Bahan Makalah Politik

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Tuhan YME yang telah memberikan segala rahmat serta hidayah-Nya kepada kita sehingga dapat menyelesaikan tugas membuat makalah PKN dengan judul “Hubungan Kerjasama Indonesia - Amerika” dengan baik (meski kurang sempurna) tanpa ada suatu halangan yang dapat menyulitkan kita semua.

Makalah ini disusun melalui beberapa tahapan, yakni dari browsing, buku panduan, dan juga menggunakan jasa layanan Internet sampai makalah ini selesai dibuat. Makalah ini dapat terselesaikan oleh kelompok kami berkat bantuan dari guru dan teman-teman yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi kepada kami selaku penulis.

Tak lupa kami selaku penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : ~ Bapak Asep selaku wali kelas XI IPA 6

~ Ibu Eha selaku guru pengajar PKN, dan

~ Teman-teman yang telah memberikan motivasi hingga makalah ini terselesaikan Dari permasalahan yang telah kita bahas, semoga kita lebih mengetahui dan mempermudah kita dalam mempelajari hubungan internasional Indonesia - Amerika tersebut sehingga kita semua dapat mengambil hikmah dari tugas yang kami kerjakan.

Semoga permasalahan yang kami selesaikan dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadikan suatu hal yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

PENULIS

KELOMPOK 4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... I KATA PENGANTAR ... IV DAFTAR ISI ... V BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2


(2)

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Sejarah hubungan kerjasama Indonesia – Amerika ……… 3-4 2.2 Hubungan Kerjasama yang Dijalin Indonesia – Amerika ... 4-8

BAB III. PENUTUP Kesimpulan

……….. 9 Glosarium

………... 10 Daftar Pustaka

……….. 11

BAB I

PENDAHULUAN a. Latar Belakang

Dalam keadaan internasional itu Indonesia mengadakan hubungan dengan hampir semua negara di dunia dan dengan berbagai lembaga internasional yang penting, salah satunya adalah Amerika Serikat. Hal itu tidak lepas dari kenyataan bahwa AS adalah negara dengan kekuasaan besar dan bahkan menjadi satu-satunya adikuasa.

Hubungan Indonesia – AS cukup kompleks. Hal itu disebabkan oleh banyak faktor, baik yang bersumber dari hakikat dan sifat Indonesia sebagai bangsa maupun sifat dan perkembangan AS sebagai Negara-bangsa.

Ketika belum merdeka bangsa Indonesia pada umumnya mempunyai pandangan amat positif terhadap Amerika. Itu disebabkan oleh banyak hal, antara lain karena AS dianggap bukan negara penjajah seperti Belanda yang menjajah Indonesia. AS juga dinilai positif karena orang Indonesia mendengar atau membaca betapa di AS banyak peluang untuk maju bagi semua orang. Banyak yang mengetahui cerita tentang orang-orang Eropa yang meninggalkan tanah asalnya untuk membuat kehidupan yang lebih baik di Amerika. Juga kenyataan bahwa AS adalah negara yang kuat dan kaya turut membangun citra positif dalam pikiran orang


(3)

b. Rumusan Masalah

c. Bagaimana sejarah hubungan kerjasama Indonesia - Amerika ? d. Apa sajakah hubungan kerjasama yang dijalin Indonesia - Amerika? f.

k. Tujuan

l. Untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang sejarah hubungan kerjasama Indonesia - Amerika.

m. Sebagai bahan kegiatan untuk lebih paham tentang hubungan kerjasama Indonesia - Amerika.

n. Dapat menyelesaikan tugas PKN.

o. Dapat menjadi pertimbangan terbaik dan macam pendidikan PKN. p. Untuk melatih diri sehingga dapat menambah pengetahuan tentang PKN. q. Sebagai bahan terhadap kualitas yang mendasar dalam perkembangan PKN.

r. Manfaat

s. Untuk lebih tahu tentang sejarah hubungan kerjasama Indonesia - Amerika. t. Untuk mengetahui perkembangan hubungan kerjasama Indonesia - Amerika. u. Untuk mengetahui hubungan kerjasama Indonesia - Amerika.

v. Untuk menambah wawasan mengenai hubungan kerjasama Indonesia - Amerika. w. Mengetahui kelebihan dan kelemahan hubungan kerjasama Indonesia - Amerika.

x. Untuk dapat menyelesaikan tugas PKN yaitu membuat laporan tentang program browsing.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah hubungan kerjasama Indonesia – Amerika.

Hubungan Amerika Serikat dengan Indonesia adalah kronologis peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum dan setelah Indonesia merdeka, yang membawa dampak kepada hubungan kenegaraannya dengan Amerika Serikat.

Hubungan awal sebelum kemerdekaan 1801 - 1942

 Thomas Hewes adalah konsul Amerika Serikat pertama yang menjabat


(4)

Konsulat ini kemudian tutup pada 27 Februari 1942 dan dibuka kembali pada 24 Oktober 1945

 Robert R Purvis menjadi Agen Perdagangan di Medan, Sumatra yang ditunjuk oleh Mentri Luar Negri AS pada 12 Juli 1853; kemudian kantor Agen Perdagangan dijadikan kantor wakil konsulat di tahun 1866 dan agen konsulat di tahun 1898. Kantor agen perdagangan ini kemudian diperintahkan untuk ditutup pada 4 Januari 1916 dan menjadi konsulat dengan Horace J. Dickinson sebagai konsul yang pertama pada 21 Juli 1917. Konsulat ini sendiri kemudian ditutup pada 25 Juli 1917.

 Joseph Balestier menjadi konsul di Riau, Kepulauan Bintan pada 11

Oktober 1833 penunjukannya disahkan pada 10 Februari 1834. Tidak jelas kapan perwakilan di Riau ini akhirnya ditutup.

 Carl Van Oven menjadi agen konsuler pada 11 Januari 1866 di Surabaya, Jawa. Kantor ini kemudian menjadi konsulat dengan ditunjuknya Harry Campbel pada 25 Mei 1918. Konsulat Surabaya kemudian ditutup pada 22 Februari 1942 dan dibuka lagi untuk umum pada 27 Mei 1950.

 Edward George Taylor menjadi agen konsuler di Semarang, Jawa pada 10 Juli 1885. Agensi ini kemudian ditutup pada 1 Oktober 1913

Pendaratan pertama tentara Amerika di Indonesia pada masa Perang Dunia II  21 April 1944 AS mendarat di Hollandia (sekarang Jayapura)[1]

 27 Mei 1944 AS mendarat di Noemfeex (sekarang disebut ??)  30 Juli 1944 AS mendarat di Sansapor.

Hubungan antar negara setelah kemerdekaan 1949-sekarang Perwakilan resmi

 28 Desember 1949, pengakuan Amerika Serikat atas kemerdekaan Indonesia dan penunjukkan Duta Besar pertama di Indonesia H. Merle Cochran untuk Kedutaan Besar Amerika di Jakarta.

 20 Februari 1950 Ditunjuknya Duta Besar Indonesia untuk Amerika, Dr. Ali Sastroamidjojo.  13 Januari 1950 James Imam Pamudjo ditunjuk sebagai konsul terhormat pos Indonesia

di New York.

 15 Juli 1950 Abdoel Hamid menjadi konsul di San Fransisco.

2.2 Hubungan Kerjasama yang Dijalin Indonesia - Amerika Hubungan Indonesia - Amerika pada Dimensi Politik.

Yusuf Wanandi dari CSIS membahas tentang dimensi politik hubungan Amerika dan Indonesia yang disinyalir tidak simetris dan memiliki perbedaan persepsi. Hal ini dimulai pada waktu terjadinya peristiwa 11 September 2001. Pemerintah Amerika amat hati-hati dalam menyikapi segala kebijakan Indonesia yang menyangkut pembangunan ekonomi, pembangunan Islam dan terorisme global serta demokrasi. Peran media amat besar dalam


(5)

membantu pemerintah Amerika memahami kebijakan politik Indonesia begitu juga sebaliknya.

Sedangkan Karl Jackson dari SAIS menjelaskan bahwa hubungan Amerika dengan Indonesia merupakan pekerjaan yang belum usai sampai sekarang (unfinished business). Karl

menjelaskan bahwa perkembangan hubungan bilateral Amerika dan Indonesia tersebut dalam perspektif sejarah dimulai pada tahun 1945 sampai dengan sekarang. Dari retaknya hubungan bilateral karena dekatnya Indonesia dengan RRC dan USSR pada tahun 1950-1967 sampai dengan adanya kontrol terhadap kebijakan Indonesia oleh Soeharto tahun 1969-1998. Selain itu kondisi ekonomi dan demokrasi tidak berjalan dengan baik pada masa tersebut. Perubahan ke arah yang lebih baik terjadi setelah Indonesia melaksanakan pemilu yang demokratis pada tahun 1999 dan disusul pemilu selanjutnya serta pemilihan presiden 2004. Menurut Karl dulu Amerika dan Indonesia menjalin hubungan yang baik dan sekarang ada peluang untuk meningkatkan hubungan tersebut. Pekerjaan yang belum terselesaikan adalah peran Indonesia dalam membangun negaranya, Amerika hanya membantu mendorong ke arah tersebut. Dan salah satu faktor untuk meningkatkan pembangunan adalah meningkatnya foreign direct investment (FDI). FDI akan meningkat apabila investor tertarik untuk

menanamkan investasinya di Indonesia. Ketertarikan investor dipicu oleh tingkat korupsi yang rendah dan kepastian hukum.

Sedangkan kemajuan Indonesia perlu didukung oleh kemampuan sumber daya manusianya dengan meningkatkan tingkat pendidikan penduduk Indonesia, terutama meningkatkan jumlah PhD atau Doktor (S3) Indonesia yang baru 5.000 orang. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN lainnya.

Dino Patti Jalal (Juru Bicara presiden) secara optimis menjelaskan hubungan Amerika - Indonesia yang telah berlangsung dengan penuh saling pengertian. Hal ini dibuktikan dengan adanya kemauan bersama untuk berdialog antara presiden George Bush dengan presiden Soesilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan APEC di Santiago 4 tahun lalu. Peningkatan hubungan bilateral terjalin berkat peran kedua pemimpin negara tersebut, terutama adanya kehendak presiden George W. Bush untuk menormalisasikan kerjasama militer. Selain itu, tim kepresidenan Bush yang tidak jauh berubah dari periode sebelumnya, sehingga dapat diprediksi kebijakannya juga tidak berubah. Begitu pula halnya dengan Indonesia yang kebijakannya tidak terlalu banyak berubah.

Namun perlu adanya peninjauan kebijakan politik Amerika yaitu penerapan kebijakan soft power terhadap Indonesia, yang salah satunya seperti yang diungkapkan Karl bahwa setelah peristiwa 11 September, Indonesia merupakan soft target dari isu teroris. Selain itu perlu adanya peningkatan relationship dengan cara meningkatkan frekuensi pertemuan struktural antara pemerintah Amerika dengan Indonesia dan pertemuan antara DPR dengan kongres. Persepsi masyarakat Amerika tentang imej Indonesia juga perlu dirubah terutama setelah terjadinya krisis tahun 1997 (crisis driven problem). Selain itu Amerika juga perlu memahami Islam secara komprehensif dan hal ini merupakan peran Indonesia untuk memberikan

pengertian pada Amerika tentang Islam sebab Islam itu tidak identik dengan masalah Timur Tengah.

Hubungan Indonesia - Amerika dari Dimensi Ekonomi dan Regionalisasi

Bill Heidt membahas tentang latar belakang perlunya meningkatkan hubungan ekonomi antara Amerika dengan Indonesia. Peningkatan hubungan ekonomi ini terkait dengan perkembangan dunia yang mengarah pada meningkatnya kerjasama regional.

Kelebihan dari kerjasama ini adalah Amerika memiliki banyak ahli di bidang ekonomi. Selain itu Amerika merupakan pasar potensial bagi produk ekspor Indonesia karena Amerika

merupakan pasar dominan di dunia yang banyak menanamkan investasinya. Sedangkan Indonesia merupakan penghasil minyak dan gas, serta produk manufaktur. Perekonomian


(6)

Indonesia juga memiliki pengaruh di dunia sama halnya dengan perekonomian Cina, Jepang, Rusia, dan India apabila dilihat dari sudut pandang pasar.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Cina merupakan negara yang sangat berpengaruh di dunia dalam bidang ekonomi. Dengan demikian Amerika dapat membantu Indonesia dalam bidang financial management dan jasa lainnya. Amerika juga dapat menjembatani pertemuan dengan CGI.

Sedangkan Hadi Soesastro dari CSIS menyatakan regionalisasi merupakan isu yang berkembang seiring dengan adanya globalisasi. Secara tidak langsung isu ini mengandung makna kerjasama antar dua atau lebih negara. Begitu pula halnya dengan Amerika, perlu adanya kerjasama regional antara Amerika dengan negara-negara ASEAN. Singapura dan Thailand telah melakukan pendekatan kepada Amerika. Apalagi dengan diadakannya pertemuan APEC setiap tahunnya yang memungkinkan peningkatan akan terealisasinya regionalisasi. Hadi menganalogikan regionalisasi dengan jumbo jet dimana dua sayapnya adalah pendekatan dan bergabungnya Jepang dan Cina sedangkan badannya adalah ASEAN. Sehingga dengan adanya pelebaran daerah maka akan lebih maju lagi negara anggota

ASEAN. Pentingnya regionalisasi dan peningkatan peserta antara lain disebabkan oleh dukungan para pemimpin Asia yang semakin lama semakin meningkat, ASEAN sekarang sudah kuat dan beberapa anggota barunya perlu diperkuat kembali dan faktor yang terakhir adalah kegiatan bisnis perekonomian berkembang dengan cepat. Ketiga hal tersebut

mendorong perlunya regionalisasi.

Hubungan Indonesia - Amerika dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan.

Juwono Sudarsono, Menteri Pertahanan, menegaskan perkembangan demokrasi di Indonesia dan kontroversi kepemimpinan militer atau sipil. Terbentuknya masyarakat yang demokratis didasarkan pada reformasi politik dan reformasi politik terjadi bila perekonomian tumbuh dengan baik dan dapat meningkatkan taraf hidup kaum miskin dan kaum miskin akan bertahan hidup apabila mereka memiliki pertahanan sosial yang tinggi.

Dengan demikian bahwa pertahanan sosial memegang peranan penting dalam membentuk masyarakat demokratis. Indonesia pada saat sekarang dipandang sebagai negara yang demokratis dan negara yang penduduknya sebagian besar adalah memeluk agama Islam. Sehingga dari tahun 1976 sampai dengan 1996 Indonesia dicatat sebagai salah satu ASEAN miracle. Juwono menambahkan bahwa yang terpenting dalam pembangunan di Indonesia adalah menumbuhkan cultural democracy untuk meningkatkan political democracy. Namun pada saat sekarang ini, partai politik dan juga parlemen di Indonesia tidak memiliki political democracy. Hal disebabkan makin maraknya korupsi yang dilakukan oleh parlemen.

Sedangkan wacana masuknya TNI (Tentara Nasional Indonesia) ke dalam tubuh Ministry of Defense (Departemen Pertahanan) ditanggapi oleh Juwono perlu waktu karena hal ini menyangkut beberapa hal yaitu masalah budget, management dan juga business. Wacana supremasi militer terhadap sipil dan sipil terhadap militer dalam tubuh Departemen Pertahanan tidak menjadi persoalan yang perlu dikhawatirkan. Namun yang perlu dikhawatirkan adalah peran LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dalam membantu

rekonsiliasi tersebut. Apabila LSM Indonesia sudah self financing dan tidak tergantung oleh donor, maka political democracy dan accountability democracy akan tercipta. Departemen Pertahanan dalam melaksanakan fungsinya untuk mempertahankan kedaulatan negara tidak bekerja sendiri. Departemen Pertahanan bekerjasama dengan departemen lain untuk

meningkatkan pertahanan Indonesia di bidang tertentu, misalnya dengan Deprtemen ESDM (Energi Sumber Daya Mineral), Departemen Pendidikan Nasional, dan Departemen pekerjaan Umum.


(7)

Don Eirich menegaskan tiga masalah strategik peningkatan hubungan Indonesia dan Amerika dalam bidang keamanan yaitu internal stability dan civil security, counter terrorism dan maritime security. Don juga menjelaskan bahwa Amerika mendorong Indonesia untuk melaksanakan kebijakannya dan Amerika membantu Indonesia dalam bidang manajemen dan governance. Pemerintah George Bush menjanjikan dana sebesar 175 juta US$ untuk bidang pendidikan, khususnya basic education. Kusnanto Anggoro, peneliti CSIS, menjelaskan peran DPR dalam memahami peraturan perundang-undangan yang terkait dengan masalah militer. Kuntoro mensinyalir kurangnya pemahaman anggota DPR dalam memahami secara pokok kebijakan yang terkait dengan pertahanan dan keamanan, sehingga hal ini akan berimbas pada lahirnya kebijakan yang bias. Sebelum tahun 1999 militer terlibat langsung dalam pembuatan kebijakan pertahanan dan keamanan, pada tahun 1999 sampai dengan 2000 jumlah militer yang terlibat dalam pembuatan kebijakan pertahanan dan keamanan berkurang dan setelah tahun 2000, kemungkinan tidak adanya wakil dari militer. Namun keterlibatan militer dalam tubuh DPR pada saat sekarang ini masih ada dengan adanya beberapa indikasi berikut ini yaitu anggota DPR yang konservatif yang anti politik, adanya pandangan bahwa sipil itu inferior dan adanya pemikiran yang tidak rasional tentang penduduk sipil.

Dengan demikian perlu diantisipasi agar produk hukum dari DPR tentang pertahanan dan keamanan agar tidak military heavy atau sebaliknya yang menyebabkan timbulnya anti militer Indonesia. Sedangkan Sudrajat menjelaskan bahwa reformasi pertahanan di Indonesia dapat dilakukan dengan melihat sistem nilai yang ada dalam pertahanan dan keamanan, kelembagaan pertahanan dan keamanan serta pengembangan Departemen Pertahanan dan Keamanan. Kesimpulannya adalah perlu adanya peningkatan pendidikan bagi Dephan untuk dapat melaksanakan reformasi di kalangan militer.

Salim Said menjelaskan reformasi military heavy dari perspektif kebijakan. Military heavy bergeser dimulai pada tahun 2000 dengan adanya perintah pada tanggal 20 April 2000 yang menyatakan bahwa militer tidak lagi terlibat dalam urusan politik.

Kebijakan ini diperkuat dengan tertbitnya Tap MPR No 7 tahun 2000 yaitu militer tidak memiliki peran politik dalam pemerintahan di Indonesia. Dan Undang-undang TNI tahun 2004 juga menegaskan bahwa militer mengenal adanya supremasi sipil. Walaupun sudah ada kebijakan yang mengenal adanya supremasi sipil, namun masalahnya militer masih tetap tidak percaya dengan sipil, dan sipil tidak percaya pada mereka sendiri serta kendala budget. Untuk mengatasi hal tersebut, maka sipil harus self confident dan pemerintah harus dapat menyediakan dana untuk melaksanakan reformasi pertahanan dan keamanan.

BAB III PENUTUP


(8)

· Kesimpulan

Hubungan bilateral Indonesia dan Amerika mengalami pasang surut. Menurunnya hubungan kerjasama yang telah terjalin lama dipicu oleh terjadinya peristiwa 11 September 2001. Peristiwa ini membawa dampak luas, terutama pada peninjauan kembali kebijakan Amerika terhadap Indonesia. Hal ini memiliki dua efek, ada yang menanggapinya secara optimis dan ada juga yang menanggapinya secara pesimis.

Dengan demikian prospek hubungan bilateral antara Amerika dan Indonesia pasca peristiwa 11 September 2001 masih tanda tanya.

Namun hal ini perlu disikapi secara positif bahwa untuk meningkatkan hubungan bilateral tersebut perlu adanya peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia Indonesia agar Indonesia tidak tertinggal dari negara anggota ASEAN lainnya dalam hal pembangunan ekonomi, politik, serta pertahanan dan keamanan. Prospek lainnya dalam peningkatan hubungan bilateral Amerika dan Indonesia yang perlu disikapi adalah pentingnya peran Amerika dalam perekonomian global dan percaturan dunia. Dengan demikian peningkatan hubungan bilateral Amerika dengan Indonesia akan berdampak pada peningkatan pembangunan perekonomian Indonesia.

Pengaruh hubungan Amerika dengan Indonesia terhadap pembangunan politik di Indonesia juga perlu disikapi secara positif. Hal ini disebabkan peningkatan hubungan Indonesia dengan Amerika akan berdampak pada peningkatan pembangunan ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan baik bagi kedua negara, regional, maupun internasional.


(9)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan Indonesia dan Amerika sudah lama terjalin, dan campur tangan Amerika dalam berbagai hal sudah merugikan negara kita. Seperti hal nya dalam campur tangan amerika terhadap reshuffle Kabinet. Dominasi Amerika Serikat selama beberapa dekade membuat banyak negara, termasuk Indonesia, secara tidak sadar terperangkap dan tersedot menjadi bagian dari kepentingan ekonomi Amerika Serikat dengan posisi sebagai pasar.

Ketika tidak ada keseimbangan kekuatan dunia, maka hegemoni kepentingan Amerika Serikat menjadi-jadi sehingga tidak hanya menteri saja yang bisa disetir namun presidennya pun bisa diatur dan disetir. Banyak negara-negara di dunia, khususnya di Timur Tengah, Amerika Serikat dengan kesewenang-wenangnya mengatur negara lain.

3.2 Saran

Seharusnya Indonesia berani bersikap tegas untuk perlunya membangun kemandirian bangsa dari segala hal. Potensi itu ada, namun karena sudah masuk perangkap negara lain, mau enaknya saja, dan ketergantungan kepada negara lain memberikan keuntungan bagi oknum-oknum tertentu, maka potensi itu menjadi hilang.

Dengan melimpahnya para tenaga kerja dari Indonesia ke Malaysia, dan negara-negara Arab, faktor ini bisa digunakan untuk tawar menawar. Buktinya Malaysia dan negara-negara Arab sempat kelimpungan ketika pengiriman jasa tenaga kerja hendak dihentikan. Hal-hal

demikianlah yang seharusnya dikedepankan oleh Indonesia daripada sekadar menuruti apa maunya kepentingan asing yang tidak memberi banyak manfaat bagi rakyat Indonesia.


(1)

Konsulat ini kemudian tutup pada 27 Februari 1942 dan dibuka kembali pada 24 Oktober 1945

 Robert R Purvis menjadi Agen Perdagangan di Medan, Sumatra yang ditunjuk oleh Mentri Luar Negri AS pada 12 Juli 1853; kemudian kantor Agen Perdagangan dijadikan kantor wakil konsulat di tahun 1866 dan agen konsulat di tahun 1898. Kantor agen perdagangan ini kemudian diperintahkan untuk ditutup pada 4 Januari 1916 dan menjadi konsulat dengan Horace J. Dickinson sebagai konsul yang pertama pada 21 Juli 1917. Konsulat ini sendiri kemudian ditutup pada 25 Juli 1917.

 Joseph Balestier menjadi konsul di Riau, Kepulauan Bintan pada 11

Oktober 1833 penunjukannya disahkan pada 10 Februari 1834. Tidak jelas kapan perwakilan di Riau ini akhirnya ditutup.

 Carl Van Oven menjadi agen konsuler pada 11 Januari 1866 di Surabaya, Jawa. Kantor ini kemudian menjadi konsulat dengan ditunjuknya Harry Campbel pada 25 Mei 1918. Konsulat Surabaya kemudian ditutup pada 22 Februari 1942 dan dibuka lagi untuk umum pada 27 Mei 1950.

 Edward George Taylor menjadi agen konsuler di Semarang, Jawa pada 10 Juli 1885. Agensi ini kemudian ditutup pada 1 Oktober 1913

Pendaratan pertama tentara Amerika di Indonesia pada masa Perang Dunia II  21 April 1944 AS mendarat di Hollandia (sekarang Jayapura)[1]

 27 Mei 1944 AS mendarat di Noemfeex (sekarang disebut ??)  30 Juli 1944 AS mendarat di Sansapor.

Hubungan antar negara setelah kemerdekaan 1949-sekarang Perwakilan resmi

 28 Desember 1949, pengakuan Amerika Serikat atas kemerdekaan Indonesia dan penunjukkan Duta Besar pertama di Indonesia H. Merle Cochran untuk Kedutaan Besar Amerika di Jakarta.

 20 Februari 1950 Ditunjuknya Duta Besar Indonesia untuk Amerika, Dr. Ali Sastroamidjojo.  13 Januari 1950 James Imam Pamudjo ditunjuk sebagai konsul terhormat pos Indonesia

di New York.

 15 Juli 1950 Abdoel Hamid menjadi konsul di San Fransisco.

2.2 Hubungan Kerjasama yang Dijalin Indonesia - Amerika Hubungan Indonesia - Amerika pada Dimensi Politik.

Yusuf Wanandi dari CSIS membahas tentang dimensi politik hubungan Amerika dan Indonesia yang disinyalir tidak simetris dan memiliki perbedaan persepsi. Hal ini dimulai pada waktu terjadinya peristiwa 11 September 2001. Pemerintah Amerika amat hati-hati dalam menyikapi segala kebijakan Indonesia yang menyangkut pembangunan ekonomi, pembangunan Islam dan terorisme global serta demokrasi. Peran media amat besar dalam


(2)

membantu pemerintah Amerika memahami kebijakan politik Indonesia begitu juga sebaliknya.

Sedangkan Karl Jackson dari SAIS menjelaskan bahwa hubungan Amerika dengan Indonesia merupakan pekerjaan yang belum usai sampai sekarang (unfinished business). Karl

menjelaskan bahwa perkembangan hubungan bilateral Amerika dan Indonesia tersebut dalam perspektif sejarah dimulai pada tahun 1945 sampai dengan sekarang. Dari retaknya hubungan bilateral karena dekatnya Indonesia dengan RRC dan USSR pada tahun 1950-1967 sampai dengan adanya kontrol terhadap kebijakan Indonesia oleh Soeharto tahun 1969-1998. Selain itu kondisi ekonomi dan demokrasi tidak berjalan dengan baik pada masa tersebut. Perubahan ke arah yang lebih baik terjadi setelah Indonesia melaksanakan pemilu yang demokratis pada tahun 1999 dan disusul pemilu selanjutnya serta pemilihan presiden 2004. Menurut Karl dulu Amerika dan Indonesia menjalin hubungan yang baik dan sekarang ada peluang untuk meningkatkan hubungan tersebut. Pekerjaan yang belum terselesaikan adalah peran Indonesia dalam membangun negaranya, Amerika hanya membantu mendorong ke arah tersebut. Dan salah satu faktor untuk meningkatkan pembangunan adalah meningkatnya foreign direct investment (FDI). FDI akan meningkat apabila investor tertarik untuk

menanamkan investasinya di Indonesia. Ketertarikan investor dipicu oleh tingkat korupsi yang rendah dan kepastian hukum.

Sedangkan kemajuan Indonesia perlu didukung oleh kemampuan sumber daya manusianya dengan meningkatkan tingkat pendidikan penduduk Indonesia, terutama meningkatkan jumlah PhD atau Doktor (S3) Indonesia yang baru 5.000 orang. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN lainnya.

Dino Patti Jalal (Juru Bicara presiden) secara optimis menjelaskan hubungan Amerika - Indonesia yang telah berlangsung dengan penuh saling pengertian. Hal ini dibuktikan dengan adanya kemauan bersama untuk berdialog antara presiden George Bush dengan presiden Soesilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan APEC di Santiago 4 tahun lalu. Peningkatan hubungan bilateral terjalin berkat peran kedua pemimpin negara tersebut, terutama adanya kehendak presiden George W. Bush untuk menormalisasikan kerjasama militer. Selain itu, tim kepresidenan Bush yang tidak jauh berubah dari periode sebelumnya, sehingga dapat diprediksi kebijakannya juga tidak berubah. Begitu pula halnya dengan Indonesia yang kebijakannya tidak terlalu banyak berubah.

Namun perlu adanya peninjauan kebijakan politik Amerika yaitu penerapan kebijakan soft power terhadap Indonesia, yang salah satunya seperti yang diungkapkan Karl bahwa setelah peristiwa 11 September, Indonesia merupakan soft target dari isu teroris. Selain itu perlu adanya peningkatan relationship dengan cara meningkatkan frekuensi pertemuan struktural antara pemerintah Amerika dengan Indonesia dan pertemuan antara DPR dengan kongres. Persepsi masyarakat Amerika tentang imej Indonesia juga perlu dirubah terutama setelah terjadinya krisis tahun 1997 (crisis driven problem). Selain itu Amerika juga perlu memahami Islam secara komprehensif dan hal ini merupakan peran Indonesia untuk memberikan

pengertian pada Amerika tentang Islam sebab Islam itu tidak identik dengan masalah Timur Tengah.

Hubungan Indonesia - Amerika dari Dimensi Ekonomi dan Regionalisasi

Bill Heidt membahas tentang latar belakang perlunya meningkatkan hubungan ekonomi antara Amerika dengan Indonesia. Peningkatan hubungan ekonomi ini terkait dengan perkembangan dunia yang mengarah pada meningkatnya kerjasama regional.

Kelebihan dari kerjasama ini adalah Amerika memiliki banyak ahli di bidang ekonomi. Selain itu Amerika merupakan pasar potensial bagi produk ekspor Indonesia karena Amerika

merupakan pasar dominan di dunia yang banyak menanamkan investasinya. Sedangkan Indonesia merupakan penghasil minyak dan gas, serta produk manufaktur. Perekonomian


(3)

Indonesia juga memiliki pengaruh di dunia sama halnya dengan perekonomian Cina, Jepang, Rusia, dan India apabila dilihat dari sudut pandang pasar.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Cina merupakan negara yang sangat berpengaruh di dunia dalam bidang ekonomi. Dengan demikian Amerika dapat membantu Indonesia dalam bidang financial management dan jasa lainnya. Amerika juga dapat menjembatani pertemuan dengan CGI.

Sedangkan Hadi Soesastro dari CSIS menyatakan regionalisasi merupakan isu yang berkembang seiring dengan adanya globalisasi. Secara tidak langsung isu ini mengandung makna kerjasama antar dua atau lebih negara. Begitu pula halnya dengan Amerika, perlu adanya kerjasama regional antara Amerika dengan negara-negara ASEAN. Singapura dan Thailand telah melakukan pendekatan kepada Amerika. Apalagi dengan diadakannya pertemuan APEC setiap tahunnya yang memungkinkan peningkatan akan terealisasinya regionalisasi. Hadi menganalogikan regionalisasi dengan jumbo jet dimana dua sayapnya adalah pendekatan dan bergabungnya Jepang dan Cina sedangkan badannya adalah ASEAN. Sehingga dengan adanya pelebaran daerah maka akan lebih maju lagi negara anggota

ASEAN. Pentingnya regionalisasi dan peningkatan peserta antara lain disebabkan oleh dukungan para pemimpin Asia yang semakin lama semakin meningkat, ASEAN sekarang sudah kuat dan beberapa anggota barunya perlu diperkuat kembali dan faktor yang terakhir adalah kegiatan bisnis perekonomian berkembang dengan cepat. Ketiga hal tersebut

mendorong perlunya regionalisasi.

Hubungan Indonesia - Amerika dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan.

Juwono Sudarsono, Menteri Pertahanan, menegaskan perkembangan demokrasi di Indonesia dan kontroversi kepemimpinan militer atau sipil. Terbentuknya masyarakat yang demokratis didasarkan pada reformasi politik dan reformasi politik terjadi bila perekonomian tumbuh dengan baik dan dapat meningkatkan taraf hidup kaum miskin dan kaum miskin akan bertahan hidup apabila mereka memiliki pertahanan sosial yang tinggi.

Dengan demikian bahwa pertahanan sosial memegang peranan penting dalam membentuk masyarakat demokratis. Indonesia pada saat sekarang dipandang sebagai negara yang demokratis dan negara yang penduduknya sebagian besar adalah memeluk agama Islam. Sehingga dari tahun 1976 sampai dengan 1996 Indonesia dicatat sebagai salah satu ASEAN miracle. Juwono menambahkan bahwa yang terpenting dalam pembangunan di Indonesia adalah menumbuhkan cultural democracy untuk meningkatkan political democracy. Namun pada saat sekarang ini, partai politik dan juga parlemen di Indonesia tidak memiliki political democracy. Hal disebabkan makin maraknya korupsi yang dilakukan oleh parlemen.

Sedangkan wacana masuknya TNI (Tentara Nasional Indonesia) ke dalam tubuh Ministry of Defense (Departemen Pertahanan) ditanggapi oleh Juwono perlu waktu karena hal ini menyangkut beberapa hal yaitu masalah budget, management dan juga business. Wacana supremasi militer terhadap sipil dan sipil terhadap militer dalam tubuh Departemen Pertahanan tidak menjadi persoalan yang perlu dikhawatirkan. Namun yang perlu dikhawatirkan adalah peran LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dalam membantu

rekonsiliasi tersebut. Apabila LSM Indonesia sudah self financing dan tidak tergantung oleh donor, maka political democracy dan accountability democracy akan tercipta. Departemen Pertahanan dalam melaksanakan fungsinya untuk mempertahankan kedaulatan negara tidak bekerja sendiri. Departemen Pertahanan bekerjasama dengan departemen lain untuk

meningkatkan pertahanan Indonesia di bidang tertentu, misalnya dengan Deprtemen ESDM (Energi Sumber Daya Mineral), Departemen Pendidikan Nasional, dan Departemen pekerjaan Umum.


(4)

Don Eirich menegaskan tiga masalah strategik peningkatan hubungan Indonesia dan Amerika dalam bidang keamanan yaitu internal stability dan civil security, counter terrorism dan maritime security. Don juga menjelaskan bahwa Amerika mendorong Indonesia untuk melaksanakan kebijakannya dan Amerika membantu Indonesia dalam bidang manajemen dan governance. Pemerintah George Bush menjanjikan dana sebesar 175 juta US$ untuk bidang pendidikan, khususnya basic education. Kusnanto Anggoro, peneliti CSIS, menjelaskan peran DPR dalam memahami peraturan perundang-undangan yang terkait dengan masalah militer. Kuntoro mensinyalir kurangnya pemahaman anggota DPR dalam memahami secara pokok kebijakan yang terkait dengan pertahanan dan keamanan, sehingga hal ini akan berimbas pada lahirnya kebijakan yang bias. Sebelum tahun 1999 militer terlibat langsung dalam pembuatan kebijakan pertahanan dan keamanan, pada tahun 1999 sampai dengan 2000 jumlah militer yang terlibat dalam pembuatan kebijakan pertahanan dan keamanan berkurang dan setelah tahun 2000, kemungkinan tidak adanya wakil dari militer. Namun keterlibatan militer dalam tubuh DPR pada saat sekarang ini masih ada dengan adanya beberapa indikasi berikut ini yaitu anggota DPR yang konservatif yang anti politik, adanya pandangan bahwa sipil itu inferior dan adanya pemikiran yang tidak rasional tentang penduduk sipil.

Dengan demikian perlu diantisipasi agar produk hukum dari DPR tentang pertahanan dan keamanan agar tidak military heavy atau sebaliknya yang menyebabkan timbulnya anti militer Indonesia. Sedangkan Sudrajat menjelaskan bahwa reformasi pertahanan di Indonesia dapat dilakukan dengan melihat sistem nilai yang ada dalam pertahanan dan keamanan, kelembagaan pertahanan dan keamanan serta pengembangan Departemen Pertahanan dan Keamanan. Kesimpulannya adalah perlu adanya peningkatan pendidikan bagi Dephan untuk dapat melaksanakan reformasi di kalangan militer.

Salim Said menjelaskan reformasi military heavy dari perspektif kebijakan. Military heavy bergeser dimulai pada tahun 2000 dengan adanya perintah pada tanggal 20 April 2000 yang menyatakan bahwa militer tidak lagi terlibat dalam urusan politik.

Kebijakan ini diperkuat dengan tertbitnya Tap MPR No 7 tahun 2000 yaitu militer tidak memiliki peran politik dalam pemerintahan di Indonesia. Dan Undang-undang TNI tahun 2004 juga menegaskan bahwa militer mengenal adanya supremasi sipil. Walaupun sudah ada kebijakan yang mengenal adanya supremasi sipil, namun masalahnya militer masih tetap tidak percaya dengan sipil, dan sipil tidak percaya pada mereka sendiri serta kendala budget. Untuk mengatasi hal tersebut, maka sipil harus self confident dan pemerintah harus dapat menyediakan dana untuk melaksanakan reformasi pertahanan dan keamanan.

BAB III PENUTUP


(5)

· Kesimpulan

Hubungan bilateral Indonesia dan Amerika mengalami pasang surut. Menurunnya hubungan kerjasama yang telah terjalin lama dipicu oleh terjadinya peristiwa 11 September 2001. Peristiwa ini membawa dampak luas, terutama pada peninjauan kembali kebijakan Amerika terhadap Indonesia. Hal ini memiliki dua efek, ada yang menanggapinya secara optimis dan ada juga yang menanggapinya secara pesimis.

Dengan demikian prospek hubungan bilateral antara Amerika dan Indonesia pasca peristiwa 11 September 2001 masih tanda tanya.

Namun hal ini perlu disikapi secara positif bahwa untuk meningkatkan hubungan bilateral tersebut perlu adanya peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia Indonesia agar Indonesia tidak tertinggal dari negara anggota ASEAN lainnya dalam hal pembangunan ekonomi, politik, serta pertahanan dan keamanan. Prospek lainnya dalam peningkatan hubungan bilateral Amerika dan Indonesia yang perlu disikapi adalah pentingnya peran Amerika dalam perekonomian global dan percaturan dunia. Dengan demikian peningkatan hubungan bilateral Amerika dengan Indonesia akan berdampak pada peningkatan pembangunan perekonomian Indonesia.

Pengaruh hubungan Amerika dengan Indonesia terhadap pembangunan politik di Indonesia juga perlu disikapi secara positif. Hal ini disebabkan peningkatan hubungan Indonesia dengan Amerika akan berdampak pada peningkatan pembangunan ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan baik bagi kedua negara, regional, maupun internasional.


(6)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan Indonesia dan Amerika sudah lama terjalin, dan campur tangan Amerika dalam berbagai hal sudah merugikan negara kita. Seperti hal nya dalam campur tangan amerika terhadap reshuffle Kabinet. Dominasi Amerika Serikat selama beberapa dekade membuat banyak negara, termasuk Indonesia, secara tidak sadar terperangkap dan tersedot menjadi bagian dari kepentingan ekonomi Amerika Serikat dengan posisi sebagai pasar.

Ketika tidak ada keseimbangan kekuatan dunia, maka hegemoni kepentingan Amerika Serikat menjadi-jadi sehingga tidak hanya menteri saja yang bisa disetir namun presidennya pun bisa diatur dan disetir. Banyak negara-negara di dunia, khususnya di Timur Tengah, Amerika Serikat dengan kesewenang-wenangnya mengatur negara lain.

3.2 Saran

Seharusnya Indonesia berani bersikap tegas untuk perlunya membangun kemandirian bangsa dari segala hal. Potensi itu ada, namun karena sudah masuk perangkap negara lain, mau enaknya saja, dan ketergantungan kepada negara lain memberikan keuntungan bagi oknum-oknum tertentu, maka potensi itu menjadi hilang.

Dengan melimpahnya para tenaga kerja dari Indonesia ke Malaysia, dan negara-negara Arab, faktor ini bisa digunakan untuk tawar menawar. Buktinya Malaysia dan negara-negara Arab sempat kelimpungan ketika pengiriman jasa tenaga kerja hendak dihentikan. Hal-hal

demikianlah yang seharusnya dikedepankan oleh Indonesia daripada sekadar menuruti apa maunya kepentingan asing yang tidak memberi banyak manfaat bagi rakyat Indonesia.