Sintesis dan Pencirian Hidroksiapatit Berbahan Dasar Cangkang Telur Bebek
SINTESIS
S
S DAN PE
ENCIRIA
AN HIDR
ROKSIAP
PATIT
BE
ERBAHA
AN DASA
AR CANG
GKANG TELUR
T
B
BEBEK
WAHY
YUNI RIICHA SAR
RI
DEP
PARTEME
EN KIMIA
A
FAKU
ULTAS MA
ATEATIK
KA DAN IL
LMU PEN
NGETAHU
UAN ALA
AM
INSTITUT PERTA
ANIAN BO
OGOR
BOGO
OR
2013
3
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sintesis dan Pencirian
Hidroksiapatit Berbahan Dasar Cangkang Telur Bebek adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Wahyuni Richa Sari
NIM G44086008
iv
ABSTRAK
WAHYUNI RICHA SARI. Sintesis dan Pencirian Hidroksiapatit Berbahan Dasar
Cangkang Telur Bebek. Dibimbing oleh CHARLENA dan HENNY
PURWANINGSIH SUYUTI.
Hidroksiapatit (HAp) termasuk dalam kelompok senyawa kalsium fosfat.
Cangkang telur bebek sebagian besar mengandung kalsium karbonat, yang dapat
digunakan sebagai bahan awal dalam pembuatan HAp. Hidroksiapatit disintesis
menggunakan metode kering dengan variasi suhu 800, 1000, dan 1200 °C dan
(NH4)2HPO4 sebagai sumber fosforus. Profil difraktogram sinar-X
memperlihatkan terbentuknya HAp disertai dengan senyawa apatit lainnya, yaitu
apatit karbonat tipe A, apatit karbonat tipe B, oktakalsium fosfat, α- dan βtrikalsium fosfat, serta tetrakalsium fosfat. Derajat kristalinitas dan ukuran kristal
meningkat seiring dengan meningkatnya suhu pemanasan.
Kata kunci: cangkang telur bebek, hidroksiapatit, kalsium fosfat, metode kering
ABSTRACT
WAHYUNI RICHA SARI. Synthesis and Characterization of Duck EggshellBased Hydroxyapatite. Supervised by CHARLENA dan HENNY
PURWANINGSIH SUYUTI.
Hydroxyapatite (HAp) is a kind of calcium phosphate compounds. Duck
eggshell contains mostly calcium carbonate, which can be used as a starting
material for HAp formation. HAp was synthesized by using dry method with
variation temperatures of 800, 1000, and 1200 °C and (NH4)2HPO4 as the
phosphorus source. X-ray diffractogram profiles showed that HAp has been
formed accompanied by other apatite compounds: carbonate apatite type A and B,
octacalcium phosphate, α- and β-tricalcium phosphate, and tetracalcium
phosphate. The degree of crystallinity and crystal size increased with increasing
heating temperature.
Key words: calcium phosphate, dry method, duck eggshell, hydroxyapatite
vi
SINTESIS DAN PENCIRIAN HIDROKSIAPATIT
BERBAHAN DASAR CANGKANG TELUR BEBEK
WAHYUNI RICHA SARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
viii
Judul Skripsi : Sintesis dan Pencirian Hidroksiapatit Berbahan Dasar Cangkang Telur
Bebek
Nama
: Wahyuni Richa Sari
Nim
: G44086008
Disetujui
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr Charlena, MSi
NIP 196712221994032002
Dr Henny Purwaningsih S, SSi, MSi
NIP 197412012005012001
Diketahui
Ketua Departemen Kimia,
Prof Dr Tun Tedja Irawadi, MS
NIP 195012271976032002
Tanggal Lulus:
10
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini ialah Sintesis dan
Pencirian Hidroksiapatit Berbahan Dasar Cangkang Telur Bebek.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Dr Charlena, MSi dan Dr
Henny Purwaningsih S, SSi, MSi yang telah membantu dan membimbing dalam
penelitian ini. Terima kasih pula kepada Ibu, Bapak, Adik, dan rekan-rekan
Ekstensi Kimia IPB Angkatan II. Penelitian ini dapat terselesaikan juga atas
dorongan semangat dan bantuan dari sahabat-sahabatku Umi, Gusur, Lia, Pipit,
Marta, dan Intan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi
penulis maupun pembaca.
Bogor, April 2013
Wahyuni Richa Sari
12
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
METODE ....................................................................................................
1
Bahan dan Alat ....................................................................................
1
Lingkup Penelitian ..................................................................................
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kalsinasi Serbuk Cangkang Telur Bebek ......................................
3
Hasil Sintesis Hidroksiapatit dan Turunannya ........................................
6
Spektrum FTIR Produk Sintesis Hidroksiapatit .....................................
9
Mikrograf Produk Sintesis Hidroksiapatit. . ........................................... 11
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ................................................................................................. 11
Saran ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ ......... 12
LAMPIRAN ................................................................................................. 14
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 33
14
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kristalinitas dan rerata ukuran kristal sampel ..................................................... 9
2 Nilai bilangan gelombang spektrum FTIR ......................................................... 10
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
Halaman
Termogram diferensial cangkang telur bebek..................................................... 4
Difraktogram sinar-X serbuk cangkang telur bebek setelah kalsinasi pada
suhu 1000 °C selama 6 jam ................................................................................. 5
Mikrograf serbuk cangkang telur bebek setelah kalsinasi pada suhu 1000
°C dengan perbesaran 500 × ............................................................................... 5
Difraktogram sinar-X produk sintesis hidroksiapatit dengan metode kering
pada suhu 800 °C (a), 1000 °C (b), dan 1200 °C (c) .......................................... 7
Spektrum FTIR produk sintesis hidroksiapatit dengan metode kering pada
suhu 800 °C (─), 1000 °C (─), dan 1200 °C (─) ................................................ 10
Mikrograf HAp hasil kalsinasi pada suhu 800 ºC (a), 1000 ºC (b), dan
11
1200 ºC (c)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan alir penelitian ........................................................................................... 14
2 Perhitungan massa pembentukan hidroksiapatit ................................................. 15
3 Perhitungan kadar kalsium dalam cangkang telur bebek .................................... 17
4 Data JCPDS …………………………………………………...……................ 18
5 Tabel data ukuran kristal sampel hasil analisis XRD ......................................... 22
1
PENDAHULUAN
Implantasi adalah salah satu upaya merehabilitasi jaringan tulang yang
rusak (patah atau retak) dan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel jaringan
untuk memperbaiki kerusakan tulang. Pada pembentukan tulang, sel-sel tulang
keras membentuk senyawa kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Senyawa
kalsium fosfat ini memberikan sifat keras dalam jaringan tulang dan dikenal
sebagai kristal apatit (Dahlan et al. 2009). Senyawa hidroksiapatit (HAp) sintetik
lazim digunakan dalam dunia kedokteran saat ini sebagai salah satu bahan untuk
implantasi. Akan tetapi, harganya sangat mahal sehingga sulit dijangkau oleh
masyarakat luas. Oleh karena itu, dikembangkan bahan biomaterial alami sebagai
alternatif bahan rehabilitasi yang sama baiknya, tetapi terjangkau oleh
masyarakat. Struktur jaringan yang rusak dapat digantikan tanpa menimbulkan
efek negatif seperti kerusakan jaringan keras tubuh berupa kecacatan struktur
tulang.
Berbagai teknik pernah dikembangkan untuk sintesis HAp, di antaranya
metode kering, metode basah, reaksi hidrotermal, dan sol-gel (Balamurugan et al.
2006; Kahoe 2008). Berbagai bahan baku telah digunakan, antara lain tulang sapi,
batu gamping, dan cangkang telur sebagai sumber kalsium, serta (NH4)2HPO4,
H3PO4, dan P2O5 sebagai sumber fosforus (Muntamah 2011).
Cangkang telur bebek yang berasal dari limbah rumah tangga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku HAp karena memiliki kandungan CaCO3 cukup
tinggi, yaitu 96.48% (Arunlertaree et al. 2007). Dahlan et al. (2009) telah
menyintesis HAp dari campuran cangkang telur ayam dengan (NH4)2HPO4
menggunakan metode kering. Metode kering merupakan reaksi fase padat tanpa
melibatkan pelarut.
Penelitian ini bertujuan menyintesis dan mencirikan biomaterial HAp
dengan memanfaatkan limbah cangkang telur bebek sebagai sumber kalsium. Dari
hasil penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan senyawa apatit yang dapat
dimanfaatkan secara komersial pada bidang kesehatan dengan harga yang
ekonomis. Penelitian diawali dengan kalsinasi cangkang telur bebek untuk
mendapatkan CaO. Produk kalsinasi ini dicirikan dengan menggunakan
difraktometer sinar-X (XRD) dan mikroskop elektron pemayaran (SEM). Setelah
itu, HAp disintetis dengan mereaksikan serbuk CaO hasil pemanasan cangkang
telur bebek sebagai sumber kalsium dan diamonium hidrogen fosfat
[(NH4)2HPO4] sebagai sumber fosforus dengan metode kering dan menggunakan
variasi suhu. Produk HAp dicirikan kembali dengan menggunakan XRD,
spektrofotometer inframerah transformasi Fourier (FTIR), dan SEM.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah cangkang telur bebek, (NH4)2HPO4,
HNO3 pekat, KBr, dan air suling. Peralatan analitis yang digunakan adalah
2
peralatan kaca, neraca analitik, krus, lumpang, lempeng pemanas berpengaduk,
tanur, spektrofotometer serapan atom (SSA) Hitachi Z2000 di Laboratorium Balai
Besar Teknik Kesehatan Lingkungan & Pengendalian Penyakit Jakarta,
penganalisis termal diferensial (DTA) Shimadzu DTG-60H di Laboratorium
Mineralogi, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, IPB,
spektrofotometer FTIR Simadzu IRPrestige-21 di Laboratorium Terpadu, IPB,
serta SEM Bruker Zeiss Evo, XRD Shimadzu 7000 di Laboratorium Pengujian
Hasil Hutan, Balai Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan
dan Pengolahan Hasil Hutan, Bogor.
Lingkup Penelitian
Hidroksiapatit pada penelitian ini disintesis dengan metode kering
(Lampiran 1). Sumber kalsium yang digunakan adalah cangkang telur bebek,
sedangkan fosforus berasal dari (NH4)2HPO4. Pada tahap pertama, dilakukan
penentuan kadar kalsium dan analisis DTA pada cangkang telur bebek. Tahap
kedua ialah kalsinasi cangkang telur bebek, lalu tahap ketiga adalah pencirian
CaO hasil kalsinasi menggunakan XRD dan SEM. Tahap keempat, ialah sintesis
HAp menggunakan metode kering dengan variasi suhu 800, 1000, dan 1200 °C,
dilanjutkan dengan tahap kelima, yaitu pencirian hasil sintesis menggunakan
XRD, FTIR, dan SEM.
Preparasi Serbuk Cangkang Telur Bebek
Cangkang telur bebek dicuci dengan air suling berulang kali untuk
menghilangkan pengotornya. Setelah itu, dikeringudarakan dan dihaluskan.
Serbuk cangkang kemudian disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup.
Analisis Kadar Kalsium dalam Cangkang Telur Bebek
Serbuk cangkang telur bebek ditimbang sebanyak 0.1 g dan ditambahkan 10
mL HNO3 pekat dalam erlenmeyer 50 mL. Sampel didestruksi pada suhu 110 °C
selama 1 jam kemudian didinginkan. Hasil destruksi diencerkan dengan 100 mL
air suling dan disaring. Ekstrak dianalisis dengan SSA untuk mengukur kadar
kalsium pada cangkang telur bebek.
Analisis dengan DTA
Serbuk cangkang telur bebek yang sudah bersih diuji dengan DTA untuk
menentukan suhu ketika CaCO3 berubah menjadi CaO. Analisis dilakukan pada
rentang suhu 0 hingga 1000 °C selama 50 menit.
Kalsinasi Serbuk Cangkang Telur Bebek
Serbuk cangkang telur bebek dikalsinasi pada suhu 1000 °C selama 6 jam.
Serbuk CaO hasil kalsinasi disimpan di desikator sebelum digunakan.
Sintesis Hidroksiapatit dengan Reaksi Kering (modifikasi Dahlan et al. 2009)
Cangkang telur bebek yang sudah dikalsinasi dan (NH4)2HPO4 ditimbang
dengan nisbah Ca/P 5:3 (Lampiran 2), dihomogenkan dengan lumpang dan
pengaduk dengan kecepatan 400 rpm selama 2 jam. Campuran dipanaskan pada
suhu 800, 1000, dan 1200 °C masing-masing selama 2 jam.
3
Pencirian dengan XRD
Produk kalsinasi dan produk sintesis HAp dengan ketiga ragam suhu
dicirikan dengan XRD untuk menentukan fase yang terkandung di dalam sampel.
Sampel berbentuk serbuk sebanyak 200 mg ditempatkan dalam lempeng
aluminium berukuran (2×2) cm2 dengan bantuan perekat pada difraktometer,
kemudian dibuat difraktrogramnya.
Pencirian dengan FTIR
Produk sintesis HAp dengan ketiga ragam suhu disiapkan sebanyak 2 mg.
Setelah itu, dicampur dengan 100 mg KBr dan dibuat pelet. Analisis FTIR
dilakukan dengan jangkauan bilangan gelombang 4000−400 cm-1.
Pencirian dengan SEM
Analisis struktur dengan SEM dilakukan pada produk kalsinasi dan ketiga
produk sintesis HAp. Sampel diletakkan pada lempeng aluminium yang memiliki
2 sisi dan difoto mikrografnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kalsinasi Serbuk Cangkang Telur Bebek
Semua cangkang telur burung mengandung komponen mineral kalsium
karbonat (CaCO3) yang dikenal sebagai kalsit dan stabil pada suhu kamar (Nys et
al. 2004). Cangkang telur tersusun dari matriks organik (3.5%) yang terdiri atas
membran cangkang dan beberapa penyusun lain, melekat pada lapisan kalsium
karbonat (95%) (Nys dan Gautron 2007). Kadar kalsium dalam cangkang telur
bebek sebelum dikalsinasi, diukur menggunakan SSA adalah 75.12% (Lampiran
3).
Sintesis HAp diawali dengan melakukan kalsinasi cangkang telur bebek
pada suhu 1000 ºC selama 6 jam. Pemanasan bertujuan mengeliminasi komponen
organik dan mengubah senyawa kalsium karbonat (CaCO3) sebagai komponen
utama cangkang menjadi kalsium oksida (CaO). Reaksi yang terjadi ditunjukkan
di bawah ini:
CaCO3
CaO + CO2
Sebelum dilakukan proses kalsinasi, cangkang telur bebek terlebih dahulu
diuji dengan DTA. Pengujian ini bertujuan menentukan hubungan suhu dengan
komposisi kimia yang terkandung di dalam cangkang. Analisis ini berguna untuk
menentukan suhu optimum proses perubahan CaCO3 menjadi CaO. Analisis
dilakukan dari suhu 0 hingga 1000 °C selama 50 menit.
Gambar 1 menunjukkan peningkatan jumlah bobot cangkang telur bebek
yang hilang, seiring dengan kenaikan suhu. Pada suhu 0 hingga 700 °C, bobot
cangkang menurun secara perlahan karena pada rentang suhu tersebut, molekul air
menguap dan material protein organik terdekomposisi menjadi molekul yang
lebih sederhana seperti CO dan CO2. Penurunan bobot cangkang terjadi secara
4
cepatt pada suhuu 700 hinggga 850 °C karena terj
rjadi pelepaasan CO2 ddari CaCO3
yangg terkandungg dalam canngkang mem
mbentuk CaaO. Fase CaaO ini stabil dari suhu
850 hingga suhhu 1000 °C.
°
Bobot yang berku
urang selam
ma proses pengujian
canggkang telur bebek
b
dengaan DTA sebbesar 51.03%
%.
Gaambar 1 Termogram diiferensial caangkang tellur bebek
Kurva DT
TA dapat digunakan untuk meenentukan apakah deekomposisi
berlaangsung ekssotermik attau endoterm
mik. Prosess eksotermiik akan mennghasilkan
punccak, sedangkkan proses endotermikk akan men
nghasilkan lembah.
l
Deekomposisi
CaCO
O3 menjaddi CaO dan CO2 merupakaan proses endotermiik karena
mem
mbutuhkan kalor.
k
Pemilihan suhu kallsinasi sebeesar 1000 ºC berdassarkan hassil analisis
mengggunakan DTA
D
yang memberikan
m
n informasi bahwa padda suhu di aatas 850 °C
terbeentuk CaO dengan
d
konndisi yang stabil
s
hingg
ga suhu 10000 °C. Olehh sebab itu,
diharrapkan padaa suhu 10000 °C selurruh CaCO3 dalam canggkang sudaah berubah
menjjadi CaO.
Gambar 2 menunjukkkan pola diffraksi serbu
uk cangkangg telur bebeek sesudah
prosees kalsinasii. Hasilnya sesuai denngan data Joint
J
Crystal Powder Difraction
Standdard (JCPD
DS) untuk CaO (Laampiran 4aa) dengan kristalinitass 98.69%.
Identtitas CaO ditunjukkan
d
n dengan puuncak-punccak kristal pada
p
sudutt 2θ 32.3°,
37.4°°, dan 53.9°°. Berdasarkkan hasil XR
RD tersebutt, proses kaalsinasi canggkang telur
bebek pada suhuu 1000 °C selama
s
6 jam
m telah men
nghasilkan fase
f
CaO.
5
Gambar 2 Difraktogram sinar-X serbuk cangkang telur bebek setelah kalsinasi
pada suhu 1000 °C, selama 6 jam
Serbuk CaO hasil kalsinasi harus disimpan di dalam wadah tertutup rapat
untuk menghindari masuknya CO2 dan H2O dari udara yang dapat mengganggu
proses pembentukan HAp. Struktur dan tekstur CaO tersebut diamati
menggunakan SEM yang hasilnya ditunjukkan oleh Gambar 3. Tekstur CaO hasil
kalsinasi memiliki pola yang tidak seragam dan terbentuk pori kecil di sela-sela
permukaan.
Gambar 3 Mikrograf serbuk cangkang telur bebek setelah kalsinasi pada suhu
1000 °C dengan perbesaran 500×
6
Hasil Sintesis Hidroksiapatit dan Turunannya
Hidroksiapatit (HAp) disintesis dengan metode kering melalui reaksi antara
serbuk CaO hasil kalsinasi sebagai sumber Ca dan diamonium hidrogen fosfat
[(NH4)2HPO4] sebagai sumber P. Kelebihan metode kering ialah sederhana dan
menghasilkan kristal yang lebih banyak (Pramanik et al. 2005). Dalam metode
ini, HAp disintesis menggunakan reaksi fase padat (padatan dengan padatan).
Prinsipnya adalah sifat dasar atom yang bervibrasi semakin cepat pada suhu yang
semakin tinggi (Dahlan et al. 2009).
Difraktrogram hasil sintesis HAp dengan pemanasan 800 °C (Gambar 4a)
memiliki beberapa puncak intensitas tertinggi yang berdasarkan kesesuaian
dengan data JCPDS menggambarkan fase berbeda, yaitu pada sudut 2θ 29.7°
dan 32.6° menunjukkan fase apatit karbonat tipe A (AKA) (Lampiran 4b), 27.7°
trikalsium fosfat (α-TCP) (Lampiran 4c), 28.9° hidroksiapatit (HAp) (Lampiran
4d), dan 35.3° tetrakalsium fosfat (TKF), Ca4(PO4)2O (Lampiran 4e). Puncak
lain yang menggambarkan fase HAp ialah 2θ 31.8° dan 32.2°. Selain itu, juga
terdapat fase trikalsium fosfat (β-TCP) dengan nilai 2θ 37.4°, 46.6°, dan 49.8°
sesuai data JCPDS pada Lampiran 4f. Puncak-puncak dengan intensitas sangat
kecil tidak diambil karena dianggap sebagai latar belakang atau derau.
Difraktrogram hasil sintesis HAp dengan pemanasan 1000 °C (Gambar 4b)
memperlihatkan puncak-puncak dengan intensitas tertinggi pada sudut 2θ 29.7°
(fase AKA), 31.1° (fase β-TCP), dan 34.5° [fase oktakalsium fosfat, OKF
(Lampiran 4g)]. Fase HAp ditunjukkan oleh sudut 2θ 28.9°, 31.8°, 53.0°, dan
54.5°. Fase α-TCP ditunjukkan oleh sudut 2θ 26.7° dan 27.8°. Fase β-TCP juga
ditunjukkan dengan sudut 2θ 49.8°. Selain itu, terdapat fase apatit karbonat tipe
B (AKB) yang ditunjukkan oleh sudut 2θ 47.0° sesuai data JCPDS pada
Lampiran 4h.
Difraktrogram hasil sintesis hidroksiapatit dengan pemanasan 1200 °C
(Gambar 4c) menunjukkan puncak-puncak dengan intensitas tertinggi pada sudut
2θ 27.8° (fase α-TCP), 31.1° dan 53.0° (fase β-TCP), dan 34.4° (fase OKF). Fase
HAp ditunjukkan oleh sudut 2θ 25.8° dan 28.9°. Selain itu, juga dihasilkan fase
AKA dengan sudut 2θ 29.6° dan 32.6°, serta fase AKB yang ditunjukkan oleh
sudut 2θ 47.0°.
Pada proses sintesis HAp dengan pemanasan 800 °C masih ditemukan
senyawa CaO dengan nilai 2θ 53.9° walaupun dengan intensitas yang kecil.
Sampel hasil sintesis HAp dengan pemanasan 1000 dan 1200 °C tidak lagi
menunjukkan puncak CaO tersebut. Hal ini sesuai dengan termogram pada
Gambar 1 yang menggambarkan bahwa CaO mulai terbentuk di suhu 800 °C dan
akan stabil pada suhu 850 hingga 1000 °C. Adanya puncak CaO disebabkan oleh
kurang tingginya suhu pemanasan sehingga reaksi belum berlangsung sempurna.
Hasil sintesis menggunakan metode kering dengan variasi suhu belum
menunjukkan terbentuknya senyawa HAp yang murni. Masih terdapat beberapa
fase senyawa apatit lainnya seperti OKF, α‐ dan β-TCP, AKA, AKB, dan TKF.
Keberadaan fase selain HAp seperti fase β-TCP tidak berbahaya dan tidak
memiliki efek samping ketika diimplan ke dalam mahluk hidup (Aoki 1991). Fase
β-TCP untuk keperluan medis memiliki sifat biodegradabel, bioaktif, dan
kelarutan yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk material implan tulang
(Hapsah 2012).
7
(c)
Gambar 4 Difraktogram sinar-X produk sintesis hidroksiapatit dengan metode
kering pada suhu 800 °C (a), 1000 °C (b), dan 1200 °C (c)
8
Fase HAp paling stabil di antara senyawaan kalsium fosfat lainnya pada
suhu ruang. Namun, selama pemanasan dengan suhu tinggi (sintering) fase HAp
dapat berubah menjadi senyawa kalsium fosfat yang lain. HAp dapat
terdekomposisi menjadi α- dan β-TCP, CaO, atau TKF pada suhu tertentu dan
bergantung pada atmosfer di sekitarnya (Assolant et al. 2002).
Pada semua hasil sintesis HAp terdapat fase β-TCP. Fase ini apabila
dipanaskan lebih lanjut dapat membentuk α-TCP. Perubahan fase HAp menjadi
TCP disebabkan oleh lepasnya gugus OH− (dan melepaskan uap air) sehingga
HAp mengalami dehidrasi. Fase TCP dapat terbentuk mulai dari suhu 600 oC
dengan sumber kalsium dari kalsium nitrat tetrahidrat (Ca(NO3)2⋅4H2O) dan
direaksikan dengan diamonium hidrogen ortofosfat ((NH4)2HPO4) (Assolant et al.
2002). Untuk mendapatkan HAp dengan densitas yang tinggi dan stabil, sintering
dilakukan sampai suhu tertentu dan dijaga agar tidak terjadi dekomposisi HAp
menjadi β-TCP atau senyawa lainnya. Suhu saat sintering ini merupakan salah
satu faktor yang dapat memengaruhi dekomposisi karena secara aktif permukaan
HAp dapat berinteraksi dengan atmosfer di sekitarnya pada suhu tertentu
(Arifianto 2006).
Pada awal pembuatan sampel HAp harus dipastikan bahwa yang terbentuk
hanya fase HAp, tidak ada fase lain. Jika fase α- dan β-TCP telah muncul, maka
setelah sintering, fase-fase tersebut akan memiliki intensitas puncak yang semakin
kuat pada difraktogram. Dengan kata lain, pembentukan α- dan β-TCP saat awal
pembuatan sampel akan meningkatkan dekomposisi selama sintering (Arifianto
2006).
Fase selain HAp terbentuk karena adanya ion karbonat dari karbon dioksida
di udara selama proses sintesis. Ion ini akan terperangkap dan menggantikan
posisi OH¯ pada kisi kristal HAp sehingga sulit dihilangkan. Kehadiran karbonat
akan menurunkan proses kristalisasi apatit. Difraktogram sinar-X (Gambar 4)
menunjukkan bahwa pada pemanasan 1200 ºC fase HAp tampak dalam fase βTCP yang lebih banyak disertai dengan peningkatan kristalinitas. Munculnya fase
OKF menunjukkan bahwa fase HAp belum terbentuk sempurna dan bahwa
pembentukan kristal apatit didahului oleh pembentukan kristal nonapatit.
Terbentuknya beberapa fase senyawa turunan apatit pada penelitian ini
disebabkan oleh ketidakhomogenan proses pencampuran antara CaO sebagai
sumber kalsium dan (NH4)2HPO4 sebagai sumber fosforus. Putaran pengaduk
hanya mencampur sebatas bidang datar saja, tidak ke segala arah. Hal ini sesuai
dengan yang dilaporkan Gergely et al. (2010) bahwa sintesis HAp dengan metode
kering dari serbuk garam anorganik atau oksida membutuhkan pencampuran
mekanik yang ekstensif dan perlakuan pada suhu tinggi.
Dahlan et al. (2009) menyintesis HAp dari bahan dasar cangkang telur ayam
menggunakan metode kering dengan variasi suhu reaksi 900 dan 1000 ºC. HAp
yang dihasilkan masih disertai senyawa apatit lainnya seperti AKA dan AKB. Hal
ini berarti peningkatan suhu sebesar 100 ºC tidak memberikan pengaruh yang
berarti pada reaksi kering CaO dengan (NH4)2HPO4. Pada penelitian ini
digunakan variasi suhu dengan selisih 200 ºC dan juga belum menghasilkan
senyawa HAp yang murni, pada suhu 1200 ºC selama 2 jam. Hal ini dapat
disebabkan oleh proses sintering yang kurang tepat. Seharusnya kenaikan suhu
pada proses sintering dilakukan secara bertahap agar reaksi berlangsung
sempurna.
9
Berdasarkan penelitian Hapsah (2012), sintesis HAp menggunakan metode
kering dengan variasi suhu 400, 600, 800, 1000, 1200 dan 1250 ºC juga
menghasilkan fase HAp dengan disertai senyawa lain, yaitu β-TCP, AKA, OKF,
Ca(OH)2, dan CaO. Difraktogram sinar-X hasil sintesis dengan metode keringsonikasi pada suhu 1250 ºC selama 3 jam dalam bentuk serbuk menghasilkan
puncak-puncak tertinggi 2θ berasal dari HAp, yaitu di 31.8º dan 32.9º, serta
mikrograf morfologi permukaan HAp yang lebih halus dan homogen.
Kristalinitas merupakan besaran yang menyatakan kandungan kristal dalam
suatu bahan dengan membandingkan luasan kurva kristalin dengan total luasan
amorf dan kristalin. Suhu pemanasan memengaruhi kristalinitas yang terbentuk.
Semakin teratur susunan atom dalam suatu bahan, semakin tinggi kristalinitasnya.
Suhu pemanasan yang semakin tinggi menyebabkan susunan atom dalam sampel
semakin teratur sehingga semakin banyak kristal yang terbentuk (Amrina 2008).
Kristalinitas berbanding lurus dengan ukuran kristal. Ukuran kristal semakin besar
seiring dengan kenaikan suhu proses sistesis HAp (Tabel 1). Kristalinitas yang
didapatkan ini belum menggambarkan senyawa HAp murni, tetapi diperoleh dari
campuran senyawa HAp dengan beberapa senyawa turunannya seperti OKF, α‐
dan β-TCP, AKA, AKB, dan TKF.
Tabel 1 Kristalinitas dan rerata ukuran kristal sampel
Suhu
(°C)
800
1000
1200
Kristalinitas
(%)
91.35
92.79
94.15
Rerata Ukuran
Kristal (nm)
106.92
109.91
112.09
*Data selengkapnya diberikan di Lampiran 5
Spektrum FTIR Produk Sintesis Hidroksiapatit
Secara umum, produk sintesis HAp dengan ketiga variasi suhu menunjukkan
pita serapan dari vibrasi regang simetris ( 1), regang asimetris ( 3), dan tekuk
asimetris ( 4 ) dari PO43‐, vibrasi tekuk simetris ( 2), 3, dan 4 dari CO32‐, serta
vibrasi regang OH¯ (Gambar 5). Posisi pita-pita serapan tersebut ditunjukkan
pada Tabel 2.
Pita serapan gugus OH¯ dengan rentang bilangan gelombang 3700−2500
cm-1 menunjukkan keberadaan H2O pada kristal apatit yang terbentuk. Sementara
pita serapan pada bilangan gelombang 611.43 cm-1 berasal dari gugus OH¯ yang
terikat ke fase HAp. Hal ini menunjukkan bahwa fase HAp terbentuk seiring
dengan kenaikan suhu sintering. Muntamah (2011) melaporkan bahwa serapan
PO43‐ pada spektrum HAp komersial berupa pita kecil pada bilangan gelombang
960 cm-1. Produk sintesis HAp dengan variasi suhu pada penelitian ini hanya
menghasilkan satu pita serapan pada bilangan gelombang tersebut. Hal ini
disebabkan oleh adanya ion CO32‐ yang menghambat terbentuknya kristal HAp.
Keberadaan ion CO32‐ dapat berasal dari bahan baku CaO atau dari udara bebas
selama proses homogenisasi dan sintering.
10
Gambar 5 Spektrum FTIR produk sintesis hidroksiapatit dengan metode kering
pada suhu 800 °C (─), 1000 °C (─), dan 1200 °C (─)
Tabel 2 Nilai bilangan gelombang penciri hidroksiapatit dalam spektrum FTIR
produk sintesis
Suhu
sintering
(°C)
800
1000
1200
Keterangan :
3‐
-1
Pita serapan PO4 (cm )
1
962.48
974.05
947.05
974.05
945.12
974.05
3
1002.98
1186.22
1045.42
1186.22
1045.42
1186.22
4
Pita serapan CO3
2
567.07 875.68
599.86
588.29
586.36
3
1415.75
1417.68
1489.05
1415.75
2‐
Pita
serapan
(cm )
OH¯ (cm-1)
4
680.87
3570.24
3641.60
725.23
611.43
725.23
3643.53
611.43
-1
1=
vibrasi regang simetris; 2= vibrasi tekuk simetris;
3= vibrasi regang asimetris; 4= vibrasi tekuk asimetris
Tabel 2 menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu sintering, semakin sedikit
jumlah pita serapan gugus CO32₋ pada produk sintesis. Selain itu, semakin sedikit
−
pula gugus OH dalam produk yang berasal dari H2O. Dalam kristal apatit, H2O
dapat berada di permukaan atau di dalam kristal. H2O di permukaan kristal apatit
akan hilang oleh pemanasan di bawah suhu 200 °C, sedangkan H2O di dalam
kristal akan hilang bila produk dipanaskan di atas suhu 200−800 °C (Soejoko dan
Wahyuni 2002).
Mikrograf Produk Sintesis Hidroksiapatit
Sampel selain dicirikan mengggunakan XRD untuk mengidentifikasi fase
kristal, juga dicirikan dengan SEM untuk mengamati morfologi permukaannya.
Mikrograf hasil sintesis HAp dengan variasi suhu diperoleh berupa kristal
beberapa senyawa apatit yang berkumpul dengan bentuk tidak seragam (Gambar
6). Hasil ini menunjukkan bahwa sintesis dengan metode kering belum
menghasilkan HAp yang sempurna. Dari ketiga mikrograf tersebut, terlihat bahwa
semakin tinggi suhu sintering, pori-pori semakin terbuka. Gergely et al. (2010)
melaporkan hasil SEM HAp hasil sintesis dengan metode kering berupa butiran
kasar berukuran nanometer yang menggumpal dengan permukaan halus.
Sementara morfologi HAp komersial dilaporkan berupa granul-granul yang
membentuk agregat. Ukuran granul tidak merata dan memiliki struktur yang halus
(Trianita 2012).
a
b
c
Gambar 6 Mikrograf HAp hasil kalsinasi pada suhu 800 ºC (a), 1000 ºC (b), dan
1200 ºC (c)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sintesis HAp menggunakan kalsium oksida yang berasal dari cangkang telur
bebek dan diamonium hidrogen fosfat menggunakan metode kering dengan
variasi suhu 800, 1000, dan 1200 ºC belum menghasilkan HAp murni. Masih
12
terdapat beberapa senyawa apatit lainnya seperti AKA, AKB, α-TCP, β-TCP,
OKF, dan TKF sebagaimana ditunjukkan oleh hasil difraktogram sinar-X.
Spektrum FTIR menunjukkan pita serapan gugus OH¯ yang terikat fase HAp pada
produk sintesis dengan suhu sintering 1000 dan 1200 ºC. Mikrograf SEM
menunjukkan permukaan produk sintesis HAp yang mengumpul dengan bentuk
tidak beraturan dan berpori.
Saran
Dibutuhkan pengondisian tertentu untuk menghindari keberadaan ion CO32‐
pada proses sintesis. Proses sintering dilakukan dengan kenaikan suhu yang
bertahap agar reaksi hidrotermal berjalan dengan sempurna. Variasi waktu
pengadukan pada metode kering juga diperlukan untuk menyempurnakan sintesis
HAp agar diperoleh HAp yang lebih murni.
DAFTAR PUSTAKA
Aoki H. 1991. Science and Medical Applications of Hydroxyapatite. Tokyo (JP):
Tokyo Medical and Dental Univ.
Amrina, QH. 2008. Sintesa hidroksiapatit dengan memanfaatkan limbah cangkang
telur: karakterisasi difraksi sinar-X dan scanning electron microscopy
(SEM) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Arifianto. 2006. Pengaruh atmosfer dan suhu sintering terhadap komposisi pelet
hidroksiapatit yang dibuat dengan sintesa kimia dengan pelarut air dan SBF
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Arunlertaree C, Kaewsomboon W, Kumsopa A, Pokethitiyook P,
Panyawathanakit P. 2007. Removal of lead from battery manufacturing
wastewater by egg shell. Songklanakarin J Sci Technol. 29:857-868.
Assolant DB, Ababou A, Champion E, Heughebaert M. 2002. Sintering of
calcium phosphate hydroxyapatite Ca10(PO4)6(OH)2 I. Calcination and
particle growth. J Eur Ceramic Soc. 23:229-241.
Balamurugan A, Michel J, Fauré J, Benhayoune H, Wortham L, Sockalingum G,
Banchet V, Bouthors S, Maquin DL, Balossier G. 2006. Synthesis and
structural analysis of sol gel derived stoichiometric monophasic
hydroxyapatite. Ceramics-Silikaty. 50(1):27-31.
Dahlan K, Prasetyanti F, Sari YW. 2009. Sintesis hidroksiapatit dari cangkang
telur menggunakan dry method. J Biofisika. 5(2):71-78.
Gergely G, We’ber F, Luka´cs I, To´th AL, Horva´th ZE, Miha´ly J, Bala´zsi C.
2010. Preparation and characterization of hydroxyapatite from eggshell.
Ceramics Int. 36:803-806.
Hapsah S. 2012. Perubahan fase padat pada pembentukan hidroksiapatit akibat
variasi suhu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kahoe S. 2008. Optimisation of hydroxyapatite (HAp) for orthopedic application
via the chemical prepicitation technique [tesis]. Dublin (IE): Dublin City
Univesity.
13
Muntamah. 2011. Sintesis dan karakterisasi hidroksiapatit dari limbah cangkang
kerang darah (Anadara granosa sp) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Nys Y, Gautron J. 2007. Structure and formation of the eggshell. Di dalam:
Huopalahti R, Lopez-Fandino R, Anton M, Schade R, editor. Bioactive Egg
Compounds. Berlin (DE): Springer-Verlag. Halaman 99-102.
Nys Y, Gautron J, Garcia-Ruiz JM, Hincke MY. 2004. Avian eggshell
mineralization: biochemical and functional characterization of matrix
protein. C R Palevol. 3:549-562.
Pramanik S, Agarwal AK, Rai KN. 2005. Development of high strength
hydroxyapatite for hard tissue replacement. Trends Biomater Artif Organs.
19(1):46-51.
Soejoko DS, Wahyuni S. 2002. Spektroskopi inframerah senyawa kalsium fosfat
hasil presipitasi. Makara Sains. 6(3):117-122.
Trianita VN. 2012. Sintesis hidroksiapatit berpori dengan porogen polivinil
alkohol dan pati [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
14
Lampiran 1 Bagan alir penelitian
Analisis kadar Ca dengan AAS
Preparasi cangkang telur bebek
`
Analisis DTA
Kalsinasi pada suhu 1000 °C
selama 6 jam
Sintesis HAp dengan metode kering:
CaO + (NH4)2HPO4
Dihomogenkan dengan lumpang dan
pengaduk dengan kecepatan 400 rpm
selama 2 jam
Campuran dipanaskan pada suhu 800,
1000, dan 1200 °C masing-masing
selama 2 jam.
Analisis XRD, FTIR, dan SEM
Analisis XRD dan SEM
15
Lampiran 2 Perhitungan massa pembentukan hidroksiapatit
Reaksi: 10CaO + 6(NH4)2HPO4
Ca10(PO4)6(OH)2 + 12NH3 + 8H2O
H = 1.0079 g/mol
P = 30.9738 g/mol
O = 15.9994 g/mol
Ca = 40.0780 g/mol Mr (NH4)2HPO4 = 132.0559 g/mol
•
N = 14.0067 g/mol
koef (NH4)2HPO4
mP=
Ar P
Mr (NH4)2HPO4
koef CaO
Mr (NH4)2PO4
6
30.9738 g/mol
132.0559 g/mol
=
10
132.0559 g/mol
= 18.5843 g
Mr (NH4)2HPO4
• m (NH4)2HPO4 = m P
Ar P
132.0559 g/mol
= 18.5843 g
30.9738 g/mol
= 79.2335 g
•
Ca/P = 1.67
Ca
= 1.67
18.5843 g
Ca = 31.0358 g
•
•
•
Mr CaO = 56.0774 g/mol
Mr CaO
m CaO = m Ca
Ar Ca
56.0774 g/mol
= 31.0358 g
40.0780 g/mol
= 43.4255 g
•
m CaO + m (NH4)2HPO4
10 g =
X
43.4255 g + 79.2335 g
10 g =
X
10 g X = 122.6590
X = 12.2659
16
lanjutan Lampiran 2
79.2335 g
•
m (NH4)2HPO4 yang akan ditimbang =
= 6.4596 g
12.2659
43.4255 g
• m CaO yang akan ditimbang =
= 3.5402 g
12.2659
• Nisbah CaO dan (NH4)2HPO4
Ca
.
g
%
%
. %
CaO
.
g
mP
18.5818 g
°100%
° 100%
23.46%
m (NH4)2HPO4
79.2335 g
17
Lampiran 3 Perhitungan kadar kalsium dalam cangkang telur bebek
Konsentrasi kalsium (x)
: 7.985 ppm
Bobot contoh (m)
: 0.1063 gram
Volume contoh (V)
: 100 mL
Faktor pengenceran (fp)
: 100
Persentase penjerapan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
% kadar kalsium =
x.V.fp
° 100%
m
7.985 ppm . 1 g/1000 mg . 100 mL . 1 L/1000 mL . 100
°100%
=
0.1063 g
= 75.12%
18
Lampiran 4 Data JCPDS
a. Data JCPDS kalsium oksida (CaO)
b. Data JCPDS apatit karbonat tipe A (AKA) (Ca10(PO4)6CO3)
19
lanjutan Lampiran 4
c. Data JCPDS trikalsium fosfat (α-TCP)
d. Data JCPDS hidroksiapatit
20
lanjutan Lampiran 4
e. Data JCPDS tetrakalsium fosfat (TKF)
f. Data JCPDS trikalsium fosfat (β-TCP)
21
lanjutan Lampiran 4
g. Data JCPDS oktakalsium fosfat (OKF)
h. Data JCPDS apatit karbonat tipe B (AKB) (Ca10(PO4)3(CO3)3(OH)2)
22
Lampiran 5 Data ukuran kristal sampel hasil analisis XRD
a. Hasil sintesis pada suhu 800 °C
0.1200
2θ
(rad)
0.3539
θ
(rad)
0.1769
2θ (°)
β (°)
20.2756
0.9844
β
(rad)
0.0021
67.2524
cos θ
L (nm)
20.6846
0.0600
0.3610
0.1805
0.9838
0.0010
134.5916
20.9141
0.0800
0.3650
0.1825
0.9834
0.0014
100.9808
21.8818
0.1800
0.3819
0.1910
0.9818
0.0031
44.9520
22.1462
0.0500
0.3865
0.1933
0.9814
0.0009
161.8999
22.4805
0.0600
0.3924
0.1962
0.9808
0.0010
134.9942
22.8298
0.1200
0.3985
0.1992
0.9802
0.0021
67.5383
23.0095
0.0800
0.4016
0.2008
0.9799
0.0014
101.3397
23.7181
0.0800
0.4140
0.2070
0.9787
0.0014
101.4694
24.0275
0.1600
0.4194
0.2097
0.9781
0.0028
50.7636
25.2904
0.0700
0.4414
0.2207
0.9757
0.0012
116.3110
25.8877
0.1133
0.4518
0.2259
0.9746
0.0020
71.9454
26.0408
0.0733
0.4545
0.2272
0.9743
0.0013
111.2405
26.4003
0.0867
0.4608
0.2304
0.9736
0.0015
94.1163
26.7117
0.2571
0.4662
0.2331
0.9730
0.0045
31.7585
26.9628
0.2000
0.4706
0.2353
0.9724
0.0035
40.8470
27.3573
0.0500
0.4775
0.2387
0.9716
0.0009
163.5238
27.7386
0.2177
0.4841
0.2421
0.9708
0.0038
37.5878
28.1762
0.0500
0.4918
0.2459
0.9699
0.0009
163.8128
28.4758
0.0500
0.4970
0.2485
0.9693
0.0009
163.9210
28.9712
0.2380
0.5056
0.2528
0.9682
0.0042
34.4753
29.6578
0.1969
0.5176
0.2588
0.9667
0.0034
41.7369
29.9191
0.1360
0.5222
0.2611
0.9661
0.0024
60.4631
30.1388
0.2400
0.5260
0.2630
0.9656
0.0042
34.2800
30.6383
0.1600
0.5347
0.2674
0.9645
0.0028
51.4810
30.8381
0.2880
0.5382
0.2691
0.9640
0.0050
28.6142
31.1827
0.0500
0.5442
0.2721
0.9632
0.0009
164.9556
31.7971
0.1486
0.5550
0.2775
0.9617
0.0026
55.5872
32.2167
0.2400
0.5623
0.2811
0.9607
0.0042
34.4539
32.6163
0.2000
0.5693
0.2846
0.9598
0.0035
41.3866
32.9699
0.1480
0.5754
0.2877
0.9589
0.0026
55.9787
33.4855
0.1666
0.5844
0.2922
0.9576
0.0029
49.7958
34.0949
0.0600
0.5951
0.2975
0.9561
0.0010
138.4897
34.2348
0.1600
0.5975
0.2988
0.9557
0.0028
51.9531
34.9875
0.1067
0.6106
0.3053
0.9537
0.0019
78.0650
35.1940
0.0400
0.6143
0.3071
0.9532
0.0007
208.3570
35.3539
0.2000
0.6170
0.3085
0.9528
0.0035
41.6899
23
lanjutan Lampiran 5a
2θ (°)
β (°)
35.7086
36.1632
37.4454
37.8320
38.2717
38.6348
38.8346
39.0162
39.8140
40.3204
40.5253
40.6852
40.9250
41.1049
41.7545
42.0943
42.6057
43.0188
43.3087
43.5286
43.7917
44.5131
44.7929
45.0878
45.4859
45.9024
46.4671
46.6270
46.9319
47.1868
47.8865
48.1564
48.5128
48.7361
49.1559
49.3459
49.5658
49.7663
50.0706
0.0900
0.1000
0.2196
0.0400
0.2400
0.1267
0.0733
0.0300
0.1533
0.1400
0.1300
0.1300
0.0500
0.0700
0.1100
0.2700
0.1267
0.1800
0.1866
0.1200
0.0467
0.1100
0.1300
0.0800
0.2167
0.0500
0.1200
0.2700
0.1300
0.0800
0.0400
0.0600
0.0933
0.0600
0.1400
0.0800
0.1466
0.1747
0.1100
2θ
(rad)
0.6232
0.6312
0.6535
0.6603
0.6680
0.6743
0.6778
0.6810
0.6949
0.7037
0.7073
0.7101
0.7143
0.7174
0.7288
0.7347
0.7436
0.7508
0.7559
0.7597
0.7643
0.7769
0.7818
0.7869
0.7939
0.8011
0.8110
0.8138
0.8191
0.8236
0.8358
0.8405
0.8467
0.8506
0.8579
0.8612
0.8651
0.8686
0.8739
θ
(rad)
0.3116
0.3156
0.3268
0.3301
0.3340
0.3372
0.3389
0.3405
0.3474
0.3519
0.3536
0.3550
0.3571
0.3587
0.3644
0.3673
0.3718
0.3754
0.3779
0.3799
0.3822
0.3885
0.3909
0.3935
0.3969
0.4006
0.4055
0.4069
0.4096
0.4118
0.4179
0.4202
0.4234
0.4253
0.4290
0.4306
0.4325
0.4343
0.4369
cos θ
0.9518
0.9506
0.9471
0.9460
0.9447
0.9437
0.9431
0.9426
0.9402
0.9387
0.9381
0.9376
0.9369
0.9364
0.9343
0.9333
0.9317
0.9304
0.9294
0.9287
0.9279
0.9255
0.9246
0.9236
0.9222
0.9208
0.9189
0.9184
0.9173
0.9164
0.9139
0.9130
0.9117
0.9109
0.9094
0.9087
0.9079
0.9072
0.9060
β
(rad)
0.0016
0.0017
0.0038
0.0007
0.0042
0.0022
0.0013
0.0005
0.0027
0.0024
0.0023
0.0023
0.0009
0.0012
0.0019
0.0047
0.0022
0.0031
0.0033
0.0021
0.0008
0.0019
0.0023
0.0014
0.0038
0.0009
0.0021
0.0047
0.0023
0.0014
0.0007
0.0010
0.0016
0.0010
0.0024
0.0014
0.0026
0.0030
0.0019
L (nm)
92.7361
83.5700
38.1975
209.9454
35.0372
66.4422
114.9167
280.9370
55.1152
60.4484
65.1412
65.1748
169.5865
121.2044
77.2956
31.5266
67.3000
47.4387
45.8066
71.2837
183.3387
78.0346
66.0955
107.5196
39.7510
172.5449
72.0449
32.0392
66.6196
108.3617
217.3070
145.0234
93.3929
145.3538
62.3985
109.2803
59.6873
50.1273
79.7098
24
lanjutan Lampiran 5a
2θ (°)
50.3388
50.5904
51.2851
51.6420
51.8765
52.1680
52.4396
52.9145
53.1894
53.4709
53.9334
54.2340
54.4689
54.6239
55.1337
55.3936
56.3133
56.6665
56.8764
57.2080
57.9028
58.0527
58.4126
59.1424
59.5523
59.9222
60.3021
60.7219
61.2418
61.4167
61.6617
61.9682
62.2315
62.4964
62.6664
63.0813
63.4045
63.7711
64.1460
β (°)
0.0667
0.1700
0.0400
0.1543
0.0833
0.1667
0.0500
0.1400
0.0900
0.0933
0.1253
0.1400
0.0900
0.0400
0.1800
0.0600
0.1000
0.1933
0.1600
0.1500
0.0800
0.1400
0.1400
0.1600
0.0600
0.0400
0.1200
0.1200
0.0400
0.0500
0.1200
0.0267
0.1400
0.0700
0.0300
0.0800
0.0867
0.0600
0.2500
2θ
(rad)
0.8786
0.8830
0.8951
0.9013
0.9054
0.9105
0.9152
0.9235
0.9283
0.9332
0.9413
0.9466
0.9507
0.9534
0.9623
0.9668
0.9829
0.9890
0.9927
0.9985
1.0106
1.0132
1.0195
1.0322
1.0394
1.0458
1.0525
1.0598
1.0689
1.0719
1.0762
1.0815
1.0861
1.0908
1.0937
1.1010
1.1066
1.1130
1.1196
θ
(rad)
0.4393
0.4415
0.4475
0.4507
0.4527
0.4553
0.4576
0.4618
0.4642
0.4666
0.4707
0.4733
0.4753
0.4767
0.4811
0.4834
0.4914
0.4945
0.4963
0.4992
0.5053
0.5066
0.5097
0.5161
0.5197
0.5229
0.5262
0.5299
0.5344
0.5360
0.5381
0.5408
0.5431
0.5454
0.5469
0.5505
0.5533
0.5565
0.5598
cos θ
0.9051
0.9041
0.9015
0.9002
0.8993
0.8982
0.8971
0.8953
0.8942
0.8931
0.8913
0.8901
0.8891
0.8885
0.8865
0.8854
0.8817
0.8802
0.8793
0.8779
0.8750
0.8744
0.8729
0.8697
0.8680
0.8664
0.8647
0.8629
0.8606
0.8598
0.8587
0.8573
0.8561
0.8549
0.8542
0.8523
0.8508
0.8491
0.8474
β
(rad)
0.0012
0.0030
0.0007
0.0027
0.0015
0.0029
0.0009
0.0024
0.0016
0.0016
0.0022
0.0024
0.0016
0.0007
0.0031
0.0010
0.0017
0.0034
0.0028
0.0026
0.0014
0.0024
0.0024
0.0028
0.0010
0.0007
0.0021
0.0021
0.0007
0.0009
0.0021
0.0005
0.0024
0.0012
0.0005
0.0014
0.0015
0.0010
0.0044
L (nm)
131.5996
51.6869
220.3047
57.1965
106.0527
53.0604
177.1093
63.3832
98.7143
95.3403
71.1368
63.7528
99.2754
223.5255
49.7872
149.5391
90.1060
46.6918
56.4654
60.3246
113.4859
64.8961
65.0097
57.0879
152.5450
229.2421
76.5608
76.7245
230.7893
184.7986
77.0975
347.0610
66.2811
132.7478
310.0243
116.5167
107.6994
155.9346
37.5008
25
lanjutan Lampiran 5a
2θ (°)
64.4709
64.8008
65.0407
65.3107
65.9605
66.8353
67.2002
67.5001
69.0797
69.8695
70.3994
70.9042
71.3491
71.5191
72.4788
73.4486
74.0085
75.1882
76.1980
77.0577
77.2277
78.1675
78.5974
79.7971
Rerata
β (°)
0.0600
0.0400
0.0400
0.0600
0.1600
0.0900
0.0800
0.1200
0.0800
0.1000
0.0400
0.2300
0.0600
0.0400
0.2400
0.1400
0.1000
0.0600
0.0400
0.0800
0.0600
0.1000
0.0400
0.0800
2θ
(rad)
1.1252
1.1310
1.1352
1.1399
1.1512
1.1665
1.1729
1.1781
1.2057
1.2195
1.2287
1.2375
1.2453
1.2482
1.2650
1.2819
1.2917
1.3123
1.3299
1.3449
1.3479
1.3643
1.3718
1.3927
0.5626
0.5655
0.5676
0.5699
0.5756
0.5832
0.5864
0.5890
0.6028
0.6097
0.6144
0.6188
0.6226
0.6241
0.6325
0.6410
0.6458
0.6561
0.6650
0.6725
0.6739
0.6821
0.6859
cos
θ
0.8459
0.8443
0.8432
0.8419
0.8389
0.8347
0.8329
0.8315
0.8237
0.8198
0.8171
0.8146
0.8123
0.8115
0.8066
0.8015
0.7986
0.7924
0.7869
0.7823
0.7814
0.7762
0.7739
β
(rad)
0.0010
0.0007
0.0007
0.0010
0.0028
0.0016
0.0014
0.0021
0.0014
0.0017
0.0007
0.0040
0.0010
0.0007
0.0042
0.0024
0.0017
0.0010
0.0007
0.0014
0.0010
0.0017
0.0007
156.5322
235.2263
235.5397
157.2632
59.1897
105.7532
119.2234
79.6210
120.5533
96.9047
243.0493
42.4016
162.9913
244.7479
41.0403
70.7965
99.4788
167.1034
252.3773
126.9389
169.4522
102.3452
256.6467
0.6964
0.7672
0.0014
129.4395
θ (rad)
L (nm)
106.9210
26
b. Hasil sintesis pada suhu 1000 °C
0.9843
β
(rad)
0.0012
115.3033
0.1802
0.9838
0.0010
134.5830
0.3710
0.1855
0.9828
0.0005
269.4326
0.040
0.3765
0.1883
0.9823
0.0007
202.1793
0.100
0.3807
0.1903
0.9819
0.0017
80.9041
21.9666
0.150
0.3834
0.1917
0.9817
0.0026
53.9501
23.4287
0.040
0.4089
0.2045
0.9792
0.0007
202.8318
23.6183
0.100
0.4122
0.2061
0.9788
0.0017
81.1607
23.9776
0.100
0.4185
0.2092
0.9782
0.0017
81.2143
24.9859
0.040
0.4361
0.2180
0.9763
0.0007
203.4238
25.8403
0.182
0.4510
0.2255
0.9747
0.0032
44.8577
26.2838
0.080
0.4587
0.2294
0.9738
0.0014
101.9743
26.4835
0.160
0.4622
0.2311
0.9734
0.0028
51.0080
26.7348
0.197
0.4666
0.2333
0.9729
0.0034
41.5125
27.0228
0.173
0.4716
0.2358
0.9723
0.0030
47.1189
27.4621
0.120
0.4793
0.2397
0.9714
0.0021
68.1501
27.8177
0.328
0.4855
0.2428
0.9707
0.0057
24.9520
28.2461
0.030
0.4930
0.2465
0.9698
0.0005
273.0633
28.9835
0.193
0.5059
0.2529
0.9682
0.0034
42.4488
29.6774
0.186
0.5180
0.2590
0.9667
0.0032
44.1610
29.9590
0.160
0.5229
0.2614
0.9660
0.0028
51.3984
30.1813
0.175
0.5268
0.2634
0.9655
0.0031
47.0173
30.6782
0.267
0.5354
0.2677
0.9644
0.0047
30.8993
0.070
2θ
(rad)
0.3552
θ
(rad)
0.1776
20.6447
0.060
0.3603
21.2582
0.030
21.5725
21.812
2θ (°)
β (°)
20.3504
cos θ
L (nm)
30.878
0.120
0.5389
0.2695
0.9639
0.0021
68.6808
31.0856
0.256
0.5425
0.2713
0.9634
0.0045
32.2607
31.8370
0.107
0.5557
0.2778
0.9617
0.0019
77.4960
31.9969
0.187
0.5585
0.2792
0.9613
0.0033
44.2893
32.2366
0.200
0.5626
0.2813
0.9607
0.0035
41.3468
32.6034
0.232
0.5690
0.2845
0.9598
0.0040
35.7540
33.0708
0.050
0.5772
0.2886
0.9586
0.0009
165.7401
33.5029
0.115
0.5847
0.2924
0.9576
0.0020
72.1422
33.6353
0.133
0.5870
0.2935
0.9572
0.0023
62.2132
33.8351
0.040
0.5905
0.2953
0.9567
0.0007
207.5908
34.4881
0.169
0.6019
0.3010
0.9551
0.0030
49.1328
34.9942
0.080
0.6108
0.3054
0.9537
0.0014
104.1211
35.3672
0.187
0.6173
0.3086
0.9527
0.0033
44.6614
35.6569
0.127
0.6223
0.3112
0.9520
0.0022
65.8646
35.9984
0.030
0.6283
0.3141
0.9511
0.0005
278.4361
36.1782
0.070
0.6314
0.3157
0.9506
0.0012
119.3908
37.4723
0.160
0.6540
0.3270
0.9470
0.0028
52.4302
27
lanjutan Lampiran 5b
0.100
2θ
(rad)
0.6674
θ
(rad)
0.3337
0.070
0.6700
0.127
0.093
39.6908
0.9448
β
(rad)
0.0017
84.0817
0.3350
0.9444
0.0012
120.1695
0.6742
0.3371
0.9437
0.0022
66.4409
0.6769
0.3385
0.9433
0.0016
90.2690
0.093
0.6927
0.3464
0.9406
0.0016
90.4269
39.8707
0.160
0.6959
0.3479
0.9401
0.0028
52.8167
40.3137
0.113
0.7036
0.3518
0.9388
0.0020
74.6920
2θ (°)
β (°)
38.2417
38.3866
38.6281
38.7847
cos θ
L (nm)
40.5527
0.085
0.7078
0.3539
0.9380
0.0015
99.6365
40.7567
0.093
0.7113
0.3557
0.9374
0.0016
90.8327
41.1699
0.160
0.7186
0.3593
0.9362
0.0028
53.0382
41.3747
0.050
0.7221
0.3611
0.9355
0.0009
169.8365
41.7595
0.180
0.7288
0.3644
0.9343
0.0031
47.2370
42.0759
0.133
0.7344
0.3672
0.9333
0.0023
63.8533
42.5891
0.120
0.7433
0.3717
0.9317
0.0021
71.0535
42.7940
0.090
0.7469
0.3734
0.9311
0.0016
94.8043
42.9954
0.107
0.7504
0.3752
0.9304
0.0019
80.0213
43.3037
0.190
0.7558
0.3779
0.9294
0.0033
44.9861
43.5575
0.118
0.7602
0.3801
0.9286
0.0021
72.4992
43.7984
0.100
0.7644
0.3822
0.9278
0.0017
85.6212
44.5880
0.200
0.7782
0.3891
0.9252
0.0035
42.9305
44.8779
0.100
0.7833
0.3916
0.9243
0.0017
85.9505
45.0878
0.040
0.7869
0.3935
0.9236
0.0007
215.0392
45.4926
0.310
0.7940
0.3970
0.9222
0.0054
27.7879
45.8174
0.060
0.7997
0.3998
0.9211
0.0010
143.7423
46.0473
0.040
0.8037
0.4018
0.9203
0.0007
215.7968
46.4021
0.130
0.8099
0.4049
0.9191
0.0023
66.4868
46.5971
0.180
0.8133
0.4066
0.9185
0.0031
48.0534
47.0269
0.200
0.8208
0.4104
0.9170
0.0035
43.3183
47.2068
0.107
0.8239
0.4120
0.9163
0.0019
81.3283
48.0880
0.223
0.8393
0.4196
0.9132
0.0039
38.9569
48.5262
0.240
0.8469
0.4235
0.9117
0.0042
36.3084
49.1909
0.150
0.8585
0.4293
0.9093
0.0026
58.2467
49.7567
0.158
0.8684
0.4342
0.9072
0.0028
55.4234
50.0556
0.060
0.8736
0.4368
0.9061
0.0010
146.1256
50.3055
0.040
0.8780
0.4390
0.9052
0.0007
219.4124
50.4954
0.140
0.8813
0.4407
0.9045
0.0024
62.7382
51.5925
0.175
0.9005
0.4502
0.9003
0.0031
50.4205
52.2847
0.040
0.9125
0.4563
0.8977
0.0007
221.2396
52.6846
0.080
0.9195
0.4598
0.8962
0.0014
110.8103
28
lanjutan Lampiran 5b
0.245
2θ
(rad)
0.9251
θ
(rad)
0.4625
0.8949
β
L(nm)
(rad)
0.0043 36.2328
0.090
0.9353
0.4677
0.8926
0.0016 98.8876
2θ (°)
β (°)
53.0019
53.5892
cos θ
53.7692
0.090
0.9384
0.4692
0.8919
0.0016 98.9662
54.4889
0.170
0.9510
0.4755
0.8891
0.0030 52.5623
54.7588
0.090
0.9557
0.4779
0.8880
0.0016 99.4052
55.0437
0.040
0.9607
0.4803
0.8868
0.0007 223.9507
55.3036
0.040
0.9652
0.4826
0.8858
0.0007 224.2162
55.9634
0.040
0.9767
0.4884
0.8831
0.0007 224.8984
56.3683
0.110
0.9838
0.4919
0.8814
0.0019 81.9356
56.8381
0.270
0.9920
0.4960
0.8795
0.0047 33.4549
57.2980
0.090
1.0000
0.5000
0.8776
0.0016 100.5841
57.6079
0.190
1.0054
0.5027
0.8763
0.0033 47.7158
58.0453
0.155
1.0131
0.5065
0.8744
0.0027 58.6137
58.3427
0.040
1.0183
0.5091
0.8732
0.0007 227.4565
58.6026
0.200
1.0228
0.5114
0.8721
0.0035 45.5491
59.0824
0.080
1.0312
0.5156
0.8700
0.0014 114.1419
59.6723
0.260
1.0415
0.5207
0.8675
0.0045 35.2238
60.1954
0.107
1.0506
0.5253
0.8652
0.0019 86.0574
60.4670
0.150
1.0553
0.5277
0.8640
0.0026 61.2999
60.7669
0.110
1.0606
0.5303
0.8627
0.0019 83.7188
61.0618
0.120
1.0657
0.5329
0.8614
0.0021 76.8584
61.6567
0.130
1.0761
0.5381
0.8587
0.0023 71.1651
61.9816
0.040
1.0818
0.5409
0.8572
0.0007 231.6795
62.2348
0.187
1.0862
0.5431
0.8561
0.0033 49.7028
63.4362
0.110
1.1072
0.5536
0.8506
0.0019 84.9012
63.6761
0.030
1.1114
0.5557
0.8495
0.0005 311.7085
63.8860
0.030
1.1150
0.5575
0.8486
0.0005 312.0640
64.1360
0.050
1.1194
0.5597
0.8474
0.0009 187.4939
65.0607
0.040
1.1355
0.5678
0.8431
0.0007 235.5659
65.2807
0.080
1.1394
0.5697
0.8421
0.0014 117
S
S DAN PE
ENCIRIA
AN HIDR
ROKSIAP
PATIT
BE
ERBAHA
AN DASA
AR CANG
GKANG TELUR
T
B
BEBEK
WAHY
YUNI RIICHA SAR
RI
DEP
PARTEME
EN KIMIA
A
FAKU
ULTAS MA
ATEATIK
KA DAN IL
LMU PEN
NGETAHU
UAN ALA
AM
INSTITUT PERTA
ANIAN BO
OGOR
BOGO
OR
2013
3
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sintesis dan Pencirian
Hidroksiapatit Berbahan Dasar Cangkang Telur Bebek adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Wahyuni Richa Sari
NIM G44086008
iv
ABSTRAK
WAHYUNI RICHA SARI. Sintesis dan Pencirian Hidroksiapatit Berbahan Dasar
Cangkang Telur Bebek. Dibimbing oleh CHARLENA dan HENNY
PURWANINGSIH SUYUTI.
Hidroksiapatit (HAp) termasuk dalam kelompok senyawa kalsium fosfat.
Cangkang telur bebek sebagian besar mengandung kalsium karbonat, yang dapat
digunakan sebagai bahan awal dalam pembuatan HAp. Hidroksiapatit disintesis
menggunakan metode kering dengan variasi suhu 800, 1000, dan 1200 °C dan
(NH4)2HPO4 sebagai sumber fosforus. Profil difraktogram sinar-X
memperlihatkan terbentuknya HAp disertai dengan senyawa apatit lainnya, yaitu
apatit karbonat tipe A, apatit karbonat tipe B, oktakalsium fosfat, α- dan βtrikalsium fosfat, serta tetrakalsium fosfat. Derajat kristalinitas dan ukuran kristal
meningkat seiring dengan meningkatnya suhu pemanasan.
Kata kunci: cangkang telur bebek, hidroksiapatit, kalsium fosfat, metode kering
ABSTRACT
WAHYUNI RICHA SARI. Synthesis and Characterization of Duck EggshellBased Hydroxyapatite. Supervised by CHARLENA dan HENNY
PURWANINGSIH SUYUTI.
Hydroxyapatite (HAp) is a kind of calcium phosphate compounds. Duck
eggshell contains mostly calcium carbonate, which can be used as a starting
material for HAp formation. HAp was synthesized by using dry method with
variation temperatures of 800, 1000, and 1200 °C and (NH4)2HPO4 as the
phosphorus source. X-ray diffractogram profiles showed that HAp has been
formed accompanied by other apatite compounds: carbonate apatite type A and B,
octacalcium phosphate, α- and β-tricalcium phosphate, and tetracalcium
phosphate. The degree of crystallinity and crystal size increased with increasing
heating temperature.
Key words: calcium phosphate, dry method, duck eggshell, hydroxyapatite
vi
SINTESIS DAN PENCIRIAN HIDROKSIAPATIT
BERBAHAN DASAR CANGKANG TELUR BEBEK
WAHYUNI RICHA SARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
viii
Judul Skripsi : Sintesis dan Pencirian Hidroksiapatit Berbahan Dasar Cangkang Telur
Bebek
Nama
: Wahyuni Richa Sari
Nim
: G44086008
Disetujui
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr Charlena, MSi
NIP 196712221994032002
Dr Henny Purwaningsih S, SSi, MSi
NIP 197412012005012001
Diketahui
Ketua Departemen Kimia,
Prof Dr Tun Tedja Irawadi, MS
NIP 195012271976032002
Tanggal Lulus:
10
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini ialah Sintesis dan
Pencirian Hidroksiapatit Berbahan Dasar Cangkang Telur Bebek.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Dr Charlena, MSi dan Dr
Henny Purwaningsih S, SSi, MSi yang telah membantu dan membimbing dalam
penelitian ini. Terima kasih pula kepada Ibu, Bapak, Adik, dan rekan-rekan
Ekstensi Kimia IPB Angkatan II. Penelitian ini dapat terselesaikan juga atas
dorongan semangat dan bantuan dari sahabat-sahabatku Umi, Gusur, Lia, Pipit,
Marta, dan Intan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi
penulis maupun pembaca.
Bogor, April 2013
Wahyuni Richa Sari
12
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
METODE ....................................................................................................
1
Bahan dan Alat ....................................................................................
1
Lingkup Penelitian ..................................................................................
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kalsinasi Serbuk Cangkang Telur Bebek ......................................
3
Hasil Sintesis Hidroksiapatit dan Turunannya ........................................
6
Spektrum FTIR Produk Sintesis Hidroksiapatit .....................................
9
Mikrograf Produk Sintesis Hidroksiapatit. . ........................................... 11
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ................................................................................................. 11
Saran ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ ......... 12
LAMPIRAN ................................................................................................. 14
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 33
14
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kristalinitas dan rerata ukuran kristal sampel ..................................................... 9
2 Nilai bilangan gelombang spektrum FTIR ......................................................... 10
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
Halaman
Termogram diferensial cangkang telur bebek..................................................... 4
Difraktogram sinar-X serbuk cangkang telur bebek setelah kalsinasi pada
suhu 1000 °C selama 6 jam ................................................................................. 5
Mikrograf serbuk cangkang telur bebek setelah kalsinasi pada suhu 1000
°C dengan perbesaran 500 × ............................................................................... 5
Difraktogram sinar-X produk sintesis hidroksiapatit dengan metode kering
pada suhu 800 °C (a), 1000 °C (b), dan 1200 °C (c) .......................................... 7
Spektrum FTIR produk sintesis hidroksiapatit dengan metode kering pada
suhu 800 °C (─), 1000 °C (─), dan 1200 °C (─) ................................................ 10
Mikrograf HAp hasil kalsinasi pada suhu 800 ºC (a), 1000 ºC (b), dan
11
1200 ºC (c)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan alir penelitian ........................................................................................... 14
2 Perhitungan massa pembentukan hidroksiapatit ................................................. 15
3 Perhitungan kadar kalsium dalam cangkang telur bebek .................................... 17
4 Data JCPDS …………………………………………………...……................ 18
5 Tabel data ukuran kristal sampel hasil analisis XRD ......................................... 22
1
PENDAHULUAN
Implantasi adalah salah satu upaya merehabilitasi jaringan tulang yang
rusak (patah atau retak) dan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel jaringan
untuk memperbaiki kerusakan tulang. Pada pembentukan tulang, sel-sel tulang
keras membentuk senyawa kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Senyawa
kalsium fosfat ini memberikan sifat keras dalam jaringan tulang dan dikenal
sebagai kristal apatit (Dahlan et al. 2009). Senyawa hidroksiapatit (HAp) sintetik
lazim digunakan dalam dunia kedokteran saat ini sebagai salah satu bahan untuk
implantasi. Akan tetapi, harganya sangat mahal sehingga sulit dijangkau oleh
masyarakat luas. Oleh karena itu, dikembangkan bahan biomaterial alami sebagai
alternatif bahan rehabilitasi yang sama baiknya, tetapi terjangkau oleh
masyarakat. Struktur jaringan yang rusak dapat digantikan tanpa menimbulkan
efek negatif seperti kerusakan jaringan keras tubuh berupa kecacatan struktur
tulang.
Berbagai teknik pernah dikembangkan untuk sintesis HAp, di antaranya
metode kering, metode basah, reaksi hidrotermal, dan sol-gel (Balamurugan et al.
2006; Kahoe 2008). Berbagai bahan baku telah digunakan, antara lain tulang sapi,
batu gamping, dan cangkang telur sebagai sumber kalsium, serta (NH4)2HPO4,
H3PO4, dan P2O5 sebagai sumber fosforus (Muntamah 2011).
Cangkang telur bebek yang berasal dari limbah rumah tangga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku HAp karena memiliki kandungan CaCO3 cukup
tinggi, yaitu 96.48% (Arunlertaree et al. 2007). Dahlan et al. (2009) telah
menyintesis HAp dari campuran cangkang telur ayam dengan (NH4)2HPO4
menggunakan metode kering. Metode kering merupakan reaksi fase padat tanpa
melibatkan pelarut.
Penelitian ini bertujuan menyintesis dan mencirikan biomaterial HAp
dengan memanfaatkan limbah cangkang telur bebek sebagai sumber kalsium. Dari
hasil penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan senyawa apatit yang dapat
dimanfaatkan secara komersial pada bidang kesehatan dengan harga yang
ekonomis. Penelitian diawali dengan kalsinasi cangkang telur bebek untuk
mendapatkan CaO. Produk kalsinasi ini dicirikan dengan menggunakan
difraktometer sinar-X (XRD) dan mikroskop elektron pemayaran (SEM). Setelah
itu, HAp disintetis dengan mereaksikan serbuk CaO hasil pemanasan cangkang
telur bebek sebagai sumber kalsium dan diamonium hidrogen fosfat
[(NH4)2HPO4] sebagai sumber fosforus dengan metode kering dan menggunakan
variasi suhu. Produk HAp dicirikan kembali dengan menggunakan XRD,
spektrofotometer inframerah transformasi Fourier (FTIR), dan SEM.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah cangkang telur bebek, (NH4)2HPO4,
HNO3 pekat, KBr, dan air suling. Peralatan analitis yang digunakan adalah
2
peralatan kaca, neraca analitik, krus, lumpang, lempeng pemanas berpengaduk,
tanur, spektrofotometer serapan atom (SSA) Hitachi Z2000 di Laboratorium Balai
Besar Teknik Kesehatan Lingkungan & Pengendalian Penyakit Jakarta,
penganalisis termal diferensial (DTA) Shimadzu DTG-60H di Laboratorium
Mineralogi, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, IPB,
spektrofotometer FTIR Simadzu IRPrestige-21 di Laboratorium Terpadu, IPB,
serta SEM Bruker Zeiss Evo, XRD Shimadzu 7000 di Laboratorium Pengujian
Hasil Hutan, Balai Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan
dan Pengolahan Hasil Hutan, Bogor.
Lingkup Penelitian
Hidroksiapatit pada penelitian ini disintesis dengan metode kering
(Lampiran 1). Sumber kalsium yang digunakan adalah cangkang telur bebek,
sedangkan fosforus berasal dari (NH4)2HPO4. Pada tahap pertama, dilakukan
penentuan kadar kalsium dan analisis DTA pada cangkang telur bebek. Tahap
kedua ialah kalsinasi cangkang telur bebek, lalu tahap ketiga adalah pencirian
CaO hasil kalsinasi menggunakan XRD dan SEM. Tahap keempat, ialah sintesis
HAp menggunakan metode kering dengan variasi suhu 800, 1000, dan 1200 °C,
dilanjutkan dengan tahap kelima, yaitu pencirian hasil sintesis menggunakan
XRD, FTIR, dan SEM.
Preparasi Serbuk Cangkang Telur Bebek
Cangkang telur bebek dicuci dengan air suling berulang kali untuk
menghilangkan pengotornya. Setelah itu, dikeringudarakan dan dihaluskan.
Serbuk cangkang kemudian disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup.
Analisis Kadar Kalsium dalam Cangkang Telur Bebek
Serbuk cangkang telur bebek ditimbang sebanyak 0.1 g dan ditambahkan 10
mL HNO3 pekat dalam erlenmeyer 50 mL. Sampel didestruksi pada suhu 110 °C
selama 1 jam kemudian didinginkan. Hasil destruksi diencerkan dengan 100 mL
air suling dan disaring. Ekstrak dianalisis dengan SSA untuk mengukur kadar
kalsium pada cangkang telur bebek.
Analisis dengan DTA
Serbuk cangkang telur bebek yang sudah bersih diuji dengan DTA untuk
menentukan suhu ketika CaCO3 berubah menjadi CaO. Analisis dilakukan pada
rentang suhu 0 hingga 1000 °C selama 50 menit.
Kalsinasi Serbuk Cangkang Telur Bebek
Serbuk cangkang telur bebek dikalsinasi pada suhu 1000 °C selama 6 jam.
Serbuk CaO hasil kalsinasi disimpan di desikator sebelum digunakan.
Sintesis Hidroksiapatit dengan Reaksi Kering (modifikasi Dahlan et al. 2009)
Cangkang telur bebek yang sudah dikalsinasi dan (NH4)2HPO4 ditimbang
dengan nisbah Ca/P 5:3 (Lampiran 2), dihomogenkan dengan lumpang dan
pengaduk dengan kecepatan 400 rpm selama 2 jam. Campuran dipanaskan pada
suhu 800, 1000, dan 1200 °C masing-masing selama 2 jam.
3
Pencirian dengan XRD
Produk kalsinasi dan produk sintesis HAp dengan ketiga ragam suhu
dicirikan dengan XRD untuk menentukan fase yang terkandung di dalam sampel.
Sampel berbentuk serbuk sebanyak 200 mg ditempatkan dalam lempeng
aluminium berukuran (2×2) cm2 dengan bantuan perekat pada difraktometer,
kemudian dibuat difraktrogramnya.
Pencirian dengan FTIR
Produk sintesis HAp dengan ketiga ragam suhu disiapkan sebanyak 2 mg.
Setelah itu, dicampur dengan 100 mg KBr dan dibuat pelet. Analisis FTIR
dilakukan dengan jangkauan bilangan gelombang 4000−400 cm-1.
Pencirian dengan SEM
Analisis struktur dengan SEM dilakukan pada produk kalsinasi dan ketiga
produk sintesis HAp. Sampel diletakkan pada lempeng aluminium yang memiliki
2 sisi dan difoto mikrografnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Kalsinasi Serbuk Cangkang Telur Bebek
Semua cangkang telur burung mengandung komponen mineral kalsium
karbonat (CaCO3) yang dikenal sebagai kalsit dan stabil pada suhu kamar (Nys et
al. 2004). Cangkang telur tersusun dari matriks organik (3.5%) yang terdiri atas
membran cangkang dan beberapa penyusun lain, melekat pada lapisan kalsium
karbonat (95%) (Nys dan Gautron 2007). Kadar kalsium dalam cangkang telur
bebek sebelum dikalsinasi, diukur menggunakan SSA adalah 75.12% (Lampiran
3).
Sintesis HAp diawali dengan melakukan kalsinasi cangkang telur bebek
pada suhu 1000 ºC selama 6 jam. Pemanasan bertujuan mengeliminasi komponen
organik dan mengubah senyawa kalsium karbonat (CaCO3) sebagai komponen
utama cangkang menjadi kalsium oksida (CaO). Reaksi yang terjadi ditunjukkan
di bawah ini:
CaCO3
CaO + CO2
Sebelum dilakukan proses kalsinasi, cangkang telur bebek terlebih dahulu
diuji dengan DTA. Pengujian ini bertujuan menentukan hubungan suhu dengan
komposisi kimia yang terkandung di dalam cangkang. Analisis ini berguna untuk
menentukan suhu optimum proses perubahan CaCO3 menjadi CaO. Analisis
dilakukan dari suhu 0 hingga 1000 °C selama 50 menit.
Gambar 1 menunjukkan peningkatan jumlah bobot cangkang telur bebek
yang hilang, seiring dengan kenaikan suhu. Pada suhu 0 hingga 700 °C, bobot
cangkang menurun secara perlahan karena pada rentang suhu tersebut, molekul air
menguap dan material protein organik terdekomposisi menjadi molekul yang
lebih sederhana seperti CO dan CO2. Penurunan bobot cangkang terjadi secara
4
cepatt pada suhuu 700 hinggga 850 °C karena terj
rjadi pelepaasan CO2 ddari CaCO3
yangg terkandungg dalam canngkang mem
mbentuk CaaO. Fase CaaO ini stabil dari suhu
850 hingga suhhu 1000 °C.
°
Bobot yang berku
urang selam
ma proses pengujian
canggkang telur bebek
b
dengaan DTA sebbesar 51.03%
%.
Gaambar 1 Termogram diiferensial caangkang tellur bebek
Kurva DT
TA dapat digunakan untuk meenentukan apakah deekomposisi
berlaangsung ekssotermik attau endoterm
mik. Prosess eksotermiik akan mennghasilkan
punccak, sedangkkan proses endotermikk akan men
nghasilkan lembah.
l
Deekomposisi
CaCO
O3 menjaddi CaO dan CO2 merupakaan proses endotermiik karena
mem
mbutuhkan kalor.
k
Pemilihan suhu kallsinasi sebeesar 1000 ºC berdassarkan hassil analisis
mengggunakan DTA
D
yang memberikan
m
n informasi bahwa padda suhu di aatas 850 °C
terbeentuk CaO dengan
d
konndisi yang stabil
s
hingg
ga suhu 10000 °C. Olehh sebab itu,
diharrapkan padaa suhu 10000 °C selurruh CaCO3 dalam canggkang sudaah berubah
menjjadi CaO.
Gambar 2 menunjukkkan pola diffraksi serbu
uk cangkangg telur bebeek sesudah
prosees kalsinasii. Hasilnya sesuai denngan data Joint
J
Crystal Powder Difraction
Standdard (JCPD
DS) untuk CaO (Laampiran 4aa) dengan kristalinitass 98.69%.
Identtitas CaO ditunjukkan
d
n dengan puuncak-punccak kristal pada
p
sudutt 2θ 32.3°,
37.4°°, dan 53.9°°. Berdasarkkan hasil XR
RD tersebutt, proses kaalsinasi canggkang telur
bebek pada suhuu 1000 °C selama
s
6 jam
m telah men
nghasilkan fase
f
CaO.
5
Gambar 2 Difraktogram sinar-X serbuk cangkang telur bebek setelah kalsinasi
pada suhu 1000 °C, selama 6 jam
Serbuk CaO hasil kalsinasi harus disimpan di dalam wadah tertutup rapat
untuk menghindari masuknya CO2 dan H2O dari udara yang dapat mengganggu
proses pembentukan HAp. Struktur dan tekstur CaO tersebut diamati
menggunakan SEM yang hasilnya ditunjukkan oleh Gambar 3. Tekstur CaO hasil
kalsinasi memiliki pola yang tidak seragam dan terbentuk pori kecil di sela-sela
permukaan.
Gambar 3 Mikrograf serbuk cangkang telur bebek setelah kalsinasi pada suhu
1000 °C dengan perbesaran 500×
6
Hasil Sintesis Hidroksiapatit dan Turunannya
Hidroksiapatit (HAp) disintesis dengan metode kering melalui reaksi antara
serbuk CaO hasil kalsinasi sebagai sumber Ca dan diamonium hidrogen fosfat
[(NH4)2HPO4] sebagai sumber P. Kelebihan metode kering ialah sederhana dan
menghasilkan kristal yang lebih banyak (Pramanik et al. 2005). Dalam metode
ini, HAp disintesis menggunakan reaksi fase padat (padatan dengan padatan).
Prinsipnya adalah sifat dasar atom yang bervibrasi semakin cepat pada suhu yang
semakin tinggi (Dahlan et al. 2009).
Difraktrogram hasil sintesis HAp dengan pemanasan 800 °C (Gambar 4a)
memiliki beberapa puncak intensitas tertinggi yang berdasarkan kesesuaian
dengan data JCPDS menggambarkan fase berbeda, yaitu pada sudut 2θ 29.7°
dan 32.6° menunjukkan fase apatit karbonat tipe A (AKA) (Lampiran 4b), 27.7°
trikalsium fosfat (α-TCP) (Lampiran 4c), 28.9° hidroksiapatit (HAp) (Lampiran
4d), dan 35.3° tetrakalsium fosfat (TKF), Ca4(PO4)2O (Lampiran 4e). Puncak
lain yang menggambarkan fase HAp ialah 2θ 31.8° dan 32.2°. Selain itu, juga
terdapat fase trikalsium fosfat (β-TCP) dengan nilai 2θ 37.4°, 46.6°, dan 49.8°
sesuai data JCPDS pada Lampiran 4f. Puncak-puncak dengan intensitas sangat
kecil tidak diambil karena dianggap sebagai latar belakang atau derau.
Difraktrogram hasil sintesis HAp dengan pemanasan 1000 °C (Gambar 4b)
memperlihatkan puncak-puncak dengan intensitas tertinggi pada sudut 2θ 29.7°
(fase AKA), 31.1° (fase β-TCP), dan 34.5° [fase oktakalsium fosfat, OKF
(Lampiran 4g)]. Fase HAp ditunjukkan oleh sudut 2θ 28.9°, 31.8°, 53.0°, dan
54.5°. Fase α-TCP ditunjukkan oleh sudut 2θ 26.7° dan 27.8°. Fase β-TCP juga
ditunjukkan dengan sudut 2θ 49.8°. Selain itu, terdapat fase apatit karbonat tipe
B (AKB) yang ditunjukkan oleh sudut 2θ 47.0° sesuai data JCPDS pada
Lampiran 4h.
Difraktrogram hasil sintesis hidroksiapatit dengan pemanasan 1200 °C
(Gambar 4c) menunjukkan puncak-puncak dengan intensitas tertinggi pada sudut
2θ 27.8° (fase α-TCP), 31.1° dan 53.0° (fase β-TCP), dan 34.4° (fase OKF). Fase
HAp ditunjukkan oleh sudut 2θ 25.8° dan 28.9°. Selain itu, juga dihasilkan fase
AKA dengan sudut 2θ 29.6° dan 32.6°, serta fase AKB yang ditunjukkan oleh
sudut 2θ 47.0°.
Pada proses sintesis HAp dengan pemanasan 800 °C masih ditemukan
senyawa CaO dengan nilai 2θ 53.9° walaupun dengan intensitas yang kecil.
Sampel hasil sintesis HAp dengan pemanasan 1000 dan 1200 °C tidak lagi
menunjukkan puncak CaO tersebut. Hal ini sesuai dengan termogram pada
Gambar 1 yang menggambarkan bahwa CaO mulai terbentuk di suhu 800 °C dan
akan stabil pada suhu 850 hingga 1000 °C. Adanya puncak CaO disebabkan oleh
kurang tingginya suhu pemanasan sehingga reaksi belum berlangsung sempurna.
Hasil sintesis menggunakan metode kering dengan variasi suhu belum
menunjukkan terbentuknya senyawa HAp yang murni. Masih terdapat beberapa
fase senyawa apatit lainnya seperti OKF, α‐ dan β-TCP, AKA, AKB, dan TKF.
Keberadaan fase selain HAp seperti fase β-TCP tidak berbahaya dan tidak
memiliki efek samping ketika diimplan ke dalam mahluk hidup (Aoki 1991). Fase
β-TCP untuk keperluan medis memiliki sifat biodegradabel, bioaktif, dan
kelarutan yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk material implan tulang
(Hapsah 2012).
7
(c)
Gambar 4 Difraktogram sinar-X produk sintesis hidroksiapatit dengan metode
kering pada suhu 800 °C (a), 1000 °C (b), dan 1200 °C (c)
8
Fase HAp paling stabil di antara senyawaan kalsium fosfat lainnya pada
suhu ruang. Namun, selama pemanasan dengan suhu tinggi (sintering) fase HAp
dapat berubah menjadi senyawa kalsium fosfat yang lain. HAp dapat
terdekomposisi menjadi α- dan β-TCP, CaO, atau TKF pada suhu tertentu dan
bergantung pada atmosfer di sekitarnya (Assolant et al. 2002).
Pada semua hasil sintesis HAp terdapat fase β-TCP. Fase ini apabila
dipanaskan lebih lanjut dapat membentuk α-TCP. Perubahan fase HAp menjadi
TCP disebabkan oleh lepasnya gugus OH− (dan melepaskan uap air) sehingga
HAp mengalami dehidrasi. Fase TCP dapat terbentuk mulai dari suhu 600 oC
dengan sumber kalsium dari kalsium nitrat tetrahidrat (Ca(NO3)2⋅4H2O) dan
direaksikan dengan diamonium hidrogen ortofosfat ((NH4)2HPO4) (Assolant et al.
2002). Untuk mendapatkan HAp dengan densitas yang tinggi dan stabil, sintering
dilakukan sampai suhu tertentu dan dijaga agar tidak terjadi dekomposisi HAp
menjadi β-TCP atau senyawa lainnya. Suhu saat sintering ini merupakan salah
satu faktor yang dapat memengaruhi dekomposisi karena secara aktif permukaan
HAp dapat berinteraksi dengan atmosfer di sekitarnya pada suhu tertentu
(Arifianto 2006).
Pada awal pembuatan sampel HAp harus dipastikan bahwa yang terbentuk
hanya fase HAp, tidak ada fase lain. Jika fase α- dan β-TCP telah muncul, maka
setelah sintering, fase-fase tersebut akan memiliki intensitas puncak yang semakin
kuat pada difraktogram. Dengan kata lain, pembentukan α- dan β-TCP saat awal
pembuatan sampel akan meningkatkan dekomposisi selama sintering (Arifianto
2006).
Fase selain HAp terbentuk karena adanya ion karbonat dari karbon dioksida
di udara selama proses sintesis. Ion ini akan terperangkap dan menggantikan
posisi OH¯ pada kisi kristal HAp sehingga sulit dihilangkan. Kehadiran karbonat
akan menurunkan proses kristalisasi apatit. Difraktogram sinar-X (Gambar 4)
menunjukkan bahwa pada pemanasan 1200 ºC fase HAp tampak dalam fase βTCP yang lebih banyak disertai dengan peningkatan kristalinitas. Munculnya fase
OKF menunjukkan bahwa fase HAp belum terbentuk sempurna dan bahwa
pembentukan kristal apatit didahului oleh pembentukan kristal nonapatit.
Terbentuknya beberapa fase senyawa turunan apatit pada penelitian ini
disebabkan oleh ketidakhomogenan proses pencampuran antara CaO sebagai
sumber kalsium dan (NH4)2HPO4 sebagai sumber fosforus. Putaran pengaduk
hanya mencampur sebatas bidang datar saja, tidak ke segala arah. Hal ini sesuai
dengan yang dilaporkan Gergely et al. (2010) bahwa sintesis HAp dengan metode
kering dari serbuk garam anorganik atau oksida membutuhkan pencampuran
mekanik yang ekstensif dan perlakuan pada suhu tinggi.
Dahlan et al. (2009) menyintesis HAp dari bahan dasar cangkang telur ayam
menggunakan metode kering dengan variasi suhu reaksi 900 dan 1000 ºC. HAp
yang dihasilkan masih disertai senyawa apatit lainnya seperti AKA dan AKB. Hal
ini berarti peningkatan suhu sebesar 100 ºC tidak memberikan pengaruh yang
berarti pada reaksi kering CaO dengan (NH4)2HPO4. Pada penelitian ini
digunakan variasi suhu dengan selisih 200 ºC dan juga belum menghasilkan
senyawa HAp yang murni, pada suhu 1200 ºC selama 2 jam. Hal ini dapat
disebabkan oleh proses sintering yang kurang tepat. Seharusnya kenaikan suhu
pada proses sintering dilakukan secara bertahap agar reaksi berlangsung
sempurna.
9
Berdasarkan penelitian Hapsah (2012), sintesis HAp menggunakan metode
kering dengan variasi suhu 400, 600, 800, 1000, 1200 dan 1250 ºC juga
menghasilkan fase HAp dengan disertai senyawa lain, yaitu β-TCP, AKA, OKF,
Ca(OH)2, dan CaO. Difraktogram sinar-X hasil sintesis dengan metode keringsonikasi pada suhu 1250 ºC selama 3 jam dalam bentuk serbuk menghasilkan
puncak-puncak tertinggi 2θ berasal dari HAp, yaitu di 31.8º dan 32.9º, serta
mikrograf morfologi permukaan HAp yang lebih halus dan homogen.
Kristalinitas merupakan besaran yang menyatakan kandungan kristal dalam
suatu bahan dengan membandingkan luasan kurva kristalin dengan total luasan
amorf dan kristalin. Suhu pemanasan memengaruhi kristalinitas yang terbentuk.
Semakin teratur susunan atom dalam suatu bahan, semakin tinggi kristalinitasnya.
Suhu pemanasan yang semakin tinggi menyebabkan susunan atom dalam sampel
semakin teratur sehingga semakin banyak kristal yang terbentuk (Amrina 2008).
Kristalinitas berbanding lurus dengan ukuran kristal. Ukuran kristal semakin besar
seiring dengan kenaikan suhu proses sistesis HAp (Tabel 1). Kristalinitas yang
didapatkan ini belum menggambarkan senyawa HAp murni, tetapi diperoleh dari
campuran senyawa HAp dengan beberapa senyawa turunannya seperti OKF, α‐
dan β-TCP, AKA, AKB, dan TKF.
Tabel 1 Kristalinitas dan rerata ukuran kristal sampel
Suhu
(°C)
800
1000
1200
Kristalinitas
(%)
91.35
92.79
94.15
Rerata Ukuran
Kristal (nm)
106.92
109.91
112.09
*Data selengkapnya diberikan di Lampiran 5
Spektrum FTIR Produk Sintesis Hidroksiapatit
Secara umum, produk sintesis HAp dengan ketiga variasi suhu menunjukkan
pita serapan dari vibrasi regang simetris ( 1), regang asimetris ( 3), dan tekuk
asimetris ( 4 ) dari PO43‐, vibrasi tekuk simetris ( 2), 3, dan 4 dari CO32‐, serta
vibrasi regang OH¯ (Gambar 5). Posisi pita-pita serapan tersebut ditunjukkan
pada Tabel 2.
Pita serapan gugus OH¯ dengan rentang bilangan gelombang 3700−2500
cm-1 menunjukkan keberadaan H2O pada kristal apatit yang terbentuk. Sementara
pita serapan pada bilangan gelombang 611.43 cm-1 berasal dari gugus OH¯ yang
terikat ke fase HAp. Hal ini menunjukkan bahwa fase HAp terbentuk seiring
dengan kenaikan suhu sintering. Muntamah (2011) melaporkan bahwa serapan
PO43‐ pada spektrum HAp komersial berupa pita kecil pada bilangan gelombang
960 cm-1. Produk sintesis HAp dengan variasi suhu pada penelitian ini hanya
menghasilkan satu pita serapan pada bilangan gelombang tersebut. Hal ini
disebabkan oleh adanya ion CO32‐ yang menghambat terbentuknya kristal HAp.
Keberadaan ion CO32‐ dapat berasal dari bahan baku CaO atau dari udara bebas
selama proses homogenisasi dan sintering.
10
Gambar 5 Spektrum FTIR produk sintesis hidroksiapatit dengan metode kering
pada suhu 800 °C (─), 1000 °C (─), dan 1200 °C (─)
Tabel 2 Nilai bilangan gelombang penciri hidroksiapatit dalam spektrum FTIR
produk sintesis
Suhu
sintering
(°C)
800
1000
1200
Keterangan :
3‐
-1
Pita serapan PO4 (cm )
1
962.48
974.05
947.05
974.05
945.12
974.05
3
1002.98
1186.22
1045.42
1186.22
1045.42
1186.22
4
Pita serapan CO3
2
567.07 875.68
599.86
588.29
586.36
3
1415.75
1417.68
1489.05
1415.75
2‐
Pita
serapan
(cm )
OH¯ (cm-1)
4
680.87
3570.24
3641.60
725.23
611.43
725.23
3643.53
611.43
-1
1=
vibrasi regang simetris; 2= vibrasi tekuk simetris;
3= vibrasi regang asimetris; 4= vibrasi tekuk asimetris
Tabel 2 menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu sintering, semakin sedikit
jumlah pita serapan gugus CO32₋ pada produk sintesis. Selain itu, semakin sedikit
−
pula gugus OH dalam produk yang berasal dari H2O. Dalam kristal apatit, H2O
dapat berada di permukaan atau di dalam kristal. H2O di permukaan kristal apatit
akan hilang oleh pemanasan di bawah suhu 200 °C, sedangkan H2O di dalam
kristal akan hilang bila produk dipanaskan di atas suhu 200−800 °C (Soejoko dan
Wahyuni 2002).
Mikrograf Produk Sintesis Hidroksiapatit
Sampel selain dicirikan mengggunakan XRD untuk mengidentifikasi fase
kristal, juga dicirikan dengan SEM untuk mengamati morfologi permukaannya.
Mikrograf hasil sintesis HAp dengan variasi suhu diperoleh berupa kristal
beberapa senyawa apatit yang berkumpul dengan bentuk tidak seragam (Gambar
6). Hasil ini menunjukkan bahwa sintesis dengan metode kering belum
menghasilkan HAp yang sempurna. Dari ketiga mikrograf tersebut, terlihat bahwa
semakin tinggi suhu sintering, pori-pori semakin terbuka. Gergely et al. (2010)
melaporkan hasil SEM HAp hasil sintesis dengan metode kering berupa butiran
kasar berukuran nanometer yang menggumpal dengan permukaan halus.
Sementara morfologi HAp komersial dilaporkan berupa granul-granul yang
membentuk agregat. Ukuran granul tidak merata dan memiliki struktur yang halus
(Trianita 2012).
a
b
c
Gambar 6 Mikrograf HAp hasil kalsinasi pada suhu 800 ºC (a), 1000 ºC (b), dan
1200 ºC (c)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sintesis HAp menggunakan kalsium oksida yang berasal dari cangkang telur
bebek dan diamonium hidrogen fosfat menggunakan metode kering dengan
variasi suhu 800, 1000, dan 1200 ºC belum menghasilkan HAp murni. Masih
12
terdapat beberapa senyawa apatit lainnya seperti AKA, AKB, α-TCP, β-TCP,
OKF, dan TKF sebagaimana ditunjukkan oleh hasil difraktogram sinar-X.
Spektrum FTIR menunjukkan pita serapan gugus OH¯ yang terikat fase HAp pada
produk sintesis dengan suhu sintering 1000 dan 1200 ºC. Mikrograf SEM
menunjukkan permukaan produk sintesis HAp yang mengumpul dengan bentuk
tidak beraturan dan berpori.
Saran
Dibutuhkan pengondisian tertentu untuk menghindari keberadaan ion CO32‐
pada proses sintesis. Proses sintering dilakukan dengan kenaikan suhu yang
bertahap agar reaksi hidrotermal berjalan dengan sempurna. Variasi waktu
pengadukan pada metode kering juga diperlukan untuk menyempurnakan sintesis
HAp agar diperoleh HAp yang lebih murni.
DAFTAR PUSTAKA
Aoki H. 1991. Science and Medical Applications of Hydroxyapatite. Tokyo (JP):
Tokyo Medical and Dental Univ.
Amrina, QH. 2008. Sintesa hidroksiapatit dengan memanfaatkan limbah cangkang
telur: karakterisasi difraksi sinar-X dan scanning electron microscopy
(SEM) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Arifianto. 2006. Pengaruh atmosfer dan suhu sintering terhadap komposisi pelet
hidroksiapatit yang dibuat dengan sintesa kimia dengan pelarut air dan SBF
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Arunlertaree C, Kaewsomboon W, Kumsopa A, Pokethitiyook P,
Panyawathanakit P. 2007. Removal of lead from battery manufacturing
wastewater by egg shell. Songklanakarin J Sci Technol. 29:857-868.
Assolant DB, Ababou A, Champion E, Heughebaert M. 2002. Sintering of
calcium phosphate hydroxyapatite Ca10(PO4)6(OH)2 I. Calcination and
particle growth. J Eur Ceramic Soc. 23:229-241.
Balamurugan A, Michel J, Fauré J, Benhayoune H, Wortham L, Sockalingum G,
Banchet V, Bouthors S, Maquin DL, Balossier G. 2006. Synthesis and
structural analysis of sol gel derived stoichiometric monophasic
hydroxyapatite. Ceramics-Silikaty. 50(1):27-31.
Dahlan K, Prasetyanti F, Sari YW. 2009. Sintesis hidroksiapatit dari cangkang
telur menggunakan dry method. J Biofisika. 5(2):71-78.
Gergely G, We’ber F, Luka´cs I, To´th AL, Horva´th ZE, Miha´ly J, Bala´zsi C.
2010. Preparation and characterization of hydroxyapatite from eggshell.
Ceramics Int. 36:803-806.
Hapsah S. 2012. Perubahan fase padat pada pembentukan hidroksiapatit akibat
variasi suhu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kahoe S. 2008. Optimisation of hydroxyapatite (HAp) for orthopedic application
via the chemical prepicitation technique [tesis]. Dublin (IE): Dublin City
Univesity.
13
Muntamah. 2011. Sintesis dan karakterisasi hidroksiapatit dari limbah cangkang
kerang darah (Anadara granosa sp) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Nys Y, Gautron J. 2007. Structure and formation of the eggshell. Di dalam:
Huopalahti R, Lopez-Fandino R, Anton M, Schade R, editor. Bioactive Egg
Compounds. Berlin (DE): Springer-Verlag. Halaman 99-102.
Nys Y, Gautron J, Garcia-Ruiz JM, Hincke MY. 2004. Avian eggshell
mineralization: biochemical and functional characterization of matrix
protein. C R Palevol. 3:549-562.
Pramanik S, Agarwal AK, Rai KN. 2005. Development of high strength
hydroxyapatite for hard tissue replacement. Trends Biomater Artif Organs.
19(1):46-51.
Soejoko DS, Wahyuni S. 2002. Spektroskopi inframerah senyawa kalsium fosfat
hasil presipitasi. Makara Sains. 6(3):117-122.
Trianita VN. 2012. Sintesis hidroksiapatit berpori dengan porogen polivinil
alkohol dan pati [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
14
Lampiran 1 Bagan alir penelitian
Analisis kadar Ca dengan AAS
Preparasi cangkang telur bebek
`
Analisis DTA
Kalsinasi pada suhu 1000 °C
selama 6 jam
Sintesis HAp dengan metode kering:
CaO + (NH4)2HPO4
Dihomogenkan dengan lumpang dan
pengaduk dengan kecepatan 400 rpm
selama 2 jam
Campuran dipanaskan pada suhu 800,
1000, dan 1200 °C masing-masing
selama 2 jam.
Analisis XRD, FTIR, dan SEM
Analisis XRD dan SEM
15
Lampiran 2 Perhitungan massa pembentukan hidroksiapatit
Reaksi: 10CaO + 6(NH4)2HPO4
Ca10(PO4)6(OH)2 + 12NH3 + 8H2O
H = 1.0079 g/mol
P = 30.9738 g/mol
O = 15.9994 g/mol
Ca = 40.0780 g/mol Mr (NH4)2HPO4 = 132.0559 g/mol
•
N = 14.0067 g/mol
koef (NH4)2HPO4
mP=
Ar P
Mr (NH4)2HPO4
koef CaO
Mr (NH4)2PO4
6
30.9738 g/mol
132.0559 g/mol
=
10
132.0559 g/mol
= 18.5843 g
Mr (NH4)2HPO4
• m (NH4)2HPO4 = m P
Ar P
132.0559 g/mol
= 18.5843 g
30.9738 g/mol
= 79.2335 g
•
Ca/P = 1.67
Ca
= 1.67
18.5843 g
Ca = 31.0358 g
•
•
•
Mr CaO = 56.0774 g/mol
Mr CaO
m CaO = m Ca
Ar Ca
56.0774 g/mol
= 31.0358 g
40.0780 g/mol
= 43.4255 g
•
m CaO + m (NH4)2HPO4
10 g =
X
43.4255 g + 79.2335 g
10 g =
X
10 g X = 122.6590
X = 12.2659
16
lanjutan Lampiran 2
79.2335 g
•
m (NH4)2HPO4 yang akan ditimbang =
= 6.4596 g
12.2659
43.4255 g
• m CaO yang akan ditimbang =
= 3.5402 g
12.2659
• Nisbah CaO dan (NH4)2HPO4
Ca
.
g
%
%
. %
CaO
.
g
mP
18.5818 g
°100%
° 100%
23.46%
m (NH4)2HPO4
79.2335 g
17
Lampiran 3 Perhitungan kadar kalsium dalam cangkang telur bebek
Konsentrasi kalsium (x)
: 7.985 ppm
Bobot contoh (m)
: 0.1063 gram
Volume contoh (V)
: 100 mL
Faktor pengenceran (fp)
: 100
Persentase penjerapan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
% kadar kalsium =
x.V.fp
° 100%
m
7.985 ppm . 1 g/1000 mg . 100 mL . 1 L/1000 mL . 100
°100%
=
0.1063 g
= 75.12%
18
Lampiran 4 Data JCPDS
a. Data JCPDS kalsium oksida (CaO)
b. Data JCPDS apatit karbonat tipe A (AKA) (Ca10(PO4)6CO3)
19
lanjutan Lampiran 4
c. Data JCPDS trikalsium fosfat (α-TCP)
d. Data JCPDS hidroksiapatit
20
lanjutan Lampiran 4
e. Data JCPDS tetrakalsium fosfat (TKF)
f. Data JCPDS trikalsium fosfat (β-TCP)
21
lanjutan Lampiran 4
g. Data JCPDS oktakalsium fosfat (OKF)
h. Data JCPDS apatit karbonat tipe B (AKB) (Ca10(PO4)3(CO3)3(OH)2)
22
Lampiran 5 Data ukuran kristal sampel hasil analisis XRD
a. Hasil sintesis pada suhu 800 °C
0.1200
2θ
(rad)
0.3539
θ
(rad)
0.1769
2θ (°)
β (°)
20.2756
0.9844
β
(rad)
0.0021
67.2524
cos θ
L (nm)
20.6846
0.0600
0.3610
0.1805
0.9838
0.0010
134.5916
20.9141
0.0800
0.3650
0.1825
0.9834
0.0014
100.9808
21.8818
0.1800
0.3819
0.1910
0.9818
0.0031
44.9520
22.1462
0.0500
0.3865
0.1933
0.9814
0.0009
161.8999
22.4805
0.0600
0.3924
0.1962
0.9808
0.0010
134.9942
22.8298
0.1200
0.3985
0.1992
0.9802
0.0021
67.5383
23.0095
0.0800
0.4016
0.2008
0.9799
0.0014
101.3397
23.7181
0.0800
0.4140
0.2070
0.9787
0.0014
101.4694
24.0275
0.1600
0.4194
0.2097
0.9781
0.0028
50.7636
25.2904
0.0700
0.4414
0.2207
0.9757
0.0012
116.3110
25.8877
0.1133
0.4518
0.2259
0.9746
0.0020
71.9454
26.0408
0.0733
0.4545
0.2272
0.9743
0.0013
111.2405
26.4003
0.0867
0.4608
0.2304
0.9736
0.0015
94.1163
26.7117
0.2571
0.4662
0.2331
0.9730
0.0045
31.7585
26.9628
0.2000
0.4706
0.2353
0.9724
0.0035
40.8470
27.3573
0.0500
0.4775
0.2387
0.9716
0.0009
163.5238
27.7386
0.2177
0.4841
0.2421
0.9708
0.0038
37.5878
28.1762
0.0500
0.4918
0.2459
0.9699
0.0009
163.8128
28.4758
0.0500
0.4970
0.2485
0.9693
0.0009
163.9210
28.9712
0.2380
0.5056
0.2528
0.9682
0.0042
34.4753
29.6578
0.1969
0.5176
0.2588
0.9667
0.0034
41.7369
29.9191
0.1360
0.5222
0.2611
0.9661
0.0024
60.4631
30.1388
0.2400
0.5260
0.2630
0.9656
0.0042
34.2800
30.6383
0.1600
0.5347
0.2674
0.9645
0.0028
51.4810
30.8381
0.2880
0.5382
0.2691
0.9640
0.0050
28.6142
31.1827
0.0500
0.5442
0.2721
0.9632
0.0009
164.9556
31.7971
0.1486
0.5550
0.2775
0.9617
0.0026
55.5872
32.2167
0.2400
0.5623
0.2811
0.9607
0.0042
34.4539
32.6163
0.2000
0.5693
0.2846
0.9598
0.0035
41.3866
32.9699
0.1480
0.5754
0.2877
0.9589
0.0026
55.9787
33.4855
0.1666
0.5844
0.2922
0.9576
0.0029
49.7958
34.0949
0.0600
0.5951
0.2975
0.9561
0.0010
138.4897
34.2348
0.1600
0.5975
0.2988
0.9557
0.0028
51.9531
34.9875
0.1067
0.6106
0.3053
0.9537
0.0019
78.0650
35.1940
0.0400
0.6143
0.3071
0.9532
0.0007
208.3570
35.3539
0.2000
0.6170
0.3085
0.9528
0.0035
41.6899
23
lanjutan Lampiran 5a
2θ (°)
β (°)
35.7086
36.1632
37.4454
37.8320
38.2717
38.6348
38.8346
39.0162
39.8140
40.3204
40.5253
40.6852
40.9250
41.1049
41.7545
42.0943
42.6057
43.0188
43.3087
43.5286
43.7917
44.5131
44.7929
45.0878
45.4859
45.9024
46.4671
46.6270
46.9319
47.1868
47.8865
48.1564
48.5128
48.7361
49.1559
49.3459
49.5658
49.7663
50.0706
0.0900
0.1000
0.2196
0.0400
0.2400
0.1267
0.0733
0.0300
0.1533
0.1400
0.1300
0.1300
0.0500
0.0700
0.1100
0.2700
0.1267
0.1800
0.1866
0.1200
0.0467
0.1100
0.1300
0.0800
0.2167
0.0500
0.1200
0.2700
0.1300
0.0800
0.0400
0.0600
0.0933
0.0600
0.1400
0.0800
0.1466
0.1747
0.1100
2θ
(rad)
0.6232
0.6312
0.6535
0.6603
0.6680
0.6743
0.6778
0.6810
0.6949
0.7037
0.7073
0.7101
0.7143
0.7174
0.7288
0.7347
0.7436
0.7508
0.7559
0.7597
0.7643
0.7769
0.7818
0.7869
0.7939
0.8011
0.8110
0.8138
0.8191
0.8236
0.8358
0.8405
0.8467
0.8506
0.8579
0.8612
0.8651
0.8686
0.8739
θ
(rad)
0.3116
0.3156
0.3268
0.3301
0.3340
0.3372
0.3389
0.3405
0.3474
0.3519
0.3536
0.3550
0.3571
0.3587
0.3644
0.3673
0.3718
0.3754
0.3779
0.3799
0.3822
0.3885
0.3909
0.3935
0.3969
0.4006
0.4055
0.4069
0.4096
0.4118
0.4179
0.4202
0.4234
0.4253
0.4290
0.4306
0.4325
0.4343
0.4369
cos θ
0.9518
0.9506
0.9471
0.9460
0.9447
0.9437
0.9431
0.9426
0.9402
0.9387
0.9381
0.9376
0.9369
0.9364
0.9343
0.9333
0.9317
0.9304
0.9294
0.9287
0.9279
0.9255
0.9246
0.9236
0.9222
0.9208
0.9189
0.9184
0.9173
0.9164
0.9139
0.9130
0.9117
0.9109
0.9094
0.9087
0.9079
0.9072
0.9060
β
(rad)
0.0016
0.0017
0.0038
0.0007
0.0042
0.0022
0.0013
0.0005
0.0027
0.0024
0.0023
0.0023
0.0009
0.0012
0.0019
0.0047
0.0022
0.0031
0.0033
0.0021
0.0008
0.0019
0.0023
0.0014
0.0038
0.0009
0.0021
0.0047
0.0023
0.0014
0.0007
0.0010
0.0016
0.0010
0.0024
0.0014
0.0026
0.0030
0.0019
L (nm)
92.7361
83.5700
38.1975
209.9454
35.0372
66.4422
114.9167
280.9370
55.1152
60.4484
65.1412
65.1748
169.5865
121.2044
77.2956
31.5266
67.3000
47.4387
45.8066
71.2837
183.3387
78.0346
66.0955
107.5196
39.7510
172.5449
72.0449
32.0392
66.6196
108.3617
217.3070
145.0234
93.3929
145.3538
62.3985
109.2803
59.6873
50.1273
79.7098
24
lanjutan Lampiran 5a
2θ (°)
50.3388
50.5904
51.2851
51.6420
51.8765
52.1680
52.4396
52.9145
53.1894
53.4709
53.9334
54.2340
54.4689
54.6239
55.1337
55.3936
56.3133
56.6665
56.8764
57.2080
57.9028
58.0527
58.4126
59.1424
59.5523
59.9222
60.3021
60.7219
61.2418
61.4167
61.6617
61.9682
62.2315
62.4964
62.6664
63.0813
63.4045
63.7711
64.1460
β (°)
0.0667
0.1700
0.0400
0.1543
0.0833
0.1667
0.0500
0.1400
0.0900
0.0933
0.1253
0.1400
0.0900
0.0400
0.1800
0.0600
0.1000
0.1933
0.1600
0.1500
0.0800
0.1400
0.1400
0.1600
0.0600
0.0400
0.1200
0.1200
0.0400
0.0500
0.1200
0.0267
0.1400
0.0700
0.0300
0.0800
0.0867
0.0600
0.2500
2θ
(rad)
0.8786
0.8830
0.8951
0.9013
0.9054
0.9105
0.9152
0.9235
0.9283
0.9332
0.9413
0.9466
0.9507
0.9534
0.9623
0.9668
0.9829
0.9890
0.9927
0.9985
1.0106
1.0132
1.0195
1.0322
1.0394
1.0458
1.0525
1.0598
1.0689
1.0719
1.0762
1.0815
1.0861
1.0908
1.0937
1.1010
1.1066
1.1130
1.1196
θ
(rad)
0.4393
0.4415
0.4475
0.4507
0.4527
0.4553
0.4576
0.4618
0.4642
0.4666
0.4707
0.4733
0.4753
0.4767
0.4811
0.4834
0.4914
0.4945
0.4963
0.4992
0.5053
0.5066
0.5097
0.5161
0.5197
0.5229
0.5262
0.5299
0.5344
0.5360
0.5381
0.5408
0.5431
0.5454
0.5469
0.5505
0.5533
0.5565
0.5598
cos θ
0.9051
0.9041
0.9015
0.9002
0.8993
0.8982
0.8971
0.8953
0.8942
0.8931
0.8913
0.8901
0.8891
0.8885
0.8865
0.8854
0.8817
0.8802
0.8793
0.8779
0.8750
0.8744
0.8729
0.8697
0.8680
0.8664
0.8647
0.8629
0.8606
0.8598
0.8587
0.8573
0.8561
0.8549
0.8542
0.8523
0.8508
0.8491
0.8474
β
(rad)
0.0012
0.0030
0.0007
0.0027
0.0015
0.0029
0.0009
0.0024
0.0016
0.0016
0.0022
0.0024
0.0016
0.0007
0.0031
0.0010
0.0017
0.0034
0.0028
0.0026
0.0014
0.0024
0.0024
0.0028
0.0010
0.0007
0.0021
0.0021
0.0007
0.0009
0.0021
0.0005
0.0024
0.0012
0.0005
0.0014
0.0015
0.0010
0.0044
L (nm)
131.5996
51.6869
220.3047
57.1965
106.0527
53.0604
177.1093
63.3832
98.7143
95.3403
71.1368
63.7528
99.2754
223.5255
49.7872
149.5391
90.1060
46.6918
56.4654
60.3246
113.4859
64.8961
65.0097
57.0879
152.5450
229.2421
76.5608
76.7245
230.7893
184.7986
77.0975
347.0610
66.2811
132.7478
310.0243
116.5167
107.6994
155.9346
37.5008
25
lanjutan Lampiran 5a
2θ (°)
64.4709
64.8008
65.0407
65.3107
65.9605
66.8353
67.2002
67.5001
69.0797
69.8695
70.3994
70.9042
71.3491
71.5191
72.4788
73.4486
74.0085
75.1882
76.1980
77.0577
77.2277
78.1675
78.5974
79.7971
Rerata
β (°)
0.0600
0.0400
0.0400
0.0600
0.1600
0.0900
0.0800
0.1200
0.0800
0.1000
0.0400
0.2300
0.0600
0.0400
0.2400
0.1400
0.1000
0.0600
0.0400
0.0800
0.0600
0.1000
0.0400
0.0800
2θ
(rad)
1.1252
1.1310
1.1352
1.1399
1.1512
1.1665
1.1729
1.1781
1.2057
1.2195
1.2287
1.2375
1.2453
1.2482
1.2650
1.2819
1.2917
1.3123
1.3299
1.3449
1.3479
1.3643
1.3718
1.3927
0.5626
0.5655
0.5676
0.5699
0.5756
0.5832
0.5864
0.5890
0.6028
0.6097
0.6144
0.6188
0.6226
0.6241
0.6325
0.6410
0.6458
0.6561
0.6650
0.6725
0.6739
0.6821
0.6859
cos
θ
0.8459
0.8443
0.8432
0.8419
0.8389
0.8347
0.8329
0.8315
0.8237
0.8198
0.8171
0.8146
0.8123
0.8115
0.8066
0.8015
0.7986
0.7924
0.7869
0.7823
0.7814
0.7762
0.7739
β
(rad)
0.0010
0.0007
0.0007
0.0010
0.0028
0.0016
0.0014
0.0021
0.0014
0.0017
0.0007
0.0040
0.0010
0.0007
0.0042
0.0024
0.0017
0.0010
0.0007
0.0014
0.0010
0.0017
0.0007
156.5322
235.2263
235.5397
157.2632
59.1897
105.7532
119.2234
79.6210
120.5533
96.9047
243.0493
42.4016
162.9913
244.7479
41.0403
70.7965
99.4788
167.1034
252.3773
126.9389
169.4522
102.3452
256.6467
0.6964
0.7672
0.0014
129.4395
θ (rad)
L (nm)
106.9210
26
b. Hasil sintesis pada suhu 1000 °C
0.9843
β
(rad)
0.0012
115.3033
0.1802
0.9838
0.0010
134.5830
0.3710
0.1855
0.9828
0.0005
269.4326
0.040
0.3765
0.1883
0.9823
0.0007
202.1793
0.100
0.3807
0.1903
0.9819
0.0017
80.9041
21.9666
0.150
0.3834
0.1917
0.9817
0.0026
53.9501
23.4287
0.040
0.4089
0.2045
0.9792
0.0007
202.8318
23.6183
0.100
0.4122
0.2061
0.9788
0.0017
81.1607
23.9776
0.100
0.4185
0.2092
0.9782
0.0017
81.2143
24.9859
0.040
0.4361
0.2180
0.9763
0.0007
203.4238
25.8403
0.182
0.4510
0.2255
0.9747
0.0032
44.8577
26.2838
0.080
0.4587
0.2294
0.9738
0.0014
101.9743
26.4835
0.160
0.4622
0.2311
0.9734
0.0028
51.0080
26.7348
0.197
0.4666
0.2333
0.9729
0.0034
41.5125
27.0228
0.173
0.4716
0.2358
0.9723
0.0030
47.1189
27.4621
0.120
0.4793
0.2397
0.9714
0.0021
68.1501
27.8177
0.328
0.4855
0.2428
0.9707
0.0057
24.9520
28.2461
0.030
0.4930
0.2465
0.9698
0.0005
273.0633
28.9835
0.193
0.5059
0.2529
0.9682
0.0034
42.4488
29.6774
0.186
0.5180
0.2590
0.9667
0.0032
44.1610
29.9590
0.160
0.5229
0.2614
0.9660
0.0028
51.3984
30.1813
0.175
0.5268
0.2634
0.9655
0.0031
47.0173
30.6782
0.267
0.5354
0.2677
0.9644
0.0047
30.8993
0.070
2θ
(rad)
0.3552
θ
(rad)
0.1776
20.6447
0.060
0.3603
21.2582
0.030
21.5725
21.812
2θ (°)
β (°)
20.3504
cos θ
L (nm)
30.878
0.120
0.5389
0.2695
0.9639
0.0021
68.6808
31.0856
0.256
0.5425
0.2713
0.9634
0.0045
32.2607
31.8370
0.107
0.5557
0.2778
0.9617
0.0019
77.4960
31.9969
0.187
0.5585
0.2792
0.9613
0.0033
44.2893
32.2366
0.200
0.5626
0.2813
0.9607
0.0035
41.3468
32.6034
0.232
0.5690
0.2845
0.9598
0.0040
35.7540
33.0708
0.050
0.5772
0.2886
0.9586
0.0009
165.7401
33.5029
0.115
0.5847
0.2924
0.9576
0.0020
72.1422
33.6353
0.133
0.5870
0.2935
0.9572
0.0023
62.2132
33.8351
0.040
0.5905
0.2953
0.9567
0.0007
207.5908
34.4881
0.169
0.6019
0.3010
0.9551
0.0030
49.1328
34.9942
0.080
0.6108
0.3054
0.9537
0.0014
104.1211
35.3672
0.187
0.6173
0.3086
0.9527
0.0033
44.6614
35.6569
0.127
0.6223
0.3112
0.9520
0.0022
65.8646
35.9984
0.030
0.6283
0.3141
0.9511
0.0005
278.4361
36.1782
0.070
0.6314
0.3157
0.9506
0.0012
119.3908
37.4723
0.160
0.6540
0.3270
0.9470
0.0028
52.4302
27
lanjutan Lampiran 5b
0.100
2θ
(rad)
0.6674
θ
(rad)
0.3337
0.070
0.6700
0.127
0.093
39.6908
0.9448
β
(rad)
0.0017
84.0817
0.3350
0.9444
0.0012
120.1695
0.6742
0.3371
0.9437
0.0022
66.4409
0.6769
0.3385
0.9433
0.0016
90.2690
0.093
0.6927
0.3464
0.9406
0.0016
90.4269
39.8707
0.160
0.6959
0.3479
0.9401
0.0028
52.8167
40.3137
0.113
0.7036
0.3518
0.9388
0.0020
74.6920
2θ (°)
β (°)
38.2417
38.3866
38.6281
38.7847
cos θ
L (nm)
40.5527
0.085
0.7078
0.3539
0.9380
0.0015
99.6365
40.7567
0.093
0.7113
0.3557
0.9374
0.0016
90.8327
41.1699
0.160
0.7186
0.3593
0.9362
0.0028
53.0382
41.3747
0.050
0.7221
0.3611
0.9355
0.0009
169.8365
41.7595
0.180
0.7288
0.3644
0.9343
0.0031
47.2370
42.0759
0.133
0.7344
0.3672
0.9333
0.0023
63.8533
42.5891
0.120
0.7433
0.3717
0.9317
0.0021
71.0535
42.7940
0.090
0.7469
0.3734
0.9311
0.0016
94.8043
42.9954
0.107
0.7504
0.3752
0.9304
0.0019
80.0213
43.3037
0.190
0.7558
0.3779
0.9294
0.0033
44.9861
43.5575
0.118
0.7602
0.3801
0.9286
0.0021
72.4992
43.7984
0.100
0.7644
0.3822
0.9278
0.0017
85.6212
44.5880
0.200
0.7782
0.3891
0.9252
0.0035
42.9305
44.8779
0.100
0.7833
0.3916
0.9243
0.0017
85.9505
45.0878
0.040
0.7869
0.3935
0.9236
0.0007
215.0392
45.4926
0.310
0.7940
0.3970
0.9222
0.0054
27.7879
45.8174
0.060
0.7997
0.3998
0.9211
0.0010
143.7423
46.0473
0.040
0.8037
0.4018
0.9203
0.0007
215.7968
46.4021
0.130
0.8099
0.4049
0.9191
0.0023
66.4868
46.5971
0.180
0.8133
0.4066
0.9185
0.0031
48.0534
47.0269
0.200
0.8208
0.4104
0.9170
0.0035
43.3183
47.2068
0.107
0.8239
0.4120
0.9163
0.0019
81.3283
48.0880
0.223
0.8393
0.4196
0.9132
0.0039
38.9569
48.5262
0.240
0.8469
0.4235
0.9117
0.0042
36.3084
49.1909
0.150
0.8585
0.4293
0.9093
0.0026
58.2467
49.7567
0.158
0.8684
0.4342
0.9072
0.0028
55.4234
50.0556
0.060
0.8736
0.4368
0.9061
0.0010
146.1256
50.3055
0.040
0.8780
0.4390
0.9052
0.0007
219.4124
50.4954
0.140
0.8813
0.4407
0.9045
0.0024
62.7382
51.5925
0.175
0.9005
0.4502
0.9003
0.0031
50.4205
52.2847
0.040
0.9125
0.4563
0.8977
0.0007
221.2396
52.6846
0.080
0.9195
0.4598
0.8962
0.0014
110.8103
28
lanjutan Lampiran 5b
0.245
2θ
(rad)
0.9251
θ
(rad)
0.4625
0.8949
β
L(nm)
(rad)
0.0043 36.2328
0.090
0.9353
0.4677
0.8926
0.0016 98.8876
2θ (°)
β (°)
53.0019
53.5892
cos θ
53.7692
0.090
0.9384
0.4692
0.8919
0.0016 98.9662
54.4889
0.170
0.9510
0.4755
0.8891
0.0030 52.5623
54.7588
0.090
0.9557
0.4779
0.8880
0.0016 99.4052
55.0437
0.040
0.9607
0.4803
0.8868
0.0007 223.9507
55.3036
0.040
0.9652
0.4826
0.8858
0.0007 224.2162
55.9634
0.040
0.9767
0.4884
0.8831
0.0007 224.8984
56.3683
0.110
0.9838
0.4919
0.8814
0.0019 81.9356
56.8381
0.270
0.9920
0.4960
0.8795
0.0047 33.4549
57.2980
0.090
1.0000
0.5000
0.8776
0.0016 100.5841
57.6079
0.190
1.0054
0.5027
0.8763
0.0033 47.7158
58.0453
0.155
1.0131
0.5065
0.8744
0.0027 58.6137
58.3427
0.040
1.0183
0.5091
0.8732
0.0007 227.4565
58.6026
0.200
1.0228
0.5114
0.8721
0.0035 45.5491
59.0824
0.080
1.0312
0.5156
0.8700
0.0014 114.1419
59.6723
0.260
1.0415
0.5207
0.8675
0.0045 35.2238
60.1954
0.107
1.0506
0.5253
0.8652
0.0019 86.0574
60.4670
0.150
1.0553
0.5277
0.8640
0.0026 61.2999
60.7669
0.110
1.0606
0.5303
0.8627
0.0019 83.7188
61.0618
0.120
1.0657
0.5329
0.8614
0.0021 76.8584
61.6567
0.130
1.0761
0.5381
0.8587
0.0023 71.1651
61.9816
0.040
1.0818
0.5409
0.8572
0.0007 231.6795
62.2348
0.187
1.0862
0.5431
0.8561
0.0033 49.7028
63.4362
0.110
1.1072
0.5536
0.8506
0.0019 84.9012
63.6761
0.030
1.1114
0.5557
0.8495
0.0005 311.7085
63.8860
0.030
1.1150
0.5575
0.8486
0.0005 312.0640
64.1360
0.050
1.1194
0.5597
0.8474
0.0009 187.4939
65.0607
0.040
1.1355
0.5678
0.8431
0.0007 235.5659
65.2807
0.080
1.1394
0.5697
0.8421
0.0014 117