101
keterbukaan. Apabila penentuan standart fakta materiel tidak tegas atau cukup, maka jalannya kewajiban untuk mengungkapkan informasi duty to disclose akan
terlamba.
169
B. Peran Dewan Pengawas Syariah
Pelaksanaan aktivitas syariah dapat menyimpang dari prinsip-prinsip syariah sebenarnya. Untuk itu diperlukan pengawas yang dapat mengawasi
praktek-praktek yang ada dalam dunia nyata agar prinsip-prinsip tersebut benar- benar diterapkan. Majelis Ulama Indonesia MUI membentuk Dewan Syariah
Nasional DSN untuk memenuhi kebutuhan tersebut. DSN ini juga bertindak sebagai regulator dan mengeluarkan fatwa aturan yang harus menjadi pedoman
bagi siapa saja yang akan melakukan aktivitas ekonomi syariah.
170
Tugas Dewan Pengawas Syariah sebagai pengawas kegiatan usaha di pasar modal agar senantiasa sejalan dengan prinsip syariah adalah sebuah tugas yang
sangat berat. Terlebih lagi apabila mengingat tidak adanya aturan hukum yang cukup jelas mengenai kewenangan pengawasan tersebut. Tugas Dewan Pengawas
Syariah antara lain bertanggung jawab atas pelaksanaan fatwa DSN-MUI dan menyampaikan hasil laporan pengawasan di dalam pelaksanaan obligasi
syariah.
171
Tugasnya yang berat tampaknya akan semakin berat dalam pelaksanaannya, karena tidak diimbangi dengan pengaturan yang lebih rinci.
Tidak ada aturan mengenai tata hubungan yang jelas antara Dewan Pengawas
169
Ibid
170
http:repository.usu.ac.idbitstream123456789176633Chapter II.pdf
171
Adrian Sutedi, Op. Cit., hal. 130
Universitas Sumatera Utara
102
Syariah, Komisaris, dan Direksi. Hasil pengawasan Dewan Pengawas Syariah pun tidak jelas status hukumnya. Tidak ada jaminan bahwa hasil pengawasannya dapat
mengikat Direksi, karena hasil pengawasannya bersifat rekomendatif. Oleh karena itu, tampaknya akan jauh lebih baik, apabila Bapepam mengeluarkan aturan yang
lebih rinci mengenai Dewan Pengawas Syariah. Selain itu, berbagai fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional juga sebaiknya dicoba untuk diformalkan
dalam peraturan yang berlaku di kalangan Pasar Modal.
172
Hal ini disebabkan MUI bukanlah lembaga Negara yang mempunyai kewenangan untuk membentuk peraturan perundang-undangan yang mengikat
publik. Adapun di sisi lain, Bapepam adalah perangkat pemerintah di bidang pasar modal yang dapat menciptakan kebijakan hukum atau peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu pola hubungan antara Bapepam dan Dewan Syariah Nasional dimana Dewan Syariah Nasional sebagai
perumus substansi atau materi pengaturan dan Bapepam sebagai lembaga yang akan memformalkan materi tersebut sesuai dengan tata peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia. Jika hal ini dimungkinkan, peran Dewan Pengawas Syariah tampaknya akan lebih optimal dalam penyelenggaraan pasar
modal syariah. Sebagai perseroan terbatas kepentingan pasar modal syariah pada dasrnya sama dengan badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas lainnya,
yaitu menghasilkan keuntungan ekonomis. Nilai materialisme yang begitu kental dalam konsep keberadaan perseroan terbatas tersebut pada dasarnya untuk
beberapa hal tidak sejalan dengan prinsip syariah. Sebagai sebuah paradigma
172
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
103
spiritualis, prinsip-prinsip syariah bertujuan untuk membantu manusia tidak hanya memperoleh kebaikan di dunia, tetapi yang terpenting adalah untuk memperoleh
kebaikan di akhirat.
173
Fungsi Dewan Pengawas Syariah sebagai pengawas memiliki kesamaan dengan fungsi Komisaris. Bedanya, kepentingan Komisaris dalam melakukan
fungsinya adalah memastikan pasar modal selalu menghasilkan keuntungan ekonomis. Akan tetapi, kepentingan Dewan Pengawas Syariah semata-mata hanya
untuk menjaga kemurnian ajaran Islam dalam praktik kegiatan di pasar modal. Oleh karena itu, kedudukan Dewan Pengawas Syariah dan Komisaris sebenarnya
punya potensi besar melahirkan konflik, sebab Dewan Pengawas Syariah harus berpihak pada kemurnian ajaran Islam walaupun itu bisa membuat perusahaan
kehilangan keuntungan.
174
Dewan Pengawas Syariah adalah lembaga yang khas yang dimiliki oleh pasar modal syariah. Tugasnya sangat berat yaitu sebagai pengawas kegiatan
usaha pasar modal agar senantiasa sejalan dengan prinsip syariah. Dalam menjalankan tugas tersebut adalah sangat penting untuk membekali Dewan
Pengawas Syariah dengan wewenang yang cukup dan membuat aturan yang rinci mengenai kedudukannya. Hal tersebut akan membuat prinsip good corporate
governance lebih mudah diterapkan dalam Dewan Pengawas Syariah.
175
Pada kenyataannya, pengaturan Dewan Pengawas Syariah yang ada sekarang sangat minim. Hal ini terlihat sekali apabila pengaturan untuk Dewan
Pengawas Syariah dibandingkan dengan pengaturan untuk RUPS, Komisaris, dan
173
Ibid., hal. 131
174
Ibid.
175
Ibid., hal 132
Universitas Sumatera Utara
104
Direksi. Tanpa ada pengaturan yang cukup rinci, Dewan Pengawas Syariah tampaknya tidak dapat optimal dalam menjalankan fungsi pengawasannya.
Bahkan bukan tidak mungkin, Dewan Pengawas Syariah menjadi lembaga stempel saja. Artinya, Dewan Pengawas Syariah menjadi lembaga yang membuat
seolah-olah semua produk pasar modal telah sesuai syariah, padahal pada kenyatannya tidak. Ini sangat berbahaya karena mereka adalah otoritas yang
menentukan kesesuaian penerapan huum Islam dalam operasional para pelaku usaha di pasar modal. Untuk mencegah hal tersebut aturan mengenai Dewan
Pengawas Syariah tidak hanya perlu, melainkan sangat mendesak sifatnya.
176
Pada akhirnya kunci optimalisasi Dewan Pengawas Syariah ada pada kebijakan Bapepam. Kedudukan Dewan Pengawas Syariah dan tata cara kerjanya
dalam penyelenggaraan pasar modal syariah harus diatur dalam peraturan yang berlaku di Bapepam. Segala fatwa yang dibuat Dewan Syariah Nasional yang
menjadi acuan kerja Dewan Pengawas Syariah sebisa mungkin juga harus diperjuangkan untuk diadopsi dalam peraturan Bapepam, dengan demikian fatwa
tersebut akan memiliki daya laku dan daya ikat yang lebih kuat. Semoga hal ini dapat mendorong optimalisasi Dewan Pengawas Syariah dalam penyelenggaran
pasar modal syariah.
177
176
Ibid.
177
Ibid., hal. 133
Universitas Sumatera Utara
105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan