Evaluasi Karakteristik 18 Hibrida Melon Pkbt IPB Melalui Metode Augmented Design

EVALUASI KARAKTERISTIK 18 HIBRIDA MELON PKBT
IPB MELALUI METODE AUGMENTED DESIGN

Rahmatullaili
A34404047

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN
TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

EVALUASI KARAKTERISTIK 18 HIBRIDA MELON PKBT
IPB MELALUI METODE AUGMENTED DESIGN

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Rahmatullaili
A34404047


PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN
TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
RAHMATULLAILI. Evaluasi Karakteristik 18 Hibrida Melon PKBT IPB
Melalui Metode Augmented Design. (Dibimbing oleh WILLY BAYUARDI
SUWARNO dan SOBIR).

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik 18 hibrida melon
(Cucumis melo L.) PKBT IPB dan mengidentifikasi adanya hibrida yang memiliki
potensi yang sama atau lebih baik dari varietas pembanding. Penelitian ini
dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT)
IPB Tajur II, Bogor pada akhir Maret - Juni 2008.
Penelitian ini menggunakan rancangan lingkungan Augmented Design
dengan empat blok dan empat varietas pembanding. Augmented Design
merupakan rancangan lingkungan yang tidak memerlukan adanya pengulangan

pada varietas yang diuji. Pemilihan Rancangan ini dilakukan karena pada
penelitian ini jumlah materi yang dapat digunakan terbatas. Jumlah benih yang
dapat ditanam tidak mencukupi jika harus menggunakan ulangan. Hibrida hibrida baru yang diuji, yaitu 22x21, 6x7, 9x7, 10x1, 21x6, 7x6, Tetua 6, 21x7,
22x6, 22x7, 22x8, 22x9, 9x6, Tetua 7, 12x13, 21x8, 9x8, Tetua 21, dan Tetua 9.
Varietas pembanding yang digunakan adalah Apollo, Sky Rocket, Ladika, dan
Salmon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 hibrida melon hasil rakitan
PKBT IPB terdapat empat hibrida yang lebih unggul dibandingkan hibrida lain.
Keempat hibrida ini juga memiliki kelebihan dibandingkan dengan varietas
pembanding untuk karakter tertentu. Hibrida-hibrida tersebut adalah hibrida
22x21, 12x13, 21x7, dan 9x8.
Hibrida 22x21 memiliki bentuk buah bulat, warna kulit kuning cerah,
warna daging buah jingga muda, tekstur daging buah renyah dan memiliki tingkat
kemanisan diatas keempat varietas pembanding. Hibrida 12x13 memiliki bentuk
flattened, warna kulit krem, warna daging buah jingga, tekstur daging buah
kenyal, dan memiliki bobot diatas varietas pembanding Salmon.
Hibrida 21x7 memiliki bentuk bulat dengan warna kulit kuning cerah,
warna daging buah putih, tekstur daging buah renyah, dan memiliki tingkat

kemanisan diatas varietas pembanding Salmon, Ladika dan Sky Rocket. Hibrida

9x8 memiliki bentuk buah bulat berjala, dengan warna kulit hijau kekuningan,
warna daging buah jingga, tekstur daging buah kenyal, beraroma, dan memiliki
tingkat kemanisan diatas Ladika.

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

: EVALUASI KARAKTERISTIK 18 HIBRIDA MELON
PKBT IPB MELALUI METODE AUGMENTED DESIGN

Nama

: RAHMATULLAILI

NRP

: A34404047

Menyetujui,
Dosen Pembimbing


Dr. Ir. Sobir, MSi
NIP. 19640512 198903 1 002

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP. 19571222 198203 1 002

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 22 November 1986 di Pekanbaru, Propinsi Riau.
Penulis merupakan anak tunggal dari Bapak Alm. Suleiman Adam dan Ibu
Tengku Rafmawarni.
Tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan dasar dari SD Negeri 012
Pekanbaru, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 1
Pekanbaru dan lulus pada tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan
pendidikan ke SMU Negeri 8 Pekanbaru dan lulus pada tahun 2004.

Tahun 2004 penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Program Studi Pemuliaan Tanaman dan
Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian (sekarang Departemen
Agronomi dan Hortikultura), Fakultas Pertanian IPB.
Selama masa perkuliahan penulis mengikuti organisasi mahasiswa Klub
Agribisnis sebagai anggota pada tahun 2004-2005, ikut serta dalam Dewan
Perwakilan Mahasiswa (DPM) masuk dalam komisi Administrasi dan
Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesma) sebagai anggota pada tahun 2007-2008.
Penulis juga berpartisipasi sebagai panitia pelaksana Pemilihan Raya (Pemira)
Fakultas Pertanian pada bulan Juni 2008.

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi
Karakteristik 18 Hibrida Melon PKBT IPB melalui Metode Augmented Design.
Skripsi ini merupakan bagian dari tugas akhir sebagai syarat memperoleh gelar
Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengevaluasi karakteristik 18 hibrida
melon PKBT IPB yang diharapkan dapat melebihi varietas melon pembanding
yang ada saat ini. Hibrida-hibrida yang terpilih akan diteliti lebih lanjut agar dapat

dilepas sebagai varietas unggul baru.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Willy Bayuardi Suwarno, SP.
MSi dan Dr. Ir. Sobir, MSi yang telah membimbing dan memberi banyak saran
selama penelitian dan penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu, terutama ibunda dan
sahabat – sahabat penulis yang telah memberi dorongan tulus baik moril maupun
materiil. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2009
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan ..................................................................................................... 2
Hipotesis.................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Melon ...........................................................................

Syarat Tumbuh ........................................................................................
Melon Hibrida .........................................................................................
Evaluasi dalam Pemuliaan Tanaman ......................................................
Augmented Design ..................................................................................

3
5
6
7
8

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ..................................................................................
Bahan dan Alat ........................................................................................
Metode Penelitian....................................................................................
Analisis Data ...........................................................................................
Pelaksanaan Penelitian ............................................................................
Pengamatan Penelitian ............................................................................

9

9
9
10
10
12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ........................................................................................................ 14
Kondisi Umum ........................................................................................ 14
Karakter Kualitatif .................................................................................. 15
Karakter Kuantitatif ................................................................................ 23
Korelasi antar Karakter Kuantitatif ......................................................... 28
Pembahasan ............................................................................................. 30
KESIMPULAN ................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 33
LAMPIRAN ........................................................................................................ 35

DAFTAR TABEL

Nomor


Halaman
Teks

1. Penampilan Batang 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor .......... 16
2. Penampilan Daun 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor ............ 17
3. Karakteristik Kualitatif Buah 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi
di Bogor................................................................................................... 20
4. Penampilan Jala 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor ............... 22
5. Rekapitulasi Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter
Kuantitatif ............................................................................................... 23
6. Umur Berbunga Hermaprodit dan Umur Panen 18 Hibrida Melon
yang Dievaluasi di Bogor ........................................................................ 24
7. Rekapitulasi Data Bobot Buah Melon dan Padatan Terlarut Total (PTT)
18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor .......................................... 25
8. Rekapitulasi Data Panjang Buah Melon dan Lingkar Buah 18 Hibrida
Melon yang Dievaluasi di Bogor ............................................................ 26
9. Rekapitulasi Data Tebal Daging Buah dan Tebal Kulit Buah 18 Hibrida
Melon yang Dievaluasi di Bogor ............................................................ 27
Lampiran

1. Data Iklim Bulan April 2008 – Juni 2008 ............................................... 36
2. Deskripsi Melon Apollo .......................................................................... 40
3. Deskripsi Melon Sky Rocket .................................................................. 40
4. Deskripsi Melon Salmon ......................................................................... 41
5. Deskripsi Melon Ladika .......................................................................... 41
6. Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter
Umur Berbunga Hermaprodit ............................................................................42

7. Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter Umur Panen .....................42
8. Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter Bobot Buah ......................42
9. Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter PTT ..................................42
10. Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter Panjang Buah ...................42
11. Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter Lingkar Buah ...................43
12. Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter Tebal Daging Buah ..........43
13. Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter Tebal Kulit Buah ..............43

DAFTAR GAMBAR

Nomor


Halaman
Teks

1. Kondisi umum pertanaman melon .......................................................... 14
2. Keragaman penampilan 18 hibrida melon yang dievaluasi di Bogor ..... 18
3. a. Melon tidak berjala.............................................................................. 21
b. Melon berjala sebagian ....................................................................... 21
c. Melon berjala penuh ............................................................................ 21

Lampiran
1. Morfologi bentuk daun, tepi dan bentuk buah ........................................ 37
2. Hama dan penyakit tanaman melon ........................................................ 38
3. Lay out percobaan .................................................................................. 39

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Melon merupakan tanaman buah semusim yang sangat diminati di
Indonesia. Melon terkenal karena rasanya manis, tekstur buahnya lembut, dan
aromanya yang khas. Menurut Paje dan van der Vossen (1994) melon dapat
dikonsumsi sebagai buah segar atau dalam bentuk produk olahannya seperti sirup,
permen dan susu rasa melon. Wirakusumah (1995) menambahkan melon juga
sering digunakan sebagai terapi kesehatan karena mempunyai banyak khasiat
dalam membantu sistem pembuangan, menurunkan resiko stroke dan penyakit
jantung, serta mencegah penggumpalan darah.
Konsumsi melon di Indonesia semakin tinggi, diperkirakan pada tahun
2005 - 2008 konsumsi buah melon meningkat hingga mencapai 1.34–1.50 kg/
kapita/ tahun. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan pola makan penduduk yang
menjadikan buah segar sebagai salah satu menu gizi pelengkap (Departemen
Pertanian, 2008). Meningkatnya konsumsi melon mengakibatkan tingginya
permintaan pasar terhadap melon, sehingga produksi melon harus ditingkatkan.
Peningkatan produksi melon harus ditunjang oleh ketersediaan benih
melon yang memadai, baik jumlah maupun kontinuitasnya. Permasalahannya saat
ini, ketersediaan benih melon di Indonesia sangat bergantung kepada benih impor,
sehingga terdapat keterbatasan dalam penyediaannya. Mengamati fakta-fakta
tersebut, pengadaan benih melon di dalam negeri menjadi perlu dilakukan. Benih
melon yang akan diproduksi ini harus berkualitas karena keberadaannya
diharapkan dapat mensubstitusi benih impor (Suwarno, 2006).
Paje dan van der Vossen (1994) mengemukakan bahwa benih melon
hibrida merupakan salah satu pilihan yang menjanjikan dalam upaya
menghasilkan benih melon yang berkualitas. Alvarez (1998) juga menambahkan
bahwa keuntungan dari melon hibrida dapat dilihat dari penampilan yang
seragam, tipe buah dan kombinasi karakter–karakter favorit pada beberapa tipe
melon terdapat pada satu genotipe (kualitas buah, umur genjah, adaptasi terhadap
iklim basah, tahan hama dan penyakit, serta tahan lama disimpan).

Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB telah melakukan
serangkaian program pemuliaan melon yang bertujuan untuk manghasilkan
varietas hibrida melon. PKBT hingga saat ini telah berhasil menghasilkan
sejumlah genotipe melon hibrida. Untuk mengetahui karakteristik dasar hibrida
yang dihasilkan perlu dilakukan evaluasi pendahuluan. Evaluasi pendahuluan
melibatkan varietas hibrida komersial yang telah beredar dan dikenal oleh
masyarakat untuk mengetahui apakah genotipe harapan tersebut dapat bersaing
atau tidak.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik 18 hibrida melon
(Cucumis melo L.) PKBT IPB dan mengidentifikasi adanya hibrida yang memiliki
potensi yang sama atau lebih baik dari varietas melon pembanding.

Hipotesis
Diharapkan dari 18 hibrida melon yang diuji terdapat minimal satu hibrida
melon yang sama atau lebih baik daripada varietas melon pembanding untuk
karakter tertentu.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Melon
Tanaman melon termasuk famili Cucurbitaceae atau suku labu–labuan.
Tanaman ini merupakan tanaman semusim dengan sebagian besar kultivar tumbuh
menjalar. Bunga melon berwarna kuning, yang terdiri dari bunga jantan, bunga
betina, atau bunga hermaprodit (Nonnecke, 1989). Tipe pembungaannya
monoecious (bunga jantan dan bunga betina dalam satu tanaman) dan
andromonoecious (pada satu tanaman dihasilkan bunga jantan dan bunga
hermaprodit).
Ashari (1995) menyatakan bahwa pada satu tanaman melon dapat
dihasilkan 512 bunga jantan dan 42 bunga hermaprodit. Mekarnya bunga
tergantung pada suhu dan kelembaban. Jika temperatur rendah, kelembaban tinggi
dan berawan, maka bunga akan terlambat mekar. Bunga melon mekar pada pagi
hari dan menutup pada hari yang sama. Rubatzky dan Yamaguchi (1999)
menambahkan bahwa bunga jantan terbentuk berkelompok tiga hingga lima bunga
pada tangkai bunga yang muncul hampir di tiap ketiak daun. Bunga betina dan
hermaprodit tumbuh tunggal pada tangkai yang berbeda. Sistem perakarannya
luas, namun agak dangkal. Batangnya bersudut dengan sulur tunggal. Daunnya
berbentuk bulat telur dan agak bundar.
Melon merupakan tanaman menyerbuk silang. Pembentukan buah melalui
penyerbukan sendiri tidak dapat terjadi meskipun melon memiliki bunga
sempurna dengan putik dan benang sari. Hal ini disebabkan oleh waktu
kematangan antara serbuk sari dan putik yang tidak sama. Buah melon normal
memiliki jumlah biji sekitar 400 biji per buah. Pembentukan buah melon yang
baik memerlukan ratusan serbuk sari untuk menyerbuki putik (Harjadi, 1989).
Bantuan serangga penyerbuk sangat penting dalam produksi buah yang tinggi
karena serbuk sari yang dihasilkan bunga melon terlalu berat untuk diterbangkan
oleh angin (Ashari, 1995). Jumlah, ukuran dan tingkat kemanisan melon
meningkat dengan peningkatan jumlah penyerbukan yang dilakukan oleh lebah
madu (Delaphane dan Mayer, 2000).

Buah melon memiliki keragaman yang tinggi. Bentuk buah, warna kulit
buah, warna daging dan bobot buah sangat bervariasi. Ada buah melon yang
berbentuk bulat, bulat oval sampai lonjong. Warna kulit buah antara putih susu,
putih krem, hijau krem, hijau kekuning-kuningan, hijau muda, kuning, kuning
muda, kuning jingga dan kombinasi dari warna-warna tersebut. Struktur kulit
antara berjala (berjaring), semi berjala, hingga tipis dan halus. Daging buah melon
berwarna jingga tua hingga jingga muda, merah muda, kuning, hijau, putih, putih
susu hingga putih kehijauan (Paje dan van der Vossen, 1994).
Melon digolongkan menjadi dua tipe berdasarkan penampilan kulit
buahnya, yaitu netted melon dan winter melon. Netted melon memiliki ciri-ciri
permukaan luar kasar, kulit buah keras, membentuk jaring, berurat dan umumnya
tahan lama disimpan. Winter melon memiliki ciri-ciri permukaan luar yang halus,
tidak membentuk jaring pada kulitnya, dan umumnya kurang tahan lama disimpan
(Harjadi, 1989).
Robinson and Decker (1999) mengklasifikasikan varietas melon menjadi
enam kelompok, yaitu :
1. Kelompok Cantaloupe (umumnya disebut juga muskmelon).
Melon

dalam

kelompok

ini

memiliki

ciri-ciri

buah

berukuran

medium/sedang, dengan permukaan kulit berjala, warna daging buah
jingga terkadang juga hijau dan memiliki aroma buah yang khas.
2. Kelompok Inodorus (winter melon).
Ciri-ciri melon kelompok ini adalah bentuk buah lebih besar dibandingkan
Melon Cantaloupe, permukaan licin dan tidak berjala, daging buah
berwarna putih atau hijau, aroma tidak menyengat.
3. Kelompok Flexuosus (snake melon).
Ciri-ciri melon dalam kelompok ini adalah bentuk buah panjang dan
ramping. Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menambahkan, ukuran buah
berkisar dari panjang 20 cm hingga 1 meter dengan diameter 4 cm hingga
lebih dari 10 cm.
4. Kelompok Conomon (pickling melon).
Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan ciri-ciri melon kelompok ini
adalah permukaan kulit buahnya empuk dan halus, buah berbentuk

silinder, panjang 20-30 cm, dan diameter 6-9 cm, daging buah agak tebal
dan berwarna putih, kelompok ini termasuk dalam kelompok melon manis.
5. Kelompok Dudaim (pome melon/ Queen Anne’s pocket).
Ciri-ciri melon kelompok ini adalah ukuran buah kecil, berbentuk bulat,
daging buah berwarna putih dan kulit buah tipis. Rubatzky dan Yamaguchi
(1999) menambahkan kelompok melon ini memiliki kulit buah garis-garis
hijau gelap dan hijau terang yang berubah menjadi jingga kecoklatan
ketika matang.
6. Kelompok Momordica (phoot snap melon).
Melon kelompok ini memiliki bentuk buah silindris, daging buah berwarna
putih atau kuning pucat, kandungan gula kurang, tekstur buah renyah,
permukaan kulit licin dan buahnya agak pecah saat matang.

Syarat Tumbuh
Pada umumnya tanaman melon dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah
(George, 1999). Tanah berpasir dengan drainase baik adalah yang paling sesuai
untuk budidaya tanaman melon (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Melon peka
terhadap tanah asam. Menurut Paje dan van der Vossen (1994) serta George
(1999) pertumbuhan melon akan optimal jika ditanam pada pH 6–7, sedangkan
menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) melon akan tumbuh baik pada pH 7–8.
Harjadi (1989) mengemukakan bahwa pada kondisi tanah masam, unsurunsur seperti fosfor dan kalsium sulit diserap oleh tanaman karena terikat oleh
unsur alumunium, mangan dan besi. Penanaman pada tanah masam juga akan
menyebabkan terjadinya ’Acid yellowing’ dengan gejala pertumbuhan tanaman
terhambat, daun berwarna kuning dan tanaman kerdil. Paje dan van der Vossen
(1994) mengemukakan bahwa tanaman melon masih dapat tumbuh hingga
ketinggian 1000 m dpl, di Pulau Jawa melon dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian 300-800 m dpl. Jika melon ditanam pada daerah dengan ketinggian
kurang dari 300 m dpl, maka buah yang dihasilkan akan berukuran lebih kecil dan
dagingnya kurang berair.
Menurut Nonnecke (1989) melon menyukai lingkungan yang hangat dan
kering dengan suhu optimum 18-24°C, sedangkan menurut Paje dan van der

Vossen (1994) suhu optimum pertumbuhan melon adalah 18-28°C. Sudarsono
(1989) menambahkan bahwa melon membutuhkan banyak sinar matahari selama
pertumbuhannya. Kelembaban yang tinggi dan hujan yang terus-menerus
mengakibatkan tanaman melon mudah terserang penyakit dan perkembangan
akarnya buruk. Perkembangan akar yang buruk mempengaruhi kualitas buah yang
dihasilkan. Rasa buah menjadi hambar dan aromanya tidak begitu kuat

Melon Hibrida
Varietas hibrida merupakan generasi pertama (F1) yang mempunyai sifat
heterosis, yaitu peningkatan ketegaran (vigor) besar turunan (F1) melebihi
tetuanya bila dua galur murni disilangkan (Makmur, 1992). Heterosis juga dapat
diartikan sebagai F1 yang lebih unggul dibandingkan tetuanya pada satu atau
beberapa karakter (Mangoenwidjojo, 2003).
Sutjahjo et al. (2006) menyatakan bahwa varietas hibrida yang unggul
sangat bergantung pada ketersediaan galur murni yang potensial. Sumber galur
murni ini dapat berupa varietas bersari bebas (open pollinated varieties), silang
tunggal (single-cross), silang ganda (double-cross), silang banyak (multiplecross), silang puncak (top-cross), varietas sintetis (synthetic varieties) atau plasma
nutfah (germ plasm). Sumber galur murni yang sering digunakan pada pemuliaan
tanaman melon adalah varietas bersari bebas (open pollinated varieties). Alvarez
(1998) menambahkan, pembentukan galur murni pada melon cenderung mudah
karena melon memiliki efek inbreeding depression (kemunduran sifat-sifat
tanaman sebagai akibat perkawinan antar kerabat dekat) yang kecil, sehingga
terdapat cukup banyak galur murni yang dapat digunakan sebagai bahan
persilangan. Melon memiliki nilai heterosis yang kecil. Nilai heterosis melon
hanya nyata untuk beberapa karakter, seperti : kadar Padatan Terlarut Total (PTT),
umur panen, bobot buah, penampilan jala dan bentuk buah.
Paje dan van der Vossen (1994) mengemukakan bahwa program
pemuliaan melon didasari dengan seleksi massa dan seleksi galur pada varietas
bersari bebas. Tanaman-tanaman yang terseleksi kemudian disilangkan untuk
membentuk hibrida-hibrida baru. Persilangan dilakukan pada pagi hari karena
bunga hermaprodit dan bunga jantan mekar pada pagi hari. Paje dan van der

Vossen (1994) menyatakan keuntungan dari melon hibrida adalah penampilan
seragam, tipe buah dan kombinasi karakter–karakter favorit pada beberapa tipe
melon terdapat pada satu genotipe (kualitas buah, umur genjah, adaptasi terhadap
iklim basah, tahan hama dan penyakit, serta tahan lama disimpan).

Evaluasi dalam Pemuliaan Tanaman
Menurut Makmur (1992) evaluasi penting dilakukan untuk mendapatkan
informasi yang pasti dan lengkap mengenai penampilan (keragaan) suatu genotipe
tanaman. Berdasarkan informasi tersebut dapat dilakukan tindakan pemuliaan
tanaman berikutnya terhadap materi genetik yang dimiliki. Evaluasi dapat
dilakukan di awal, tengah, maupun di akhir program pemuliaan.
Langkah awal yang dilakukan sebelum evaluasi adalah karakterisasi.
karakterisasi ini dilakukan terhadap genotipe-genotipe harapan agar dapat
dideskripsikan secara kualitatif maupun kuantitatif sehingga keragamannya
tampak jelas. Karakter-karakter yang tampak tersebut kemudian dibandingkan
dengan karakter-karakter pada varietas komersial, sehingga dapat diketahui
apakah genotipe harapan tersebut memiliki karakter yang lebih unggul
dibandingkan varietas komersial atau tidak. Hal ini akan menentukan genotipe
mana yang akan diseleksi menjadi varietas unggul baru.
Pada awal program pemuliaan, evaluasi berguna untuk menentukan
genotipe mana yang dapat dijadikan tetua dalam hibridisasi selanjutnya dan
genotipe mana yang dapat dijadikan varietas budidaya (Allard, 1960). Hasil
evaluasi ini kemudian diuji daya hasil pendahuluannya dan daya hasil lanjutan
untuk melihat kemampuan daya gabung umum F1-nya. Pasangan dengan daya
gabung tinggi dipertahankan untuk dijadikan tetua dalam kegiatan hibridisasi
selanjutnya karena merupakan kombinasi pasangan yang potensial. Uji
multilokasi kemudian dilakukan untuk melihat stabilitas dan adaptabilitas F1 yang
diperoleh. Makmur (1992) menambahkan pengujian atau evaluasi merupakan
langkah penting dalam program pemuliaan tanaman untuk memastikan apakah
tanaman yang dimuliakan tersebut sudah memenuhi syarat untuk diperbanyak dan
dilepas ke petani atau tidak.

Augmented Design
Masalah utama evaluasi awal pada proses pemuliaan tanaman adalah
efisiensi perancangan percobaan dengan keterbatasan bahan yang tersedia. Benih
yang tersedia tidak mencukupi untuk percobaan dengan rancangan yang
menggunakan ulangan. Masalah tersebut dapat diatasi dengan rancangan
lingkungan Augmented Design.
Augmented Design merupakan rancangan lingkungan yang tidak
memerlukan adanya pengulangan pada varietas yang diuji. Pengulangan hanya
dilakukan pada varietas pembanding yang digunakan. Rancangan ini merupakan
rancangan baku, dapat berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Pada Rancangan Augmented dalam RKLT
denah percobaan dibagi manjadi beberapa blok seperti rancangan lingkungan pada
umumnya. Tiap blok memuat dua atau lebih varietas pembanding yang
ditempatkan secara acak. Sisanya adalah varietas yang diuji yang ditempatkan
secara acak dalam semua blok tanpa ulangan. Varietas yang diuji tidak harus sama
jumlahnya dalam tiap blok, namun rancangan dengan jumlah varietas yang sama
akan lebih efisien. Augmented Design dilakukan dengan dua tujuan, yaitu :
1. Memperkirakan besarnya galat percobaan dan cara yang objektif untuk
membandingkan varietas yang diuji dengan varietas pembanding.
2. Menetapkan cara untuk menyesuaikan hasil dari tiap varietas baru dengan
meniadakan pengaruh perbedaan lingkungan antar blok.
Jumlah blok ditetapkan sesuai kebutuhan, dengan derajat bebas (db) galat
minimal 10 untuk analisis ragam pembanding. Pembatasan ini menentukan jumlah
minimum blok yang dapat digunakan dalam rancangan. Jumlah blok yang
digunakan ditentukan oleh jumlah varietas yang diuji dan ukuran blok maksimum
yang dapat dibuat pada lokasi percobaan tersebut. Jika c adalah jumlah kontrol
yang digunakan, r adalah jumlah blok, dan pada ANOVA derajat bebas galat
untuk varietas kontrol adalah (r - 1) (c - 1), maka jumlah blok yang akan
digunakan harus memenuhi persamaan berikut :
r

(10/ c – 1) + 1

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada akhir bulan Maret sampai bulan Juni 2008
di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB Tajur II Bogor.
Lokasi penelitian terletak pada ketinggian ±250 m dpl, curah hujan rata-rata 278.7
mm/bulan, suhu rata-rata harian 25.66°C, kelembaban udara rata-rata 83.99%
(Tabel Lampiran 1).

Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 genotipe
melon hasil pemuliaan Pusat Kajian Buah – Buahan Tropika (PKBT) IPB, yaitu
22x21, 6x7, 9x7, 10x1, 21x6, 7x6, Tetua 6, 2x7, 22x6, 22x7, 22x8, 22x9, 9x6,
Tetua 7, 12x13, 21x8, 9x8, Tetua 21, Tetua 9 dan empat varietas pembanding,
yaitu Apollo, Sky Rocket, Ladika, dan Salmon.
Sarana pertanian yang digunakan adalah pupuk kandang, Fertibor
(Na2B4O7·5H2O), Multitonic (pupuk cair lengkap yang mengandung hara makro
N, P, K, Ca, Mg, S dan hara mikro Zn, Fe, Mn, Cu, B, Mo, Cl), KNO3, NPK (1616-16), urea, KCl, Gandasil Buah, Gandasil Daun, dan kapur pertanian.
Pangendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida yang terdiri dari
insektisida yang berbahan aktif Confidor, Agrimek, dan Canon. Fungisida yaitu
Dithane 45 berbahan aktif benomil, Rubigan 0.5 mg/L, dan Previcur N 2 ml/L.
Nematisida yaitu Furadan 3G. Alat-alat yang digunakan, yaitu: alat pertanian
umum, mulsa plastik hitam perak, jangka sorong, timbangan kasar, dan hand
refractometer.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan lingkungan Augmented Design
dengan empat blok. Tiap blok terdiri dari enam genotipe yang diuji dan empat
kontrol yang ditempatkan secara acak, sehingga terdapat 40 satuan percobaan.
Tiap satuan percobaan terdiri dari 10 tanaman, sehingga total populasi tanaman

adalah 400 tanaman. Denah rancangan ini terlampir pada Gambar lampiran 3.
Model linier yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Yij = µ +

i + j + ij

Dengan :
Yij

= Nilai pengamatan pada blok ke-i genotipe ke-j

µ

= rataan umum
i

= pengaruh blok ke-i

j

= pengaruh genotipe ke-j

ij

= pengaruh galat pada blok ke-i genotipe ke-j

i

= 1, 2, 3, 4

j

= 1, 2, 3, ...,18

Analisis Data
Data kuantitatif dalam Rancangan Augmented yang diperoleh dianalisis
untuk mengoreksi hasil pengamatan perlakuan yang diuji dengan faktor koreksi.
Analisis dilanjutkan dengan menghitung ragam kontrol, kemudian dihitung
standard error untuk membandingkan antara faktor koreksi tiap peubah dengan
rataan kontrol. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji perbandingan nilai
tengah genotipe yang diuji dengan nilai tengah kontrol dengan metode LSI (Least
Significant Increase) pada taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan mengikuti Standar Prosedur Operasional (SPO)
Melon Direktorat Tanaman Buah (2006). Palaksanaan penelitian dimulai pada
tahap persiapan pembibitan. Sebelum benih disemai, benih direndam dengan air
hangat bersuhu 40°C dicampur fungisida (Benlox 50 WP 1 gr/2 L air) dan ZPT
(Atonik 0.250 ml/2 L air) selama 4-5 jam untuk mencegah terbawa penyakit
endemik. Benih kemudian ditiriskan dan diletakkan di atas kertas merang basah
selama dua hari pada suhu 25-30˚C. Benih yang sudah berkecambah kemudian
disemai dalam media tanam yang merupakan campuran dari tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1:1, Furadan 50 gr, dan NPK Mutiara 50 gr. Media
tanam dimasukkan dalam polybag ukuran 7x10 cm. Semaian dalam polybag

kemudian dimasukkan ke dalam sungkup. Pemindahan bibit ke lapang dilakukan
setelah bibit berumur 10–14 hari atau telah memiliki 1-2 helai daun sejati.
(Direktorat Tanaman Buah, 2004).
Persiapan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sampah dan
menggemburkan lahan. Lahan yang sudah gembur diberi pupuk kandang
sebanyak 2 kg/tanaman dan kapur pertanian (dolomit) dengan dosis disesuaikan
dengan pH tanah setempat, atau sekitar 150 gr/tanaman. Lahan ini kemudian
dibiarkan selama 10 hari. Setelah itu, lahan percobaan dibentuk sesuai dengan
rancangan percobaan. Pengelompokan disesuaikan dengan petakan lahan. Pada
tiap petakan dibentuk bedengan dengan panjang 28 m, lebar 1.5 m dan tinggi 30
cm.Tiap bedeng diberi pupuk dasar yang terdiri dari pupuk urea 15 gr/tanaman,
SP-36 45 gr/tanaman, dan KCl 15 gr/tanaman. Bedengan ditutup dengan mulsa
Plastik Hitam Perak (PHP) dan dibuat lubang tanam 60 cm x 60 cm dan diberi
nomor sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat. Setelah itu dipasang ajir atau
turus dengan tinggi 1.5 m pada tiap lubang tanam (Direktorat Tanaman Buah,
2004).
Bibit dipindahkan ke lapang setelah berumur 10–14 hari atau memiliki 2–3
pasang daun sejati. Penanaman dilakukan pada sore hari. Jika ada tanaman yang
mati karena stress atau dimakan bekicot maka dilakukan penyulaman.
Selama masa vegetatif hingga pemasakan buah, penyiraman dilakukan
cukup sering, sedangkan pada tahap menjelang panen penyiraman semakin
berkurang. Ketika tanaman berumur 17 HST, batang tanaman diikat pada ajir agar
tanaman merambat pada ajir tersebut. Cabang-cabang lateral yang tumbuh di atas
ruas ke-12 harus dipangkas dengan menyisakan satu helai daun. Pemangkasan
juga dilakukan pada calon-calon buah sehingga hanya tersisa satu calon buah
terpilih untuk satu tanaman melon. Buah yang terpilih diikat agar terhindar dari
patah tangkai buah dan kontak dengan tanah. Selain itu juga dilakukan topping
(pemotongan ujung batang utama).
Pemupukan susulan diberikan dengan tiga teknik pemberian, yaitu
pemupukan kocor, tugal dan semprot. Pemupukan kocor dilakukan seminggu
sekali dengan konsentrasi yang berbeda mencakup pupuk NPK, KNO3, Fertibor
dan Multitonic. Pemupukan tugal dilakukan dua kali yaitu pada umur 10 HST dan

20 HST. Pemupukan ini mencakup pupuk urea dan KCl. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan secara kimiawi melalui penyemprotan insektisida dan
fungisida (Direktorat Tanaman Buah, 2004).
Pemanenan dilakukan ketika buah telah masak fisiologis. Pada netted
melon ditandai dengan jaring kulit buah terbentuk sempurna, adanya retakan pada
kulit buah dan munculnya aroma khas buah melon. Pada winter melon ditandai
dengan perubahan warna kulit buah, aroma khas dan mengkilat.

Pengamatan Penelitian
Pengamatan dilakukan terhadap semua tanaman dalam tiap satuan
percobaan. Karakter – karakter yang harus diamati menurut IPGRI (2003) dan
Dirjen Perbenihan dan Sarana Produksi (2006), antara lain :
1. Karakter kualitatif.
a) Bentuk batang, dibedakan menjadi bulat, persegi, segilima, dan pipih.
b) Warna batang, dibedakan menjadi hijau, cokelat, dan kehijauan.
c) Bentuk daun, diklasifikasikan menjadi entire, trilobate, pentalobate, 3palmately lobed, dan 5-palmately lobed (Gambar Lampiran 1).
d) Warna daun, dibedakan menjadi hijau muda, hijau, dan hijau tua.
e) Tepi daun, digolongkan menjadi intermediate, deep, dan shallow
(Gambar Lampiran 1).
f) Ujung daun, dibedakan menjadi tumpul dan membulat.
g) Permukaan daun, dibedakan menjadi mengkilap, suram, kasap,
berkerut, berbulu, bersisik, dan berlilin.
h) Bentuk buah, diklasifikasikan menjadi bulat (globular), flattened,
oblate, eliptical, pyriform, ovate, accorn, dan elongate (Gambar
Lampiran 1).
i) Warna kulit buah muda, dibedakan menjadi putih, kuning terang,
krem, hijau pucat, hijau, hijau tua, dan hijau kehitaman.
j) Warna kulit buah tua, diklasifikasikan menjadi putih, kuning terang,
krem, hijau pucat, hijau, hijau tua, dan hijau kehitaman.
k) Warna daging buah, digolongkan menjadi putih, hijau muda, hijau,
jingga, dan jingga tua.

l) Tekstur daging buah, dibedakan menjadi lembut, kenyal, dan renyah.
m) Aroma buah, digolongkan menjadi wangi dan tidak wangi.
n) Rasa buah, dikelompokkan menjadi hambar, manis, dan sangat manis.
o) Jala, diklasifikasikan menjadi berjala dan tidak berjala.
2. Karakter kuantitatif.
a) Umur berbunga hermaprodit (HST), dihitung mulai dari tanaman
dipindah ke lapang hingga bunga hermaprodit mekar di antara buku
ke-9 hingga buku ke-12 pada 50% populasi.
b) Umur panen (HST), dihitung mulai dari pindah tanam sampai panen
c) Diameter batang utama (cm). Pengukuran dilakukan diantara ruas ke-9
hingga ruas ke-12 pada saat menjelang panen.
d) Panjang buah (cm), diukur dari pangkal sampai ujung buah.
e) Diameter buah (cm), diukur dari pangkal sampai ujung buah yang
sudah dibelah dua.
f) Lingkar buah (cm), diukur pada bagian tengah buah sebelum dibelah.
g) Tebal kulit buah (cm), diukur dengan menggunakan jangka sorong.
h) Tebal daging buah (cm), diukur dengan menggunakan jangka sorong.
i) Padatan terlarut total (°Brix), diukur dengan menggunakan hand
refractometer pada bagian pangkal, tengah, dan ujung buah.
j) Bobot buah (kg), diukur dengan menggunakan timbangan buah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL
Kondisi Umum
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tajur IPB II yang terletak
pada ketinggian ± 250 m dpl, curah hujan rata-rata 278.7 mm/bulan, suhu rata-rata
harian 25.66°C, kelembaban udara rata-rata 83.99% (Tabel Lampiran 1). Selama
masa pertanaman melon (Akhir Maret hingga Juni), curah hujan yang tinggi
terjadi pada bulan April hingga Mei, setelah memasuki bulan Juni curah hujan
sangat rendah. Hal ini sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman melon karena melon memerlukan banyak air pada masa pertumbuhan
vegetatif dan memerlukan sedikit air ketika memasuki fase pemasakan buah
hingga panen. Kondisi umum pertanaman melon pada penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1.

Gambar 1. Kondisi umum pertanaman melon

Keadaan pertumbuhan tanaman melon di lapang cukup baik, hanya saja
pada beberapa hibrida terdapat serangan hama yang cukup tinggi, sehingga
banyak tanaman yang mati. Hibrida-hibrida tersebut antara lain : hibrida 22x21,
22x8, 22x9, dan 12x13. Serangan hama yang muncul pada awal penanaman
adalah serangan hama bekicot (Pomacea canaliculata) yang memakan bibit-bibit
yang sudah ditanam. Serangan hama ini menyebabkan penyulaman dilakukan

sepanjang minggu pertama. Beberapa jenis hama lain yang menyerang tanaman
melon adalah kumbang daun (Aulocophora similes), dan lalat buah (Dacus spp.).
Beberapa jenis penyakit yang menyerang hibrida melon antara lain busuk pangkal
batang (Mychosphaerella melonis), tanaman kerdil, penyakit puru akar
(Meloydogyna incognita), embun bulu (Pseudoperonospora cubensis), embun
tepung

(Erysiphe

cichoracearum),

busuk

cabang/tangkai

(Botryodiploida

theobromae) dan penyakit Antraknosa (Colletotrichum lagenarium). Hama dan
penyakit tersebut dapat dilihat lebih jelas pada Gambar Lampiran 2.
Hama dan penyakit ini dikendalikan secara kimiawi dengan penyemprotan
pestisida secara teratur seminggu sekali, kecuali untuk hama lalat buah dicegah
dengan cara membungkus buah yang masih kecil dengan plastik bening yang
diberi lubang udara.
Panen buah dilakukan tidak serempak, yaitu pada umur 61 HST sampai 65
HST. Hal ini disebabkan tingkat kematangan buah (masak fisiologis) berbedabeda untuk tiap hibrida. Penentuan saat panen dilakukan dengan cara mengamati
penampilan fisik buah dan umur tanaman. Ciri-ciri kematangan buah pada melon
tipe netted (var. Reticulatus), yaitu jaring pada kulit buah terbentuk sempurna,
adanya retakan pada tangkal buah, terjadi perubahan warna kulit buah, dan
munculnya aroma yang khas. Ciri-ciri kematangan buah pada melon tipe winter
(var. Inodorus) adalah terjadi perubahan warna kulit dari hijau menjadi krem atau
kuning merata dan wangi yang khas.

Karakter Kualitatif
Karakter kualitatif yang diamati pada buah melon adalah penampilan
batang, penampilan daun, penampilan buah, tekstur daging buah, aroma buah, dan
penampilan jala. Penampilan batang terdiri dari bentuk batang dan warna batang.
Penampilan daun terdiri dari bentuk daun, warna daun, bentuk ujung daun dan
permukaan daun. Penampilan buah, yaitu bentuk buah, warna kulit buah tua, dan
warna daging buah.

Penampilan Batang
Penampilan batang pada tanaman melon dapat dilihat dari bentuk batang
dan warnanya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bentuk batang semua
hibrida yang diuji dan varietas pembanding adalah segilima. Warna batang semua
hibrida yang diuji adalah hijau tua, hanya pada varietas pembanding terdapat
sedikit keragaman, yaitu Salmon dengan warna batang cokelat dan Ladika dengan
warna batang kehijauan.
Tabel 1. Penampilan Batang 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor
Genotipe
Tetua 6
Tetua 7
Tetua 9
Tetua 21
6x7
7x6
9x6
9x7
9x8
10x1
12x13
21x6
21x7
21x8
22x6
22x8
22x9
22x21
Apollo
Salmon
Ladika
Sky Rocket

Bentuk Batang
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima
Segilima

Warna Batang
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Cokelat
Kehijauan
Hijau tua

Penampilan Daun
Penampilan daun pada hibrida melon tampak dari bentuk daun, warna
daun, tepi daun, ujung daun, dan permukaan daun. Karakter bentuk daun pada
sebagian besar hibrida melon yang diuji adalah pentalobate, hanya pada beberapa
hibrida (Tetua 6 dan 12x13) daunnya memiliki bentuk entire. Warna daun untuk
tiap hibrida sama, begitu pula dengan permukaan daunnya. Karakter tepi daun
cukup variatif, meski sebagian besar memiliki tepi daun intermediate dan hanya

sebagian kecil memiliki tepi daun deep (hibrida 6x7, 9x7, 22x6, dan 21x8) dan
shallow (hibrida Tetua 6 dan 12x13). Ujung daun sebagian besar hibrida
berbentuk membulat, hanya sebagian kecil saja yang tumpul (Tabel 2).
Tabel 2. Penampilan Daun 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor
Genotipe

Tetua 6
Tetua 7
Tetua 9
Tetua 21
6x7
7x6
9x6
9x7
9x8
10x1
12x13
21x6
21x7
21x8
22x6
22x8
22x9
22x21
Apollo
Salmon
Ladika
Sky Rocket

Bentuk Daun
Entire
Pentalobate
Pentalobate
Pentalobate
Pentalobate
Pentalobate
Pentalobate
Pentalobate
Pentalobate
Pentalobate
Entire
Pentalobate
Pentalobate
Pentalobate
Pentalobate
Pentalobate
Pentalobate
Pentalobate
Pentalobate
Pentalobate
Entire
Pentalobate

Tepi Daun
Shallow
Intermediate
Intermediate
Intermediate
Deep
Intermediate
Intermediate
Deep
Intermediate
Intermediate
Shallow
Intermediate
Intermediate
Deep
Deep
Intermediate
Intermediate
Intermediate
Intermediate
Intermediate
Shallow
Intermediate

Ujung Daun
Membulat
Tumpul
Tumpul
Tumpul
Membulat
Tumpul
Membulat
Tumpul
Tumpul
Tumpul
Membulat
Membulat
Tumpul
Tumpul
Tumpul
Tumpul
Membulat
Tumpul
Tumpul
Tumpul
Membulat
Tumpul

Karakteristik Buah
Penampilan buah antar hibrida melon yang diuji sangat beragam (Gambar
2). Dilihat dari penampilannya, terdapat beberapa hibrida yang menonjol
dibandingkan hibrida yang lain. Contohnya adalah Hibrida 22x21, 21x7, 9x8 dan
12x13. Hibrida 22x21 memiliki bentuk bulat, warna kulit buah tua kuning cerah
dan warna daging buah jingga muda. Hibrida 21x7 memiliki bentuk bulat dengan
warna kulit buah tua kuning cerah dan warna daging buah putih. Hibrida 9x8
memiliki bentuk buah bulat, dengan warna kulit buah tua kuning kehijauan dan
warna daging jingga. Hibrida 12x13 memiliki bentuk flattened, warna kulit krem
dan warna daging buah jingga (Tabel 3).

Gambar 2. Keragaman penampilan 18 hibrida melon yang dievaluasi di Bogor

Gambar 2. Keragaman penampilan 18 hibrida melon yang dievaluasi di Bogor

Tabel 3. Karakteristik Kualitatif Buah 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di
Bogor
Bentuk
Buah

Warna Kulit Buah
Tua

Warna Daging
Buah

Elliptical

Hijau kekuningan

Jingga

Kenyal

Wangi

Bulat

Hijau kekuningan

Hijau muda

Renyah

Tidak
wangi

Bulat

Kuning pucat

Hijau muda

Kenyal

Wangi

Accorn

Kuning cerah

Putih

Renyah

Wangi

6x7

Bulat

Hijau muda

Putih

Kenyal

Tidak
wangi

7x6

Elliptical

Hijau muda
keputihan

Putih

Kenyal

Wangi

Bulat

Kuning pucat

Hijau muda

Kenyal

Wangi

Bulat

Hijau muda

Hijau muda

Kenyal

Tidak
wangi

Bulat

Hijau kekuningan

Jingga

Kenyal

Wangi

10x1

Elliptical

Krem

Jingga muda

Kenyal

12x13

Flattened

Krem

Jingga

Kenyal

Bulat

Hijau muda

Putih

Kenyal

21x7

Bulat

Kuning cerah

Putih

Renyah

21x8

Bulat

Jingga muda

Kenyal

Wangi

22x6

Bulat

Jingga

Lembut

Wangi

22x8

Bulat

Kuning

Jingga

Renyah

Bulat

Kuning

Jingga

Renyah

Bulat

Kuning cerah

Jingga muda

Renyah

Apollo

Accorn

Kuning cerah

Putih

Renyah

Wangi

Salmon

Elliptical

Krem

Jingga muda

Renyah

Tidak
Wangi

Ladika

Elliptical

Hijau kekuningan

Jingga muda

Kenyal

Wangi

Sky
Rocket

Bulat

Hijau kekuningan

Hijau muda

Kenyal

Wangi

Genotipe

Tetua 6
Tetua 7
Tetua 9
Tetua 21

9x6
9x7
9x8

21x6

22x9
22x21

Kuning pucat
kehijauan
Kuning semburat
hijau

Tekstur
Daging Buah

Aroma
Buah

Sangat
wangi
Tidak
wangi
Tidak
wangi
Tidak
wangi

Tidak
wangi
Tidak
wangi
Tidak
wangi

Penampilan Jala
Menurut Harjadi (1989) melon digolongkan ke dalam dua kelompok
berdasarkan ada tidaknya jala pada permukaan buah melon. Buah melon yang
memiliki jala digolongkan sebagai netted melon (grup cantaloupe), sedangkan
buah melon yang tidak berjala termasuk dalam winter melon (grup inodorus).
Pada umumnya netted melon lebih cepat masak dan tahan lama untuk disimpan
dibandingkan dengan winter melon (Tjahjadi, 1989). Pada Tabel 4, dapat dilihat
bahwa hibrida-hibrida yang termasuk ke dalam golongan winter melon adalah
Hibrida 22x21, 21x6, Tetua 6, 21x7, 22x8, 22x9, 12x13, dan Tetua 21, sedangkan
yang termasuk golongan netted melon adalah Hibrida 6x7, 21x8, 9x7, 10x1, 7x6,
22x6, Tetua 7, 9x8, Tetua 9, dan 9x6. Sejumlah hibrida netted melon berjala
sebagian, seperti 6x7, 21x8, 9x7, 10x1, 7x6, 22x6, Tetua 7, dan Tetua 9,
sedangkan sebagian lagi berjala penuh, seperti 9x6 dan 9x8. Perbedaan
penampilan jala dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3a. Melon tidak berjala

Gambar 3b. Melon berjala sebagian

Gambar 3c. Melon berjala penuh

Tabel 4. Penampilan Jala 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor
Genotipe
Tetua 6
Tetua 7
Tetua 9
Tetua 21
6x7
7x6
9x6
9x7
9x8
10x1
12x13
21x6
21x7
21x8
22x6
22x8
22x9
22x21
Apollo
Salmon
Ladika
Sky Rocket

Keterangan
Tidak berjala
Berjala sebagian
Berjala sebagian
Tidak berjala
Berjala sebagian
Berjala sebagian
Berjala penuh
Berjala sebagian
Berjala penuh
Berjala sebagian
Tidak berjala
Tidak berjala
Tidak berjala
Berjala sebagian
Berjala sebagian
Tidak berjala
Tidak berjala
Tidak berjala
Tidak berjala
Tidak berjala
Berjala penuh
Berjala penuh

Tipe Jala
Inodorus
Cantaloupe
Cantaloupe
Inodorus
Cantaloupe
Cantaloupe
Cantaloupe
Cantaloupe
Cantaloupe
Cantaloupe
Inodorus
Inodorus
Inodorus
Cantaloupe
Cantaloupe
Inodorus
Inodorus
Inodorus
Inodorus
Inodorus
Cantaloupe
Cantaloupe

Karakter Kuantitatif
Rekapitulasi Sidik Ragam Varietas Pembanding
Hasil uji sidik ragam pada varietas pembanding menunjukkan bahwa
karakter umur berbunga hermaprodit, umur panen, Padatan Terlarut Total (PTT),
panjang buah dan tebal kulit buah mempunyai perbedaan yang sangat nyata.
Karakter bobot buah, lingkar buah, dan tebal daging buah menunjukkan tidak
adanya perbedaan yang nyata diantara hibrida yang diamati (Tabel 5).
Nilai koefisian keragaman menunjukkan tingkat ketepatan dengan
perlakuan yang diperbandingkan dan merupakan indeks yang baik dari keadaan
percobaan (Gomez and Gomez, 1995). Nilai koefisien keragaman paling tinggi
terdapat pada karakter bobot buah, sedangkan nilai koefisien keragaman paling
rendah terdapat pada karakter umur panen. Sidik ragam secara lengkap terlampir
pada Tabel Lmpiran 6-13.
Tabel 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter
Kuantitatif
Karakter
Umur Berbunga
Hermaprodit
Umur Panen
Bobot Buah
Padatan Terlarut
Total (PTT)
Panjang Buah
Lingkar Buah
Tebal Daging
Buah
Tebal Kulit Buah
Keterangan : kk
***
**
tn

KT
Varietas

KT Galat

Pengaruh
Varietas

kk (%)

20.07

0.002

**

0.19

0.049
69850.49

0.0005
27158.55

**
tn

0.04
11.69

5.20

0.23

**

4.55

7.92
9.15

0.64
18.96

**
tn

4.83
10.29

0.22

0.05

tn

9.43

0.09
0.01
**
= Koefisien Keragaman
= berbeda nyata pada taraf 5 %
= berbeda nyata pada taraf 1 %
= tidak berbeda nyata

14.11

Umur Berbunga Hermaprodit dan Umur Panen
Umur berbunga hermaprodit pada tiap hibrida bervariasi. Hibrida 9x8
memiliki umur berbunga hermaprodit paling singkat dibandingkan hibrida-hibrida
yang lain, serta nyata lebih genjah dibandingkan Salmon dan Ladika (Tabel

6).Umur panen pada hibrida-hibrida melon tidak sama. Pada Tabel 6, dapat dilihat
bahwa hibrida PKBT yang memiliki umur panen yang paling genjah adalah
hibrida 22x6, yaitu 61.0 HST yang nyata lebih genjah dibandingkan Apollo dan
Ladika.
Tabel 6. Umur Berbunga Hermaprodit dan Umur Panen 18 Hibrida Melon yang
Dievaluasi di Bogor
Umur Berbunga Hermaprodit
Umur Panen
(HST)
(HST)
Tetua 6
34.1
64.1
Tetua 7
34.2
64.1
Tetua 9
33.3
64.0
Tetua 21
31.0
63.0
6x7
25.1 SL
64.3
7x6
29.3
65.2
9x6
29.1
64.3
9x7
31.4
63.5
9x8
24.2 SL
61.1 S
10x1
29.2
61.2 S
12x13
31.1
61.2 S
21x6
29.0
64.1
21x7
29.1
61.2 S
21x8
25.2 SL
62.4
22x6
27.0 S
61.0 AS
22x8
27.0 S
64.0
22x9
27.0 S
64.2
22x21
29.2
62.0
Apollo
24.0
61.1
Salmon
29.1
61.0
Ladika
26.1
61.0
Sky Rocket
23.2
61.3
Keterangan: angka yang diikuti huruf A, S, L, R masing-masing nyata lebih
genjah dari varietas Apollo, Salmon, Ladika, Sky Rocket.
Genotipe

Bobot Buah dan Kadar Padatan Terlarut Total
Hasil Pembandingan dengan menggunakan LSI (Least Significant
Increase) dalam taraf 5% yang terdapat pada Tabel 7 terlihat bahwa hanya bobot
hibrida 12x13 yang nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Salmon, namun
masih di bawah bobot varietas Apollo, Ladika dan Sky Rocket. Hasil pengamatan
pada karakter kadar Padatan Terlarut Total (PTT) menunjukkan bahwa beberapa
hibrida, seperti 22x21, 6x7 dan 22x6 mempunyai kadar PTT yang nyata lebih

tinggi dari keempat varietas pembanding. Hibrida 21x6, 21x7, 22x8, 22x9 dan
21x8 mempunyai kadar PTT yang nyata lebih tinggi dari varietas Salmon, Ladika
dan Sky Rocket, sedangkan hibrida-hibrida 7x6, Tetua 7, dan 9x8 mempunyai
jumlah PTT yang nyata lebih tinggi dari varietas Ladika (Tabel 7).
Tabel 7. Rekapitulasi Data Bobot Buah Melon dan Padatan Terlarut Total (PTT)
18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor
Genotipe
Bobot Buah (kg)
PTT (°Brix)
Tetua 6
0.63
9.27
Tetua 7
0.50
9.88
Tetua 9
1.14
7.90
Tetua 21
1.39
8.07
6x7
0.94
13.79 ASLR
7x6
1.08
11.47 L
9x6
1.46
8.48
9x7
1.09
8.20
9x8
1.42
10.97 L
10x1
1.10
11.47 L
12x13
1.69 S
8.43
21x6
0.57
12.43 SLR
21x7
0.92
12.13 SLR
21x8
1.10
12.56 SLR
22x6
0.97
13.66 ASLR
22x8
0.96
12.12 SLR
22x9
1.22
12.54 SLR
22x21
1.05
13.36 ASLR
Apollo
1.79
12.88
Salmon
1.60
11.88
Ladika
1.86
9.79
Sky Rocket
1.99
11.53
Keterangan: angka yang diikuti huruf A, S, L, R masing-masing nyata lebih tinggi
dari varietas Apollo, Salmon, Ladika, Sky Rocket.
Panjang Buah dan Lingkar Buah
Hasil pengamatan pada karakter panjang buah menunjukkan bahwa
hibrida-hibrida 12x13 dan Tetua 21 mempunyai panjang buah yang nyata lebih
tinggi dibandingkan varietas Sky Rocket. Pada karakter lingkar buah didapat
bahwa hibrida 21x7 mempunyai lingkar buah yang paling besar dan nyata lebih
tinggi dibandingkan varietas Apollo dan Salmon, sedangkan hibrida 9x7
mempunyai lingkar buah yang nyata lebih besar dibandingkan varietas
pembanding Salmon (Tabel 8).

Tabel 8. Rekapitulasi Data Panjang Buah Melon dan Lingkar Buah 18 Hibrida
Melon yang Dievaluasi di Bogor
Panjang Buah
Lingkar Buah
(cm)
(cm)
Tetua 6
15.16
39.75
Tetua 7
12.04
45.32
Tetua 9
13.09
44.87
Tetua 21
18.04 R
38.51
6x7
12.01
39.96
7x6
14.89
40.61
9x6
14.41
44.77
9x7
13.50
51.76 S
9x8
14.30
48.24
10x1
14.97
43.39
12x13
17.77 R
40.18
21x6
11.26
39.87
21x7
14.50
53.05 AS
21x8
13.24
37.31
22x6
12.81
41.41
22x8
13.52
48.61
22x9
14.53
44.16
22x21
11.91
39.36
Apollo
18.94
52.04
Salmon
19.02
50.76
Ladika
19.95
55.26
Sky Rocket
16.11
53.87
Keterangan: angka ya