tersebut ditunjukkan dengan peningkatan arus yang tidak begitu tinggi yaitu dari 0.03 A menjadi 0.05 A. Rendahnya EC dan arus yang mengalir dalam sludge tipe
ini menunjukkan bahwa proses pengeringan dengan elektroosmosis tidak dapat dilakukan pada sludge PDAM.
4.3. Perubahan kadar air
Proses pengeringan dengan teknologi elektroosmosis dapat terjadi pada tipe sludge TPA namun tidak pada sludge PDAM. Oleh sebab itu tidak dilakukan
analisis lebih lanjut pada sludge PDAM. Kadar air pada sludge diukur saat arus listrik terputus sesaat setelah
pemindahan elektroda anoda mendekati elektroda katoda, untuk mengetahui kemampuan pengeringan secara elektroosmosis yang terjadi sampai arus terputus.
Kemampuan dewatering secara elektroosmosis ditunjukan dengan penurunan kadar air selama proses elektroosmosis. Kadar air awal ditunjukkan dari grafik
garis berwarna merah, dimana pengukurannya dilakukan pada sampel sludge di masing-masing kotak perlakuan sebelum diberi perlakuan elektroosmosis.
Penurunan kadar air selama elektroosmosis ditunjukkan oleh grafik batang berwarna biru yang diukur pada bagian yang paling dekat dengan anoda sesaat
setelah arus terputus dan terjadi pemindahan anoda ke katoda. Perubahan kadar air pada voltase 20 dengan perlakuan katoda yang berbeda
ditunjukan pada Gambar 11. Pada perlakuan ini, terjadi pemindahan elektroda grafit anoda kearah katoda sebanyak tiga kali pada jarak antar elektroda 22, 14,
dan 9 cm. Penurunan kadar air pada pasangan elektroda grafit dan tembaga Lampiran 4 di awal pergeseran anoda jarak antar elektroda 22 cm mencapai
467 dan meningkat secara signifikan kearah mendekati katoda hingga pada jarak antar elektroda 9 cm dari kadar air awal 1084. Pada pasangan elektroda
grafit dan stainless steel Lampiran 4 kadar air dapat diturunkan dari 1186 menjadi 415 untuk pemindahan anoda awal pada jarak antar elektroda 22 cm
dan pada jarak yang paling dekat dengan katoda pada jarak antar elektroda 9 cm kadar air dapat diturunkan menjadi 542. Penurunan kadar air pada pasangan
elektroda grafit dan kasa stainless steel Lampiran 4 tidak berbeda jauh dengan dua pasangan di atas yaitu kadar air dapat diturunkan dari kadar air awal 1044
menjadi 422 pada jarak antar elektroda 22cm dan 518 pada jarak antar elektroda 9 cm.
Pada perlakuan 30 volt perubahan kadar air pada tiga pasangan elektroda yang berbeda ditunjukkan pada Gambar 12. Perlakuan 30 volt pada pasangan
elektroda grafit dan tembaga Lampiran 5 mampu menurunkan kadar air sludge dari 1239 menjadi 377 pada jarak antar elektroda 20 cm, namun pada jarak
antar elektroda 11 cm kadar air hanya dapat diturunkan hingga 554. Kadar air naik secara signifikan di setiap pemindahan elektroda anoda hingga ke jarak yang
paling dekat dengan katoda yaitu pada jarak antar elektroda 3 cm kadar air turun hanya mencapai 899. Hal yang sama juga terjadi pada pasangan elektroda grafit
dan stainless steel Lampiran 5 dimana pada pemindahan elektroda pertama jarak antar elektroda 20 cm kadar air dapat diturunkan menjadi 361 dari kadar
air awal 1276. Pada jarak antar elektroda 7 cm pasangan elektroda ini kadar air Gambar 11. Perubahan kadar air pada perlakuan 20 volt
hanya dapat diturunkan menjadi 513, sedangkan pada jarak antar elektroda 3 cm kadar air hanya dapat diturunkan menjadi 1039.
Perubahan kadar air yang cukup fluktuatif terlihat pada pasangan elektroda grafit dan kasa stainless steel Lampiran 5, yaitu pada pergeseran awal katoda
jarak antar elektroda 20 cm kadar air dapat diturunkan hingga 241 dari kadar air awal 1118. Namun kadar air pada jarak elektroda 13 cm hanya dapat
diturunkan menjadi 579, dan naik hingga mendekati katoda pada jarak antar elektroda 4 cm menjadi 691.
Perubahan kadar air pada perlakuan arus sebesar 35 volt dengan tiga pasangan elektroda yang berbeda disajikan pada Gambar 13. Perlakuan
elektroosmosis dengan voltase 35 volt Lampiran 6 tersebut ternyata tidak memberikan hasil dewatering yang lebih dari daripada kedua perlakuan di atas.
Pada kedua pasangan elektroda baik grafit dan tembaga atau grafit dan stainless Gambar 12. Perubahan kadar air pada perlakuan 30 volt
steel kadar air hanya dapat diturunkan rata-rata 500-700 dari kadar air awalnya 1200, dan meningkat secara signifikan mendekati katoda.
Hal tersebut disebabkan oleh pemberian arus yang semakin tinggi mengakibatkan terdorongnya kation-kation kearah mendekati katoda akan
semakin kuat sehingga electroconductivity pada anoda akan semakin cepat menurun sehingga arus lebih cepat terputus. Terputusnya arus pada saat
dewatering secara elektroosmosis inilah yang menjadi penghambat penurunan kadar air yang lebih maksimal pada proses ini.
Meningkatnya kadar air pada sisi katoda dapat disebabkan semakin dekat jarak antar elektroda maka bloking yang terjadi antara ion H yang dihasilkan di
sisi anoda dan OH yang dihasilkan di sisi katoda akan semakin kuat sehingga terdapat unsur yang tidak dapat terdorong keluar sistem. Penurunan kadar air pada
sludge juga terlihat secara visual dari menyusutnya volume sludge serta keluarnya efluen leachate, namun penurunan kadar air yang lebih maksimal dengan
elektroosmosis terhambat karena arus yang terputus pada bagian anoda. Menurunnya kadar air selama elektroosmosis menunjukan bahwa elektroosmosis
dapat diterapkan pada sludge yang mengandung bahan organik tinggi, memiliki EC tinggi serta mengandung banyak kation.
Gambar 13. Perubahan kadar air pada perlakuan 35 volt
4.4. Karakteristik sludge setelah elektroosmosis