BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh yang berkembang secara tidak terkendali sehingga pertumbuhannya
menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2004.
Insiden kanker berbeda-beda tiap negara, baik insidens keseluruhan maupun insidens spesifik. Insidens di Eropa Utara dan Amerika Utara umumya
tinggi 200-350 per 100.000 penduduk, di Eropa Selatan, Asia Barat dan Tengah, serta Amerika Tengah dan Selatan sedang 150-200 per 100.000
penduduk, dan di Asia Selatan, Timur, serta Afrika agak rendah 75-150 per 100.000 penduduk. Insidens kanker di Indonesia diperkirakan 180 per 100.000
penduduk Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2004. Salah satu kanker yang banyak menyerang wanita adalah kanker payudara.
Hampir sepertiga kanker yang didiagnosa pada wanita adalah kanker payudara. Kanker payudara sebenarnya juga dapat menyerang pria, namun hal ini jarang
terjadi. Wanita seratus kali lebih beresiko terkena kanker payudara dibanding pria Reksopradjo, 2004.
Diperkirakan 519.000 orang wanita meninggal akibat kanker payudara dan sebanyak 69 kematian tersebut terjadi di negara yang sedang berkembang
WHO, 2004. Insiden kanker payudara terus meningkat, saat ini lebih dari 170.000 kasus ditemukan pertahun. Insidennya bervariasi ditiap negara, tertinggi
di Swedia dengan rata-rata insiden 129,5100.000 wanita dan terendah di Jepang 37,0100.000 wanita International Opportunities in Cancer Management, SRI
International, 1994. Dinegara berkembang insiden lebih tinggi di Amerika Selatan, Karibia, Asia Barat dan Afrika Utara Reksopradjo, 2004.
Di Indonesia kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi nomor dua setelah kanker serviks dan terdapat kecendrungan meningkat dari
Universitas Sumatera Utara
tahun ke tahun. Jumlah kanker payudara di Indonesia didapatkan kurang dari 23.140 kasus baru setiap tahun. Menurut suatu penelitian di RS Cipto
Mangunkusumo mendapatkan stadium IIIA dan IIIB sebanyak 43,4, stadium IV sebanyak 14,3, berbeda dengan negara maju dimana kanker payudara
ditemukan lebih banyak dalam stadium dini Suyatno., dan Pasaribu, E.T., 2010.
Sebagian besar penderita kanker payudara datang ke dokter dengan stadium lanjut karena adanya keterlambatan pengobatan dan keterlambatan
diagnosa dini, sehingga prognosanya sudah buruk. Hal ini disebabkan karena sedikitnya wanita yang melakukan deteksi dini untuk menemukan kanker
payudara pada stadium awal. Dalam kenyataannya, banyak wanita datang ke dokter setelah menyadari ada benjolan yang terus membesar dan dibiarkan saja
setelah sekian lama, dengan alasan ekonomi dan khawatir harus dioperasi. Namun demikian usaha-usaha untuk penemuan dini early detection dapat
dilakukan dengan baik dengan mengikutsertakan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan health education.
Terdapat tiga cara untuk mendeteksi dini kanker payudara, yaitu pemeriksaan payudara sendiri SADARI atau breast self examination,
pemeriksaan oleh tenaga kesehatan dan mammografi. Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan dan dengan mammografi dianjurkan bila seseorang khususnya
wanita tergolong dalam resiko tinggi dan pada waktu tertentu, terutama bila usianya diatas 35 tahun Sjamsuhidajat R., dan De Jong, W., 1997.
Dari hasil observasi, 95 wanita mendeteksi dini kanker payudara dan 65 mendeteksi dini kanker tersebut pada stadium awal oleh dirinya sendiri.
Sehingga, dapat dikatakan kanker payudara lebih sering terdeteksi pertama kali oleh penderitanya sendiri. Selain itu, diperkirakan bahwa dengan melakukan
SADARI dapat mengurangi angka kematian. Begitu pentingnya untuk mengetahui dan melakukan SADARI sebagai deteksi dini namun masih banyak
wanita yang belum mengetahui dan menyadari pentingnya hal tersebut. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana sebenarnya masyarakat dalam
Universitas Sumatera Utara
mengetahui SADARI sebagai salah satu cara untuk mendeteksi dini kanker payudara.
1.2. Rumusan Masalah