Perbandingan Ukuran dan Bentuk Morfometrik Permukaan Kepala Beberapa Domba Lokal Indonesia

PERBANDINGAN UKURAN DAN BENTUK MORFOMETRIK
PERMUKAAN KEPALA BEBERAPA DOMBA LOKAL
INDONESIA

RANY PRATIWI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbandingan Ukuran
dan Bentuk Morfometrik Permukaan Kepala Beberapa Domba Lokal Indonesia
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Rany Pratiwi
NIM D14090105

ABSTRAK
RANY PRATIWI. Perbandingan Ukuran dan Bentuk Morfometrik Permukaan
Kepala Beberapa Domba Lokal Indonesia. Dibimbing oleh RINI HERLINA
MULYONO dan M. BAIHAQI.
Penelitian bertujuan untuk membandingkan ukuran dan bentuk kepala
domba ekor tipis (DET), batur, wonosobo, garut tangkas dan pedaging
berdasarkan akrokranion-prosthion (X1), basion-prosthion (X2), panjang rahang
bawah (X3), tinggi kepala (X4), tuber facial (X5), nasion-rhinion (X6), entorbitale
(X7), euryon (X8), supraorbitale (X9). Ternak yang digunakan sebanyak 111 ekor
(32 jantan dan 79 betina). Analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif, T2Hotelling dan analisis komponen utama. Perbedaan ukuran permukaan kepala
ditemukan antara galur domba penelitian. Penciri ukuran DET dan garut
pedaging adalah basion-prosthion dengan vektor eigen masing-masing +0.912
dan +0.928, sedangkan domba batur dan wonosobo adalah akrokranion-prosthion,
masing-masing +0.969 dan +0.902. Penciri bentuk DET, wonosobo dan garut

pedaging adalah panjang rahang bawah dengan vektor eigen masing-masing
+0.904, +0.836, dan +0.965, sedangkan domba batur adalah tinggi kepala dengan
vektor eigen +0.907. Penciri ukuran dan bentuk domba garut tangkas sama yaitu
pada tinggi kepala, dengan vektor eigen masing-masing +0.905 dan ‒0.406.
Kerumunan data kelompok garut tangkas dan pedaging terpisah, juga domba batur
dan wonosobo. Tumpang tindih ditemukan pada DET, garut tangkas, wonosobo
dan batur.
Kata kunci: analisis komponen utama, domba lokal Indonesia, ukuran dan bentuk
kepala

ABSTRACT
RANY PRATIWI. Comparison of Head’s Size and Shape Morfometric of
Indonesia Local Sheep. Supervised by RINI HERLINA MULYONO and M.
BAIHAQI.
The aim of this research was to compare the head size and shape of thintailed sheep (domba ekor tipis or DET), batur, wonosobo, and garut sheep
(fighting and meat types). The variables measured were akrokranion-prosthion
(X1), basion-prosthion (X2), mandibular (X3), head height (X4), facial tuber (X5),
nasion-rhinion (X6), entorbitale (X7), euryon (X8), supraorbitale (X9). There
were 111 heads of local sheep that used in research (32 rams and 79 ewes). Data
were analyzed by descriptive statistics, T2-Hotelling and principal component

analysis. Differences of head size surface among breeds were found in this
experiment. The head size discrimination of the DET and garut meat type was
basion-prosthion, since the eigen vektors are +0912 and +0928, respectively.
The head size discrimination of the batur and wonosobo sheep was
akrokranion-prosthion that their eigen vektors are +0969 and +0902
respectively. The head shape discrimination of DET, wonosobo and garut meat
type were mandibular which those eigen vektors are +0904, +0836, and +0965

respectively. The head shape discrimination of Batur sheep was head height with
the value of eigen vektor is +0907. The head size and shape discriminations on
garut fighting type sheep was head hight with eigen vektor values are +0905 and
-0406. Data clustered between garut fighting and meat types was separated. It also
happened between batur sheep and wonosobo sheep. Overlaping data was found
on DET, garut fighting-type, wonosobo and batur sheep.
Keywords: head size and shape, Indonesian local sheep, principal component
analysis

PERBANDINGAN UKURAN DAN BENTUK MORFOMETRIK
PERMUKAAN KEPALA BEBERAPA DOMBA LOKAL
INDONESIA


RANY PRATIWI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judu] Skripsi : Perbandingan Ukuran dan Bentuk Morfometrik Permukaan Kepala
Beberapa Domba Lokal Indonesia
: Rany Pratiwi
Nama
: D14090105

NIM

Disetujui oleh

M Baiha i
Pembimbing II

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Perbandingan Ukuran dan Bentuk Morfometrik Permukaan Kepala
Beberapa Domba Lokal Indonesia
Nama
: Rany Pratiwi
NIM
: D14090105

Disetujui oleh

Ir Rini H Mulyono, MSi
Pembimbing I


M Baihaqi, SPt MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga Penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul
”Perbandingan Ukuran dan Bentuk Morfometrik Permukaan Kepala Beberapa
Domba Lokal Indonesia”. Shalawat dan salam Penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya yang menjadi suri tauladan manusia.
Terimakasih Penulis ucapkan kepada Ir Rini Herlina Mulyono, MSi dan M
Baihaqi, SPt MSc sebagai pembimbing, Dr Ir Asep Sudarman, M Rur Sc dan Ir

Sri Rahayu, MSi sebagai penguji sidang, Edit Lesa A, SPt MSc sebagai panitia
ujian sidang, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, Dinas
Pertanian Perikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara, Dinas Pertanian
Kabupaten Garut, bapak Mishad, bapak Sugiarto, bapak Yono, Pak Guru, Firman,
Tatan dan Emak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, adik, Hima, Irvandri,
Nuris, Komang Alit, Roaslein, Adhitya, Dofactora, Reza, Tommy, Aldi, Muthia,
Meyriandini dan teman-teman yang lain atas segala doa dan dukungannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Rany Pratiwi
NRP D14090105

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ukuran-ukuran Permukaan Kepala Beberapa Domba Lokal Indonesia
Hasil Statistik T2-Hotelling
Ukuran dan Bentuk Kepala Beberapa Domba Lokal Indonesia dan
Diagram Kerumunan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

vi
vi

1
1
1
1
2
2
2
2
2
5
5
7
8
16
16
16
17
18

DAFTAR TABEL


1. Rincian Domba Penelitian
2. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman ukuran permukaan
kepala domba jantan penelitian
3. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman ukuran permukaan
kepala domba betina penelitian
4. Hasil uji T2-Hotelling antara jantan dan betina pada masing-masing
galur domba penelitian
5. Hasil uji T2-Hotelling jantan dan betina antara galur domba penelitian
6. Persamaan ukuran dan bentuk kepala pada DET
7. Korelasi antara ukuran atau bentuk terhadap setiap peubah permukaan
linear kepala DET
8. Persamaan ukuran dan bentuk kepala pada domba batur
9. Korelasi antara ukuran atau bentuk terhadap setiap peubah permukaan
kepala domba batur
10. Persamaan ukuran dan bentuk kepala pada domba wonosobo
11. Korelasi antara ukuran atau bentuk terhadap setiap peubah permukaan
linear kepala domba wonosobo
12. Persamaan ukuran dan bentuk kepala pada domba garut tangkas
13. Korelasi antara ukuran atau bentuk terhadap setiap peubah permukaan

linear kepala domba garut tangkas
14. Persamaan ukuran dan bentuk kepala pada domba garut pedaging
15. Korelasi antara ukuran atau bentuk terhadap setiap peubah permukaan
linear kepala domba garut pedaging
16. Penciri ukuran dan bentuk pada galur domba penelitian

2
5
6
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13

DAFTAR GAMBAR
1.
2.

Peubah yang diamati
Kerumunan data pada domba ekor tipis, batur, wonosobo, garut
tangkas, dan garut pedaging berdasarkan skor ukuran dan skor bentuk
kepala

3

14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
DJPKH atau Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
menyatakan bahwa populasi domba meningkat dari sekitar 10 725 488 ekor pada
2010 menjadi 11 791 000 ekor pada tahun 2011. Peningkatan populasi domba
tersebut diiringi dengan peningkatan permintaan karena peningkatan pendapatan
masyarakat yang dikaitkan dengan peran ternak domba yang berhubungan
dengan sosial budaya dan agama masyarakat, sebagai ternak penghasil daging
untuk dikonsumsi, ternak untuk keperluan akikah dan ternak korban Idul Adha.
Domba terkonsentrasi di Jawa Barat dan Jawa Tengah, sehingga pengamatan
domba pada penelitian ini dilakukan di lokasi Jawa Barat dan Jawa Tengah, yaitu
Domba ekor tipis (DET), garut, batur dan wonosobo merupakan domba yang telah
beradaptasi baik dengan iklim Indonesia. Domba garut, batur dan wonosobo
merupakan domba lokal hasil silangan dengan domba unggul luar Indonesia.
Setiap jenis domba lokal memiliki karakteristik morfometrik kepala yang
diwariskan secara genetik, sehingga penelitian ini dilakukan untuk menentukan
perbedaan ukuran (size) dan bentuk (shape) permukaan kepala antara galur DET,
garut tangkas, garut pedaging, batur dan wonosobo. Ukuran dan bentuk
permukaan kepala domba tersebut berkaitan dengan kondisi tengkorak (cranium).
Analisis morfometrik yang bervariasi dalam bentuk dan proporsi tulang tengkorak
dipengaruhi oleh pengaruh faktor genetik dan lingkungan. Sebuah studi
menerangkan bahwa evolusi berkorelasi dengan karakter tengkorak dan berperan
selektif dalam adaptasi morfologi (Parés et al. 2010).

Tujuan Penelitian
1. Memperoleh informasi genetik karakteristik morfometrik berdasarkan
ukuran (size) dan bentuk (shape) kepala pada domba ekor tipis (DET),
batur, wonosobo, garut tangkas dan pedaging.
2. Menentukan penciri ukuran (size) dan bentuk (shape) kepala pada domba
penelitian.
3. Mengidentifikasi pengelompokkan masing-masing populasi domba lokal
yang divisualisasikan dalam diagram kerumunan.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan DET, domba batur, domba wonosobo, domba
garut tangkas dan pedaging umur 1.5-2.0 tahun (I2). Akranion-prosthion (X1),
basion-prosthion (X2), panjang rahang bawah (X3), tinggi kepala (X4), tuber
facial (X5), nasion-rhinion (X6), entorbitale (X7), euryon (X8), supraorbitale (X9)
dengan pendekatan T2-Hotelling, analisis komponen utama dan visualisasi
diagram kerumunan.

2

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012 sampai Pebruari
2013. Penelitian DET dilaksanakan di UP3J (Unit Pendidikan Penelitian
Peternakan Jonggol) Fakultas Peternakan IPB Kecamatan Jonggol, domba batur di
Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, domba wonosobo di Kecamatan
Kejajar Kabupaten Wonosobo dan domba garut tangkas dan pedaging di
kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut.
Bahan
Domba yang digunakan dalam penelitian terdiri atas DET, batur, wonosobo,
garut tangkas dan garut pedaging sebanyak 111 ekor, dengan rincian pada Tabel
1. Domba jantan dan betina penelitian berumur 1.5-2.0 tahun (kondisi gigi I2),
yaitu pada saat domba dalam kondisi dewasa tubuh.
Tabel 1 Rincian Domba Penelitian

Alat
Alat yang digunakan meliputi jangka sorong digital, kaliper, tali untuk
handling domba, wearpack, lembar data, alat tulis dan kamera. Pengolahan data
dan diagram kerumunan dibantu dengan Minitab® 16.1.0.

Prosedur
Bagian-bagian pengukuran permukaan kepala domba (craniometrics)
dijadikan peubah penelitian seperti yang dilakukan oleh Damayanti (2004)
berdasarkan metode Hayashi et al. (1980). Kaliper digunakan untuk pengukuran
Akrokranion–prosthion (X1), basion–prosthion (X2), panjang rahang bawah (X3),
tinggi kepala (X4) dan tuber facial kiri–kanan (X5), sedangkan jangka sorong

3
untuk nasion–rhinion (X6), entorbitale kiri–kanan (X7), euryon kiri–kanan (X8)
dan supraorbitale kiri–kanan (X9).
Akrokranion–prosthion (X1) diukur dari ujung tulang tengkorak sampai
batas titik tepi bawah rahang atas, basion–prosthion (X2) dari batas pangkal tulang
baji sampai titik tepi bawah rahang atas, panjang rahang bawah (X3) dari ujung
titik tepi bawah rahang atas sampai pangkal rahang bawah, tinggi kepala (X 4) dari
ujung tulang tengkorak sampai tulang rahang bawah, tuber facial kiri–kanan (X5)
dari ujung tulang pipi kiri sampai ujung tulang pipi kanan, nasion–rhinion (X6)
dari pangkal hidung sampai tulang hidung bagian bawah, entorbitale kiri–kanan
(X7) dari pangkal entorbitale (lekuk mata) kiri sampai pangkal entorbitale kanan,
euryon kiri–kanan (X8) atau lebar kepala dari pelipis sebelah kiri sampai pelipis
sebelah kanan, supraorbitale kiri–kanan (X9) dari tulang di atas lekuk mata kiri
sampai kanan.

Gambar 1 Peubah yang diamati

Analisis Data
Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman pada masing-masing
peubah diolah berdasarkan rumus Walpole (1982). Uji T2-Hotelling digunakan
untuk membedakan ukuran-ukuran permukaan kepala antara galur domba
penelitian.
Pengujian T2-Hotelling berdasarkan Gaspersz (1992) dengan
membentuk hipotesis sebagai berikut:
H0 : U1 = U2 : Jika vektor rata-rata kelompok domba ke-1 sama dengan ke-2
H1 : U1 ≠ U2: Jika vektor rata-rata kelompok domba ke-1 tidak sama dengan ke-2
Rumus T2-Hotelling menurut Gaspersz (1992) sebagai berikut :

4

Keterangan:
T2
F
n1
n2
SG1
P

= nilai T2-Hotelling
= nilai hitung T2-Hotelling
= jumlah data pengamatan pada kelompok domba ke-1
= jumlah data pengamatan pada kelompok domba ke-2
= invers matriks gabungan
= banyak peubah yang diukur
= vektor nilai rata-rata peubah acak dari kelompok domba ke-1
= vektor nilai rata-rata peubah acak dari kelompok domba ke-2

Analisis Komponen Utama (AKU)
Analisis Komponen Utama (AKU) digunakan untuk menentukan ukuran
dan bentuk pada masing-masing kelompok domba penelitian. Persamaan AKU
diturunkan dari matriks kovarian. Persamaan ukuran disetarakan dengan
persamaan komponen utama pertama dan bentuk dengan persamaan komponen
utama kedua. Persamaan ukuran dan bentuk berdasarkan persamaan AKU
menurut Gaspersz (1992) yang dimodifikasi sebagai berikut:

Keterangan:
Y1
= skor ukuran
Y2
= skor bentuk
X1, X2, X3, …, X9 = peubah ukuran kepala domba penelitian
a1
= vektor eigen untuk skor ukuran
a2
= vektor eigen untuk skor bentuk

Diagram Kerumunan
Diagram kerumunan dibuat berdasarkan perolehan skor ukuran (sumbu X)
dan skor bentuk kepala (sumbu Y). Setiap plot pada diagram kerumunan
mencerminkan data setiap individu berdasarkan persamaan ukuran dan bentuk
pada setiap galur domba penelitian. Pembentukan kerumunan diantara kelompokkelompok galur kemudian diperbandingkan.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ukuran-ukuran Permukaan Kepala Beberapa Domba Lokal Indonesia
Hasil statistik deskriptif disajikan pada Tabel 2 dan 3. Ukuran kepala DET
baik pada jantan maupun betina berukuran terkecil, dengan keseragaman yang
tinggi, karena memiliki koefisien keragaman yang rendah pada peubah ukuran
permukaan kepala, terutama pada jantan. Ukuran-ukuran permukaan kepala
bukan merupakan peubah yang diperhatikan oleh peternak, mengindikasikan
bahwa alam berperanan dalam menyeleksi sifat-sifat tersebut sehingga
meningkatkan keseragaman.
Tabel 2 Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman ukuran permukaan
kepala domba jantan penelitian

Keterangan: n=jumlah sampel; DET=Domba Ekor Tipis; X1=akrokranion-prosthion; X2=basionprosthion; X3=panjang rahang bawah; X4=tinggi kepala; X5=tuber facial; X6=nasion-rhinion;
X7=entorbitale; X8=euryon; X9=supraorbitale; persen di dalam tanda kurung menunjukkan
koefisien keragaman

Sistem pemeliharaan DET di UP3J semi intensif bukan intensif seperti
pada domba batur, wonosobo dan garut. Seleksi peternak terhadap ukuran kepala
kurang bahkan tidak dilakukan, kecuali pada domba tipe tangkas. Eksistensi
DET lebih awal dibandingkan galur domba lain pada penelitian ini. Peran

6
alam dalam menyeleksi sifat-sifat ukuran permukaan kepala DET memungkinkan
bagian-bagian kepala tertentu berkembang dan dapat berfungsi baik atau
beradaptasi sesuai dengan kondisi UP3J.
Menurut Mulliadi (1996) domba tipe tangkas memerlukan ukuran kepala
yang lebih kuat dan besar untuk mempertahankan diri. Sifat agresif pada domba
tipe tangkas selalu diperlihatkan dengan tingkah laku menanduk-nanduk segala
sesuatu yang merupakan ancaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perolehan koefisien keragaman ukuran permukaan kepala pada garut tangkas
jantan yang tinggi mengindikasikan bahwa ukuran permukaan kepala masih dapat
terus ditingkatkan, meskipun pada penelitian ini ukuran permukaan kepala garut
tangkas paling besar.
Tabel 3 Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman ukuran permukaan
kepala domba betina penelitian

Keterangan : n=jumlah sampel; DET=Domba Ekor Tipis; X 1=akrokranion-prosthion; X2=basionprosthion; X3=panjang rahang bawah; X4=tinggi kepala; X5=tuber facial; X6=nasion-rhinion;
X7=entorbitale; X8=euryon; X9=supraorbitale; persen di dalam tanda kurung menunjukkan
koefisien keragaman

Ozcan et al. (2010) menyatakan bahwa bentuk dan ukuran dari tengkorak
domba bervariasi tergantung spesies dan jenis kelamin. Ukuran tersebut
merupakan sifat kuantitatif. Sifat ini sebagian diatur oleh perbedaan-perbedaan
genetik. Warwick et al. (1990) menyatakan bahwa sifat kuantitatif sangat
dipengaruhi oleh perbedaan lingkungan. Pada penelitian ini sifat kuantitatif yang

7
diamati memiliki heritabilitas tinggi. Menurut Supriyantono dan Irianti (2007)
heritabilitas ukuran-ukuran tulang lebih besar dibandingkan dengan sifat bobot
badan dan reproduksi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sifat kuantitatif ini
banyak dipengaruhi oleh genetik. Warwick et al. (1990) menyatakan bahwa sifat
kuantitatif tidak dapat dipisahkan menjadi kelompok terputus dan mudah
dibedakan sehingga diperlukan suatu metode statistik untuk mencirikan sifat
tersebut.
Hasil Statistik T2-Hotelling
Hasil T2-Hotelling ukuran-ukuran linear permukaan kepala antara jantan dan
betina pada masing-masing galur disajikan pada Tabel 4 (P