Korban. PP tersebut telah menjelaskan bagaimana korban dalam mengajukan permohonan kompensasi dan restitusi dan yang terpenting adalah tugas dan
wewenang dari LPSK sebagai lembaga mandiri yang bertanggung jawab untuk
menangani pemberian bantuan pada Saksi dan Korban.
B. Saran
1. Bentuk-bentuk kompensasi dan restitusi harus juga dirumuskan secara jelas sebagai panduan oleh korban maupun penegak hukum lainnya dalam menentukan bentuk
kompensasi dan restitusi. Termasuk disini adalah besaran ganti kerugian dalam bentuk uang harus juga ada panduan dan rumusan yang jelas. Dalam hal ini
kompensasi diberikan untuk setiap kerusakan atau kerugian yang secara ekonomis dapat diperkirakan nilainya, sebagai akibat dari pelanggaran HAM, seperti: kerugian
fisik dan mental; kesakitan, penderitaan dan tekanan batin; kesempatan yang hilang lost opportunity, misalnya pendidikan dan pekerjaan; hilangnya mata pencaharian
dan kemampuan mencari nafkah; biaya medis dan biaya rehabilitasi lain yang masuk akal; kerugian terhadap hak milik atau usaha, termasuk keuntungan yang hilang;
kerugian terhadap reputasi atau martabat; biaya-biaya lain yang masuk akal dikeluarkan untuk memperoleh pemulihan.
2. Perlunya pengkajian kembali mengenai definisi kompensasi agar timbul tanggung jawab negara secara penuh dalam pemenuhan hak-hak korban pelanggaran HAM
berat.
Universitas Sumatera Utara
BAB II ANALISIS PENGATURAN KOMPENSASI DAN
RESTITUSI TERHADAP KORBAN PELANGGARAN HAM BERAT MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA
A. Pengaturan Kompensasi dan Restitusi terhadap korban pelanggaran HAM Berat
UU Perlindungan Saksi dan Korban membuka kembali diskursus tentang pemulihan reparasi
30
kepada korban, termasuk korban pelanggaran HAM yang berat.
31
Undang-undang ini mengatur tentang hak korban untuk mendapatkan kompensasi dan restitusi. Kompensasi diberikan kepada korban pelanggaran HAM yang berat, sementara
restitusi merupakan ganti kerugian yang menjadi tanggung jawab pelaku tindak pidana.
32
Pengaturan dalam UU Perlindungan Saksi dan Korban sedikit berbeda dengan UU Pengadilan HAM yang juga memberikan pengaturan atas hak kompensasi dan restitusi
kepada korban pelanggaran HAM yang berat. Untuk implementasi hak- hak korban tersebut, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2002 tentang
Kompensasi, Restitusi dan Rehabilitasi Terhadap Korban Pelanggaran HAM Yang Berat. Terdapat 3 tiga peraturan pokok dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia dalam konteks untuk menganalisa regulasi tentang kompensasi dan restitusi. Untuk memperkuat analisa atas regulasi tersebut, penulis akan menganalisa praktik-
praktik penerapan hak atas kompensasi dan restitusi di pengadilan HAM.
30
Yang dimaksud pemulihan reparation dalam tulisan ini adalah hak yang menunjuk kepada semua tipe pemulihan baik material maupun immaterial bagi para korban pelanggaran hak asasi manusia. Dalam hal
ini pemulihan merupakan bentuk umum dari berbagai bentuk pemulihan kepada korban, yang diantaranya mencakup kompensasi, restitusi dan rehabilitasi
31
Pelanggaran HAM yang berat berdasarkan Undang-undang No. 26 tahun 2000 adalah kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Lihat pasal 7 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
32
Pasal 7 ayat 1 UU Perlindungan Saksi dan Korban.
Universitas Sumatera Utara