Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN PRIA PASANGAN USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI KONDOM DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN HUTAIMBARU

KOTA PADANGSIDIMPUAN

TESIS

Oleh

LUMONGGA SARI HARAHAP 107032162/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH PENGETAHUAN PRIA PASANGAN USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI KONDOM DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN HUTAIMBARU

KOTA PADANGSIDIMPUAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

LUMONGGA SARI HARAHAP 107032162/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN PRIA

PASANGAN USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI KONDOM DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN HUTAIMBARU KOTA PADANGSIDIMPUAN

Nama Mahasiswa : Lumongga Sari Harahap Nomor Induk Mahasiswa : 107032162

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (Drs. Abdul Jalil Amri Arma. M.Kes) Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 15 Januari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes

Anggota : 1. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes 2. Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D 3. dr. Yostoto Kaban, Sp.OG


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PENGETAHUAN PRIA PASANGAN USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI KONDOM DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN HUTAIMBARU

KOTA PADANGSIDIMPUAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2013

Lumongga Sari Harahap 107032162/IKM


(6)

ABSTRAK

Partisipasi pria dalam program keluarga berencana merupakan keterlibatan dan kesertaan berperilaku yang sehat dan aman bagi pasangannya maupun keluarganya. Menurut Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Padangsidimpuan pencapaian peserta keluarga berencana pria di Kecamatan Hutaimbaru sebesar 2,8% masih di bawah target yang diharapkan program Pembangunan Nasional adalah 5%.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi kondom dan dukungan sosial terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan. Jenis penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah jumlah seluruh pria pasangan usia subur yang terdaftar dan tinggal bersama istri serta memiliki anak satu sampai tiga orang di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2011 sebanyak 1.334 orang. Sampel berjumlah 121 orang yang diambil dengan teknik simple random sampling. Analisis data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pria pasangan usia subur yang berpengetahuan baik tentang alat kontrasepsi kondom kemungkinan untuk berpartisipasi dalam keluarga berencana sebesar 5 kali lebih besar dibandingkan dengan pria pasangan usia subur yang berpengetahuan kurang. Pria pasangan subur yang mendapat dukungan sosial berpeluang untuk berpartisipasi dalam keluarga berencana sebesar 21 kali dibandingkan dengan pria yang kurang mendapat dukungan sosial. Variabel pengetahuan pria dan dukungan sosial bisa menjelaskan pengaruhnya terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana sebesar 81,8%.

Disarankan perlu sosialisasi melalui penyuluhan, ceramah yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana Kota Padangsidimpuan khususnya di Kecamatan Hutaimbaru agar meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pria pasangan usia subur untuk berpartisipasi dalam keluarga berencana.

Kata Kunci : Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana, Pengetahuan, Dukungan Sosial


(7)

ABSTRACT

Male participation in family planning constitutes healthful and safe participation and behavior for his spouses and families.

This study aimed to analyze the influence of knowledge of male of productive aged couples about condoms as contraception devices and the influence of social support on male participation in family planning at Hutaimbaru Subdistrict, Padangsidimpuan City. This study was a survey, using cross sectional approach. The population was 1,334 male of productive aged couples registered and lived with their wives and had one to three children at Hutaimbaru Subdistrict, Padangsidimpuan City, in 2012. One hundred and twenty one (121) of them were taken as the samples, using simple random sampling technique. The data were analyzed by using Chi Square and multiple logistic regression.

The result showed that male of productive aged couples with good knowledge about condoms as contraception devices had a five times greater possibility to participate in family planning than that of with poor knowledge. Male of productive aged couples who got social support had 21 times greater possibility to participate in family planning than male who did not get social support. The variable of knowledge and social support possibly influenced male participation in family planning was 81.8%.

It is recommended that the socialization through counseling and discussion performed by Women Empowerment and Family Planning Board at Padangsidimpuan City, especially at Hutaimbaru Subdistrict, should increase knowledge and awareness of male of productive aged couples to participate in family planning.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc (CTM).,Sp.A.,(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(9)

4. Dr.Ir.Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing kami dan memberikan masukan serta saran dalam penyelesaian tesis ini.

5. Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Anggota Komisi pembimbing Drs.Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes atas segala ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai.

6. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D dan dr. Yostoto Kaban, Sp.OG, selaku tim penguji yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.

7. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Padangsidimpuan yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

8. Camat Hutaimbaru dan Tenaga Kesehatan Keluarga berencana Hutaimbaru yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.


(10)

9. Para Dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara.

10.Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada ayahanda H. Marajuddin Harahap dan Ibunda Almr Ratna Ermaini serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan

11.Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Alm H. Mursal Pulungan dan HJ. Rosmina serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan

12.Teristimewa buat suami tercinta Idham Halid Pulungan, S.E dan ananda Humairo Halid Pulungan, Fatimah Azzahra Pulungan berkat merekalah penulis termotivasi untuk menyelesaikan studi ini.

13.Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis ini.


(11)

Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, April 2013 Penulis

Lumongga Sari Harahap 107032162/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Lumongga Sari harahap, lahir pada tanggal 8 Maret 1979 di Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara, beragama Islam, anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda H.Marajuddin Harahap dan Ibunda Almr Ratna Ermaini Lubis dan Bertempat tinggal di Rantau Prapat. Penulis beragama Islam dan bertempat tinggal di Jl. Ade Irma Kota Padangsidimpuan.

Penulis mulai melaksanakan pendidikan dasar di SDN Rantau Prapat tamat pada tahun 1991, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di Rantau Prapat tamat pada tahun 1994 dan melanjutkan pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan Rantau Prapat tamat pada tahun 1997. Dan pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan D-III Kebidanan di Akademi Kebidanan Departemen Kesehatan RI Padangsidimpuan, tamat pada tahun 2001. Tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan tamat pada tahun 2003.

Penulis menikah pada tanggal 22 Januari 2006 dengan Idham Halid, S.E anak dari Bapak Alm H. Mursal Pulungan dan Ibunda Hj Rosmina Dan dikaruniai dua orang putri dan satu orang putera. Penulis mulai bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan mulai tahun 1999 sampai sekarang.


(13)

Kemudian pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakulatas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pengertian Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana ... 11

2.2 Program Keluarga Berencana ... 12

2.3 Alat Kontrasepsi Kondom ... 14

2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana ... 18

2.5 Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana ... 19

2.6 Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana ... 22

2.7 Landasan Teori ... 24

2.8 Kerangka Konsep ... 28

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel ... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4.1 Data Primer ... 31

3.4.2 Data Sekunder ... 32


(15)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 35

3.5.1 Variabel Penelitian ... 35

3.5.2 Defenisi Operasional ... 35

3.6 Metode Pengukuran ... 36

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Dependen ... 36

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Independen ... 36

3.7 Metode Analisis Data ... 38

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 39

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 39

4.1.1 Keadaan Geografis ... 39

4.1.2 Kependudukan ... 39

4.1.3 Sarana Kesehatan ... 40

4.1.4 Pelaksanaan Program Keluarga Berencana ... 40

4.2 Analisis Univariat ... 42

4.2.1. Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana Kondom ... 42

4.2.2 Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom ... 42

4.2.3 Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana ... 44

4.3 Analisis Bivariat ... 46

4.3.1 Hubungan Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom dengan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana ... 46

4.3.2 Hubungan Dukungan Sosial dengan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana ... 47

4.4 Hubungan Variabel Confounding dengan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana ... 48

4.4.1 Hubungan Variabel Umur, Pendidikan dan Jumlah Anak dengan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana ... 48

4.5 Analisis Multivariat ... 49

4.6 Pemeriksaan Interaksi ... 51

4.7 Pemeriksaan Confounding ... 52

BAB 5. PEMBAHASAN ... 56

5.1 Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana ... 56

5.2 Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana ... 57

5.3. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana ... 62


(16)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

6.1 Kesimpulan ... 66

6.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Distribusi Perhitungan Besar Sampel Penelitian di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padang Sidimpuan Tahun 2011 ... 31 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan

Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom ... 33 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Dukungan

Sosial ... 34 4.1 Data Daftar Nama Desa, Luas dan Jumlah Penduduk Kecamatan

Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2011 ... 40 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Partisipasi Pria dalam Keluarga

Berencana di Kecamatan Kota Hutaimbaru Padangsidimpuan Tahun 2012 ... 42 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur

tentang Alat Kontrasepsi Kondom Berdasarkan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2012 ... 43 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur

tentang Alat Kontrasepsi Kondom berdasarkan Jawaban Pernyataan Pengetahuan di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan ... 44 4.5 Distribusi Dukungan Sosial Berdasarkan Partisipasi Pria dalam

Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2012 ... 44 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan

Dukungan Sosial di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan ... 45 4.7 Hubungan Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat

Kontrasepsi Kondom dengan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan ... 47


(18)

4.8 Hubungan Dukungan Sosial dengan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan ... 48 4.9 Hubungan Variabel Confounding dengan Partisipasi Pria dalam

Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan ... 50

4.10 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda Pengaruh Variabel Independen Utama (Pengetahuan dan Dukungan Sosial) terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Padangsidimpuan ... 51 4.11 Pemeriksaan Interaksi ... 53 4.12 Pemeriksaan Confounding ... 54


(19)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Landasan Teori Lawrence Green (1980) ... 27 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 28


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Surat Persetujuan Sebagai Subjek Penelitian ... 73

2. Kuesioner Penelitian ... 75

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel Pengetahuan dan Dukungan Sosial ... 79

4. Master Data Penelitian ... 83

5. Tabel Random ... 88

6. Hasil Analisis Univariat ... 98

7. Hasil Analisis Bivariat ... 104

8. Hasil Analisis Multivariat ... 115

9. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 122


(21)

ABSTRAK

Partisipasi pria dalam program keluarga berencana merupakan keterlibatan dan kesertaan berperilaku yang sehat dan aman bagi pasangannya maupun keluarganya. Menurut Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Padangsidimpuan pencapaian peserta keluarga berencana pria di Kecamatan Hutaimbaru sebesar 2,8% masih di bawah target yang diharapkan program Pembangunan Nasional adalah 5%.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi kondom dan dukungan sosial terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan. Jenis penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah jumlah seluruh pria pasangan usia subur yang terdaftar dan tinggal bersama istri serta memiliki anak satu sampai tiga orang di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2011 sebanyak 1.334 orang. Sampel berjumlah 121 orang yang diambil dengan teknik simple random sampling. Analisis data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pria pasangan usia subur yang berpengetahuan baik tentang alat kontrasepsi kondom kemungkinan untuk berpartisipasi dalam keluarga berencana sebesar 5 kali lebih besar dibandingkan dengan pria pasangan usia subur yang berpengetahuan kurang. Pria pasangan subur yang mendapat dukungan sosial berpeluang untuk berpartisipasi dalam keluarga berencana sebesar 21 kali dibandingkan dengan pria yang kurang mendapat dukungan sosial. Variabel pengetahuan pria dan dukungan sosial bisa menjelaskan pengaruhnya terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana sebesar 81,8%.

Disarankan perlu sosialisasi melalui penyuluhan, ceramah yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana Kota Padangsidimpuan khususnya di Kecamatan Hutaimbaru agar meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pria pasangan usia subur untuk berpartisipasi dalam keluarga berencana.

Kata Kunci : Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana, Pengetahuan, Dukungan Sosial


(22)

ABSTRACT

Male participation in family planning constitutes healthful and safe participation and behavior for his spouses and families.

This study aimed to analyze the influence of knowledge of male of productive aged couples about condoms as contraception devices and the influence of social support on male participation in family planning at Hutaimbaru Subdistrict, Padangsidimpuan City. This study was a survey, using cross sectional approach. The population was 1,334 male of productive aged couples registered and lived with their wives and had one to three children at Hutaimbaru Subdistrict, Padangsidimpuan City, in 2012. One hundred and twenty one (121) of them were taken as the samples, using simple random sampling technique. The data were analyzed by using Chi Square and multiple logistic regression.

The result showed that male of productive aged couples with good knowledge about condoms as contraception devices had a five times greater possibility to participate in family planning than that of with poor knowledge. Male of productive aged couples who got social support had 21 times greater possibility to participate in family planning than male who did not get social support. The variable of knowledge and social support possibly influenced male participation in family planning was 81.8%.

It is recommended that the socialization through counseling and discussion performed by Women Empowerment and Family Planning Board at Padangsidimpuan City, especially at Hutaimbaru Subdistrict, should increase knowledge and awareness of male of productive aged couples to participate in family planning.


(23)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pemahaman tentang keluarga berencana sebagian besar masih berkonotasi hanya kaum wanita saja yang dianjurkan memakai kontrasepsi. Kaum suami yang berstatus sebagai kontributor kehamilan nyaris tak punya peran signifikan dalam upaya mengatur jumlah kelahiran anak. Sesungguhnya partisipasi pria memiliki nilai strategis dalam meningkatkan cakupan program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, yakni partisipasi pria dalam praktik keluarga berencana, pemeliharaan kesehatan ibu dan anak, serta pencegahan kematian maternal (BKKBN, 2005).

Berbagai perubahan lingkungan strategis baik nasional, regional maupun internasional, telah memberi pengaruh pada program keluarga berencana nasional di Indonesia. Perubahan paradigma kependudukan dan pembangunan dunia seperti yang telah dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo tahun 1994, serta kesepakatan para pemimpin negara di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tahun 2000 tentang Millenium Development Goals (MDG’s), perkembangan globalisasi, kerjasama regional ASEAN dan Asia Pasific (APEC), serta tuntunan perubahan dalam masa reformasi di tanah air tentang penegakan hak azasi, demokratisasi dan transparansi telah memberi nuansa baru dan perubahan mendasar dalam pengelolaan dan pelaksanaan program keluarga berencana nasional di Indonesia, terjadi reorientasi program keluarga berencana dengan disepakatinya


(24)

perubahan paradigma yaitu tidak lagi semata-mata untuk mencapai sasaran demografi namun ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan sosial. Reorientasi ini dilaksanakan dengan menjamin kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi berwawasan gender melalui upaya pemberdayaan perempuan serta peningkatan partisipasi pria (BkkbN, 2010).

Diperkirakan 358.000 kematian ibu terjadi di seluruh dunia. Ini berarti bahwa setiap hari sekitar 1.000 perempuan meninggal dunia karena komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Dua daerah, Sub-Sahara Afrika angka kematian ibu tertinggi dari 640 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Asia Selatan (Childinfo, 2012).

Penurunan angka kematian ibu di Indonesia merupakan salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPM) 2004-2009 pemerintah telah menetapkan sasaran pencapaian angka kematian ibu sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2009. Sejalan dengan deklarasi millennium seperti tertuang dalam Millenium

Development Goals (MDGs) 2015, Indonesia berkomitmen untuk menurunkan angka

kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (Bapenas, 2007).

Kesertaan pria dalam kesehatan reproduksi dan keluarga berencana sangat penting dalam upaya penurunan angka kematian ibu melahirkan. Upaya-upaya menghindari fenomena tiga terlambat yaitu terlambat memutuskan untuk mencari pertolongan baik secara individu dan keluarga, terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan, terlambat mendapatkan pelayanan yang adekuat, tentu tidak


(25)

bisa dilepaskan dari tanggung jawab para suami. Kesertaan pria dalam berkeluarga berencana yang berkontribusi terhadap penurunan kematian ibu melahirkan juga menuntut tanggung jawab dan partisipasi pria.

Upaya penurunan angka kematian ibu serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan salah satu prioritas utama dalam penanganan bidang kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan dalam mencapai sasaran tersebut adalah program keluarga berencana, sehingga dikatakan bahwa program keluarga berencana merupakan kunci pencapaian sasaran Pembangunan Milenium MDGs (BkkbN, 2009a).

Secara global, jenis alat kontrasepsi yang paling umum digunakan adalah kontrasepsi yang jangka panjang (vasektomi dan tubektomi) sebanyak 34%. Alat kontrasepsi modern pada wanita yang memilih sterilisasi, IUD sebanyak 25%. Hampir sepertiga memilih antara pil atau kondom. Penggunaan kontrasepsi oleh pria masih relatif kecil dari tingkat prevalensi di atas. Metode pria dibatasi untuk sterilisasi vasektomi dan kondom (World Health Organization, 2011).

Kondom merupakan metode kontrasepsi kedua yang paling umum di Eropa, mendekati 30 persen dari penggunaan kontrasepsi modern. Mereka mencapai kurang dari 20 persen dari penggunaan kontrasepsi di setiap wilayah lainnya. Data terakhir prevalensi kondom di Afrika 8%, Asia 12%, Eropa 28%, Amerika latin 14%, Amerika Utara 18%, dan di Osenia 19% (Earth Policy Institute, 2012).

Menurut penelitian Abraham et al (2010) di Ethopia, prevalensi penggunaan kontrasepsi pria hanya 5%, pernah mendengar tentang alat kontrasepsi kondom


(26)

sebesar 89%. Alasan utama pria tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah keinginan untuk memiliki anak 29%, dilarang istri 10%, takut efek samping 9%, ketidaktahuan tentang jenis alat kontrasepsi pria 10%, dan tidak ada respon dari pria 8%.

Penelitian Iribhobge et al (2011) di Nigeria menunjukkan metode alat kontrasepsi kondom 85,9% adalah kontrasepsi pria yang paling umum digunakan. Secara meyakinkan kondom adalah kontrasepsi pria yang paling dapat diterima. Pria perlu diberikan informasi yang benar tentang penggunaan kondom karena mereka memainkan peran besar dalam melindungi kesehatan perempuan mengendalikan populasi.

Penelitian Saluja et al (2011) di India menunjukkan sumber informasi tentang alat kontrasepsi kondom dari tenaga kesehatan 43%, sumber informasi mengenai kondom dari media 70%, pria yang menggunakan alat kontrasepsi kondom dari hasil wawancara hanya 5%, sikap positif pria terhadap alat kontrasepsi kondom 26%, dan sikap negatif pria terhadap alat kontrasepsi kondom 76%. Alasan pria tidak menggunakan alat kontrasepsi yaitu takut efek samping 20%, penolakan dari pria untuk menggunakan alat kontrasepsi 28%, ingin hamil lagi 45%.

Pencapaian peserta keluarga berencana pria di Indonesia masih sangat rendah dari hasil SDKI 2002-2003 dilaporkan bahwa kesertaan keluarga berencana pria baru mencapai 1,3% (kondom 0,9%), sedangkan berdasarkan hasil SDKI 2007 mencapai 1,5% (kondom 1,2%), lebih dari 95% peserta keluarga berencana adalah wanita (BkkbN, 2008)


(27)

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010, ditemukan bahwa akseptor keluarga berencana kondom di perkotaan 1,6% dan akseptor keluarga berencana kondom di perdesaan 0,4%. Dengan kelompok umur yang terbanyak akseptor keluarga berencana kondom yaitu kelompok umur 35-39 tahun. Latar belakang pendidikan yang terbanyak akseptor keluarga berencana kondom yaitu tamat perguruan tinggi dengan latar belakang pekerjaan pegawai negeri sipil.

Sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) untuk angka kesertaan keluarga berencana pria sebesar 5% pada tahun 2009, maka usaha peningkatan partisipasi pria dalam keluarga berencana perlu diintensifkan kembali (BkkbN, 2010).

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010, pencapaian akseptor kondom aktif sebesar 5%. Pencapaian peserta Keluarga Berencana pria Provinsi Sumatera Utara per Kabupaten/Kota dengan pencapaian peserta keluarga berencana pria terendah yaitu salah satunya Kota Padangsidimpuan (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2011).

Berdasarkan Data Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Padangsidimpuan tahun 2011 yaitu cakupan akseptor kondom aktif sebesar 4% dengan jumlah pasangan usia subur 28.188. Sedangkan target yang diharapkan untuk akseptor keluarga berencana pria 5%.

Menurut data Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Padangsidimpuan, Kecamatan Hutaimbaru adalah salah satu kecamatan yang berada di Kota Padangsidimpuan dengan jumlah pasangan usia subur sebanyak 2.324


(28)

dan pencapaian peserta keluarga berencana kondom aktif masih rendah yaitu sebanyak 2,8% sedangkan target yang harus dicapai 5%.

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi pria dalam keluarga berencana yang dilihat dari berbagai aspek, yaitu dari sisi klien pria itu sendiri (pengetahuan, sikap dan praktek serta kebutuhan yang ia inginkan), faktor lingkungan yaitu sosial budaya, dukungan istri, masyarakat (tokoh masyarakat) dan keluarga/istri, keterbatasan informasi dari tenaga kesehatan dan aksesabilitas terhadap pelayanan keluarga berencana pria, keterbatasan jenis kontrasepsi pria disertai masih adanya persepsi di masyarakat mengenai keluarga berencana pria (BkkbN, 2010).

Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah masih banyaknya para pria yang kurang perduli terhadap kesertaan keluarga berencana, keputusan untuk menggunakan kontrasepsi diserahkan sepenuhnya kepada istri dan bukan keputusan mereka bersama. Disisi lain, pihak perempuan seringkali keputusannya dalam pemakaian kontrasepsi justru kurang mendukung partisipasi pria, karena perempuan lebih banyak mengalah. Selain itu, masih ada hambatan kultural dalam masyarakat yang menganggap keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan anak adalah urusan perempuan yang hamil dan melahirkan, selain itu kebiasaan perempuan untuk menerima perilaku sosial tersebut sebagai hal yang wajar, pilihan kontrasepsi pria hanya dua, yaitu: kondom dan vasektomi, serta kurangnya dukungan dari para tokoh masyarakat/agama/adat yang seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat setempat (BkkbN, 2009c).


(29)

Masalah kesetaraan gender dalam program keluarga berencana nasional merupakan salah satu fokus penting yang harus mendapat perhatian serius. Oleh karena itu melalui pengembangan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi berwawasan gender diharapkan suami dan istri secara bersama-sama akan dapat memenuhi kebutuhan, hak dan tanggung jawab untuk memperoleh akses manfaat dalam pelayanan keluarga berencana (BkkbN, 2009c).

Green (1980) dalam Notoatmodjo mengemukakan adanya dua determinan masalah kesehatan, yaitu behavioral factor (faktor perilaku) dan non behavioral factor (faktor non perilaku). Faktor perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu, faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Dari ketiga faktor tersebut partisipasi pria dalam keluarga berencana dipengaruhi oleh pengetahuan pria pasangan usia subur mengenai alat kontrasepsi kondom dan dukungan sosial dari istri, tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat.

Petugas kesehatan di desa memberikan penjelasan kepada suami yang tidak bersedia memakai alat kontrasepsi kondom hal ini merupakan tanggung jawab pria dalam menggunakan kondom, karena istri tidak cocok menggunakan alat kontrasepsi dan pria disarankan memakai alat kontrasepsi kondom. Pria tidak mengerti penggunaan alat kontrasepsi kondom untuk keluarga berencana. Oleh sebab itu pria tidak menggunakan alat kontrasepsi kondom (UNFPA 2007).

Dari beberapa penelitian terdahulu dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar pria berpartisipasi dalam keluarga berencana dipengaruhi oleh faktor pengetahuan tentang alat kontrasepsi kondom dan dukungan sosial. Bahwa ada


(30)

hubungan antara pengetahuan tentang alat kontrasepsi, sikap istri, dan sikap teman terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana (Budisantosa 2009, Simanjuntak 2007, Dewi 2009). Penelitian Nurwanti di Sragen yang dikutip oleh Ekarini tidak ada pengaruh pengetahuan pria tentang alat kontrasepsi terhadap keikutsertaan pria dalam keluarga berencana.

Survei pendahuluan pada 10 orang pria pasangan usia subur yang berdomisili di Kecamatan Hutaimbaru, ditemukan 1 orang (10%) pria pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi kondom, bukan memakai alat kontrasepsi tradisional 7 orang (70%), dan istri pasangan usia subur akseptor keluarga berencana suntik 1 orang (10%), dan istri pasangan usia subur yang akseptor keluarga berencana implant 1 orang (10%), ketika ditanya pengetahuan mengenai alat kontrasepsi kondom sebanyak 7 orang (70%), menyatakan tahu tentang alat kontrasepsi kondom dan manfaat alat kontrasepsi kondom. Sebanyak 6 orang (60%) pria pasangan usia subur yang menyatakan didukung istri untuk menjadi akseptor keluarga berencana, tenaga kesehatan telah memberikan penyuluhan dan informasi mengenai alat kontrasepsi kondom, tokoh masyarakat menganjurkan dan menghimbau pria untuk menjadi akseptor keluarga berencana tetapi pria pasangan usia subur tidak berpartisipasi dalam keluarga berencana sehingga cakupan akseptor keluarga berencana pria masih di bawah target nasional.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, diperoleh gambaran bahwa peran pria dalam mengikuti program keluarga berencana belum optimal, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan pria pasangan usia subur


(31)

tentang alat kontrasepsi kondom dan dukungan sosial terhadap partisipasi keluarga berencana pria di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

1.2Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah dan penelitian adalah masih rendahnya pencapaian akseptor keluarga berencana pria di bawah target nasional dan belum diketahui apakah ada pengaruh pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi kondom dan dukungan sosial terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi kondom dan dukungan sosial terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

1.4Hipotesis

Ada pengaruh pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi kondom dan dukungan sosial terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.


(32)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan masukan bagi Badan Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana Kota Padangsidimpuan dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan Keluarga Berencana pria khususnya di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

2. Bagi petugas kesehatan dan petugas keluarga berencana dapat meningkatkan pelayanan keluarga berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan sehingga dapat meningkatkan cakupan akseptor keluarga berencana pria. Karena dalam peningkatan pelayanan selama ini belum mencapai standar yang di inginkan.

3. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan dan pengembangan pengetahuan tentang partisipasi pria dalam keluarga berencana. 4. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian


(33)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana

Partisipasi pria dalam program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan kesertaan berkeluarga berencana dan kesehatan reproduksi serta perilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya pasangannya dan keluarganya (BkkbN, 2010).

Menurut BkkbN (2009c), bentuk nyata dari partisipasi pria tersebut adalah: 1. Partisipasi dalam program keluarga berencana yang meliputi : sebagai peserta

keluarga berencana, mendukung dan memutuskan bersama isteri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator keluarga berencana, merencanakan jumlah anak dalam keluarga.

2. Partisipasi dalam kesehatan reproduksi yang meliputi : membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan ibu hamil, merencanakan persalinan yang aman dan mengantar memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan, menghindari keterlambatan dalam mencari pertolongan medis, membantu perawatan ibu dan bayi setelah persalinan, tidak melakukan kekerasan terhadap perempuan, mencegah/menghindari penularan infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS.


(34)

2.2 Program Keluarga Berencana

Dalam konteks Indonesia, definisi family planning dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, serta peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Dalam era reformasi dewasa ini program keluarga berencana nasional menjadi perhatian dan komitmen pemerintah sehingga program ini masih tercantum dan diamanatkan pula dalam Peraturan Presiden RI No. 7 tahun 2005, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009. Di dalam Peraturan Presiden ini disebutkan bahwa pembangunan program keluarga berencana nasional diarahkan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, serta meningkatkan pelembagaan keluarga kecil berkualitas (BKKBN, 2005).

Badan koordinasi keluarga berencana Nasional seiring dengan perubahan paradigma di masyarakat dalam pengelolaan keluarga berencana nasional, ingin menyesuaikan dengan kondisi disekitar. Pembangunan di Indonesia sejak awal reformasi, hingga era desentralisasi dan globalisasi, serta good government, akan banyak mewarnai program keluarga berencana ke depan (Meilani, 2010).

Perubahan lingkungan strategis dan tuntutan terhadap pencapaian sasaran RPJMN 2004-2009 tersebut, mendorong terjadinya perubahan visi, misi dan Grand

Strategy (Strategi Dasar) badan koordinasi keluarga berencana nasional yang


(35)

33 Januari 2007. Perubahan tersebut dimulai dari perubahan filosofi BkkbN yang sejak awal diarahkan untuk menggerakkan peran serta masyarakat dalam keluarga berencana. Perubahan filosofi tersebut diikuti dengan visi yang baru, yaitu: “Seluruh Keluarga Ikut KB”. Melalui visi ini BkkbN diharapkan dapat menjadi inspirator, fasilitator dan penggerak program keluarga berencana nasional sehingga di masa depan seluruh keluarga Indonesia menerima ide keluarga berencana. Ini berarti bahwa setiap pasangan suami istri harus melakukan perencanaan keluarga secara matang dan bertanggung jawab sehingga mereka menjadi keluarga-keluarga yang bahagia dan sejahtera (BkkbN, 2009a).

Sedangkan misi BkkbN dibangun untuk mengemban tugas membangun keluarga Indonesia sebagai keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Untuk itu, maka misi yang diemban oleh BkkbN tidak lain adalah: “Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera”. Dengan fokus melalui Grand Strategy yang akan dilakukan meliputi: Pertama yaitu menggerakkan dan mamberdayakan seluruh masyarakat dalam program keluarga berencana, Kedua yaitu menata kembali pengelolaan program keluarga berencana, Ketiga yaitu memperkuat sumber daya manusia (SDM) operasional program keluarga berencana, Keempat yaitu meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan keluarga berencana dan Kelima yaitu meningkatkan pembiayaan program keluarga berencana (BkkbN, 2009b).


(36)

2.3 Alat Kontrasepsi Kondom

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “mencegah” atau “melawan” dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma tersebut. Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet/lateks, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma (BKKBN, 2006).

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan, diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual (Saifuddin, 2003).

Kondom dalam keluarga berencana berfungsi yaitu menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan, mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HIV/AIDS) dari satu pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).


(37)

Indikasi dalam menggunakan kondom yaitu bila hubungan seksual dilakukan pada saat istri sedang dalam masa subur, bila istri tidak cocok dengan semua jenis alat/metode kontrasepsi, setelah vasektomi kondom perlu dipakai sampai enam minggu, sementara menunggu penggunaan metode/alat kontrasepsi lainnya, bagi calon peserta pil keluarga berencana yang sedang menunggu haid, apabila lupa minum pil keluarga berencana dalam jangka waktu lebih dari 36 jam, apabila salah satu dari pasangan suami istri menderita penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS, dalam keadaan tidak ada kontrasepsi lain yang tersedia atau yang dipakai pasangan suami istri, sementara menunggu pencabutan implant/susuk keluarga berencana/alat kontrasepsi bawah kulit bila batas waktu pemakaian implant telah habis (BKKBN, 2006).

Adapun kelebihan kondom yaitu efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar, murah dan mudah di dapat tanpa resep dokter, praktis dan dapat dipakai sendiri, tidak ada efek hormonal, dapat mencegah kemungkinan penularan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS, mudah dibawa, dan dapat menambah frekuensi hubungan seksual dan secara psikologis menambah kenikmatan. Sedangkan keterbatasan kondom yaitu kadang-kadang ada pasangan yang alergi bahan karet kondom, kondom hanya dapat dipakai satu kali, secara psikologis kemungkinan mengganggu kenyamanan, kondom yang kadaluwarsa mudah sobek dan bocor (BKKBN, 2006).

Efektifitas kondom yaitu efektif sebagai kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar, angka kegagalan teoritis 3% dan praktis 5-20%, sangat efektif jika


(38)

digunakan pada waktu istri dalam periode menyusui (Lactation Amenorrhae Method), akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan sistem kalender (BKKBN, 2006).

Menurut BKKBN (2006) cara pemakaian kondom dengan baik dan benar adalah:

1. Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan kemudian dorong kondom dengan jari anda ke posisi bawah. Tujuannya agar tidak tersobek saat membuka bungkusnya. Selanjutnya sobek bungkus kondom.

2. Dorong kondom dari baawah agar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang kondom dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada disebelah luar. 3. Pencet ujung kondom agar tidak ada udara yang masuk dan letakkan pada kepala

penis.

4. Baik pihak suami atau istri dapat memasangkan kondom ke penis. Pada saat kondom dipasang, penis harus selalu dalam keadaan tegang. Pasanglah kondom dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong gulungan kondom hingga panggal penis (jangan menggunakan kuku karena kondom dapat robek).

5. Jika pelicin yang ada pada kondom dirasa kurang (terutama untuk hubungan awal), gunakan pelican kondom tambahan seperti jelly yang dapat dibeli di apotik.

6. Jangan ada kontak penis dengan vagina sebelum penggunaan kondom.

7. Segera setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina, pegang pangkal penis dan lepaskan kondom dengan hati-hati selagi masih tegang (jangan sampai ada cairan sperma yang tercecer keluar).


(39)

8. Ikat kondom agar cairan sperma tidak dapat keluar dan buang di tempat yang aman, jangan buang kondom bekas pakai pada WC karena dapat menyumbat. 9. Pilih kondom yang paling cocok dengan selera dan ukuran penis anda.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan kondom adalah: a. Periksalah tanggal kadaluarsa pada bungkus kondom.

b. Periksalah kondisi bungkus kondom, jangan menerima atau membeli kondom yang bungkusnya sudah rusak, ada gelembung udara didalamnya dan berlubang.

c. Gunakan kondom baru setiap bersenggama.

d. Simpanlah kondom ditempat yang sejuk dan kering. Jauhkan kondom dari sinar lampu neon, dan letakkan di tempat yang tidak terkena matahari langsung atau di tempat yang panas.

e. Sebaiknya tidak meletakkan kondom di saku celana karena suhu tubuh dapat mempengaruhi kualitas kondom.

f. Sebaiknya memiliki persediaan kondom lebih dari satu dan jangan sampai kehabisan.

g. Jangan menggunakan pelicin tambahan yang terbuat dari minyak, seperti minyak goreng, mentega, body lotion dan lain-lain karena dapat merusak kondom.

h. Hati-hati dalam memasang dan melepaskan kondom bagi mereka yang memiliki kuku panjang atau cincin dengan bagian yang tajam.


(40)

Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. Pasangan usia subur diharapkan secara bertahap menjadi peserta keluarga berencana yang aktif lestari sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi. Pasangan usia subur yaitu pasangan yang istrinya berumur 15-49 tahun atau pasangan suami-istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (BkkbN, 2009a).

2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi pria dalam keluarga berencana yang dilihat dari berbagai aspek, yaitu dari sisi klien pria itu sendiri (pengetahuan, sikap dan praktek serta kebutuhan yang ia inginkan), faktor lingkungan yaitu sosial budaya, dukungan istri, masyarakat (tokoh masyarakat) dan keluarga/istri, keterbatasan informasi dari tenaga kesehatan dan aksesabilitas terhadap pelayanan keluarga berencana pria, keterbatasan jenis kontrasepsi pria disertai masih adanya persepsi di masyarakat mengenai keluarga berencana pria (BkkbN, 2010).

Penelitian Dewi (2009) di Indonesia yang meneliti mengenai faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi pria dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi menyatakan ada hubungan pengetahuan dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana. Partisipasi pria membuktikan bahwa ada keterlibatan yang lebih


(41)

tinggi dari pasangan kelompok yang memiliki empat anak atau lebih dibandingkan mereka yang memiliki anak lebih sedikit. Ada hubungan cara memperoleh kondom dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

Hasil penelitian Barus (2009) di Kabupaten Karo menyatakan ada hubungan variabel pengetahuan pria pasangan usia tentang alat kontrasepsi, sikap pria pasangan usia subur terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana. Hasil Penelitian Rizki (2010) di Kecamatan Medan Maimun, menyatakan ada hubungan variabel persepsi mengenai alat kontrasepsi keluarga berencana dengan partisipasi pria pasangan usia subur dalam keluarga berencana.

Menurut penelitian Suprihastuti (2002) sebagaimana dikutip oleh Budi Santosa (2009) yang menyatakan pengambilan keputusan bersama antara suami istri dapat meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi pria. Tingkat pendidikan, agama, tempat tinggal, aspek wilayah memberikan pengaruh cukup bermakna pada penggunaan alat kontrasepsi termasuk alat kontrasepsi pria.

2.5 Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers 1974 dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni:


(42)

a. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

Penelitian Rogers dalam Notoatmojo (2007) menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif dengan 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know). Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


(43)

c. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis). Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.

Hal ini diperkuat oleh penelitian Budisantosa (2009) di Bantul bahwa ada hubungan pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana. Sejalan dengan penelitian Ekayanthi (2005) dikutip oleh Budisantosa yang menyatakan ada hubungan antara pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana.

Ekarini (2008) dalam penelitiannya di Kabupaten Semarang menyatakan ada hubungan pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi keluarga berencana dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana. Penelitian Purwoko (2000) yang dikutip oleh Ekarini bahwa pengetahuan menyumbangkan peran dalam


(44)

menentukan pengambilan keputusan untuk memilih alat kontrasepsi tertentu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi, maka makin meningkat pula perannya sebagai pengambil keputusan.

2.6 Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana

Dukungan sosial adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan melalui istri, petugas kesehatan dan tokoh masyarakat baik formal dan informal. Menurut Karr (1988) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan ada lima faktor penentu perilaku yaitu adanya niat untuk bertindak sehubungan dengan stimulus di luar diri seseorang, dukungan dari masyarakat sekitar, tersedianya informasi yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan oleh seseorang, kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan, dan kondisi situasi yang memungkinkan untuk bertindak. Partisipasi pria dalam keluarga berencana juga dipengaruhi oleh kelima faktor tersebut.

Sarason dalam Sarafino (2006) lebih jauh lagi mengatakan bahwa dukungan sosial selalu mencakup 2 hal penting, yaitu persepsi bahwa ada sejumlah orang yang dapat diandalkan oleh individu pada saat ia membutuhkan bantuan dan derajat kepuasan akan dukungan yang diterima berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya terpenuhi.

Sumber-sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya. Namun perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan sosial ini efektif bagi individu yang memerlukan. Sumber dukungan sosial merupakan aspek


(45)

paling penting untuk diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut, seseorang akan tahu kepada siapa individu akan mendapatkan dukungan sosial sesuai dengan situasi dan keinginannya yang spesifik, sehingga dukungan sosial memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak.

Menurut Sarafino (2006), sumber - sumber dukungan sosial, yaitu : a. Sumber artifisial

Dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.

b. Sumber natural

Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga, teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini bersifat non-formal.

Hasil penelitian Zaeni (2006) dengan penelitian kualitatif di Kecamatan Grinsing Kabupaten Batang Jawa Tengah terhadap 15 informan ada pengaruh dari tokoh panutan seperti tokoh agama, dimana ia menyatakan bahwa keluarga berencana itu hukumnya MUTASYABIHAT (samar-samar, tidak halal dan tidak haram) yang ditunjukkan dengan menolak kedatangan petugas keluarga berencana dan bidan desa jelas sekali mempengaruhi kebijakan. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya kemampuan melakukan komunikasi (konseling) keluarga berencana bagi petugas yang masih rendah, kualitas sumber daya yang belum memadai.


(46)

Hasil penelitian Simanjuntak (2007) di kalangan prajurit di Medan menemukan bahwa ada hubungan dukungan istri dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana istri. Penelitian Ningsih (2011) di Bengkulu menyatakan ada hubungan antara kesepakatan pria dengan pasangan dengan partisipasi pria dalam pemakaian alat kontrasepsi. Kesepakatan yang diambil melalui musyawarah dan keterbukaan antara pasangan suami istri dalam menentukan kontrasepsi.

2.7 Landasan Teori

Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh mahluk hidup, baik yang diamati secara langsung atau tidak langsung perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu: aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya, yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, berpersepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skinner maka Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mewujudkan kesehatan seseorang diselenggarakan dengan empat macam pendekatan yaitu pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan penyakit (curative) dan pemulihan kesehatan (rehabilitative).


(47)

Respon atau reaksi manusia dibedakan menjadi dua kelompok yaitu yang bersifat pasif dan bersifat aktif. Bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap), bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Perilaku terhadap pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap pelayanan kesehatan baik pelayanan kesehatan yang modern maupun pelayanan kesehatan yang tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan pengguna fasilitas, petugas, dan obat-obatan. Perilaku seseorang di pengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain ; susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010b).

Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu :

a. Faktor perilaku (behavioral causes)

b. Faktor diluar perilaku (non behavioral causes)

Selanjutnya faktor perilaku di pengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor-faktor penguat (reinforcing factors).

Faktor-faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,


(48)

tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Hal di atas dapat berkaitan dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana. Sebagai contoh partisipasi pria dalam keluarga berencana, akan dipermudah jika pria pasangan usia subur mengetahui manfaat menjadi akseptor keluarga berencana. Demikian juga, penerimaan perilaku baru atau adopsi melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran,dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

Faktor-faktor pemungkin mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung untuk mewujudkan perilaku kesehatan, maka faktor ini disebut dengan faktor pendukung atau faktor pemungkin. Misalnya termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit.

Faktor-faktor penguat meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, dan undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas terutama petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Demikian juga halnya dengan partisipasi pria dalam kelurarga berencana perlu dukungan istri, dan dukungan petugas kesehatan, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mendukung pria


(49)

berpartisipasi dalam keluarga berencana. Sebagai contoh dalam partisipasi pria dalam keluarga berencana yang menjadi penguat adalah dukungan sosial yang meliputi dukungan istri, tenaga kesehatan, dan tokoh masyarakat.

(2008)

Gambar 2.1 Landasan Teori Lawrence Green (1980) Faktor Predisposing :

- Pengetahuan - Sikap

- Nilai

- Kepercayaan - Variabel demografi

Faktor Reinforcing : - Dukungan Istri - Dukungan tenaga

kesehatan

- Dukungan Tokoh masyarakat

Perilaku Kesehatan Faktor Enabling :

- Sumber-sumber yang tersedia / ketersediaan fasilitas

- Keterampilan lain - Fasilitas


(50)

2.8 Kerangka Konsep

Berdasarkan pada landasan teori di atas, maka pada penelitian ini dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Dukungan Sosial

Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi

Kondom

Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana

Variabel Counfounding : -Umur

-Pendidikan


(51)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, dengan menggunakan pendekatan metode cross sectional merupakan penelitian dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen sekali waktu (Notoatmodjo, 2010a).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan akseptor keluarga berencana pria terendah di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan yaitu sekitar (2,8% ).

Waktu penelitian mulai Februari 2012 sampai Januari 2013. Tahapan dilaksanakan mulai pra survei, pembuatan proposal penelitian dan konsultasi dosen pembimbing sampai dengan ujian komprehensif.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh pria pasangan usia subur yang terdaftar dan tinggal bersama istri serta memiliki anak minimal satu sampai tiga orang di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2011 sebanyak 1.334 orang.


(52)

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pria pasangan usia subur yang terdaftar dan tinggal bersama istri serta memiliki anak minimal satu sampai tiga orang di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

Pengambilan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus besar sampel untuk uji hipotesis data proporsi satu populasi yang dikutip oleh Hidayat (2010) sebagai berikut:

n=

{

(

)

(

)

}

(

)

2

2 1

0 0 2

1 / 1 1

o a a P P P Pa Z P P Z − − − + −

−α β

Keterangan:

n = Besar sampel minimal Z₁-α/2

Z₁

= Nilai deviasi standard pada α 5% =1,96

β

P₀ = Proporsi keluarga berencana pria sebesar 0,028% (Data BPPKB Kecamatan Hutaimbaru 2011)

= Nilai deviasi standard pada β 20% = 0,842

Pa = Proporsi peserta keluarga berencana pria yang diharapkan 0,078% Pa- P₀ = Perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi 5%

(

)

{

}

(

)

121 028 , 0 078 , 0 922 , 0 078 , 0 842 , 0 ) 972 , 0 ( 028 , 0 96 , 1 2 2 = − + = n


(53)

Berdasarkan rumus perhitungan sampel diatas maka diperoleh besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah 121 orang. Penentuan besar sampel tiap desa di Kecamatan Hutaimbaru dengan metode proporsional random sampling dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Distribusi Perhitungan Besar Sampel Penelitian di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padang Sidimpuan Tahun 2011

Pengambilan sampel terpilih dari setiap desa dilakukan dengan metode simple

random sampling yaitu mengambil secara acak dengan menggunakan tabel random

C.Survey sampai memenuhi besar sampel yang diinginkan dengan cara berurutan ke bawah sebanyak 10 desa dengan jumlah 121 pria pasangan usia subur.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara kepada responden dengan berpedoman kuesioner yang telah disiapkan mencakup variabel pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi kondom dan dukungan sosial

No Nama Desa Jumlah PUS Perhitungan Besar Sampel

1. Hutapadang 152 152/1334x121 14

2. Hutaimbaru 217 217/1334x121 19

3. Lebah Lubuk Manik 111 111/1334x121 10

4. Lubuk Raya 118 118/1334x121 11

5. Palopat Maria 167 167/1334x121 15

6. Partihoman 87 87/1334x121 8

7. Sabungan Jae 162 162/1334x121 15

8. Sabungan 147 147/1334x121 13

9. Singali 119 119/1334x121 11

10. Tinjoman 54 54/1334x121 5


(54)

terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana dimana sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder penelitian diperoleh dari laporan-laporan dan catatan mengenai keluarga berencana pria dari data yang tersedia di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Padangsidimpuan khususnya data keluarga berencana pria di Kecamatan Hutaimbaru yang berhubungan dengan penelitian.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kelayakan dalam menggunakan instrument yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan realibilitas. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kemaknaan suatu alat ukur

(instrument) dalam mengukur suatu pertanyaan, bahwa instumen dikatakan valid,

apabila instumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas suatu instumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor variabel atau item dengan skor total variabel (Corrected Item Total), dengan ketentuan jika nilai corrected item total > dari nilai r tabel bila (=0,361 pada taraf signifikansi 5%, df= 28) maka dinyatakan valid. dan jika bila r hitung < r tabel maka dinyatakan tidak valid (Hidayat, 2010, Riyanto, 2009).

Uji reliabilitas dilakukan setelah semua data dinyatakan valid, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya dengan tepat dengan


(55)

menggunakan metode Cronbach’s Alpha dengan ketentuan jika nilai r- alpha > 0,60 maka pernyataan dikatakan reliabel ( Nursalam, 2008).

Uji validitas dan realibilitas dilakukan pada pria pasangan usia subur di Kecamatan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan sebanyak 30 orang. Hasil uji validitas variabel pengetahuan dan dukungan sosial dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom

Variabel Pengetahuan

Tahap Pertama Tahap Kedua

Sub Variabel

Nilai

Corrected Item-Total

Keterangan Sub Variabel

Nilai

Corrected Item-Total

Keterangan

P1 0,722 Valid P1 0,686 Valid

P2 0,645 Valid P2 0,602 Valid

P3 0,524 Valid P3 0,548 Valid

P4 0,672 Valid P4 0,675 Valid

P5 0,672 Valid P5 0,675 Valid

P6 0,633 Valid P6 0,634 Valid

P7 0,669 Valid P7 0,681 Valid

P8 0,546 Valid P8 0,552 Valid

P9 0,096 Tidak Valid P10 0,785 Valid

P10 0,770 Valid P11 0,403 Valid

P11 0,413 Valid P12 0,592 Valid

P12 0,586 Valid P13 0,681 Valid

P13 0,732 Valid P14 0,548 Valid

P14 0,524 Valid P15 0,681 Valid

P15 0,669 Valid

Cronbach alpha 0,901 Reliabel Cronbach alpha 0,912 Reliabel

Tabel 3.2 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel pengetahuan dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama ditemukan variabel P9 nilai Corrected item-Total correlation (r-hitung = 0,096) lebih kecil dari nilai tabel (r-tabel = 0,361), artinya sub-variabel P9 dikeluarkan. Selanjutnya dilakukan uji validasi tahap kedua,


(56)

dan terlihat nilai Corrected item-Total correlation (r-hitung) lebih besar dari nilai tabel (r-tabel

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Dukungan Sosial = 0,361), artinya seluruh item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian semuanya valid dan reliabel.

Variabel Nilai Corrected Item-Total

Cronbach’s Alpha

Keterangan

Dukungan 1 0,489 Valid

Dukungan 2 0,697 Valid

Dukungan 3 0,753 Valid

Dukungan 4 0,667 Valid

Dukungan 5 0,531 Valid

Dukungan 6 0,530 Valid

Dukungan 7 0,626 Valid

Dukungan 8 0,687 Valid

Dukungan 9 0,565 Valid

Dukungan 10 0,638 Valid

Reliabilitas 0,884 Reliabel

Berdasarkan Tabel 3.3 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel dukungan sosial sebanyak 10 pertanyaan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel) dengan nilai cronbach alpha 0,884, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel dukungan valid dan reliabel.

Pengumpulan data dimulai dengan memilih sampel secara simple random C Survey dan dibantu oleh pengumpul data (petugas PLKB. bidan desa, kader) yang sebelumnya sudah diberi pembekalan. Sebelum wawancara dilakukan terlebih dahulu dijelaskan tujuan penelitian. Bila bapak bersedia, bapak diminta untuk mendatangani surat persetujuan (informed consent).


(57)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

a. Variabel terikat (dependent variable), yaitu partisipasi pria dalam keluarga berencana.

b. Variabel bebas (independent variable), yaitu pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi kondom dan dukungan sosial.

c. Variabel counfounding dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, jumlah anak hidup.

3.5.2 Definisi Operasional

1. Partisipasi pria dalam keluarga berencana adalah keikutsertaan pria pasangan usia subur menjadi peserta keluarga berencana.

2. Pengetahuan adalah pengertian/pemahaman responden tentang alat kontrasepsi kondom yang mencakup pengertian, manfaat, cara pemakaian, kelebihan dan kekurangan.

3. Dukungan sosial adalah adanya dukungan dan anjuran kepada pria pasangan usia subur dari istri, petugas kesehatan dan tokoh masyarakat agar menjadi akseptor keluarga berencana.

4. Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung dari ulang tahun terakhir

5. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi dan diselesaikan oleh responden dengan memperoleh ijazah.


(58)

6. Jumlah anak hidup adalah banyaknya anak hidup (laki-laki dan perempuan) yang dimiliki responden pada saat penelitian/wawancara.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Dependen

1. Partisipasi pria dalam keluarga berencana adalah kondisi pria pasangan usia subur memiliki anak minimal satu sampai tiga orang untuk ikut serta atau tidak ikut serta dalam keluarga berencana pada saat wawancara dilakukan selanjutnya dikategorikan menjadi :

0 = Berpartisipasi 1 = Tidak berpartisipasi

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Independen

A. Pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi kondom

Pengukuran variabel pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi kondom berdasarkan skala ordinal, dari 14 pernyataan yang diajukan, dengan menggunakan skala Guttman dengan alternatif jawaban:

1. Benar diberi skor 1 2. Salah diberi skor 0

Dikategorikan menjadi 2 (baik, kurang) dengan skor sebagai berikut :

Baik (0) = bila responden menjawab pertanyaan yang benar 8-14 pertanyaaan mendapat nilai skor > 50% dari total skor.


(59)

Kurang Baik (1) = bila responden menjawab pertanyaan yang benar 1-7 pernyataan mendapat nilai skor < 50% dari total skor.

B. Dukungan sosial

Pengukuran variabel dukungan sosial berdasarkan skala ordinal, dari 10 item pertanyaan yang diajukan, dengan menggunakan skala Guttman, pilihan jawaban ya diberi nilai 1 (satu), tidak diberi nilai 0 (nol), kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, sehingga menjadi:

0 = Mendukung, jika responden menjawab dengan skor 6-10 1 = Tidak Mendukung, jika responden menjawab dengan skor 0-5

C. Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung dari ulang tahun terakhir (dibulatkan pada yang lebih mendekati).

Umur dibagi atas : 0 = < 30 tahun 1 = > 30 tahun Skala Ordinal

D. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi dan diselesaikan oleh responden dengan memperoleh ijazah. Pendidikan dibagi menjadi :

0 = Rendah (menamatkan SD, SLTP) 1 = Tinggi (menamatkan SMU) Skala Ordinal


(60)

E. Jumlah anak hidup, dikategorikan menjadi 2 berdasarkan anjuran program keluarga berencana.

0 = < 2 orang 1 = > 2 orang Skala Ordinal

3.7 Metode Analisis Data

Tahapan analisis data meliputi:

1. Analisis univariat yaitu analisis yang menitik beratkan kepada penggambaran atau deskripsi data yang diperoleh, mengambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel independen dan dependen.

2. Analisis bivariat yaitu analisis untuk melihat hubungan variabel independen dengan dependen dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05).

3. Analisis multivariat merupakan analisis lanjutan untuk mengetahui pengaruh antara variabel indenpen (pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi kondom dan dukungan sosial) dengan variabel dependen (partisipasi pria dalam keluarga berencana) secara bersama- sama dengan mengikutsertakan variabel yang dianalisis merupakan variabel counfounding. Analisis multivariat yang digunakan adalah dengan analisis regresi logistik berganda.


(61)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis

Kecamatan Hutaimbaru adalah salah satu kecamatan di Kota Padangsidimpuan. Kecamatan Hutaimbaru terdiri dari 10 desa yang secara geografis terletak pada 109’-1022’ Lintang Utara dan 99014’-990

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tinjoman

50’ Bujur Timur dan di ketinggian 1200-1524 m diatas permukaan laut, dengan luas wilayah 2.234,18 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sabungan c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lubuk Raya d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Palopat Maria 4.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk Kecamatan Hutaimbaru Tahun 2011 adalah 16.737 jiwa yang terdiri dari 8.436 jiwa laki-laki dan 8.301 jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga adalah 3.649 jiwa. Distribusi jumlah penduduk menurut kepala keluarga dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:


(62)

Tabel 4.1 Data Daftar Nama Desa, Luas dan Jumlah Penduduk Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2011

Nama Desa Luas(Ha) Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk

Jumlah KK

Laki-laki

Perempuan

Huta Padang 365,58 1660 851 809 358

Hutaimbaru 288,1 3.331 1.681 1.650 742

Lebah Lubuk Manik 431,9 1.724 842 882 385

Lubuk Raya 356,4 1.273 640 633 266

Palopat Maria 108,3 2.387 1.229 1.158 555

Partihoman 87,6 856 401 455 170

Sabungan Jae 105,6 2.037 1.051 986 419

Sabungan 237,5 1702 838 864 374

Singali 96,2 749 396 353 176

Tinjoman 157 1018 507 511 204

Jumlah 2.234,18 16.737 8.436 8.301 3.649

Sumber: Kantor Camat Hutaimbaru, Tahun 2011 4.1.3 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Hutaimbaru adalah sebagai berikut : a. Puskesmas 1

b. Puskesmas Pembantu 5 c. Posyandu 18

d. Balai Pengobatan 4 e. Klinik Bersalin 3

4.1.4 Pelaksanaan Keluarga Berencana

Tenaga kesehatan yang ada di kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan yaitu:

- 2 orang pejabat struktural - 3 orang petugas PLKB


(63)

1. Jumlah pasangan usia subur yang memiliki anak 1 sampai 3 orang di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2011 sebanyak 1.334 orang.

2. Jumlah pasangan usia subur di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2011 sebanyak 2.324 orang.

3. Jumlah pencapaian peserta keluarga berencana kondom aktif yaitu sebanyak 2,8% sedangkan target yang harus dicapai 5%.

4. Jumlah pencapaian peserta keluarga berencana IUD sebanyak 194 orang 5. Jumlah pencapaian peserta keluarga berencana MOW sebanyak 70 orang 6. Jumlah pencapaian peserta keluarga berencana MOP tidak ada

7. Jumlah pencapaian peserta keluarga berencana Implan sebanyak 140 orang 8. Jumlah pencapaian peserta keluarga berencana Suntik sebanyak 1.000 orang 9. Jumlah pencapaian peserta keluarga berencana Pil sebanyak 431 orang

Program-program keluarga berencana pria di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan :

1. Menggerakkan Partisipasi Masyarakat

Advokasi mengubah pola pikir dan perilaku asumsi melalui rapat koordinasi Lurah. Kunjungan tokoh masyarakat serta pertemuan desa dan lurah

2. Komunikasi Informasi Edukasi

Meningkatkan kemandirian keluarga atau suami istri dalam memenuhi program keluarga berencana terutama alat kontrasepsi kondom


(64)

3. Pemberdayaan Institusi Masyarakat Tokoh Masyarakat,Tokoh Agama,Tokoh Adat dan Keluarga

4. Konseling dengan membantu klien dalam mengambil keputusan secara sadar dan bertanggung jawab dalam pemilihan alat kontrasepsi sehubungan dengan kesehatan reproduksi

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana

Distribusi responden berdasarkan partisipasi pria dalam keluarga berencana di Kecamatan Hutaimbaru sebahagian besar (73,6%) tidak berpartisipasi dan sebesar (26,4%) berpartisipasi seperti terlihat pada Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

Tahun 2012

No Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana

Jumlah

n %

1 Berpartisipasi 32 26,4

2 Tidak Berpartisipasi 89 73,6

Jumlah 121 100,0

4.2.2 Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom Distribusi pengetahuan pria pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi kondom untuk masing-masing tingkatan pengetahuan adalah paling banyak pria berpengetahuan kurang baik yaitu (55,4%) dan berpengetahuan baik (44,6%) seperti pada Tabel 4.3 berikut:


(1)

Block 1: Method = Enter

Variables not in the Equation

7,762 1 ,005

35,584 1 ,000

3,351 1 ,067

21,174 1 ,000

1,531 1 ,216

6,391 1 ,011

45,585 6 ,000

Pengetahuan Dukungan umurk Dukungan by Pengetahuan

Pengetahuan by umurk Dukungan by umurk Variables

Overall Statistics Step

0

Score df Sig.

Omnibus Tests of Model Coefficients

49,905 6 ,000

49,905 6 ,000

49,905 6 ,000

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Sum ma ry

89,892a ,338 ,493 St ep

1

-2 Log lik elihood

Cox & Snell R Square

Nagelk erke R Square

Es timation terminat ed at iteration number 20 bec ause maximum iterat ions has been reached. Final solution cannot be found. a.

Classification Tablea

15 17 46,9

5 84 94,4

81,8 Observed

Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi Partisipasi

Overall Percentage Step 1

Berpartisipasi

Tidak Berpartisipasi Partisipasi

Percentage Correct Predicted

The cut value is ,500 a.


(2)

Logistic Regression

Block 0: Beginning Block

Variables in the Equation

1,099 1,528 ,517 1 ,472 3,000 ,150 59,890

21,623 7736,131 ,000 1 ,998 2E+009 ,000 .

-,511 1,390 ,135 1 ,713 ,600 ,039 9,156

,053 1,261 ,002 1 ,966 1,055 ,089 12,491

,511 1,794 ,081 1 ,776 1,667 ,050 56,111

-19,002 7736,131 ,000 1 ,998 ,000 ,000 .

-1,099 1,155 ,905 1 ,341 ,333

Pengetahuan Dukungan umurk Dukungan by Pengetahuan Pengetahuan by umurk Dukungan by umurk Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95,0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on s tep 1: Pengetahuan, Dukungan, umurk, Dukungan * Pengetahuan , Pengetahuan * umurk , Dukungan * umurk .

a.

Case Processing Summary

121 100,0

0 ,0

121 100,0

0 ,0

121 100,0 Unweighted Casesa

Included in Analysis Mis sing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cas es Total

N Percent

If weight is in effect, s ee class ification table for the total number of cases.

a.

De pendent Va riable Encoding

0 1 Original Value

Berpartisipasi Tidak B erpartis ipas i


(3)

Block 1: Method = Enter

Cl assi fication Tablea,b

0 32 ,0

0 89 100,0

73,6 Observed

Berpartisipasi Tidak B erpartis ipas i Partisipasi

Overall Percent age St ep 0

Berpartisipasi

Tidak Berpartisipasi Partisipasi

Percentage Correc t Predic ted

Constant is inc luded in the model. a.

The cut value is ,500 b.

Va riables in the Equa tion

1,023 ,206 24,628 1 ,000 2,781

Constant St ep 0

B S. E. W ald df Sig. Ex p(B )

Variables not in the Equation

7,762 1 ,005

35,584 1 ,000 42,369 2 ,000 Pengetahuan

Dukungan Variables

Overall Statistics Step

0

Score df Sig.

Omnibus Tests of Model Coefficients

43,471 2 ,000 43,471 2 ,000 43,471 2 ,000 Step

Block Model Step 1


(4)

Logistic Regression

Model Summary

96,326a ,302 ,441

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Es timation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by les s than ,001. a.

Classification Tablea

13 19 40,6

3 86 96,6

81,8 Observed

Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi Partisipasi

Overall Percentage Step 1

Berpartisipasi

Tidak Berpartisipasi Partisipasi

Percentage Correct Predicted

The cut value is ,500 a.

Variables in the Equation

1,651 ,567 8,474 1 ,004 5,211 1,715 15,833

2,955 ,566 27,214 1 ,000 19,199 6,326 58,267

-1,588 ,539 8,668 1 ,003 ,204

Pengetahuan Dukungan Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95,0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on s tep 1: Pengetahuan, Dukungan. a.

Case Processing Summary

121 100,0

0 ,0

121 100,0

0 ,0

121 100,0 Unweighted Casesa

Included in Analysis Mis sing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cas es Total

N Percent

If weight is in effect, s ee class ification table for the total number of cases.


(5)

Block 0: Beginning Block

Block 1: Method = Enter

De pendent Va riable Encoding

0 1 Original Value

Berpartisipasi Tidak B erpartis ipas i

Int ernal Value

Cl assi fication Tablea,b

0 32 ,0

0 89 100,0

73,6 Observed

Berpartisipasi Tidak B erpartis ipas i Partisipasi

Overall Percent age St ep 0

Berpartisipasi

Tidak Berpartisipasi Partisipasi

Percentage Correc t Predic ted

Constant is inc luded in the model. a.

The cut value is ,500 b.

Va riables in the Equa tion

1,023 ,206 24,628 1 ,000 2,781

Constant St ep 0

B S. E. W ald df Sig. Ex p(B )

Variables not in the Equation

7,762 1 ,005

35,584 1 ,000

3,351 1 ,067

43,717 3 ,000 Pengetahuan

Dukungan umurk Variables

Overall Statistics Step

0

Score df Sig.

Omnibus Tests of Model Coefficients

46,332 3 ,000 46,332 3 ,000 46,332 3 ,000 Step

Block Model Step 1


(6)

Tabel Confounding

Model

OR

Pengetahuan

Δ

OR

dukungan

Δ

f = {pengetahuan, dukungan}

5,21

0%

19,20

6,98%

f = {pengetahuan, dukungan, umur}

5,21

20,54

Model Summary

93,464a ,318 ,464

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Es timation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by les s than ,001. a.

Classification Tablea

20 12 62,5

10 79 88,8

81,8 Observed

Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi Partisipasi

Overall Percentage Step 1

Berpartisipasi

Tidak Berpartisipasi Partisipasi

Percentage Correct Predicted

The cut value is ,500 a.

Va riables in the Equa tion

1,650 ,580 8,097 1 ,004 5,205 1,671 16,216

3,022 ,585 26,654 1 ,000 20,539 6,520 64,697

-1, 097 ,683 2,581 1 ,108 ,334 ,088 1,273

-,761 ,724 1,105 1 ,293 ,467

Pengetahuan Dukungan umurk Constant St ep

1a

B S. E. W ald df Sig. Ex p(B ) Lower Upper

95,0% C.I. for E XP(B)

Variable(s) ent ered on step 1: P engetahuan, Dukungan, umurk. a.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

1 68 145

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 62 79

Pengaruh Kompatibilitas terhadap Keputusan Adopsi Ide dan Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Pria di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

1 47 128

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Wanita Usia Subur dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

1 84 110

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (Studi Partisipasi Pria dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Di Kecamatan Kedung Kandang Kota Malang)

0 19 40

Pengaruh Penyuluhan Program Keluarga Berencana (KB) Terhadap Sikap Penerimaan Alat Kontrasepsi Pasangan Usia Subur (PUS.

3 37 39

Pengaruh Konseling Keluarga Berencana terhadap Pengetahuan dan Tindakan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD di Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

0 1 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN SERENGAN

0 0 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN PERILAKU PRIA DALAM BERPARTISIPASI MENGGUNAKAN METODE KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA DI DESA LARANGAN KECAMATAN LARANGAN KABUPATEN BREBES

0 1 14

PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB)

0 1 18