Makalah Sistem politik Islam Makalah Sistem politik Islam

Makalah Sistem politik Islam
1. 1. MAKALAH Sistem Politik Islam DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10 1. Imam Daelami
(130421100074) 2. Fadiluddin (130421100076) 3. Achmad Agung Ferrianto (130421100077)
4. Putri Noviyanti Maghfiroh (130421100079) 5. Elvi Syahrina (130421100080) TEKNIK
INDUSTRI UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA Tahun Akademik 2013-2014
2. 2. ii KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas
Pendidikan Agama Islam tentang Sistem Politik Islam dengan baik meski memiliki halangan
maupun rintangan. Tugas ini kami harapkan dapat membantu bagi pembaca. Dan juga
diharapkan dapat menambah nilai yang ada. Dalam penyusunan tugas ini, kami tidak lupa
mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan di masa
mendatang dan semoga manfaat bagi kita semua. Bangkalan, 6 Maret 2014 Penyusun
3. 3. iii DAFTAR ISI COVER i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii BAB I 1.1 Latar
Belakang……………………………………………………………………… 1 1.2 Rumusan
Masalah…………………………………………………………………... 1 1.3
Tujuan………………………………………………………………………………. 1 BAB II 2.1
Pengertian Politik Islam…………………………………………………………….. 2 2.2 Prinsipprinsip Dasar Politik (Siyasah) Islam………………………………………. 4 2.3 Prinsip-prinsip
Politik Luar Negeri…………………………………………….…... 5 2.4 Kontribusi Umat Islam
dalam Perpolitikan Nasional………………………….……. 9 BAB III 3.1

Kesimpulaan………………………………………………………………………... 10 3.2
Saran……………………………………………………….…………………….…. 10 DAFTAR
PUSTAKA 11
4. 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik Islam memberikan pengurusan atas
urusan seluruh umat muslim. Namun, realitasnya politik berubah menjadi pudar saat terjadi
kebiasaan umum masyarakat, baik itu berupa perkataan maupun perbuatannya yang
menyimpang dari kebenaran Islam yang dilakukan oleh mereka yang beraqidahkan tidak
baik, baik itu dari kalangan non muslim ataupun dari kalangan umat Islam itu sendiri. Oleh
karena itu politik yang seharusnya bersifat baik menjadi sifat yang kurang baik seperti
kedustaan, tipu daya, dan penyesatan yang dilakukan oleh para politisi maupun penguasa.
Penyalahgunaan wewenang dari para politisi atau penguasa itu bersebrangan dengan
kebenaran Islam, kezhaliman mereka kepada masyarakat, sikap dan tindakan sembrono
mereka dalam mengurusi masyarakat memalingkan makna sebenarnya dari politik itu
sendiri. Bahkan, dengan pandangan seperti itu, para politisi atau penguasa memanfaatkan
rakyat demi kepentingan sendiri, bukan sebagai pemerintah yang shalih dan berbuat baik
kepada rakyat. Hal ini dapat memicu bahwa politik itu harus dijauhkan dari agama (Islam).
Sebab, orang yang paham akan agama itu takut kepada Allah SWT sehingga tidak cocok
berkecimpung dalam politik yang merupakan dusta, kezhaliman, pengkhianatan, dan tipu
daya. Cara pandang yang demikian, sadar atau tidak. mereka mempengaruhi sebagian
kaum muslimin yang juga sebenarnya ikhlas dalam memperjuangkan Islam. Untuk

mengubah pandangan seperti itu, maka pada bab ini akan di jelaskan bagaimana politik
yang seharusnya khususnya politik islam. 1.2 Rumusan Masalah Tujuan daripada penulisan
makalah ini adalah : a. Mengetahui pengertian politik islam b. Mengetahui prinsip-prinsip
dasar politik islam c. Prinsip-prinsip politik luar negeri d. Kontribusi umat Islam dalam

Perpolitikan Nasional 1.3 Tujuan Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya kita selaku umat islam.
5. 5. 2 BAB II Pembahasan 2.1 Pengertian Politik Islam. Politik dalam bahasa Arabnya disebut
“siyasyah” yang diterjemahkan menjadi siasat atau dalam bahasa inggris “politics”. Siyasyah
berasal dari kata kerja dasar saasa – yasuusu – siyaasah (dalam fikih Islam) yang berarti
mengurus sesuatu dengan hal yang membawa kebaikan baginya. Namun asal mula kata
politik itu sendiri berasal dari kata “polis” (diambil darii bahasa Yunani atau Latin) yang
berarti negara kota atau dapat juga diartikan sebagai kebijakan kekuatan kekuasaan
pemerintah, pengaturan konflik yang menjadi konsensus nasional, serta kemudian kekuatan
masyarakyat.[1] Ada berbagai macam pendapat tentang pengertian politik itu sendiri. Berikut
diantaranya. a. Menurut Salim Ali al-Bahnasawi, politik ialah cara dan upaya menangani
masalah-masalah rakyat dengan seperangkat undang-undang untuk mewujudkan
kemaslahatan dan mencegah hal-hal yang merugikan bagi kepentingan manusia.[2] b.
Menurut Drs. Inu Kencana, politik adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri
tetapi juga seni, dikatakan sebagai seni karena banyak kita melihat politikus yang tanpa

pendidikan ilmu politik, tetapi mampu berkiat memiliki bakat yang dibawa sejak lahir dari
naluri sanubarinya. [3] c. Menurut Ruslan Abd. Gani, perjuangan politik bukan selalu, tetapi
seringkali, malahan politik adalah seni tentang yang mungkin dan tidak mungkin. Sering pula
diartikan adalah pembentukan dan penggunaan kekuatan. [4] d. Menurut Prof. Miriam
Budiardjo, politik adalah bermacam-macam kegiatan yang menyangkut penentuan tujuantujuan dan pelaksanaan tujuan itu. Menurutnya politik membuat konsep-konsep pokok
tentang negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision marking),
kebijaksanaan (policy of beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).
Dalam agam Islam sendiri, politik atau siyasyah memiliki makna yang berbeda. a. Imam
Murtadha az-Zabidi (wafat tahun 1205 H) berkata: .
6. 6. 3  Sustu ar-ra’iyah siyaasatan yang artinya “saya mengatur rakyat dengan sebuah
pengaturan”.  Saasa al-amra siyaasatan yang artinya “mengatur sebuah perkara”. Jadi
Siyaasah merupakan “mengurus sesuatu perkara dengan hal yang akan membuatnya lebih
baik.” (Tajul ‘Arusy min Jawahiril Qamus, 16/157) b. Imam Ibnu Manzhur Al-Anshari Al-Ifriqi
(wafat tahun 711 H) berkata: .
7. 7. 4 2.2 Prinsip-prinsip Dasar Politik (Siyasah) Islam Suatu sistem politik pasti tidak akan
terlepas dari prinsip-prinsip dasarnya. Sama halnya dengan sistem politik Islam yang selalu
menjunjung prinsip-prinsip dasarnya yang juga bersumber dari kitab suci Al-Quran. [6]
Prinsip-prinsip dasar politik Islam meliputi a) Musyawarah (Syuro) Dalam prinsip politik
Islam, konsep ini dapat membantu dalam memilih sebuah keputusan atau kebijakan
pemerintah dalam mengatur sebuah pemerintahan itu sendiri dengan berdasarkan

kesepakatan bersama. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Ali Imran ayat 159 : “Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.” b) Prinsip Keadilan (Al-‘adalah) Dalam ajaran agama Islam, keadilan
merupakan komponen paling penting terutama dalam sistem politik Islam. Istilah ‘adil’
berasal dari bahasa Arab, yaitu yang berarti tengah atau seimbang. Dengan adanya
keadilan dalam suatu pemerintahan, akan menyeimbangkan atau menyamakan hak antara
setiap waga negara maupun antara pemerintah dengan rakyatnya. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 90 :

8. 8. 5 c) Prinsip Kebebasan (Al-Hurriyah) Maksud kebebasan disini bukan kebebasan yang
bermakna negatif, tetapi lebih mengarah kemakna positif. Kebebasan bermakna positif disini
adalah kebebasan yang berlandaskan kebaikan. Seperti, kebebasan memilih suatu yang
lebih baik atau kebebasan dalam berfikir mana yang lebih baik, sehingga dengan pemikiran
yang lebih baik itu dapat melakukan perbuatan yang lebih baik pula. Allah berfirman:
"Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi
sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa

yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka” (QS. Taha ayat 123)
Dari firman Allah di atas, menceritakan kebebasan berfikir yang diberikan Allah kepada Nabi
Adam dan Hawa. Dari penggalan surat di atas juga menjadikan bukti bahwa Allah
memberikan setiap umatnya untuk bebas berfikir. Maka dari itu, perundang-undangan Islam
sangat menghargai nilai-nilai kebebasan. d) Persamaan (Al-Musaawah) Dalam ajaran Islam
setiap manusia, laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama dalam menentukan
sebuah pilihan, menyampaikan pendapat, dan tidak ada pembeda darimana asal usulnya,
bahasanya, serta keyakinan yang dianutnya. Karena pada dasarnya dalam Al-Quran yang
membedakan antar manusia adalah ketaqwaannya. Sebagaimana firman Allah QS. AlHujurat ayat 13: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” 2.3 Prinsip-prinsip Politik Luar Negeri Prinsip-prinsip
politik luar negeri dalam Islam menurut Ali Anwar (2002:195) adalah sebagai berikut: [7]
Sauri, Sofyan. Buku PAI Revisi. (Bab XIV Sistem Politik Islam), (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195604201983011SOFYAN_SAURI/BUKU_PAI_REVISI/BAB_XIV-1.pdf, diakses 8 Maret 2014)
9. 9. 6 a) Saling menghormati fakta-fakta dan terikat-terikat Surat Al-Anfaal ayat 58: “Dan jika
kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah
perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berkhianat.” Surat An-Nahl ayat 91 Dan tepatilah perjanjian dengan Allah

apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah
meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpahsumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. b) Kehormatan
dan integrasi nasional (Surat An-Nahl ayat 92) “Dan janganlah kamu seperti seorang
perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai
berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu,
disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain.
Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat
akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.” c) Keadilan
universal (internasional) (Surah Al-Maidah ayat 8) “Hai orang-orang yang beriman hendaklah
kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
10. 10. 7 d) Menjaga perdamaian abadi (Surah Al-Maidah ayat 61) “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat
agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi
kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah
kepada Allah jika kamu betul-betul orang- orang yang beriman.” e) Menjaga kenetralan
terhadap Negara-negara lain (Surah An-Nisaa’ ayat 89, 90) (89) “Mereka ingin supaya kamu


menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan
mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga
mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka
di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka
menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong” (90) “kecuali orang-orang yang
meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada
perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa
keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. Kalau Allah menghendaki,
tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka
memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta
mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk
menawan dan membunuh) mereka.” f) Larangan terhadap eksploitasi para imperialis (Surah
Al-An’am ayat 92)
11. 11. 8 “Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi;
membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan
kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya.
Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al
Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.” g) Memberikan perlindungan dan
dukungan pada orang-orang Islam yang hidup di Negara lain (Surah Al-Anfaal ayat 72)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan

jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan
pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung- melindungi.
Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban
sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka
meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib
memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu
dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” h) Bersahabat dengan
kekuasaan-kekuasaan netral (Surah Al-Mumtahinah ayat 8,9) (8) “Allah tidak melarang kamu
untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena
agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil.” (9) “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan
sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari
negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan
mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
12. 12. 9 i) Kehormatan dalam hubungan Internasional (Surah Ar-Rohman ayat 60) Tidak ada
balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). j) Persamaan dan keadilan untuk para penyerang
(Surah An-Nahl ayat 126) Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan
balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu
bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. 2.4 Kontribusi
Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional Umat Islam dalam kontribusinya tak terhitung

banyaknya. Setiap era di masa kepolitikan nasional umat islam selalu hadir diantaranya.
Pertama, pada orde lama. Umat Islam sangat berperan aktif dalam masa kemerdekaan,
seperti pada saat perumusan NKRI. Pada masa itu ayat pertama dalam Piagam Jakarta atau
yang sekarang disebut Pancasila, para pemimpin Islam mengusulkan untuk mendirikan
Indonesia dengan didasari dengan Daulah Islamiyah. Namun demi keutuhann persatuan
dan kesatuan bangsa akhirnya digantilah dengan “Ketuhanan yang Maha Esa”, karena
banyak umat agama lain memprotes keputusan tersebut. Tetapi umat Islam tetap menyutujui
Pancasila dan UUD 1945. Itu dikarenakan nilai-nilai kebenaran ajaran agama Islam tertuang
di dalamnya. Yang kedua, pada era orde baru hingga era reformasi. Di Era ini pula para

pemimpin Islam yang turut berpartisipasi dalam pembangunan Nasional, sebagai contoh KH.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Kemudian ada juga Amin Rais. Mereka adalah satu diantara
berjuta pemimpin Islam yang sangat diperhitungkan dalam dunia politik. Lalu munculah
berbagai macam partai politik yang berbasis ajaran agama Islam mulai muncul. Seperti PKB,
PKU, PNU, PKS, dan lain-lain.
13. 13. 10 BAB III Penutup 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan sistem politik Islam, dapat
diketahui bahwa Politik Islam itu adalah suatu upaya pemerintah dalam mengatur suatu
pemerintahan dalam hal ini masyarakat sebagai objeknya sesuai aspek ajaran Islam. Dalam
politik Islam ini juga terdapat prinsip- prinsip dasar yang dapat menjadi sebuah pedoman
dalam kehidupan politik Islam, yaitu musyawarah, prinsip keadilan, prinsip kebebasan dan

persamaan. Sedangkan menurut Ali Anwar (2002:195), prinsip-prinsip politik luar negeri
dalam Islam terdiri dari 1. Saling menghormati fakta-fakta dan traktat-traktat, 2. Kehormatan
dan integrasi nasional, 3. Keadilan universal (internasional), 4. Menjaga perdamaian abadi,
5. Menjaga kenetralan terhadap Negara-negara lain, 6. Larangan terhadap eksploitasi para
imperialis, 7. Memberikan perlindungan dan dukungan pada orang-orang Islam yang hidup
di Negara lain, 8. Bersahabat dengan kekuasaan-kekuasaan netral, 9. Kehormatan dalam
hubungan Internasional 10. Persamaan dan keadilan untuk para penyerang. Umat Islam
juga sangat berkontribusi besar dalam kepolitikan Nasional. Tak hanya sekali atau dua kali,
menurut sejarah umat Islam berkontribusi dalam era kemerdekan hingga sekarang. 3.2
Saran Sebagai umat islam kita harus tahu dan ikut berpartisipasi dalam kepolitikan Islam,
agar menjadikan Indonesia yang lebih baik dan maju.
14. 14. 11 Daftar Pustaka  Inu Kencana, Sistem Politik Indonesia, (Bandung: Refika Aditama,
2005)  Salim Ali al-Bahnasawi, Wawasan Sistem Politik Islam (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar)
 Ruslan Abd. Gani, Politik dan Ilmu  Politik Islam.Wikipedia (Online),
(http://ms.wikipedia.org/wiki/Politik_Islam, diakses 8 Maret 2014)  Erwina, Brigita
Win.Makalah Studi Kepemimpinan Islam Demokrasi Dalam Perspektif Islam. Makalah
disajikan dalam Studi Kepemimpinan Islam, Universitas Islam Indonesia, (Online),
(http://sanaky.com/wp- content/uploads/2010/09/DEMOKRASI-DALAM-PERSPEKTIFISLAM.pdf, diakses 8 Maret 2014)  Sauri, Sofyan. Buku PAI Revisi. (Bab XIV Sistem Politik
Islam), (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195604201983011SOFYAN_SAURI/BUKU_PAI_REVISI/BAB_XIV-1.pdf, diakses 8 Maret 2014)