Ketiga, periode penyempurnaan dan perumusan kaidah penulisan huruf oleh Abu’Ali Muhammad Bin Muqlah dan saudaranya, Abu Abdullah Hasan Bin Muqlah dengan metode Al-
Khat Al-Mansub ukuran setandar ukuran kaligrafi. Ibnu Muqlah sangat berjasa dalam membangun gaya Naskhi dan
ṡ
ulu
ṡ
i. Disamping itu, ia juga memodifikasi sekitar 14 gaya kaligrafi serta menentukan 12 kaidah untuk pegangan seluruh aliran.
Keempat, periode pengembangan dari rumusan Ibnu Muqlah oleh Ibnu Bawwab, yang nama asli Abu Hasan Bin Abi hilal, berhasil menemukan gaya lebih gemulai, pertautan yang
indah gaya kesukaanya ialah naskhi dan muhaqqaq. Ia juga menambahkan zukhrufah hiasan pada 13 gaya kaligrafi yang menjadi eksperimen.
Kelima, periode pengolahan khat dan pemikiran tentang metode hiasan baru dengan Jamaluddi Yaqut Al-Musta’shimi. Beliau juga mengola gaya Al-aqlam Al-sittah yang masyur
pada periode kedua dengan sentuhan kehalusan penuh estektik serta mengembalikan hukum- hukum ibnu Muqlah dan Ibnu Bawwab pada dasar geometric dan titik Rhombic yang kemudian
masyur dengan gaya Yaquti. Di masa inilah para ahli kaligrafi dengan penuh antusias mampu menghasilkan ciptan gaya baru, bahkan hingga ratusan gaya.
Keenam, periode memunculkan tiga gaya baru pada masa Dinasty Mameluk di Mesir dan Dinasty Safawi di Persia, yaitu gaya ta’liq farisi yang disempurnakan oleh ahli kaligrafi Abdul
Hayy, nasta’liq merupakan gabungan antara naskhi dan ta’liq oleh ahli kaligrafi yang bernama Mir’Ali, dan gaya Shikatse berbentuk terpecah-pecah oleh Darwisi Abdul Masjid. Dalam
catatan Ibnu Nadim pada masa Dinasti Thulon. Lalu seiring berjalannya waktu semakin banyak penemuan jenis kaligrafi sendiri bukan
hanya bersumber pada negeri Arab saja melainkan sampai daerah Afrika yang memiliki mayoritas muslim seperti jenis tulisan: thuman, tsulutsain, ghubar, nataliq, jalil, taliq, farisi,
ṡulu
ṡ
, dan masih banyak lagi namun sampai sekarang khatjenis tulisan yang banyak digunakan ialah, naskhi,
ṡulu
ṡ
, ryhani, diwani, diwani jail, farisi, khufi, riq’ah.
2.1.1 Sejarah Perkembangan Khat Naskhi
Walaupun Naskhi dapat diakarkan ke akhir abat VII Miladiyah, namun tulisan tersebut tidak menonjol pada banyak bentuk dan sistematika sampai penghujung abad kesembilan. Yang
paling penting adalah, bahwa Naskhi menarik banyak orang sebab ditulis lebih muda dengan bentuk geometrikal cursif, tanpa macam-macam struktur yang kompleks.
Universitas Sumatera Utara
Orang-orang Arab pernah belajar seni membuat kertas dari Cina dan Mesir sekitar tahun 750-an dan pemakaiannya dikenalkan kepada seluruh negri Islam, sehingga kaum
muslimin dapat menggunakan material tulisan lain semacam papirus dan kertas kulit. Ini memungkinkan pula tulisan Naskhi selalu siap dipakai dan dengan muda menyebar di seluruh
kawasan negri Islam bagian Timur. Sejak tulisan Naskhi kurang bisa menyesuaikan diri, maka sistem Ibnu Muqlahlah yang
membawanya ke arah kemajuan. Ibnu Muqlah sendiri kemudian merumuskan corak Naskhi pada proporsinya yang lebih uniuk dan elok, yang pada puncaknya bergabung pada ranking tulisan
besar. Kemudian lebih di sempurnakan lagi oleh Ibnu Al-Bawab, yang memberi “cap jempol” bagi Naskhi dan mentransformasikannya kepada tulisan Alquran yang mengagumkan dan patut
dihormati. Ini bisa dilihat pada Alquran yang masih bertahan sampai sekarang, hasil tangannya yang disalin menurut Naskhi dengan cover atau halaman sampul
ṡ
ulu
ṡ
, tahun 1001. Mushaf Alqran dalam Naskhi berukuran kecil, tertulis tahun 1036, hanya 14 tahun
sepeningala Ibnu Al-Bawab, mencatat pengaruh yang cepat pada penulisan Alqurqn di kalangan tertentu. Kini Naskhi merupakan satu-satunya tulisan yang digunakan hampir pada seluruh
naskah-naskah ilmia seperti buku, majalah, koran, atau brosur-brosur. Kecuali kepala-kepala tulisan, lebih sering menggunakan tulisan berhias seperti
ṡ
ulu
ṡ
, Diwani dan Farisi. Naskhi sendiri diambil dari kata Nuskha atau naskah, menurut bahasa Indonesia kita, sebab lebih banyak
digunakan untuk kepentingan-kepentingan tersebut dan keadaannya memang lebih cocok untuk itu.
Rumus-rumus yang digunakan dalam penulisan Khat Nasskhi, menurut tarikh klasik Islam, adalah sama dengan yang digunakan untuk
ṡ
ulu
ṡ
, dengan setandar empat sampai lima titik untuk alif. Persamaan jarak bagi setiap huruf Naskhi dengan
ṡ
ulu
ṡ
menurut Al-Ustaz Mahmud Yazir Turki, adalah karena akrabnya bentuk Naskhi kepada
ṡ
ulu
ṡ
. Ada kesepakatan umum, bahwa tulisan Naskhi menolong si penulis untuk menulis lebih cepat dibandingkan dengan
ṡ
ulu
ṡ
, sebab huruf-hurufnya yang lebih kecil dan tidak banyak dibebani aneka ragam corak hiasan, alias
lebih praktis. Atas dasar itulah ia dipaksa luas untuk menyalin terjemahan dari naskah-naskah Yunani, India, Persia dan lain-lain pada zaman keemasan Islam.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Sejarah Perkembangan Khat