Faktor–Faktor yang Behubungan dengan Perilaku Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara (Data SDKI 2012)

(1)

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI

PROVINSI SUMATERA UTARA (Data SDKI Tahun 2012)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

Asiva Noor Rachmayani NIM: 1110101000080

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015 M / 1436 H


(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar srata 1 (S-1) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari diterbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 Juli 2015


(3)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

Skripsi, 6 Juli 2015

Asiva Noor Rachmayani, NIM: 1110101000080

Faktor–Faktor yang Behubungan dengan Perilaku Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara (Data SDKI 2012)

xiv + 119 halaman + 16 tabel + 3 gambar + 2 lampiran ABSTRAK

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah atau menghindari terjadinya kehamilan akibat dari pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma. Usaha tersebut dapat bersifat sementara dan juga bersifat permanen. Tingginya angka kelahiran dapat menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkendali, sedangkan dampak kesehatan yang dapat terjadi yaitu tingginya angka kematian ibu. Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi ke empat dari lima provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Berdasarkan hasil SDKI (2012) didapatkan bahwa penggunaan kontrasepsi di Sumatera Utara terbilang paling rendah dibandingkan dengan empat provinsi lainnya yaitu sebesar 36,5%. Selain itu dari data SDKI (2012) tercatat angka TFR di Sumatera Utara lebih tinggi yaitu sebesar (3,0) dibandingkan dengan empat provinsi lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi Cross Sectional. Sumber data penelitian ini adalah data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Sampel penelitian ini sebanyak 1183 WUS, analisis statistik menggunakan uji Chi Square yang dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi pada Wanita Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara adalah umur (p value 0,000), pendidikan (p value 0,010), jumlah anak (p value 0,000), tingkat kekayaan (p value 0,000) dan kunjungan ke fasilitas kesehatan dalam 6 bulan terakhir (p value 0,018). Adapun variabel yang tidak berhubungan dalam penelitian ini yaitu sumber informasi dan kunjungan petugas KB dalam 6 bulan terakhir. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan bagi Kementerian Kesehatan RI diharapkan lebih menggencarkan kampanye KB dari media cetak dan elektronik, diharapkan petugas KB dapat meningkatkan pemberian penyuluhan kepada WUS dalam upaya peningkatan pengetahuan dan menyebarluaskan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) akan manfaat penggunaan kontrasepsi di Sumatera Utara.

Kata Kunci: Perilaku Penggunaan Kontrasepsi, WUS, Provinsi Sumatera Utara Daftar Bacaan: 79 (1998 – 2014)


(4)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

HEALTH PROMOTION

Undergraduated Thesis, 6 Jully 2015

Asiva Noor Rachmayani, NIM: 1110101000080

Factors Associated with Contraceptive Behaviour Uses in Infertile Women in North Sumatera (Data Analysis SDKI 2012)

xiv + 199 pages + 16 tables + 3 pictures + 2 attachments ABSTRACT

Contraception is many attempts to prevent or avoid a pregnancy resulting from of a meeting between a mature egg cell with sperm. These can be temporary and also is permanent. The high birth rate can give rise to the various problems such as the growing number of population uncontrolled, while of the health impacts that can occured the high number of maternal mortality. Province of North Sumatera is a province to four of the five the biggers population in Indonesia. Base on result (IDHS 2012) got that use of contraceptive in North Sumatera mostly low when compared to other four provinces is as much as 36.5%. In addition from the data IDHS (2012) noted figure is in North Sumatera TFR is higher much as (3.0) in comparison to other four province. The purpose of this study was to investigate the factors associated with contraceptive behavior uses in infertile women in North Sumatera.

This was a quantitative study using a cross-sectional study design. The source of data was from Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2012. Samples taken as many as 1183 infertile women, Statistical analysis was performed using Chi Square test to analyze which factors associated with contraceptive behaviour uses in infertile women in North Sumatera.

The result showed that factors associated with contraceptive behaviour uses in infertile women in North Sumatera were ege (p value 0,000), education (p value 0,010), the number of children (p value 0,000), level of wealth (p value 0,000), visited health facility last 6 months (p value 0,018). The variables that are not associated in this reseach source of information and visited by family planning worker last 6 months. Based on these result, it is suggested to the Ministry of Health is expected more by family planning campaign of the print media and electronics, family planning worker is expected to increase the provision of counseling to the infertile women in efforts to increase knowledge and disseminated communication, information and education (CIE) will benerfit the use of contraceptive in North Sumatera.

Keyword: Contraceptive Behaviour Uses, Infertile Women, North Sumatera Reading list: 79 (1998 – 2014)


(5)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

FAKOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI

SUMATERA UTARA (ANALISIS DATA SDKI 2012)

Telah disetujui, diperiksa untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

Asiva Noor Rachamayani NIM. 11101010000080

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Catur Rosidati, MKM Fase Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D


(6)

v

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 6 Juli 2015 Penguji I

Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS NIP. 19840404 200812 2007

Penguji II

NIP. 19800506 200501 2005

Penguji III


(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI

Nama Lengkap : Asiva Noor Rachmayani Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 8 April 1992

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cirendeu Indah II no. 55 RT.05/04 Pisangan Timur, Ciputat, Tangerang Selatan. Telepon : (021) 742 373 1 / 083874869642

e-mail : asiva.noor@gmail.com

B. Pendidikan Formal

 (1996 – 1998) : TK Islam Al-Azhar 5 Kemandoran

 (1998 – 2004) : SD Islam Al-Azhar 5 Kemandoran

 (2004 – 2007) : SMP Islam Al-Azhar 4 Kemandoran

 (2007 – 2010) : SMA Islam Al-Azhar 3 Pusat, Kebayoran Baru

 (2010 – Sekarang) : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Promosi Kesehatan.


(8)

vii

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafa’atnya.

Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita Usia Subur (WUS) di Sumatera Utara (Analisis Data SDKI 2012)” ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak kesulitan, namun dengan bantuan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini dapat terselesaian. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayah Drs. M. Noor, MM dan Mama Sri Suharsih yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan moril dan materil dan senantiasa memanjatkan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(9)

viii

4. Ibu Catur Rosidati, MKM dan ibu Fase Badriah, Ph.D selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengaharan, dorongan, kritik dan saran bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Raihana Nadra Al Kaff, S.KM, M.MA selaku dosen peminatan promkes yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat serta dukungan dan dorongan dalam pembuatan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu dosen Program Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan semoga dapat diaplikasikan dalam kehidupan peneliti.

7. Teman – teman Promkes 2010 tempat berbagi ilmu dan pengalaman yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi Nita, Yuli, Furi Sari, Prima, serta Vina, Alul, Rico, Randika tetap semangat, tidak lupa pula Supri, Ica, Ilmi, Ayu, Uni Tia. Terima kasih atas tawa, canda, serta semangatnya kawan, terima kasih juga kepada Kak Ida serta adik - adik promkes atas dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sabahat yang dengan senang hati menemani, tempat bersandar dan tempat berbagi ilmu Eliza, Dini, Tika terima Dillah, Iwed, Mawar, Anin, Aci, terima kasih.

9. Sahabat terbaikku Fara, Friski, Lauditta, Media, Afifah, Nita, Hafi, Suci yang dengan senang hati selalu memberikan dukungan, saran, serta tidak bosan untuk selalu mengingatkan pernulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 10.Teman-teman Kesehatan Masyarakat 2010 UIN Syarif Hidayullah Jakarta yang saling memberikan dukungan dan semangat serta tempat berbagi


(10)

ix

ilmu terutama untuk Anis, Kiki, Yuni, Ati, Rizka, Lutfi, Sofda, Iqbal, Miska terima kasih.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa penulisan laporan penelitian pada skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar penulis dapat menyusun laporan penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang.

Wassalamu‘alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Jakarta, 6 Juli 2015


(11)

x DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Pertanyaan Penelitian... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.4.1 Tujuan Umum ... 10

1.4.2 Tujuan Khusus ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 11

1.5.1 Bagi Peneliti... 11

1.5.3 Bagi Kementerian Kesehatan RI ... 12

1.6 Ruang Lingkup ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Program Keluarga Berencana ... 13

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana ... 13

2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana ... 14

2.1.3 Kontrasepsi ... 15

2.1.4 Wanita Usia Subur (WUS) ... 25

2.2 Perilaku Penggunaan KB ... 25

2.2.1 Pengertian Perilaku ... 25

2.2.1 Teori Perilaku ... 26

2.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan KB ... 27

2.3.1 Umur... 28

2.3.2 Pendidikan ... 29


(12)

xi

2.3.4 Sumber Informasi ... 31

2.3.5 Jumlah Anak ... 33

2.3.7 Kunjungan dari Petugas KB ... 34

2.3.8 Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan ... 36

2.4 Kerangka Teori ... 37

BAB III KERANGKA KONSEP ... 38

3.1 Kerangka Konsep ... 38

3.2 Definisi Operasional ... 40

3.3 Hipotesis ... 42

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 43

4.1 Desain Penelitian ... 43

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

4.3 Populasi dan Sampel ... 43

4.3.1 Populasi ... 43

4.3.2 Sampel ... 43

4.3.2 Cara Pengambilan Sampel ... 44

4.4 Cara Pengumpulan Data ... 45

4.5 Instrumen Penelitian ... 45

4.6 Pengolahan Data ... 46

4.7 Analisis Data ... 46

4.7.1 Analisis Univariat ... 47

4.7.2 Analisis Bivariat... 47

BAB V HASIL PENELITIAN ... 48

5.1 Analisis Univariat ... 48

5.1.1 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi ... 48

5.1.2 Gambaran Umur... 48

5.1.3 Gambaran Pendidikan ... 49

5.1.4 Gambaran Jumlah Anak ... 50

5.1.5 Gambaran Tingkat Kekayaan ... 50

5.1.6 Gambaran Sumber Informasi ... 51

5.1.7 Gambaran Kunjungan Petugas KB ... 51


(13)

xii

5.2 Analisis Bivariat ... 52

5.2.1 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Umur... 52

5.2.2 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi berdasaran Pendidikan .. 53

5.2.3 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak ... 55

5.2.4 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Tingkat Kekayaan ... 56

5.2.5 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Sumber Informasi ... 57

5.2.6 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan Petugas KB ... 58

5.2.7 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan Fasilitas Kesehatan ... 59

BAB VI PEMBAHASAN ... 61

6.1 Keterbatasan Penelitian... 61

6.2 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara ... 61

6.3 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Umur ... 69

6.4 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan ... 71

6.5 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak... 73

6.5 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Tingkat Kekayaan ... 77

6.6 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Sumber Informasi ... 79

6.7 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan Petugas KB ... 82

6.8 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan ... 85

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 89

7.1 Simpulan ... 89

7.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 40 Tabel 5.1 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 - 2012 ... 48 Tabel 5.2 Gambaran Umur WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012 ... 49 Tabel 5.3 Gambaran Pendidikan pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 –

2012 ... 49 Tabel 5.4 Gambaran Jumlah Anak pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 –

2012... ... ... ... 50 Tabel 5.5 Gambaran Tingkat Kekayaan pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012... ... ... ... 50 Tabel 5.6 Gambaran Sumber Informasi pada WUS di Sumatera Utara Tahun

2008 – 2012 ... 51 Tabel 5.7 Gambaran Kunjungan Petugas KB dalam 6 Bulan Terakhir di Sumatera

Utara Tahun 2009 – 2012... 51 Tabel 5.8 Gambaran Kunjungan WUS ke Failitas Kesehatan dalam 6 Bulan

Terakhir di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012 ... 52 Tabel 5.9 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Umur pada

WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012... 53 Tabel 5.10 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasakan Pendidikan Pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 - 2012... 54 Tabel 5.11 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah

Anak pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012... 55 Tabel 5.12 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Tingkat


(15)

xiii

Tabel 5.13 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasaarkan Sumber Informasi pada WUS di Suamatera Utara Tahun 2008 – 2012... 57 Tabel 5.14 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan

Petugas KB pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012... 58 Tabel 5.15 Gambaran Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Berdasarkan Kunjungan

Fasilitas Kesehatan pada WUS di Sumatera Utara Tahun 2008 – 2012 ... 59


(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 37 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 39 Gambar 4.1 Penentuan Sampel ... 45


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Pasal 1 menyebutkan bahwa KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak-hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas. Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1992 KB juga merupakan usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha tersebut dapat bersifat sementara dan juga bersifat permanen (Wiknjosastro, 2002). Selain itu kontrasepsi adalah upaya untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma. Untuk itu kontrasepsi sangat baik digunakan oleh pasangan yang aktif melakukan hubungan seks / intim dan keduanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008).

Diperkirakan 358.000 kematian ibu terjadi di seluruh dunia. Ini berarti, setiap harinya sekitar 1.000 perempuan meninggal dunia karena komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Terdapat 2 daerah di Sub-Sahara Afrika yang merupakan penyumbang angka kematian ibu teringgi


(18)

2

yaitu sebanyak 640 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, kemudian diikuti oleh Asia Selatan (Childinfo, 2012).

AKI di Indonesia berdasarkan data SDKI (2007) masih cukup tinggi, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Selanjutnya berdasarkan hasil SDKI (2012) angka AKI terlihat lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu meningkat sekitar 57% bila dibandingkan dengan kondisi pada 2007 hingga menunjukan angka 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target capaian MDGs kelima pada tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, AKI di Sumatera Utara sebesar 328/100.000 KH, angka ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka Nasional hasil SP tahun 2010 yaitu sebesar 259/100.000 KH. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2013)

Upaya penurunan angka kematian ibu juga masuk ke dalam indikator kelima Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu peningkatan kesejahteraan ibu dimana indikator utamanya adalah persalinan oleh tenaga kesehatan yang dihubungkan dengan angka kematian ibu. Upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan salah satu prioritas utama dalam penanganan bidang kesehatan. Oleh karena itu pelayanan KB dapat dimaksud tidak hanya untuk pengendalian penduduk namun dapat berkontribusi dalam meningkatakan kesehatan ibu dan bayi.


(19)

3

Sehingga dikatakan bahwa program keluarga berencana merupakan kunci pencapaian sasaran Pembangunan MDGs (Kemenkes RI, 2012).

Tingginya AKI di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, diantaranya yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung yang utama adalah pendarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung disebabkan oleh berbagai penyakit seperti tuberkulosis, anemia, malaria dan penyakit jantung. Kehamilan dan persalinan dapat memperberat penyakit-penyakit ini dan sebaliknya penyakit-penyakit-penyakit-penyakit ini dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan. Terjadinya kematian ibu oleh penyebab tidak langsung di Indonesia cukup signifikan, yaitu sekitar 22%. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian dan penanganan yang serius salah satunya dengan penggunaan kontrasepsi dalam upaya pengatur kehamilan (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 2010, dalam periode 10 tahun (2000 – 2010), jumlah penduduk Indonesia meningkat sebanyak 32,5 juta jiwa dari 205,8 juta jiwa menjadi sebanyak 237,6 juta jiwa (Hasil Sementara SP 2010, BPS). Rata - rata Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Indonesia telah menurun dari sebesar 1,97% (1980-1990) menjadi 1,45% (1990–2000). Namun, pada periode 10 tahun terakhir, LPP meningkat kembali menjadi 1,49% (BAPPENAS, 2012).

Dari enam indikator kesehatan ibu yang menjadi target RPJMN tahun 2010-2014 maupun MDGs tahun 2015, dua diantaranya berkaitan dengan pelayanan KB, yaitu angka kesertaan ber-KB (CPR) dan kebutuhan KB yang


(20)

4

belum terpenuhi (unmeet need). Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa pencapaian kedua indikator tersebut juga masih jauh dari yang diharapkan (RAN Pelayanan KB, 2013).

Angka kesertaan ber-KB (CPR) pada kurun waktu 1997 – 2002 mencapai 60,3% (SDKI, 2002) dan hanya naik menjadi 61,4% pada kurun waktu 2002 – 2007 (SDKI, 2007), hal ini diartikan program Pelayanan Keluarga Berencana di Indonesia pada saat itu tidak mengalami peningkatan indikator pelayanan KB khususnya CPR. Berdasarkan hasil SDKI (2007) diketahui angka CPR di Sumatera Utara yaitu 54,2%, angka ini masih belum mencapai target capaian yaitu sebesar 60,1% dan angka unmet need sebesar 12,3% sedangkan target capaian RPJMN yaitu sebesar 6,5% (Kemenkes RI, 2012).

Menurut Hatmadji (2004), salah satu upaya untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk adalah melalui upaya pengendalian fertilitas yang instrument utamanya adalah Program Keluarga Berencana. Menurut Satria (2005), pada awalnya pendekatan keluarga berencana lebih diarahkan pada aspek demografi dengan upaya pokok pengendalian jumlah penduduk dan penurunan fertilitas (TFR). Dimana terlihat angka TFR di Indonesia masih lebih tinggi yaitu (2,6) daripada TFR di Singapura (1,3), Thailand (1,6), Vietnam (1,9), Myanmar (2,1), Brunei Darusalam (2,3) (SDKI, 2007).

Berdasarkan hasil SDKI (2012) Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia masih berada pada angka 2,6 atau stagnan sama SDKI tahun 2007 dan masih tingginya unmet need hasil SDKI (2012) sebesar 8,5% padahal target yang ingin dicapai tahun 2014 sebesar 6,5%. Berdasarkan data SDKI


(21)

5

(2012) tercatat angka TFR di Sumatera Utara berada di urutan pertama dengan angka lebih tinggi dibandingkan dengan 4 provinsi lainnya dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar (3,0), Jawa Barat (2,5), Banten (2,5), Jawa Timur (2,3) dan Jawa Tengah (2,1).

Selain itu, di Indonesia angka kelahiran menurut kelompok umur (ASFR) masih tinggi. Diketahui ASFR pada kelompok umur 15-19 tahun sebesar 48 kelahiran per 1000 Wanita Usia Subur (WUS) kelompok umur 15-49 tahun, padahal target yang ingin dicapai tahun 2014 sebesar 30 kelahiran per 1000 WUS kelompok umur 15-49 tahun serta masih rendahnya capaian Contraceptive Prevalence Rate (CPR) sebesar 57,9%, dengan target capaian tahun 2014 sebesar 60,1% (BKKBN, 2013).

Sedangkan ASFR di Sumatera Utara terus meningkat dari kelompok umur 15 – 19 tahun sampai kelompok umur 25 – 29 tahun, kemudian terus menurun sampai dengan kelompok umur 45 – 49 tahun. Ada perbedaan pola ASFR antara Sumatera Utara dengan Nasional, yaitu puncak ASFR di tingkat Nasional pada kelompok umur wanita 20 – 24 tahun dan 25 – 29 tahun, sedangkan Sumatera Utara pada kelompok umur wanita 25 – 29 tahun (BKKBN, 2009).

Secara global, jenis alat kontrasepsi yang paling umum digunakan adalah kontrasepsi jangka panjang (vasektomi dan tubektomi) sebanyak 34%. Alat kontrasepsi modern pada wanita yang memilih sterilisasi, IUD sebanyak 25%. Hampir sepertiga memilih antara pil atau kondom. Penggunaan kontrasepsi oleh pria masih relatif kecil dari tingkat prevalensi di atas. Metode pria dibatasi untuk sterilisasi vasektomi dan kondom (WHO, 2011).


(22)

6

Data SDKI (2007) menunjukkan jenis kontrasepsi yang paling banyak diminati adalah jenis suntikan (31,8%), pil (13,2%), dan IUD (4,9%). Secara nasional, metode sterilisasi wanita juga lebih banyak diminati (3,0%) dibandingkan dengan implant (2,8%). Kontrasepsi jenis suntik semakin menurun penggunaannya seiring dengan jumlah anak yang dimiliki. Saat memiliki 1‐2 anak, penggunaan suntik mencapai 38,7%, jumlah ini terus berkurang menjadi 19,3% pada perempuan dengan jumlah anak lebih dari 5 orang.

Perilaku penggunaan kontrasepsi dipengaruhi beberapa faktor. menurut Green (1980), perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposing (dari diri sendiri) yang mencakup pengetahuan, sikap, umur, jumlah anak, persepsi, pendidikan, ekonomi, dan variabel demografi. Faktor enabling (pemungkin) yang mencakup fasilitas penunjang, sumber informasi dan kemampuan sumber daya. Dan faktor reinforcing (penguat) yang mencakup dukungan keluarga/tokoh masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang diambil dari tahun 2009 - 2013 terdahulu faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi yaitu umur ibu, pendidikan, jumlah anak, sumber media informasi, tingkat kekayaan, petugas KB dan kunjungan ke fasilitas kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian Dewi (2012) responden yang tingkat pendidikannya tinggi lebih banyak yang memakai alat kontrasepsi dibandingkan dengan responden yang tingkat pendidikannya rendah. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan Siregar (2010) menyatakan akseptor KB terbanyak ada pada kelompok umur 31 – 34 sedangkan pengguna akseptor KB terendah terdapat pada kelompok


(23)

7

umur 19 – 22 tahun. Hal ini diasumsikan umur 31 – 34 tahun merupakan kurun reproduksi sehat bagi wanita. Namun menurut penelitian lain menyatakan, adanya hubungan antara umur ibu sekarang dengan penggunaan metode kontrasepsi hormonal pada akseptor KB, hal ini diasumsikan bahwa akseptor KB telah mengetahui pola penggunaan kontrasepsi yang rasional yaitu pemilihan kontrasepsi disesuaikan dengan fase umur. Pada umur < 20 tahun atau > 30 tahun, peserta KB pada umumnya memilih kontrasepsi yang memiliki efektivitas yang tinggi seperti AKDR, pil dan suntik (Arliana, dkk, 2013).

Selain itu, terdapat hubungan antara jumlah anak dengan penggunaan kontrasepsi, yaitu responden yang mempunyai anak > 2 orang sebagian besar memakai alat kontrasepsi (89,7%) dan responden yang mempunyai anak ≤ 2 orang sebagian besar tidak memakai alat kontrasepsi (62,1%) (Dewi, 2012). Dalam penelitian lain, ibu yang memiliki jumlah anak kategori cukup lebih banyak menggunakan alat kontrasepsi Pil KB dibandingkan dengan ibu yang memiliki jumlah anak kategori lebih (Simbolon, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Mashfufah (2006) menyatakan sumber media informasi ada hubungannya dengan perilaku penggunaan kontrasepsi.

Dari hasil SDKI (2012) WUS yang mengunakan jenis kontrasepsi modern di Sumatera Utara sebesar 28,3% dan dengan metode lainnya sebesar 36,8%. Sedangkan presentase alat kontrasepsi modern yang digunakan oleh WUS di Sumatera Utara yaitu metode suntik 12%, pil 7,1%, vasektomi 4,4%, implant/KB susuk 2,1%, IUD 1,3%, kondom 1,3%, dan metode MAL 0,1%.


(24)

8

Berdasalkan hasil penelitian SDKI (2012) Mengingat masih rendahnya pengguna alat kontrasepsi KB yaitu sebesar 36,5% dengan target capaian RPJMN tahun 2014 sebesar 60,1% dan apabila dilihat dari jumlah penduduk yang dimiliki Sumatera Utara yang terbilang terbilang banyak, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku pengunaan KB pada WUS di provinsi Sumatera Utara dengan mengunakan data sekunder SDKI tahun 2012. Dari jumlah total sampel WUS yang diteliti SDKI tahun 2012 di Provinsi Sumatera Utara yaitu sebanyak 1830 sampel, setelah peneliti melakukan cleaning data, kemudian didapatkan jumlah total sampel yang akan diteliti sebesar 1183 sampel.

1.2 Rumusan Masalah

Tingginya angka kelahiran dapat menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkendali. Selain itu dampak kesehatan yang dapat terjadi yaitu tingginya angka kematian ibu (AKI) dimana AKI di Sumatera Utara AKI Utara pada tahun 2010 sebesar 328/100.000 KH. Dalam hal ini kontrasepsi dapat membantu dalam upaya mengendalikan angka kelahiran dan petambahan jumlah penduduk. Berdasarkan hasil SDKI (2012) di Indonesia masih tingginya angka unmet need dan masih rendahnya angka CPR, dimana belum mencapai untuk target capaian tahun 2014. Hasil SDKI (2007) diketahui angka CPR di Sumatera Utara mencapai 54,2% dan unmet need sebesar 12,3%. Mengingat masih rendahnya pengguna alat kontrasepsi pada WUS di Sumatera Utara dengan angka TFR tertinggi diantara 5 provinsi dengan penduduk terbanyak, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian


(25)

9

mengenai perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara dengan mengunakan data sekunder SDKI tahun 2012.

1.3 Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana gambaran perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

b. Apakah ada hubungan antara umur dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

c. Apakah ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

d. Apakah ada hubungan antara jumlah anak dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

e. Apakah ada hubungan antara tingkat kekayaan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

f. Apakah ada hubungan antara sumber informasi dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

g. Apakah ada hubungan antara kunjungan petugas KB dalam 6 bulan terakhir dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utaraberdasarkan hasil SDKI tahun 2012?


(26)

10

h. Apakah ada hubungan antara kunjungan fasilitas kesehatan dalam 6 buan terakhir dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utaraberdasarkan hasil SDKI tahun 2012?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara bersadarkan hasil SDKI tahun 2012.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara bersadarkan hasil SDKI berdasarkan hasil SDKI tahun 2012.

b. Mengetahui hubungan antara umur dengan penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil SDKI tahun 2012.

c. Mengetahui hubungan antara pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil SDKI tahun 2012.

d. Mengetahui hubungan antara jumlah anak dengan penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil SDKI tahun 2012.

e. Mengetahui hubungan antara tingkat kekayaan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil SDKI tahun 2012.


(27)

11

f. Mengetahui hubungan antara sumber informasi dengan penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil SDKI tahun 2012.

g. Mengetahui hubungan antara kunjungan petugas KB dalam 6 bulan terakhir dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utaraberdasarkan hasil SDKI tahun 2012.

h. Mengetahui hubungan antara kunjungan fasilitas kesehatan dalam 6 bulan terakhir dengan penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara bersadarkan hasil SDKI tahun 2012.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya terkait kontrasepi.

b. Sebagai bahan acuan dalam melakukan advokasi kesehatan reproduksi terkait kontrasepsi dan pengembangan keilmuan kesehatan masyarakat lainnya yang digunakan dalam penelitian ini.

1.5.2 Bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam perbaikan program KB, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan tercapainya reformasi program KB Nasional.


(28)

12 1.5.3 Bagi Kementerian Kesehatan RI

a. Hasil analisa penelitian juga dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam membuat program promosi kesehatan yang efektif sebagai bahan masukan dalam penyebaran informasi penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan karena melihat masih rendahnya pengunaan kontrasepsi di Provinsi Sumatera Utara dibandingkan dengan lima provinsi dengan penduduk terbanyak di Indonesia, yaitu sebesar 36,5% dari hasil SDKI tahun 2012. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa peminataran promosi kesehatan program studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini dimaksud sebagai bahan masukan yang berguna bagi pengambilan keputusan dalam rangka pencarian solusi untuk meningkatkan pengunaan kontrasepsi di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini mengunakan data sekunder SDKI tahun 2012 yang dilakukan pada bulan Oktober sampai Novermber tahun 2014.


(29)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Keluarga Berencana

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana

Menurut Undang – Undang Nomor 10 tahun 1992, Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Jenis alat / obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, IUD, implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader desa.

Program KB adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan berisiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, edukasi, konseling dan pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan


(30)

14

meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk penjarangan kehamilan (BKKBN, 2006).

2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksanaan program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015. Sedangkan tujuan program KB secara filosofi adalah:

1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.

2. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Handayani, 2010).

Untuk menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan KB telah ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu perluasan jangkauan, pembinaan terhadap peserta KB agar secara terus menerus memakai alat kontrasepsi, pelembagaan dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta peningkatan keterpaduan pelaksanaan keluarga berencana. Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut terus dimantapkan usaha-usaha operasional dalam bentuk upaya pemerataan pelayanan KB, peningkatan kualitas baik tenaga,


(31)

15

maupun sarana pelayanan KB, penggalangan kemandirian, peningkatan peran serta generasi muda, dan pemantapan pelaksanaan program di lapangan (BKKBN, 2012).

2.1.3 Kontrasepsi

A. Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yaitu “melawan” atau “mencegah” dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma sehingga mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan anatara sel telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kotrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan intim/seks dan keduanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008).

Kontrasepsi seharusnya tidak mengganggu, tidak mengotori, tidak berbau, atau berasa menyengat. Selain itu harus mudah digunakan, murah, tidak bergantung pada ingatan penggunanya, dan tidak bergantung pada petugas kesehatan. Metode yang digunakan juga tidak bertentangan dengan budaya setempat, sehingga dapat diterima oleh para penggunanya. Salah satu yang menjadi pertimbangan untuk kontrasepsi saat ini adalah perlindungan dari infeksi


(32)

16

menular seksual, namun kontrasepsi semacam itu sampai saat ini belum tersedia (Varney, 2006).

Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda/mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan/mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi pada umumnya yaitu (BKKBN, 2002) :

a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi. b. Melumpuhkan sperma.

c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma. Tujuan dalam pelayanan kontrasepsi salah satunya untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna. Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh keijaksanaan mengkatagorikan tiga fase untuk mencapai sasaran, yaitu:

1. Fase menunda kehamilan/kesuburan 2. Fase menjarangkan kehamilan

3. Fase meghentikan/mengakhiri kehamila/kesuburan. Maksud dari kebijakan tersebut yaitu unutk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua (Saifuddin, dkk, 2006).


(33)

17 B. Jenis Metode Kontrasepsi

Berdasarkan Hartanto (2010) berikut ini macan-macam metode kontrasepsi, diantaranya:

a. Kontrasepsi Sederhana 1. Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis sebagai tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa mencapai saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk wanita, angka kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.

2. Coitus Interuptus

Coitus interuptus atau senggama terputus adalah menghentikan senggama dengan mencabut penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi. Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat untuk digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko kegagalan dari metode ini cukup tinggi.


(34)

18

KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.

4. Diafragma

Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-8% kehamilan.

5. Spermicida

Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila dipakai dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.

6. Metode Amenirea Laktasi (MAL)

MAL merupakan metode kontrasepsi ydengan cara mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif. Metode ini dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:


(35)

19

menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian dilakukan belum haid 8 kali sehari, belum haid, usia bayi kurang dari 6 bulan. Cara kerja dengan penundaan atau penekanan ovulasi (Kemenkes RI, 2012). Penggunaan metode MAL hanya sampai dengan 6 bulan setelah melahirkan dan harus dilanjutkan dengan memakai metode kontrasepsi lainnya. Efektifitas dari metode MAL ini tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pertama setelah melahirkan, segera efektif, tidak mengganggu sagama, tidak ada efek samping secara sistemik, tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat tanpa, dan tanpa biaya (Pinem, 2009).

b. Kontrasepsi Hormonal 1. Pil KB

Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari hormon progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas


(36)

20

pil sangat tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, dan 3-10% untuk mini pil (Simbolon, 2010).

2. Suntik KB

Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3 bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat terjadi gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pemakaian jangka panjang bisa terjadi penurunan libido pada pria, dan densitas tulang.

Adapun jenis-jenis KB suntik yang hanya mengandung progestin yaitu:

1) Kontrasepsi Progestin

a. Depo medroksiprogesteron asetat Mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular. Setelah suntikan pertama, kadar DMPA dalam darah mencapai puncak setelah 10 hari. DMPA dapat memberi perlindungan dengan aman selama tiga bulan.


(37)

21

Mengandung 200 mg Noretdon Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular.

2) Kontrasepsi Kombinasi

a. Depo estrogen-progesteron

Jenis suntikan kombinasi ini terdiri dari 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Sipionat. (Siregar, 2010)

3. Implant / Susuk

Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant mengandung levonogestrel. Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun, kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3%.

4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang dililit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya hanya berisi hormon progesteron. Jenis jenis IUD diantaranya:


(38)

22

Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah (Bari, 2006) :

a. Copper-T

Jenis IUD Copper-T berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.

b. Copper-7

Jenis IUD Copper-7 berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.

c. Multi load

Jenis IUD multi load terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.


(39)

23

Jenis IUD Lippes loop terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan daripemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyum batan usus, sebab terbuat dari bahan plastik (Bari, 2006).

Cara kerjanya, meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai ke rahim endometrium belum siap menerima nidrasi, hal ini dapat menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang melarutkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas. Efektifitasnya tinggi, dan angka kegagalannya 1% (Bari, 2006).

e. Kontrasepsi Mantap (Kontap) 1. Tubektomi


(40)

24

Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke rahim), efektivitasnya mencapai 1%.

2. Vasektomi

Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%. (Suratun, 2008).

C. Ciri kontrasepsi yang sesuai

1. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi.

2. Efektifitas cukup tinggi.

3. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang di rencanakan.

4. Tidak menghambat air susu ibi (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik sampai anak usia 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitas dan kematian anak (Pinem, 2009).


(41)

25 2.1.4 Wanita Usia Subur (WUS)

A. Pengertian Wanita Usia Subur (WUS)

Wanita usia subur adalah semua wanita yang telah memasuki usia antara 15 – 49 tahun tanpa memperhitungkan status perkawinannya (Depkes RI, 2009).

2.2 Perilaku Penggunaan KB 2.2.1 Pengertian Perilaku

Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku ini disebut teori “S – O – R” atau “Stimulus – Organisme – Respon” dikarenakan terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme tersebut merespon. Skinner membagi dua bentuk perilaku berdasarkan berntuk respon terhadap stimulus yaitu sebagai berikut: a. Perilaku tertutup/terselubung (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus masih dalam bentuk terselubung atau tertutup. Repon dan reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesdaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati dengan jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka/nyata tampak (overt behavior)

Respon terhadap stimulus telah diaplikasikan dalam tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut


(42)

26

sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dapat mudah diamati dan dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2012).

Sedangkan menurut Geller (2001), perilaku sebagai tingkah atau tindakan yang dapat di observasi oleh orang lain. Tetapi apa yang dilakukan atau dikatakan seseorang tidaklah selalu sama dengan apa yang individu tersebut pikir, rasakan, dan yakini.

2.2.1 Teori Perilaku

Green (1980) menganalisis perilaku manusia terkait masalah kesehatan. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi 3 faktor yaitu :

1. Predisposing factors (faktor dari diri sendiri) adalah faktor-faktor yang mendahului perilaku untuk menetapkan pemikiran ataupun motivasi yang terdiri dari pengetahuan, sikap, persepsi, pendidikan, ekonomi, keyakinan dan variabel demografi.

2. Enabling factors (faktor pemungkin) adalah kemampuan dari sumber daya yang diperlukan untuk membentuk perilaku. Faktor pemungkin terdiri dari fasilitas penunjang, sumber informasi dan kemampuan sumber daya.

3. Reinforcing factors (faktor penguat) adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan mendapatkan dukungan seperti dukungan keluarga/tokoh masyarakat.

Perilaku berawal dari adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor-faktor diluar tersebut (lingkungan) baik


(43)

27

fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan lingkungan diketahui, dipersepsikan, diyakini, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak yang pada akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa perilaku.

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari perubahan berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap (Notoatmodjo, 2003).

2.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan KB Berdasarkan teori Green (1980) terdapat tiga faktor-faktor yang dapat mempegaruhi seseorang dalam perilaku pengguaan KB, yaitu:

1. faktor Predisposisi dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, umur, pendidikan, tingkat kekayaan, dan budaya

2. Faktor Enabling dipengaruhi oleh fasilitas kesehatan, dan sumber informasi yang didapat untuk memenuhi perilaku penggunaan KB.

3. Faktor Reinforcing dipengaruhi oleh tokoh masyarakat, dukungan orang sekitar, dan petugas kesehatan.


(44)

28 2.3.1 Umur

Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya. Usia yang cukup dalam mengawali atau memasuki masa perkawinan dan kehamilan akan membantu seseorang dalam kematangan dalam menghadapi persoalan atau masalah, dalam hal ini keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan.

Demikian sebaliknya, dengan usia kurang dari 16 tahun maka kemungkinan kematangan pikiran dan perilaku juga kurang terlebih menghadapi perubahan dan adaptasi setelah melahirkan. Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35 tahun), dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang sebaiknya dipakai disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut (Siregar, 2010).

Hal ini jelas terlihat dari wanita yang berumur 15 – 19 tahun lebih sedikit yang menggunaakan kontrasepsi yang hanya 20%, dibandingkan dengan wanita yang berumur 30 - 39 tahun sebanyak 35% yang menggunakan kontrasepsi (Adam, 2010).


(45)

29 2.3.2 Pendidikan

Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran. Pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian kontrasepsi. Berkaitan dengan informasi yang mereka terima dan kebutuhan untuk menunda atau membatasi jumlah anak. (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2007) tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan memakai pengetahuan, demikian halnya dengan pemilihan alat kontrasepsi. Wanita yang memiliki tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan penghasilan baik lebih cenderung untuk memakai kontrasepsi dibandingkan mereka yang memiliki pendidikan dan pekerjaan yang lebih rendah (WHO, 2013).

Penelitian Hutauruk (2006) menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi. WUS yang berpendidikan tinggi berpeluang 2,5 kali menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Selain itu penelitian Fatimah (2010) di Tasikmalaya menyatakan


(46)

30

ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi.

2.3.3 Tingkat Kekayaan

Tingkat kekayaan keluarga adalah tingkatan tentang karakteristik latar belakang rumah tangga yang digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur standar hidup rumah tangga dalam jangka panjang. Tingkat didasarkan pada data karakteristik perumahan dan kepemilikan barang, jenis sumber air minum, fasilitas toilet dan kakakteristik lain terkait dengan status sosial ekonomi rumah tangga (BPS, 2013).

Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB. Kemajuan tersebut berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi. Dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatu Negara akan lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan lebih tercukupi dan kesejahteraan terjamin (Rohmawati, 2013).

Berdarkan penelitian Mashfufah (2006) ada hubungan yang sangat signifikan antara tingkat ekonomi/kekayaan dengan pemakaian kontrasepsi. Dari nila kekuatan hubungan OR, diketahui responden yang tingkat ekonominya rendah mempunyai peluang menggunakan kontrasepsi 2,66 kali dibandingkan dengan responden yang tingkat ekonominya tinggi dengan memiliki peluang menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 2,85 kali.


(47)

31 2.3.4 Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyambungan informasi baik media dan non media. Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronik (TV, radio, computer) dan media luar , sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kea rah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan jenisnya media dibagi menjadi 2 yaitu media cetak dan media elektronik, yaitu:

1. Media

a) Media Cetak

1) Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam bentuk buku baik tulisan maupun gambar.

2) Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi berupa lembaran yang dilipat berbentuk gambar atau kombinasi.

3) Flayer (selebaran) berbentuk seperti leaflet tetapi tidak berbentuk lipatan.

4) Flipchart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi dalam bentuk lembar balik.


(48)

32

6) Poster yaitu bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi yang biasanya ditempel di tembok, tempat umum atau kendaraan umum.

b) Media Elektronik

Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronik. Adapain macam-macam media elektronik tersebut, yaitu:

1) TV, penyampaian pesan dalam bentuk sandiwara, sinetron, farum diskusi atau tanya jawab, atau serta kuis cerdas cermat.

2) Radio penyampaian pesan atau informasi berbentuk obrolan (tanya jawab) sandiwara dan ceramah.

3) Video

4) Media Papan

Papan tau billboard dapat diisi dengan informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat, mencakup pesan yang ditulis dalam lembaran yang ditempel di kendaraan umum (Notoadmodjo, 2010).

2. Non Media

a) Keluarga yaitu suatu kelompok kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan. Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat


(49)

33

mempengaruhi pengetahuan. Didalam keluarga pengetahuan diperoleh dari orang tua.

b) Tenaga kesehatan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan remaja tentang perawatan organ reproduksi bagian luar. Sumber informasi dapat diperoleh dari dokter, bidan perawat.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi (2009) wanita yang terpapar infotmasi KB melalui media cetak mempunyai kecenderungan 1,3 kali untuk memakai kontrasepsi khususnya modern dibandingkan mereka yang tidak terpapar. Kondisi serupa juga terlihat dari informasi melalui media elektronik yang menunjukan hubungan bermakna dan nilai OR = 1,1 kali.

Dari hasil penelitian Iswarati (2009) menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) KB melakui poster maupun tv terhadap peserta kontrasepsi, dengan p-value = 0,000.

2.3.5 Jumlah Anak

Mantra (2006) mengatakan bahwa kemungkinan seseorang istri untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkan. Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang wanita melahirkan


(50)

34

anak, maka akan semakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal.

Pada awal program KB, penggunaan alat kontrasepsi adalah mereka yang telah mempunyai anak cukup banyak. Dengan berjalannya waktu dan pelayanaan program maka lebih banyak wanita dengan paritas yang lebih kecil akan menggunakan alat kontrasepsi. Gejala ini melandasi pengaruh jumlah anak terhadap penggunaan alat kontrasepsi (Muttiara, 1998).

Berdasarkan penelitian Fienalia (2012) di Depok menyatakan ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak idup dengan penggunaan kontrasepsi. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Purba (2008), responden yang memiliki anak > 2 orang memakai alat kontrasepsi sebanyak 38,9% dan tidak memakai sebanyak 61,1%. Sedangkan yang memiliki anak ≤ 2 orang memakai alat kontrasepsi sebanyak 15,2% dan tidak memakai 84,8%. Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan jumlah anak dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig = 0,016).

2.3.7 Kunjungan dari Petugas KB

Dari hasil penelitian yang dilakukan secara kualitatif oleh Handayani dkk, (2012) bahwa masih banyak akseptor yang menentukan metode yang dipilih hanya berdasarkan informasi dari akseptor lain berdasarkan pengalaman masing-masing. Sebagian


(51)

35

petugas kesehatan kurang melakukan konseling dan pemberian informasi yang menyebabkan kurangnya pengetahuan klien dalam memilih jenis KB.Namun masyarakat mentolerir pelayanan KB meskipun pelayanan KB belum seluruhnya memenuhi syarat pelayanan berkualitas. Informasi yang baik dari petugas membantu klien dalam memilih dan menentukanmetode kontrasepsi yang dipakai. Informasi yang baik akan memberikan kepuasan klien yang berdampak pada penggunaan kontrasepsi yang lebih lama sehingga membantu keberhasilan KB.

Pemberian informasi dalam program KB dikenal dengan nama KIE KB. KIE adalah suatu kegiatan dimana terjadi proses komunikasi dengan penyebaran informasi yang mempercepat terjadinya perubahan prilaku dari masyarakat. Adapun bentuk dari KIE KB dapat berupa poenyuluhan dan kunjungan oleh petugas KB. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan antara pemberian informasi dengan keikusertaan ber-Kb. Ibu yang mendapat informais tentang alat kontrasepsi dari petugas kesehatan umumnya memilih ikut serta ber-KB dibandingkan ibu yang tidak mendapat informasi tentang KB mempunyai pengetahuan kurang. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p value 0,005 dimana (p < α 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak (Lina, dkk, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Iswarti (2009) di Indonesia, ada kunjungan petuga lapangan KB (PLKB) dalam 6


(52)

36

bulan terakhir pada klien berpengaruh secara signifikan terhadapat kersertaan penggunaan kontrasepsi, dengan p-value = 0,018.

2.3.8 Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan

Kunjungan ke fasilitas kesehatan merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan survei demografi di Nepal, wanita yang mengunjungi fasilitas kesehatan pada 6 bulan terahir lebih cenderung mengunakan kontrasepsi sebanyak 40% (Sharma dll, 2011).

Selain itu, berdasarkan penelitian lain diketahu 48% responden mengatakan alasan utama mereka mengunjungi klinik (fasilitas kesehatan) untuk melakukaan metode kontrasepsi dengan menggunakan metode yang baru, untuk terus lanjut meggunakan metode kontrasepsi sebelumnya yang telah digunakan, atau untuk konsultasi tentang masalah metode yang sedang digunakannya (Frost dkk, 2012).


(53)

37 2.4 Kerangka Teori

Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan diatas, kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada Teori Green dalam Notoatmodjo (2007) yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Teori Green, dkk (1980) Faktor Predisposisi:

1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Umur 4. Pendidikan

5. Tingkat kekayaan 6. Budaya

Perilaku Penggunaan Kontrasepsi

Faktor Reinforcing: 1. Tokoh Masyarakat 2. Dukungan orang sekitar 3. Petugas Kesehatan Faktor Enabling:

1. Fasilitas Kesehatan 2. Informasi Kesehatan

melalui media cetak (koran/majalah, poster,pamflet) dan media elektronik (Radio, TV)


(54)

38 BAB III

KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini, kerangka konsep yang digunakan mengacu pada Teori Green (1980). Karena keterbatasan penelitian, maka peneliti menggunakan data sekunder dari SDKI 2012, terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang akan diteliti terdiri dari variabel terikat (dependen) yaitu perilaku penggunaan kontrasepsi dan variabel bebas (independen) yaitu variable variabel umur, pendidikan, jumlah anak, tingkat kekayaan, sumber informasi, kunjungan petugas KB, dan kunjungan ke fasilitas kesehatan. Beberapa variabel seperti sikap, budaya, dukungan suami, dukungan dari masyarakat dan pekerjaan tidak diteliti karena variabel tersebut tidak tersedia di dalam data SDKI 2012. Berdasarkan kerangka teori, maka kerangka konsep penelitian ini seperti pada bagaan 3.1 berikut:


(55)

39

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Faktor Predisposisi: 1. Umur

2. Pendidikan 3. Jumlah Anak 4. Tingkat kekayaan

Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Faktor Enabling:

1. Informasi Kesehatan melalui media cetak (koran/majalah, poster,pamflet) dan media elektronik (Radio, TV).

2. Kunjungan Fasilitas Kesehatan

Faktor Reinforcing:


(56)

40 3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variable Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala

1 Perilaku Penggunaan kontrasepsi

Perilaku responden menggunakan atau tidak menggunakan kontrasepsi

Kuesioner SDKI 2012-WUS

Bagian 3 No.303, 304

Observasi Data

SDKI 2012 0. Tidak menggunakan 1. Menggunakan (Sumber: SDKI 2012)

Ordinal

2 Umur Masa hidup reponden dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur dihitung dari tanggal dan tahun lahir (Depkes, 2008).

Kuesioner SDKI 2012- WUS

Bagian 1 No. 103

Observasi Data

SDKI 2012 0.1. 15 – 19 Tahun 20 – 35 Tahun 2. > 35 Tahun

(Sumber: Masfufah 2006)

Ordinal

3 Pendidikan Jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah dicapai oleh responden (Depkes, 2008)

Kuesioner SDKI 2012- WUS

Bagian 1 No. 105

Observasi Data

SDKI 2012 0.1. Tidak Sekolah Rendah (SD, SMP 2. Menengah (SMA) 3. Tinggi (Akademi,

Perguruan Tinggi) (Sumber : SDKI 2012)


(57)

41

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

4 Jumlah Anak Jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik lahir hidup ataulahir mati.

Kuesioner

SDK12-RT Observasi Data SDKI 2012 0.1. ≥ 5 anak 3 – 4 anak 2. 1 – 2 anak 3. 0

(Sumber: SDKI 2012)

Ordinal

6 Tingkat

Kekayaan Kepemilikan barang berharga dari suatu keluarga yang diukur dengan indeks kekayaan kuintil (tebawah, menengah bawah, menengah, menengah atas, teratas)

Kuesioner

SDK12-RT Observasi Data SDKI 2012 0. Rendah (menengah bawah, terbawah) 1. Tinggi (Menengah, menengah atas, teratas)

(Sumber: BKKBN 2009)

Ordinal

7 Sumber

Informasi Media informasi yang didapatkan oleh responden mengenai keluarga berencana.

Kuesioner SDKI 2012-WUS Bagian 7 No.714, 714A

Observasi Data

SDKI 2012 0. Tidak menggunakan media 1. Media cetak

2. Media elektronik 3. Media cetak &

elektronik (Sumber: SDKI 2012)

Nominal

8 Kunjungan

Petugas KB Pernah atau tidaknya responden mendapat kunjungan kader, petugas KB atau petugas kesehatan untuk membicarakan kontrasepsi dalam waktu 6 bulan terakhir.

Kuesioner SDKI 2012-WUS Bagian 4 No. 326

Observasi Data

SDKI 2012 0.1. Tidak mengunjungi Mengunjungi (Sumber: SDKI 2012)

Ordinal

9 Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan

Pernah atau tidaknya responden Mengunjungi fasilitas kesehatan untuk membicarakan kontrasepsi dalam waktu 6 bulan terakhir.

Kuesioner SDKI 2012-WUS Bagian 4 No. 327

Observasi Data

SDKI 2012 0.1. Tidak mengunjungi Mengunjungi (Sumber: SDKI 2012)


(58)

42 3.3 Hipotesis

a. Ada hubungan antara umur dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara.

b. Ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara.

c. Ada hubungan antara jumlah anak dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara.

d. Ada hubungan antara tingkat kekayaan dengan perilaku pengunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara.

e. Ada hubungan antara sumber informasi dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara.

f. Ada hubungan antara kunjungan dari petugas KB dalam 6 bulan terakhir dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara.

g. Ada hubungan antara kunjungan ke fasilitas kesehatan dalam 6 bulan terakhir dengan perilaku penggunaan kontrasepsi pada WUS di Provinsi Sumatera Utara.


(59)

43 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional sesuai dengan desain penelitian SDKI (2012). Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, jumlah anak, tingkat kekayaan, sumber informasi, kunjungan dari petugas KB dan kunjungan ke fasilitas kesehatan. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku penggunaan kontrasepsi.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) merupakan penelitian berskala nasional yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia. SDKI 2012 dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementerian Kesehatan. Pada penelitian ini berfokus pada satu provinsi yaitu Provinsi Sumatera Utara, yang dilaksanakan pada Desember 2014.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini mengacu pada populasi dalam SDKI 2012. Populasi dalam penelitian ini dalam semua wanita usia subur (WUS) di Provinsi Sumatera Utara berusia 15 – 49 tahun, dengan total populasi 1830.

4.3.2 Sampel

Metode sampling yang digunakan dalam SDKI 2012 adalah sampling tiga tahap. Tahap pertama adalah memilih sejumlah primary sampling unit


(60)

44

(PSU) dari kerangka sampel PSU secara probability proportional to size (PPS). PSU adalah kelompok blok sensus yang berdekatan yang menjadi wilayah tugas koordinator tim Sensus Penduduk 2010. Tahap kedua adalah memilih satu blok sensus secara PPS di setiap PSU terpilih. Tahap ketiga adalah memilih 25 rumah tangga biasa di setiap blok sensus terpilih secara sistematik (BPS, 2013).

Sampel dalam penelitian ini adalah wanita usia subur (WUS) 15 – 49 tahun yang sudah menikah dan memiliki riwayat melahirkan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1183 WUS. Jumlah ini diperoleh setelah melalui proses klining data atau pembersihan data dalam tahap pengambilan sampel yang diperlukan dalam penelitian ini. Setelah mendapatkan jumlah sampel, dilakukan perhitungan derajat kemaknaan, dimana didapatkan alpha yang digunakan dalam penelitia ini sebesar 5%.

4.3.2 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih sampel WUS yang memenuhi syarat dan berhasil diwawancarai di Provinsi Sumatera Utara. Metode sampling yang digunakan SDKI (2012) adalah sampling tiga tahap. Tahap pertama adalah memilih sejumlah primary sampling unit (PSU) dari kerangka sampel PSU secara probability proportional to size (PPS). PSU adalah kelompok blok sensus yang berdekatan yang menjadi wilayah tugas koordinator tim (kortim) Sensus Penduduk (SP) 2010. Tahap kedua adalah memilih satu blok sensus secara PPS di setiap PSU terpilih. Tahap ketiga adalah memilih 25 rumah tangga biasa di setiap blok sensus terpilih secara sistematik (BPS, 2013)

Jumlah sampel WUS yang memenuhi syarat yang berhasil diwawancara sebesar 1830 wanita. Selanjutnya dipilih sampel WUS yang sudah menikah dan masih memiliki suami, dari penyaringan sampel berhasil diwawancarai WUS yaitu sebesar


(61)

45

1191 sampel. Kemudian dilakukan proses data sehingga didapatkan jumlah sampel WUS sebesar 1183 sampel. Berikut alur pengambilan sampel pada penelitian ini.

Bagan 4.1 Penentuan Sampel

Kemudian dari jumlah sampel tersebut, dilakukan perhitungan kekuatan uji untuk melihat kemampuan atau mendeteksi adanya perbedaan kekuatan uji. Setelah dilakukan perhitungan kekuatan uji didapatkan hasil 1-β = 97%. yang artinya kekuatan uji pada penelitin ini sangat tinggi.

4.4 Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan data sekunder SDKI tahun 2012.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner SDKI 2012 yang digunakan untuk mengumpulkan data perilaku pengunaan kontrasepsi di Provinsi Sumatera Utara dan pertanyaaan – pertanyaan yang menjadi variabel indepen dalam penelitian ini yaitu meliputi variebel umur, pendidikan, jumlah anak, sumber informasi,

Wanita usia 15-49 tahun yang memenuhi syarat untuk diwawancarai dalam SDKI 2012 di Provinsi Sumatera

Utara = 1830 WUS

Wanita usia 15-49 tahun yang sudah menikah (memiliki suami) dalam SDKI 2012 di Provinsi

Sumatera Utara = 1191 wanita

Setelah melalui proses cleaning jumlah sampel yang diperoleh sebesar 1183 WUS


(62)

46

dukungan suami, tingkat kekayaan, kunjungan dari petugas KB dan kunjungan ke fasilitas kesehatan. Dalam pelaksanaan SDKI 2012 sudah memperhatikan validitas dan reabilitas kuesioner penelitian.

4.6 Pengolahan Data

Setelah data diperoleh maka dilakukan pengolahan data dengan urutan sebagai berikut:

a. Filter

Yaitu menyaring data yang tidak dibutuhkan dalam penelitian. Terlebih dahulu penelitian mengidentifikasi pertanyaan kuesioner SDKI 2012 yang dianggap berkaitan dengan perilaku penggunaan kontrasepsi dengan referensi yang telah didapatkan dan berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan. b. Pembersihan Data (Cleaning Data)

Pembersihan data perlu dilakukan untuk membersihkan data dari kesalahan yang mungkin terjadi. Dalam pembersihan data biasanya dilakukan pengecekan ulang dengan melihat distribusi frekuensi variabel dan menilai kelogisan serta konsistensinya, mengetahui variasi data dan untuk mengetahui adanya data yang missing/hilang.

c. Transformasi Data/Recoding

Setelah dilakukan pembersihan data, maka dilakukan transformasi data berupa pengkodean ulang/recoding terhadap variabel sesuai dengan kebutuhan peneliti. Hal ini bertujuan untuk mengklarifikasi data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian.

4.7 Analisis Data

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan program komputer untuk analisis data.


(63)

47 4.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik data setiap variabel yang diteliti. Penyajian data univariat berupa distribusi frekuensi masing – masing variabel penelitian yang meliputi variabel dependen (perilaku pengunaan kontrasepsi) dan variabel independen (umur, pendidikan, tingkat kekayaan, sumber informasi, kunjungan dari petugas KB dan kunjungan ke fasilitas kesehatan).

4.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square dengan melihat hubungan antara variabel kategorik independen dan variabel kategorik dependen. Tingkat kepercayaan pada penelitian ini sebesar 95% dengan nilai α 0,05. Jika P value > 0.05 maka tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen. Sebaliknya jika P value ≤ 0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen.

Untuk melihat kekuatan hubungan antara variabel dependen dan independen maka dilihat nilai Odd Ratio (OR). Bila nilai OR = 1 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Jika nilai OR < 1 artinya variabel independen sebagai faktor protektif terhadap variabel dependen dan jika OR > 1 artinya variabel independen sebagai faktor risiko terhadap variabel dependen.


(1)

114

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Indeks kekayaan * Apakah

menggunakan Kontrasepsi 1183 100.0% 0 .0% 1183 100.0%

Indeks kekayaan * Apakah menggunakan Kontrasepsi Crosstabulation

Apakah menggunakan Kontrasepsi

Total

Tidak Ya

Indeks kekayaan Rendah Count 157 407 564

% within Indeks kekayaan 27.8% 72.2% 100.0%

Tinggi Count 105 514 619

% within Indeks kekayaan 17.0% 83.0% 100.0%

Total Count 262 921 1183

% within Indeks kekayaan 22.1% 77.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 20.238a 1 .000

Continuity Correctionb 19.613 1 .000

Likelihood Ratio 20.291 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 20.221 1 .000

N of Valid Casesb 1183

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 124,91. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

115

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Indeks

kekayaan (Rendah / Tinggi) 1.888 1.428 2.497

For cohort Apakah

menggunakan Kontrasepsi = Tidak

1.641 1.318 2.043

For cohort Apakah

menggunakan Kontrasepsi = Ya

.869 .816 .925

N of Valid Cases 1183

5.

Hubungan Sumber Informasi

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

sumber informasi * Apakah

menggunakan Kontrasepsi 1183 100.0% 0 .0% 1183 100.0%

sumber informasi * Apakah menggunakan Kontrasepsi Crosstabulation

Apakah menggunakan Kontrasepsi

Total

Tidak Ya

sumber informasi Tanpa media Count 203 642 845

% within sumber

informasi 24.0% 76.0% 100.0%

Media Elektronik Count 41 217 258

% within sumber

informasi 15.9% 84.1% 100.0%

Media Cetak Count 4 15 19

% within sumber

informasi 21.1% 78.9% 100.0%


(3)

116

% within sumber

informasi 23.0% 77.0% 100.0%

Total Count 262 921 1183

% within sumber

informasi 22.1% 77.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 7.617a 3 .055

Likelihood Ratio 8.053 3 .045

Linear-by-Linear Association 1.914 1 .167

N of Valid Cases 1183

a. 1 cells (12,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,21.

6.

Hubungan Kunjungan Petugas KB

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Visited by family planning worker last 12 months * Apakah menggunakan Kontrasepsi

1183 100.0% 0 .0% 1183 100.0%

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Ste p 1a

sumber_informasi 7.504 3 .057

sumber_informasi(1) -.060 .315 .036 1 .850 .942 .508 1.746

sumber_informasi(2) .455 .349 1.703 1 .192 1.577 .796 3.124

sumber_informasi(3) .111 .640 .030 1 .863 1.117 .319 3.915

Constant 1.211 .304 15.822 1 .000 3.357


(4)

117

Visited by family planning worker last 6 months * Apakah menggunakan Kontrasepsi Crosstabulation

Apakah menggunakan Kontrasepsi

Total

Tidak Ya

Visited by family planning worker last 12 months

No Count 257 888 1145

% within Visited by family planning worker last 12 months

22.4% 77.6% 100.0%

Yes Count 5 33 38

% within Visited by family planning worker last 12 months

13.2% 86.8% 100.0%

Total Count 262 921 1183

% within Visited by family planning worker last 12 months

22.1% 77.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.840a 1 .175

Continuity Correctionb 1.341 1 .247

Likelihood Ratio 2.064 1 .151

Fisher's Exact Test .233 .120

Linear-by-Linear Association 1.838 1 .175

N of Valid Casesb 1183

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,42. b. Computed only for a 2x2 table


(5)

118

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Visited by family planning worker last 12 months (No / Yes)

1.910 .738 4.943

For cohort Apakah

menggunakan Kontrasepsi = Tidak

1.706 .748 3.888

For cohort Apakah

menggunakan Kontrasepsi = Ya

.893 .786 1.015

N of Valid Cases 1183

7.

Hubungan Kunjungan Ke Fasilitas Kesehatan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Visited health facility last 12 months * Apakah

menggunakan Kontrasepsi

1183 100.0% 0 .0% 1183 100.0%

Visited health facility last 12 months * Apakah menggunakan Kontrasepsi Crosstabulation

Apakah menggunakan Kontrasepsi

Total

Tidak Ya

Visited health facility last 12 months

No Count 190 595 785

% within Visited health facility

last 12 months 24.2% 75.8% 100.0%

Yes Count 72 326 398

% within Visited health facility

last 12 months 18.1% 81.9% 100.0%

Total Count 262 921 1183

% within Visited health facility


(6)

119

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.725a 1 .017

Continuity Correctionb 5.375 1 .020

Likelihood Ratio 5.869 1 .015

Fisher's Exact Test .018 .010

Linear-by-Linear Association 5.720 1 .017

N of Valid Casesb 1183

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 88,15. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Visited health facility last 12 months (No / Yes)

1.446 1.068 1.958

For cohort Apakah

menggunakan Kontrasepsi = Tidak

1.338 1.049 1.706

For cohort Apakah

menggunakan Kontrasepsi = Ya

.925 .871 .983


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

1 68 145

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 62 79

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Usia Menikah Pada Wanita Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

19 88 123

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

0 47 145

Analisa Pengaruh Pasangan Usia Subur Dan Pengguna Alat/Cara Kb Terhadap Angka Kelahiran Di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 1995-2009

0 27 72

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) dalam Menentukan Masa Subur di Kelurahan Sari Rejo Medan Tahun 2010.

5 65 53

Analisa Pengaruh Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS), Akseptor Dan Pendapatan Per Kapita Terhadap Tingkat Kelahiran Di Sumatera Utara

3 38 63

Pengaruh Persepsi Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Kanker Leher Rahim (KLR) dan Program Inspeksi Visual Asetat (IVA) Terhadap Pemanfaatan Pelayanan IVA Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tah

6 57 85

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita di Lingkungan VIII Kelurahan Kampung Lalang

2 45 86

99 DESKRIPTIF FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR (WUS) TIDAK MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI

0 0 10