BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Keluarga berencana
Menurut  WHO  Expert  Comitte,  1970,  tindakan  yang  membantu  individu atau  pasangan  suami  istri  untuk  mendapatkan  objektif  tertentu  seperti  menghindari
kelahiran   yang  tidak  diinginkan,  mendapat  kelahiran   yang  diinginkan,  mengatur interval  diantara  kehamilan  dan  menentukan  jumlah  anak  dalam  keluarga  serta,
mengontrol waktu saat kelahiran dan hubungannya dengan umur suami istri.
2.2. Definisi kontrasepsi
Kontrasepsi  merupakan  upaya  untuk  mencegah  terjadinya  kehamilan,  upaya ini   dapat   bersifat   sementara   dan   dapat   pula   bersifat   permanen   Prawirohardjo,
Sarwono,  2002.  Selain daripada  itu  kontrasepsi  adalah  cara  untuk  menghindari  atau mencegah   terjadinya   kehamilan   sebagai   akibat   pertemuan   antara  sel   telur   yang
matang dengan sperma tersebut BKKN, 2004.
2.3. Siklus haid normal
Berikut ini adalah siklus haid normal menurut Sherwood, 2002, yaitu: Dalam   siklus   haid   normal   terdapat   28   hari   untuk   mempersiapkan   dan
melepaskan  ovum  pada  pertengahan  siklus,  mempersiapkan  lingkungan  uterus  dan bila  tidak  terjadi  konsepsi,  maka  terjadi  perluruhan  dinding  endometrium  yang  akan
menyebabkan terjadinya pendarahan haid. Hormon  yang  mengatur  siklus  haid  adalah  estrogen  dan  progesteron.  Kadar
kedua  hormon  ini  ditentukan  oleh
Gonadotropin  Releasing  Hormon
GnRH  yang berasal  dari  hipotalamus.  Hormon  ini  akan  mengirim  isyarat-isyarat  ke  kelenjar
pituitari. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan dan mengeluarkan
Follicle Stimulating Hormone
FSH dan
Luteinizing Hormone
LH.
Universitas Sumatera Utara
FSH  akan  merangsang  pembentukan  folikel  primer  di  dalam  ovarium  yang mengelilingi  satu  oosit  primer.  Folikel  dan  oosit  primer  akan  berproliferasi  sampai
hari ke 14 dan folikel menjadi matang yang disebut folikel de Graaf. Folikel de Graaf yang   matang   akan   melepaskan   hormon   estrogen.   Hormon   ini   berfungsi   untuk
proliferasi  dinding  endometrium.  Estrogen  yang  tinggi  juga  akan  mempengaruhi serviks   untuk   mengeluarkan   lendir   yang   bersifat   basa   yang   berguna   untuk
menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma. Selain  itu,  estrogen   yang  tinggi  akan  bereaksi  umpan  balik  negatif  ke  kelenjar
pituitari  untuk  menurunkan  konsentrasi  FSH  dan  kelenjar  pituitari  akan  melepaskan LH.
LH  merangsang  perlepasan  oosit  sekunder  dari  folikel  de  Graaf,  pada  saat inilah yang disebut ovulasi. Selanjutnya, folikel de Graaf akan menjadi korpus luteum
dimana  korpus  luteum  ini  akan  memproduksi  estrogen  dan  progesteron.  Progesteron ini  akan  mendukung  kerja  dari  estrogen  dengan  menebalkan  dinding  endometrium
dan meningkatkan pembuluh darah pada dinding endometrium. Progesteron  juga  merangsang  sekresi  lendir  pada  vagina  dan  pertumbuhan
kelenjar   air   susu   pada   payudara.   Progesteron   dan   estrogen   ini   berfungsi   untuk mempersiapkan   penanaman   implantasi   zigot   pada   uterus   apabila   telah   terjadi
pembuahan.
2.4. Kontrasepsi Oral