produk yang dihasilkan oleh pihak yang bermitra masib
merupakan sistem produksi perusahaan inti sehmgga mtuk model kemiaam

ini anggota kemitraan harus dapat memenuhi persyamtan inti dalam
melaksanakan proses produksinya terutama mengemi skala produksi dan
pmgpraan teknologi. Keempat, rnodel pembinaan yang diarablran uatuk

mendomng pihak-pihak yang memiliki potensi untuk beqmduksi. Pada

u m m y a , produk yang dihasilkan merupakan komoditi ekspor.

Menurut Swat Keputusan Menteri Pertanian Republik lndrmesia

No.47UKptSTcN.330/6/1996,model ummn kemitraaa ent;w peogusaha
dengan p e t 4 peserta kernitman dapat dibagi dalam tiga kategoriyaitu :

a Pola Inti Rakyat: yaitu perusaham yang melakukan hgsi permaman,
bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengolaban hasil dao

pasaran hasil bagi usahatani yang dibimbingnya (plasma), sambil
mengusahakan w h t a n i yaug dimilikinya dan dikelola seadiri (inti).
b. Perusabam pengelola: yaitu perusaham yang melakokao fimgsi

perencanaan, bimbingan dan pelayanan sarana pmidcsi3 kredit,
pmgolahan dan pemasaran hasil bagi usahatani yang dibimbinepya tempi
tidak menyelenggarakan usahatani sendiri.
c.

Perusshaan penghela: yaitu perusahaan yang melakukan fimgsi
perenCanaan, bimbingan dan menampung has3 tanpa melayani Wit
sarana pmduksi dan juga tidak mengusahakan

us ah tau^ Ywdiri

Wepmentan 19%).

Dari tiga bentuk hubungan kanitraan antara inti dan plasma, satu di
an-ya

yang telah banyak dikembangkan di Indonesia adalah kemihaan

dengan Pola Inti Rakyat (PIR). PIR di Indonesia sebelunmya banyak
dikembangkan pada selitor pekebunan, dan komoditi yang meajadi
primadona unhk dikembangkan &ngan Pola Inti Rakyat ini adalah karet dan
kelapa sawit.
Bib d i l i t dari segi pelah model kemitraan maka jenis kemitraan dapat
dibedakan menjadi dua tipe yaitu kemitraan vertikal dan kanhaan horizomal

(Suhamo 2002). Kemitraan vertikal terjadi apabila para peserta kemitraan
merupakan integrasi hulu hingga hilir. sedangkan kemitraan horizwtal terjadi
apabila pelakunya melakukan usaha sejenis. Swnardjo
menyatakan bahwa kemitraan @at

el

01. (2004) juga

bersifat horizontal atau vertikal

berdasarkan posisi dalam struktur produksi. Kemitraan horimnzal adalah
kejasarna antara peternak besac dengan petemak kecil dalam rangka
metdngkatkan produksi untuk memenuhi pasar. atau kerjmama antara

petemak kecil membenhk koperasi dengan tujuan memperoleh bahan baku

lebib murah sehingga level keuntungan peternak meningkat Kemihan
verlikal meliputi beberapa lembaga berhubuogan secara vertik;al dan
memberikan sumbangan dalam proses prod~ksi.

Inti selain membangun usahanya juga memberikan sumbag& s gar
usaba plasma juga dapat berjalan deugan baik untuk mencapai tujvan Model

PIR pada ayam ras secara resmi dimulai sejak terbitnya SK M

d Pdauian

No.406/KPTS/5/1984. Konsep PIR diiIhami dengan adanya model k t m h a n
h4iranti-Mirama yang diperkenalkan pertama oleh Gabungan Permsabaao

P-ggasan

Indonesia/GAPPI (Suhamo 2002).

Kernitraw adalah jalinan kerjasama dari dua atau lebil~peLaku usaha

yang d i n g menguntungkan. Kemitraan seperci yaog lacaotum dalasn
Undang-Undang No.9 Tahun 1995 (Suhamo 2002) adalah kerjasama aohw

usaha kecil dengan usaha meuengah atau dengan usaha besar disatai
pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha mwengah atau

usaha besar. Kemitraan didasadan atas prinsip d i n g maoperkust tkbmpa
aspek kerjasama adalah permodalan, mamjemen, teknologi dan pemsmn

Dari beberapa pengertian yang ada remebut, pengusaha btxar
mempunyai taoggung jawab d untuk membimbing dan membina
p e n b e kecil mitranya agar mampu menjadi mitra yang handal rmtok

meraih keunhmgan dan kesejahteman bersama. Ma&

barus rn-

k e b g a n masing-masing dan mampu d i n g mengisi serta melagbpi
kekurangan tersebut.
Sumardjo el al. (2004) rnenyatakan. dalam sistern agribivlis terdapat
litna bent& kemitraan antara petani dengau pengwaha besar. Ketima jenk
kemitraan tersebut ada1ah:
a. Pola Inti Plasma
Pola ini rnerupakan pola hubungau antara pe~adkelompdirani atau
kdompok mitra sebagai plasma dengan p e d ~ a a ninti yang bermitra
u d a . Pen~sahaaninti menyediakan lahan, sarana produksi. bimbingan
teknis dan manajemen serta menampung, mengolah dau rnnemzdm M I
pmh~ksi.Perusaham inti tetsp memproduksi kebutuhan

sedangkan kelompok mitra usaha memenuhi kebutuhan pentsahaan sesuai
dengan persyaratan yang telah disepakati.

b. Pola subkontrak
Pola ini merupakan pola kemitraan antara perusahaan milra usaha

dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi kompooeo

jng

diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari prom*ksioya. B

d

kemitraao semacam ini biasanya ditandai dengan adiurya
teutang kontrak bermma yaag di antamnya mencakup volume, Imp,

muh dan waktu. Pola kemitraan ini dalam banyak kasus ditemukan ssngat
bermanfaat dan kondusif bagi terciptanya alih telmologi, modal
k&rampilan dan produkrtivitas serta terjaminnya pemasaran produk pada
kelompok mitra.

c. Pola dagmg umum
Pola kemihaan dagang mum menrpakan pola hubmgm usaha

dalam pemasaran hasil antara pihak perusahaan pemasar deogan pihak
kelompok pemasok kebutuhan yang diperlukan oleh pemsahaan pemrrsar.

Pada dasamya pola kemitraan ini adalah hubungan jual-bdi sehingga
memerlukan struktur pendanaan yang kuat dari pihak yang bamiha baik
pausahaan besar maupun usaha kecil.

d Pola keagenan
Menpalcan bentuk kemitraan dengan peran pihak peruslhaau besar
atau mitra meniberi bak khusus untuk memasarkan barang atau jasa umba
pensaham atau usaha kecil mitra usaha. Perusaham besarhna~ogah
bextanggungjawab atas mutu dan volume prodnk, &a&an

usaha kecil

mihanya berkewajiban memasarkan produk atau jasa tersebut Di antara

pihak-pihak yang bermitra terdapat kesepakatan tentang targa-mget yang
hams dicapai dan besamyafee atau komisi.
e. Kerjasama operasional agribisnis

Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis rnempah pola

hubungan bisnis dimana kelompok mitra menyediakan lahan sarana dan
tenaga. Sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan biaya, modal.
manajemen dan pen-

sarana produksi untuk mengcsabkan atau

membudidayakan suatu komoditi pemmian. Di s a q i n g it4 perwhan
mitra juga sering berperan sebagai penjamin pasar produk. di amamya

juga mengolah produk tersebut dan dikemas lebih lanjut untuk dipasarlian
Model inti raiyat merupakan suatu bentuk kerjasama yang saliog

menguntungkan antara permhaan besar dengan usahaternak k e d di
sekitamya. PIR dilaksanakan dengan azas bahwa golongan yang kuat wajib

m b a n t u golongan I

d 1 di dalznn usahanya untuk meucapai tujuan masing-

masing Menurut Saragih (2001), nntllk meningkatkan daya saing prod&

penmggasan nasional M u dikanbangkan kernitman

inte&as

vertikal mengingat kondisi struldur peternakan nasional masih didominasi
oleh petemalolnrakyatberskala keciL
Menurut Sara& (2W1), agribisnis ayam ms pedaging mengbadapi
prospek yang cerah di masa yang akan datang, ha1 ini didorong ol& ikkbr

jumlah penduduk yang besar. konsumsi daging bmiler yang masih rendab dan
kern*
m b u h a n ekowmi nasionalyang positif
Selain sapronak, dibuhhkan faktor produksi lain yang mendnkmg usaha
petemakan. Menurut Soekartawi (2002a), faktor pmdd& adalah m
u
a

korbanan yang diberikan pada usahatani agar mampu meogbdfm dengan
baik Faktor produksi ini sangat mempengamhi besar kednya hasil p u g akan
diperoleh Faktor produksi Lahan, modal, tenaga kerja dm asp& mma&wn
merupakau faktor yang penting dalam usaha petemakan.
Umumnya petani mengadakau pehitungan-perhitungan e k d dalam

keuangan menyangkut inpur (biaya) yang diiutuhkan dan otynrl @eoerimaao)
yang akan diperoleh nantinya, namun perhitungan-perhituhganyang dilakukan
hanyalah perhitungan yang s e d d a n a

Pendapatan kotor usahatani adalah nilai produk total usahatani daiam
jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual, antara lain
meliputi: ( I ) yang dijual (2) yang dikonsumsi di mmah tangga peomi, (3)
yang digunakan dalam usahatani seperti bibit dan seba-a,

(4) yang

digunakan untuk pembayaran. (5) yang akan disirnpan atau di&angkan
sampai akhir tahun. Sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih
antara -tan

kotor usahatani dengan pengeluaran total usahataoi.

Pengeluaran total usahatani itu sendiri (Total Farm Fxpeme) adalab nilai
semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam pmduksi, ktapi

tidak tennasuk tenaga kerja kelnarga pdani (Hemanto 19%).
Besamya penerimaan dari pmses pmduksi dapat ditentuh dmgm
mengalikan produk yang dihasilkan dengan harga pro&& .-t

Secara

umwn semakin besar produksi yang dihasilkan, akan menyebabkao mnakin
besar pula penerban atau sebaliknya (Bishop & Toussaint 1979).
Meatnut Soehar~odan Patoug (1973), dalam usalui p-kaoakau Wtor

yang mempenybluhi pendapatan petemak &ah

tingkat pmduksi p g dapai

diukur dengan prodnktivitas skala usaha, tingkat kombinasi cab-

udmmi,

mulu hasil dan harga, efisiensi tenaga kerja dan kemamplan
mengelolapemhaanmaupuopenge1uaranu d a m i n y a
Peagelolaan usaha petemakan atau manajemen adalah

pen&-

..

-

dalam

. .

faktor produksi yang dikuasai sebaik-bailmya dm mampu

memberikan faktor pmduksi petemaka0 sebagaimanayangdiharapkan.

Meourut Soekartawi (2002b), pendapatan b i b usaha adalah selisih
mtara peoecimaan dan pengeluaran total. P & n
suatu uslha adalah
sebagai produk total suatu usaha dalarn produk tertentu baik )rang dijual

maupun yang tidak dijual. Penerimaan dihitung dengan rnagdikan produk

total dengan harga yang berlaku Sedangkan pengel-

total soatu usaha

adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam

proses produksi. Pendapatan bersih dari suatu usaha mengukur imbalan y m g
dipemteh dari penggunaan &or produbi seperti tanah, tem& keja modal

dan pengetolaan
Wiuter dim Funk (1962) menyatakan bahwa bebaapa Wor yang

mempengaruhi keunhmgan dalam peternakan ayam di antaranya adalah biap
dan pengelolaan m u m , efisiensi tenaga keja, biiya pemasaran,k g a DOC,
tingkat kematian dan besarnya skala usaha

Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Isbandi (1988) menunjukkan
bahwa usaha ayam ras pedaging menguntungkan pada sliala lebih dati 750

&or per periode. Fakior sosial tidak berpenga.ruh pada tkgku p e d q x t w
peternak. sedangkan faktor ekonomi sang beqmgamh pada tio&at
pendapatan pdemak adalah berat ayam, harga jual, jumlah ayam terjual dan
bia~apengeluaran ayam ras pedaging.
3. Modd Kcmitramn
Usaba beternak ayam dijalankan dengan cara menjalin kerjasama baik

dengw pemodal, pem&aan pakan maupun p e n d u u u ~pembibitaa Be@
pola kemitraan yang sering dilakukan sebagai b e d a t (Faditah eful. 2007):

a Pola simpan pinjam
Petemak meminjam *umlah

modal untuk usaha budidaya ayam

kepada pihak pernodal seperti bank. Pada akhir periode atau dalam j@

waktu tertentu, pinjaman harus dikembalikan dengan tambabn pasentase

buns atau persentase kmtungan yang besarnya telah disepakati teiebih
dahulu.
b. Pola kemitraan dengan perusaham pakan

Pada pola kernitmu seperti hi, petemak hanya barnma sebadas
suplai pakan untuk usaha ayam tersebut. Selebihnya, peeemak peg

menyedialan. Petemak memiliki kewenangan xpedmnys uotuk
mengelola usahanya tetapi biasanya peternak memberikan jaminan kqada

pausahaan pakan senilai palm yang akan digunakan
c. Pola kemitraan bagi hasil
Pola kemitraan yang terjadi antara petemak dan pihak lain sepati

pernodal atau pemahaan peternakan dengan sistem shoring. Contahoya
p e t 4 hanya memiliki sejumlah kandang, semua biaya opemiional dan

sarana produksi ternak disuplai dari pemodal atau pe4usabaan petanakan.

P-tase

pembagian keuntungan untuk petemak 20% dan pwnodaI8OaA

d. Pola kemitraan inti plasma
Saat ini pola kemitraan atti plasma paling baqak dilakukaa Pada

pola ini petemak bermitra dengan perusahatin petemakan selahu inti.
Banyak pola kexjasama yang ditawarkan s e p d bagi basil atau sistem

harga kontrak. Namun, prinsipnya semua sama yaitu per&
peternakan berperan sebagai inti untnk membina peternak )mg menjadi
p h m n y a agar lebil~rnaju dan bisa mandiri.
4. Periode Panen

Beberapa ha1 yang perlu dipehatikan pa& periode panen yaitu sebehrm

panen, ketika d i p a n e ~pasca panen (Fadilah

el

al. 2007). Kegiatan pada

periode sebelum panen antara lain meliputi (I ) menlbuat jadwal kandang yang
akan dipanen s e m i dengan ukuran berat ayam dan letak kandang sahr

mempersiapkan tim penangkap sesuai dengan kebutuhan, (2) mempeasiapkan
peralatan panen seperti timbangan, alat tulis, surat jalan, wia timbang, tali

rapia, keranjang ayam dan lampu senter, (3) pemberian pakan mtuk ayam
yaag akan dipanen l m s dikurangi agar sisa pakan tidak terlalu banyak

Ketika akan dipanen, ayam lebih baik tidak diberi pakan (di-)

&ma

4-6jam sebelum ditangkap. Tujuannya untuk menghindari tembolok pen&

&&an

pakan sebingga berat ayam menjadi tidak nyata. Namun air miomn

b m s tetap tersedia, (4) membuat laporan stok ayam beserta ukummya.
Kegiatan periode ketika dipanen antara lain m e l i w (1) m q g p & m g
tempat pakan dan minum, (2) menangkap ayam hams dilakukan seaua hati-

hati, (3) penyekatan ayam yang akan ditangkap dilalrvkan secua bertahap lalu

tan*

m e m i s a h k q Menangkap ayam jangan menggunakan

dipilih-jdih tetapi harus menghabiskan ayam dalam satu s&ataq

(4)

menimbang setiap ayam yang ditangkap, (5) masukkan ayam yang mau
ditimbang ke dalam keranjang s e a m perlaban, (6) memaiat basil
penimbangan dan jumlah ayam yang ditangkap secara beoar danjelas. Setelah

selesai pexmgkapan dan melakukan cek ulang, kendaraan pengqkut ay;rm
barn diizinkan meninggalkan lokasi.

Kegiatan yang dilakukan pascapanen adalah mengumpulkan semua

pedatan kandang dan membersihkamya. Selanjutnya, menimbimg palcan
yang tasisa dan mencatatnya. Menghitung total ayam dm total beiat ayam
yang dijual. Terakhir, melakukan evaluasi perhitungan p

d produksi

ayam. Beberapa parametex prestasi yang biasa dipakai oleh p p e t d

ayam broiler antara lain (Fadilah et al. 2007):
a. Permlase kematian (Persen Deplesi)
Persentax. kematian adalah jumlah ayam yang mati dan diaa-ir

&bagdengan jumlah total awal ayam dipelihara. Jumlah ayam yimg mati
dan diafki~dipemleh dari hasil pengurangan jumlab total ayam yang
dipelihara dengan jumlah total ayam yang dijual.
% kematian = [Jumlah total ayam awal-Jumlah total avam diiual) x Im6

Jumlah total awal ayam
b. Rata-rata berat ayam yang dijual

Rata-rata berat ayam yang dijual adalah total berat ayam yang dijual
dibagi dengan jumlah total ayam yaog dijual
Rata-rata berat ayam yang dijual= Total berat a m mng diiual
Jumlah total ayam yang dijual

c. Konversi Pakan (FeedConvenion Ratio atau F a )
Konversi pakan adalah banyaknya kilo-

pakan yang dilmaarmsi

berat ayam hidup.
Votal kilogram pakan yang dibaikan- Total kilogram pakan sisal

untuk menghasilkan satu kiloFCR =

Total kilogram ayam dijual

d. Umur panen dan mtaan umur panen
Umur paneu adalah umur ayam ketika dijual dalam sahm han Jika

urmrr ayam beragam ketika dijual Oebih dari satu umur) ham d i d rataan
umur panen.

Rataan umur panen =
Total peniumlahan dari umur omen (hari)x iumlah avam diiual
Total ayam yang dijual

Falitor yang mempenganihi keuntungan suatu usaha petemdm ayam
broiler adalah sebagai berikut (Fadilah et al. 2007):
a F'restasiproduksi
Tinggi rendahnya prestasi akan berpengarub terbadap besar kecilnya

laba rugi yang akau diperoleh.
b. Hargajual
Harga jual di atas biaya produksi menandakan usaha t d u t
menguntu