Pasar Modal Syariah Sebagai Penggerak Pe

Pasar Modal Syariah Sebagai Penggerak Perekonomian Tahan Krisis
Oleh :
Zakiah Intan Fenanda
Fakultas Ekonomi/S1 Perbankan Syariah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
(zakiahfenanda@gmail.com)

I. PENDAHULUAN
Akhir tahun 2008 merupakan puncak dari masa keterpurukan perekonomian di
seluruh dunia. Hal ini disebabkan oleh krisis keuangan global. Krisis ini diawali dengan
adanya ledakan persediaan properti di Amerika Serikat setelah terjadi penurunan suku
bunga pada awal tahun 2001 yang berdampak pada supply and demand pada sektor
perumahan yang meningkat1. Peluang ini direspon cepat oleh Institusi-institusi keuangan
pada saat itu. Mereka berlomba-lomba menawarkan kredit perumahan karena keuntungan
dari penyaluran kredit perumahan sangat menggiurkan. Namun penyaluran kredit
perumahan tersebut tidak diimbangi dengan penilaian resiko yang baik. Mereka mulai
menerima customer yang sebenarnya tidak layak (masyarakat berpenghasilan kurang dari
standar kredit maupun berpenghasilan tidak tetap). Kredit yang dikucurkan pada
customer yang kurang layak inilah yang dikenal dengan istilah Subprime Mortgage.

Beberapa tahun kemudian seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan

dalam rangka pengendalian tingkat inflasi, The Fed mulai menaikkan tingkat suku bunga.
Hal tersebut berdampak pada banyaknya kredit perumahan yang macet (default) dan
kemudian asset properti tersebut dilelang dan kembali ke pasar. Hal inilah yang
menyebabkan ledakan persediaan properti serta penurunan harga properti secara terus
menerus. Peristiwa tersebut diperparah dengan adanya pengumuman beberapa lembaga
keuangan yang mengalami kebangkrutan karena kekurangan dana. Salah satu institusi
1

Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan (BI, 2013)
1

keuangan besar yang ditutup adalah Lehman Brothers. Krisis ini menyebabkan efek
domino terhadap perekonomian di seluruh dunia serta menggangu likuiditas
internasional. Di Indonesia, pengaruh ini berdampak pada stabilitas nilai tukar rupiah
yang terdepresiasi sekitar 30% dalam waktu 2 bulan. Selain itu pasar modal juga
mengalami tekanan arus modal keluar (capital outflow) sehingga mengalami kejatuhan,
bahkan bursa saham terpaksa harus dihentikan selama dua hari karena mengalami
penurunan tajam dalam waktu singkat diluar batas kewajaran sebesar 10% hanya dalam
sesi perdagangan pagi.2
Krisis keuangan merupakan suatu fenomena yang tidak dapat diprediksi. Selain

berbahaya terhadap kelangsungan kegiatan perekonomian, krisis keuangan dapat dengan
cepat menular dari negara satu ke negara lain dan menciptakan krisis perekonomian
global. Krisis dapat dicegah apabila seluruh badan usaha maupun perusahaan-perusahaan
memiliki kekuatan anti krisis yang salah satu indikatornya adalah ketersediaan modal.
Semakin banyak modal perusahaan yang dimanfaatkan secara efektif, maka
pembangunan

perekonomian

suatu

negara

akan

semakin

baik.

Pembangunan


perekonomian tidak terlepas dari peran penduduk suatu negara itu sendiri. Partisipasi
warga negara dalam upaya peningkatan kualitas perekonomian dapat diwujudkan dengan
berbagai macam cara salah satunya adalah melakukan investasi. Salah satu bentuk
investasi nyata yang mampu mempercepat laju perekonomian adalah investasi di pasar
modal. Secara sederhana,

pasar modal adalah tempat berbagai macam instrumen

keuangan jangka panjang atau efek dapat diperjualbelikan secara bebas. Pasar modal
merupakan tempat perusahaan menerbitkan surat-surat berharga berupa saham, obligasi,
reksadana maupun instrumen keuangan lain untuk kemudian dijual kepada investor, baik
investor perorangan maupun korporasi. Penjualan dari efek-efek tersebut merupakan
sumber dana perusahaan. Dapat dikatakan bahwa pasar modal merupakan lembaga
intermediasi selain perbankan yang mengumpulkan dana dari pihak yang kelebihan dana
dalam hal ini investor, dan menyalurkannya pada pihak yang kekurangan dana dalam hal
ini perusahaan yang menerbitkan surat berharga. Tanpa adanya pasar modal perusahaan
2

(Simorangkir, 2014)

2

akan kesulitan dalam memperoleh modal tambahan. Belajar dari peristiwa subprime
mortgage, perekonomian modern yang rawan krisis seakan-akan memberi dampak pada

penilaian resiko penyaluran kredit/pembiayaan perbankan untuk perusahaaan-perusahaan
di Indonesia yang menjadi semakin ketat. Maka dalam hal ini, pasar modal merupakan
sebuah solusi dalam upaya mempermudah perusahaan-perusahaan memperoleh dana
investasi sehingga berdampak pada gencarnya pembangunan dan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi sektor riil di Indonesia.

II. ISI
Dewasa ini, investasi pada pasar modal telah banyak menyimpang dari fitrahnya.
Tidak sedikit terdapat investor-investor spekulan yang menjadikan pasar modal sebagai
ajang spekulasi dengan tujuan untuk mencari keuntungan instan. Selain itu, pasar modal
yang seharusnya merupakan cerminan dari kondisi riil kinerja perusahaan yang listing di
dalamnya, pada kenyataannya nilai dari saham-sahamnya sangat mudah dipengaruhi oleh
berita-berita dan isu-isu terkini yang kurang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Seringkali ditemui perusahaan yang kinerjanya meningkat namun nilai sahamnya
menurun akibat dari isu yang beredar secara global, dan kemudian rebound harga setelah

isu mereda. Hal ini semakin lama dikhawatirkan akan menyebabkan krisis perekonomian
suatu negara. Penerapan prinsip syariah dalam dunia investasi di Indonesia termasuk
pasar modal dapat menjadi upaya nyata dalam mengembalikan fungsi investasi sesuai
dengan fitrahnya. Transaksi berbasis syariah yang menghindari unsur riba, gharar dan
maysir tentu dapat memperbaiki laju investasi di pasar modal menjadi lebih tenang serta

tidak mudah terpengaruh isu negatif yang mempengaruhi fluktuasi harga secara tajam
sehingga merugikan investor maupun perusahaan yang listing di dalamnya. Penerapan
prinsip syariah juga berdampak positif pada bursa yang lebih tenang, sehingga inflasi
terkendali dan tercipta perekonomian yang tahan krisis.

3

Kesesuaian sistem ekonomi syariah untuk diimplementasikan pada pasar modal
bukanlah tanpa alasan. Secara umum ekonomi islam adalah ilmu yang mempelajari
segala perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan
memperoleh falah (kedamaian dan kesejahteraan dunia-akhirat)3 sehingga seluruh
ketentuan transaksi dalam ekonomi syariah adalah bertujuan untuk kemaslahatan
bersama. Selain itu sistem ekonomi modern yang tidak tahan krisis juga melatarbelakangi
urgensi penerapan prinsip syariah di pasar modal Indonesia. Implikasi ilmu ekonomi

islam pada pasar modal antara lain adalah efek yang diperjualbelikan harus merupakan
representasi dari barang dan jasa yang halal, adanya keterbukaan/transparansi informasi
serta larangan terhadap informasi yang menyesatkan, larangan terhadap transaksi yang
mengandung ketidakjelasan objek yang ditransaksikan baik dari sisi pembeli maupun
penjual, larangan pertukaran efek sejenis dengan nilai nominal yang berbeda, larangan
atas short selling yang menetapkan bunga atas pinjaman, larangan melakukan rekayasa
permintaan untuk mendapatkan keuntungan di atas laba normal dengan cara menciptakan
false demand, larangan melakukan rekayasa penawaran untuk mendapatkan keuntungan

diatas laba normal dengan cara mengurangi supply agar harga jual naik4, serta laranganlarangan yang menyebabkan tidak sahnya akad. Dampak positif yang diharapkan dari
implementasi ilmu ekonomi islam pada pasar modal syariah adalah mengembalikan
fungsi investasi sesuai dengan fitrahnya sehingga bubble economic yang disebabkan oleh
kurang efektifnya sistem perekonomian modern dapat dicegah.
Pasar modal syariah yang telah berjalan hingga saat ini dalam pelaksanaannya
memerlukan banyak modifikasi tanpa menghilangkan esensi kesyariahannya, hal ini
dilatarbelakangi oleh iklim investasi yang menekankan pada efisiensi waktu serta
kemudahan transaksi keuangan termasuk transaksi di pasar modal. Oleh karena itu,
diharapkan kebijakan pelaksanaan kegiatan transaksional pada pasar modal syariah tidak
semerta-merta merupakan turunan dari kebijakan pasar modal konvensional yang sudah
terlebih dahulu ada, karena hal tersebut dapat menyebabkan persepsi masyarakat selaku

3
4

(Hidayat, 2011)
(Manan, 2009)
4

investor terhadap pasar modal konvensional maupun syariah adalah tidak memiliki
perbedaan berarti, sehingga diharapkan setelahnya tingkat kepercayaan masyarakat yang
melakukan investasi di pasar modal syariah meningkat dan terjadi peningkatan volume
nilai investasi.

III. PENUTUP
Krisis keuangan global merupakan bencana perekonomian yang sebenarnya dapat
dicegah. Tentunya upaya pencegahan tersebut tidak semerta-merta dapat dilakukan dalam
waktu singkat. Sistem perekonomian modern yang terbukti menghasilkan bubble
economic yang siap meletus kapan saja dan menyebabkan krisis, perlu diimbangi oleh

sistem perekonomian lain yang diyakini mampu mengatasi krisis, yaitu sistem ekonomi
islam. Salah satu kegiatan perekonomian produktif sektor riil yang dengan mudah

dimanfaatkan oleh investor perorangan maupun korporasi adalah dengan berinvestasi di
pasar modal. Pasar modal selain sebagai lahan berinvestasi, juga memegang peran yang
sama

pentingnya

dengan

perbankan

yaitu

lembaga

intermediasi.

Upaya

pengiimplementasian ekonomi islam sebagai opsi sistem perekonomian yang rawan krisis
pada lembaga investasi di Indonesia dalam hal ini pasar modal bukan merupakan langkah

yang mudah tanpa adanya persiapan yang baik. Selain itu, hal tersebut juga tidak bisa
dilakukan secara tiba-tiba. Perlu proses pengkajian dan pengevaluasian kontinu selama
pelaksanaannya.
Prosedur pengoperasian pasar modal syariah yang saat ini sudah berjalan serta
produk-produk instrumen keuangan syariah yang terdapat didalamnya masih dipandang
sebagai turunan dari pasar modal konvensional yang sudah ada sebelumnya. Sehingga
banyak investor awam yang memandang pelaksanaan pasar modal syariah tidak ada
bedanya dengan pasar modal konvensional kecuali jenis perusahaan yang dapat diperjualbelikan didalam pasar modal syariah yang lebih terfiltrasi kesyariahannya. Namun, dari
segi sistem pelaksanaan transaksi instrumen keuangan yang terdapat diantara keduanya

5

tidak terlihat adanya perbedaan yang berarti. Maka dari itu, beberapa hal yang
direkomendasikan oleh penulis antara lain adalah perlu adanya pengevaluasian tentang
pelaksanaan pasar modal syariah di Indonesia dalam hal mengatasi kurang yakinnya
masyarakat terhadap pasar modal syariah dengan tidak hanya membuat kebijakankebijakan, melainkan juga harus benar-benar diimplementasikan secara patuh dan lebih
mengetatkan pengawasan sehingga tidak terjadi penyelewengan didalamnya. Dengan
demikian diharapkan hal ini akan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
berinvestasi pada pasar modal syariah yang kemudian disusul dengan terjadinya
peningkatan volume investasi di pasar modal syariah. Dengan terciptanya investasi yang

sehat maka perputaran perekonomian Indonesia akan semakin baik dan semakin tahan
krisis.

6

DAFTAR PUSTAKA

BI. (2013, Januari). Pengaruh Krisis Ekonomi Amerika Serikat terhadap Bursa Saham
dan Perdagangan Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, pp. 9091.
Hidayat, T. (2011). Buku Pintar Investasi Syariah. Jakarta: Mediakita.
Manan, A. (2009). Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah Indonesia. Jakarta: Prenada Media.

Simorangkir, I. (2014). Pengantar Kebanksentralan (Teori dan Praktik di Indonesia).
Jakarta: Rajawali Pers.