PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK PASCA PEMEKARAN DAERAH (Studi tentang kualitas pelayanan kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat, Piru-Maluku).

(1)

i

PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK PASCA PEMEKARAN DAERAH

(Studi tentang kualitas pelayanan kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat, Piru-Maluku).

Oleh :

RiaTalpiah Latuconsina 201010050311075

DOSEN PEMBIMBING : Drs. Krisno Hadi, MA( Pembimbing I)

Salahudin M,Si ( Pembimbing II)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

i LEMBARAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Ria Talpiah Latuconsina

NIM : 201010050311075

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIP)

Judul Skripsi : PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK PASCA PEMEKARAN DAERAH ( Studi Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kab. Seram Bagian Barat, Piru-Maluku )

Disetujui, Pembimbing I

( Drs. Krishno Hadi, MA )

Pembimbing II

( Salahudin M,Si )

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(Dr. Asep Nurjaman, M. Si)

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan


(3)

ii LEMBARAN PENGESAHAN UJIAN

Nama : Ria Talpiah Latuconsina

NIM : 201010050311075

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK PASCA PEMEKARAN DAERAH ( Studi Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kab. Seram Bagian Barat ).

Telah dipertahankan di depan dewan penguji dan dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP).


(4)

iii LEMBAR PERNYATAAN

Nama : Ria Talpiah Lattuconsina

Tempat, Tanggal Lahir : Pelauw 30 Oktober 1991

NIM : 201010050311075

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul : “ PENYELENGARAAN PELAYANAN PUBLIK PASCA PEMEKARAN DAERAH ( Studi Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kab. Seram Bagian Barat)” adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian surat persyaratan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik sebagaimana berlaku.

Malang, 8 Juni 2014 Yang Menyatakan,


(5)

iv BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Ria Talpiah Latuconsina

NIM : 201010050311075

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK PASCA PEMEKARAN DAERAH ( Studi Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kab. Seram Bagian Barat, Piru-Maluku )

Pembimbing : 1. Drs Krishno Hadi, MA 2. Salahudin, S.IP. M.Si

Tanggal Bimbingan Paraf Pembimbing Keterangan

I II

Tanggal 18 Januari 2014 Revisi BAB I/Proposal

Tanggal 27 Februari 2014 ACC BAB I

Tanggal 8 Maret 2014 ACC Seminar

Tanggal 13 April 2014 Revisi BAB II

Tanggal 15 Maret 2014 ACC BAB II

Tanggal 10 April 2014 Revisi BAB III

Tanggal 15 April ACC BAB III

Tanggal 2 Juni 2014 Revisi BAB IV

Tanggal 17 Juni 2014 ACC BAB IV

Tanggal 6 Juli 2014 ACC BAB V

Malang, 6 Juli 2014 Mengetahui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

( Drs. Krishno Hadi, MA ) ( Salahudin M,Si)

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu sPolitik


(6)

v KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Tiada kata yang dapat diucapkan selain kata syukur Alhamdulillah yang setinggi-tingginya kepada Allah SWT atas segala rahmat serta hidayah-Nya. Tanpa karunia dan bimbingan serta petunjuk-Nya, mustahil apa yang penulis kerjakan dapat terselesaikan.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Ayahanda tercinta yang kini ada di sisi-Nya Talib Ali Latuconsina (almarhum) dan Ibunda tersayang Pipit Utia Tuakia, yang telah mengasuh, mendoakan, membimbing dan memberi dorongan semangat baik berupa dorongan moral maupun materi kepada ananda, juga tak lupa kepada kakak-kakak dan ke empat ponakan tersayang kak Wache Abyan Latuconsina, Kak Naken Juniyanti Adji Latuconsina, Bang M. Rian Ali Latuconsina, Bang Abdul Hakim Arul Latuconsina, terima kasih atas dukungan kalian semua dan semoga selalu ada dalam lindungan Allah SWT.

Ungkapan terima kasih yang tak terhingga dan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Krishno Hadi, MA selaku dosen pembimbing I dan Bapak Salahudin M,Si selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingannya serta arahan selama penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat-Nya kepada bapak dan keluarga atas semua kebaikan yang telah di berikan kepada penulis.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Staf Pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. Kepada kedua teman saya yang cantik Moh. Nur (Cut Memei) Latuconsina dan Nur Mauliani (Tata Linda) Tuasikal, terimah kasih atas segala masukannya. Terima kasih pula kepada teman-teman seperjuangan saya


(7)

vi

Nur Hasanah, Novia Mayang Sari, Gadri Bin Thalib, Irul Untung dan Azwar Ali, penulis sampaikan banyak terima kasih atas kebersamaan kalian.

Akhirnya penulis menyadarpi bahwa hasil karya ini masih jauh dari kesempurnaan dan penulis masih memerlukan saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan sripsi ini, mudah-muahan bagi peneliti selanjutnya ada yang lebih menyempurnakannya sehingga bermanfaat bagi semua pembaca Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Malang, 30 Mei, 2014 Penulis


(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBARAN PERSETUJUAN ... i

LEMBARAN PENGESAHAN ... ii

LEMBARAN PERNYATAAN ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Kerangka Pemikiran ... 12

F. Defenisi Konseptual ... 19

G. Defenisi Operasional ... 20

H. Metode Penelitian ... 26

1. Jenis Penelitian ... 27

2. Lokasi Penelitian ... 27

3. Subyek Penelitian ... 28

4. Sumber Data ... 28


(9)

viii

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pemekaran Daerah ... 31

1. Pengertian Pemekaran Daerah ... 31

2. Persyaratan Pemekaran Daerah ... 34

3. Tujuan Pemekaran Daerah ... 37

4. Proses Pemekaran Daerah ... 40

5. Problematika Pemekaran Daerah di Indonesia ... 42

B. Pengertian Pelayanan Publik dan Pelayanan Kesehatan ... 46

1. Pengertian Pelayanan Publik ... 46

2. Jenis-Jenis Pelayanan Publik ... 48

3. Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik ... 50

4. Pengertian Pelayanan Kesehatan ... 52

C. Penyelenggaraan Pelayanan Publik Pasca Pemekaran Daerah 53 1. Penyelenggaraan Pelayanan di Daerah Otonom Baru ... 53

2. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di Daerah Otonom Baru ... 59

D. Penyelenggaraan Pelayanan di Daerah Otonom Baru Sesuai Dengan KEPMENKES No. 741/MENKES/PER/VII/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota ... 60

BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran Umum Kabupaten Seram Bagian Barat ... 63

1. Pendududk dan Ketenagakerjaan ... 65

2. Sosial ... 69

3. Keadaan Ekonomi ... 70

4. Kabupaten Seram Bagian Barat Pasca Pemekaran Daerah 76 B. Sarana Prasarana Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kab. Seram Bagian Bara ... ... 79

1. Sarana Prasarana Kesehatan ... 79


(10)

ix

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA

A. Upaya Dinas Kesehatan Dalam Pelayanan Sesuai Dengan

Standar Pelayanan Minimal ... 84

1. Pengadaaan Infrastruktur ... 84

2. Pembentukan Program dan Pendanaan ... 103

3. Pembenahan Administrasi Pelayanan ... 106

B. Penyelenggaraan Pelayanan Sesuai Dengan Standar Pelayanan Minimal Pasca Pemekaran... 114

1. Penataan Personil Dinas Kesehatan Daalam Peningkatan Pelayanan ... 114

2. Peningkatan Pelayanan Sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM) ... 116

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan. ... 120

B. Saran ... 121


(11)

x DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Jumlah Sarana Kesehatan ... 7

Tabel 1.2 : Jumlah Sarana Kesehatan Tiap Kecamatan ... 22

Tabel 1.3 : Jumlah Tenaga Medis Tiap Puskesmas ... 23

Tabel 2.1 : Pemekaran Daerah Tahun 1999-2003 ... 32

Tabel 2.2 : Syarat/Kriteria Pemekaran Daerah Menurut PP No. 129 Tahun 2000 ... 34

Tabel 3.1 : Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelami di Kab. Seram Bagian Barat Tahun 2013 ... 66

Tabel 3.2 : Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kab. Seram Bagian Barat Tahun 1990 dan 2000 ... 77

Tabel 3.3 : Jumlah Sarana Kesehatan di setiap Kecamatan di Kab. Seram Bagian Barat ... ... 80

Tabel 4.1 : Jumlah Puskesmas di Kab. Seram Bagian Barat menurut Jenis dan Lokasi Tahun 2011-2014 ... 86

Tabel 4.2 : Peralatan Medis/Kesehatan... 87

Tabel 4.3 : Jumlah Puskesmas, Tenaga Medis dan Jumlah Kunjungan Pasien Di Setiap Kecamatan di Kab. Seram Bagian Barat... 89

Tabel 4.4 : Kapasitas Pelayanan Puskesmas Sesuai Dengan Jenis Pelayanannya ... 90

Tabel 4.5 : Realisasi Program Tentang Sarana Pelayanan Kesehatan Tahun 2009-2013 ... 91

Tabel 4.6 : Jenis obat yang digunakan di Kab. Seram Bagian Barat ... 95

Tabel 4.7 : Kapasitas Pelayanan Puskesmas Terhadap Jumlah Penduduk 97

Tabel 4.8 : Anggaran Kesehatan Tahun 2011-20013 ... 99

Tabel 4.9 : Penambahan Jumlah Tenaga Medis di Kab. Seram Bagian Barat Dari Tahun 2004-2013 ... 102


(12)

xi DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Grafik Profil Ekonomi di Kab. Seram Bagian Barat Tahun 2013 72 Gambar 3.2 : Struktur organisasi Dinas Kesehatan Kab. Seram Bagian Barat 81 Gambar 4.1 : Foto kondisi jalan menuju Kab. Seram Bagian Barat ... 94


(13)

xii DAFTAR PUSTAKA

Atika Septi Ratminto. 2008. Manajemen Pelayanan (Pengembangan Model Konseptual,Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal); Yogyakarta

Bambang P.S. Brodjonegoro, dkk. 2009. Sewindu Otonomi Daerah Perspektif Ekonomi; KPPOD; Jakarta

Chalid, Pheni. 2005. Otonomi Daerah (Masalah, Pemberdayaan dan Konflik); Kemitraan; Jakarta

Indrawanto. 2004. Teori Administrasi Publik daan Birokrasi; Malang

Irawan,Soehartono. 1995. Metode Penelitian Sosial; PT Remaja Rosdakarya; Bandung

Moeloeng, J. Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif; Bandung

Murtiduk, Bisma. 2006. Perencanaan dan Penganggaran Untuk Investasi Kesehatan di Tingkat Kabupaten/Kota; Yogyakarta

Praptiningsih, Sri. 2006. Kedudukan hukum perawat dalam upaya pelayanan kesehatan di RS; PT. Rajarafindo Persada; Jakarta

Redaksi Sinar Grafika. 2002. Himpunan peraturan pelaksanaan UU Otonomi Daerah; Sinar Grafika; Jakarta:

Said, Mas’ud, M. 2008. Arah Baru Otonomi Daerah Di Indonesia; UMM Pres;

Malang

Sinambela, Poltak, Lijan. 2008. Reformasi Pelayanan Publik; Bumi Aksara; Jakarta

Tjahjono, Koentjoro. 2007. Regulasi Kesehatan di Indonesia; Elex Media Komputindo; Jakarta

UUD Otonomi Daerah2004. 2005. Citra Umbara; Bandung


(14)

xiii

Referensi Lain :

Artikel: “Menakar Urgensi Pemekaran Daerah”, oleh

Salahudin, M.Si. BHIRAWA. Rabu Pahing, 25 September 2013. Data SPM Dinas Kesehatan Kab. Seram Bagian Barat. Tgl 29 Oktober 2013. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten-Seram-Bagian-Barat. Tgl 21 September

2013

Buk.depkes.go.id/index.php?//ditjen-bina-pelayanan-pelayanan-medik-kementrian-kesehatan-RI-edisi XXIII tahun 2010.pdf. tanggal 27 september 2013.

http/id.m.wikipedia.org/wiki/Pemekaran Daerah di Indonesia. Tgl 27 September 2013

http:/id.m.wikipedia.org/wiki/Penelitian-Kualitatif. Tgl 30 September 2013

Menurut Kolter Dalam Laksana (2008).

www.repository.usu.ac.id//Chapter%2011.pdf. Tgl 1 Oktober 2013. Patilima Hamid “Metode Penelitian Kualitatif”. Bandung : 2005. Tgl 1 Oktober

2013.

BAB III. Metodologi Penelitian, Defenisi Konseptual”.

www.library.upnvj.ac.id/pdf/bab3.pdf.; Ttgl 1 Oktober 2013.

http//tizarrahmawan.wordpress.com/2009/11/24/selayang-teknik-analisis-data-kuantitatif-dan-kualitatif/. Tgl 1 Oktober 2013

“Penyelenggaraa Pelayanan Kesehatan ”//xa.yimg.com/kq/RS+Pratama+01.doc. Tgl 28 Oktober 2013.

http://www.Moluken.com/2010/05/01/dinkes-SBB-terus-tingkatkan-pelayanan-kesehatan/. Tgl 28 Oktober 2013.

Maluku News,Ambon. Http://www.moluken.com/2010/11/10kejaksaan-harus-utus-bupati-SBB/. Tgl 4 November 2013.


(15)

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah , Undang-undang ini merupakan tonggak awal bagi daerah dalam melakukan pengelolaan pemerintahan daerah secara mandiri.Banyak sekali daerah-daerah di Indonesia, yang kemudian dimekarkan baik menjadi Provinsi baru maupun Kabupaten/Kota yang baru.Setelah berjalan kurang lebih empat tahun, paket Undang-undang otonomi daerah sebelumnya direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004. Dalam paket undang-undang otonomi daerah yang baru, pemerintah daerah diberikan kejelasan terhadap urusan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, maupun urusan yang menjadi tangggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan daerah.

Dalam Undang-undang Otonomi Daerah tahun 2004 dijelaskan bahwa, Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundang-undangan1. Adapun syarat teknis dalam penyelenggaraan pemekaran daerah kabupaten yaitu : dalam pasal empat (4) meliputi faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan dan faktor lain yang mendukung. Sedangkan dalam pasal lima (5) disebutkan bahwa syarat fisik

1


(17)

2

terlaksananya otonomi daerah kabupaten antara lain : harus terdapat paling sedikit lima (5) kecamatan, terdapat lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintah.

Disamping itu pelaksanaan otonomi daerah merupakan tantangan yang sangat besar dikarenakan persiapan yang minimal dan kurangnya kesiapan daerah. Dengan ketidak siapan inilah maka otonomi daerah masih terselenggara secara tersendat-sendat dengan penuh kekurangan.Dalam evaluasi setelah 10 tahun Otonomi daerah berjalan pada tahun 2010 Presiden Yudhoyono mengatakan, dari 205 daerah pemekaran, 80 % mengalami kegagalan. Bagitupun menurut temuan tim evaluasi pelaksanaan otonomi daerah oleh Kementerian Dalam Negeri juga mengatakan bahwa 80% daerah otonom baru tidak mencapai tujuan pemekaran, yaitu mensejahterakan rakyat.Bahkan pada April 2013 mengalami peningkatan yaitu mencapai 90%, dan hanya 10 % yang dinilai berhasil.menurut.Selain itu menurut jejak pendapat Litbang Kompas menunjukan adanya kegagalan DOB dalam mewujudkan pembangunan yang lebih baik. Kendati DOB sudah berjalan lama namun kualitas pembangunannya tetap jauhterpuruk dari pembangunan daerah-daerah lain. Karena itu, hanya 34 % masyarakat yang puas terhadap pembangunan DOB2.

Pembentukan DOB adalah untuk membuat lokus pelayanan menjadi lebih dekat. Pendekatan pelayanan melalui pemerintah daerah yang baru diasumsikan

2

Artikel: “Menakar Urgensi Pemekaran Daerah”, oleh Salahudin, M.Si. BHIRAWA. Rabu Pahing, 25 September 2013.


(18)

3

akan lebih dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan pelayanan melalui pemerintahan daerah induk dengan cakupan wilayah pelayanan yang lebih luas.Selain itu dengan dibentuknya DOB, memberikan peluang untuk lebih menggali potensi daerah yang pada saat masih berada dalam wilayah daerah induk belum dapat dimaksimalkan.

Pelayanan yang di harapkan masyarakat sepatutnya dapat diperoleh setelah pasca pemekaran ini khususnya untuk pelayanan kesehatan yang merupakan pelayanan dasar yang pada kondisi apapun harus tetap disediakan.Disamping itu kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang peduli dan terpusat pada pelanggan, kebutuhan serta harapan pelanggan.Lembaga pelayanan kesehatan tidak hanya reaktif terhadap kebutuhan tetapi harus mengantisipasi kebutuhan pelanggan dan mampu menjadikan pelayanan yang di butuhkan3.Seperti yang diketahui bahwa disetiap daerah otonom memiliki sarana kesehatan sendiri-sendiri yang dipimpin oleh instansi daerah yaitu Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan ini membawahi atau mengatur organisasi


(19)

4

kesehatanyang memberikan pelayanan kesehatan di daerahnya seperti rumah sakit dan puskesmas. Setiap organisasi ini memiliki tugas masing-masing, ruang lingkup, area pelayanan dan juga memiliki standar pelayanan minimal sendiri-sendiri.

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah telah menetapkan bidang kesehatan merupakan urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan urusan wajib oleh daerah merupakan perwujudan otonomi yang bertanggung jawab , yang pada intinya merupakan pengakuan/pemberian hak dan kewenangan Daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah. Sebagaimana di atur dalam peraturan pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang pedoman penyusunan dan penerapan Standar Pelayanan Minimal, maka untuk menjamin terselenggaranya urusan wajib daerah yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar kepada warga Negara perlu ditetapkan Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan4.Disamping itu Kebijakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan pemerintah merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dan komitmen pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada warganya.

Berikut adalah data tentang bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan Dinas kesehatan Kab.Seram bagian barat yang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal yang telah diberlakukan di sana, yaitu5:

1. Meningkatkan Kinerja dan Mutu Upaya pelayanan Kesehatan dengan memperhatikan aspek pemerataan dan kemampuan masyarakat.

4

http//www.Petunjuk Teknis SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.pdf. Tgl 26 Nopember 2013

5


(20)

5

2. Meningkatkan Status Kesehatan Ibu dan Anak, Status Gizi dan Kemandirian Masyarakat Untuk Hidup Bersih dan Sehat.

3. Mewujudkan akses pelayanan kesehatan yang adil, terjangkau dan berkualitas berbasis kepulauan.

4. Mewujudkan masyarakat yang sehat, hidup dalam lingkungan yang Aman dan bebas dari penyakit,

5. Mewujudkan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan upaya kesehatan promotif dan preventif tanpa melupakan kuratif dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara profesional”.

Dinas kesehatan Kabupaten Seram bagian Barat pada Tahun 2010 hingga skarang berkomitmen meningkatkan pelayanan bagi masyarakat di Seram Bagian Barat. Hal ini di maksudkan agar untuk mengurangi timbulnya berbagai penyakit di masyarakat yaitu dengan cara pemberian pemahaman kepada masyakat agar dapat mengerti dan memahami kesehatan secara luas. Dengan adanya program kerja 100 hari yang dicanangkan Menteri Kesehatan (Menkes) RI yang juga diinstruksikan kepada setiap dinasa keseahatan di provinsi maupun kota/kabupaten, maka inti dari program kerja 100 hari itu, yakni bagaimana dapat mencapai Millennium Develoment Goal (MDGs) di Tahun 2015, misalnya untuk delapan tujuan MDGs dimana ada empat tujuan yang ada dibidang kesehatan, yakni lingkungan, pemberantasan penyakit penular, kesehatan ibu dan anak, serta gizi6. Kegiatan ini dapat berjalan dengan baik, jika ditunjukan dengan berbagai sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat, karena sampai saat ini penyakit

6

http://www.Moluken.com/2010/05/01/dinkes-SBB-terus-tingkatkan-pelayanan-kesehatan/. Tgl 28 Oktober 2013.


(21)

6

menular masih menjadi masalah di Seram Bagian Barat khususnya pada daerah Pegunungan/terpencil, ditambah lagi dengan malaria yang dimana kondisi kasus malaria mencapai 2.753 (+), TB 177(+),diare 231, dan kusta 44 pada tahun 20127.

Bahkan yang menjadi masalah serius ialah kelangkaan dana, yang dimana sesuai dengan informasi yang di dapatkan bahwa pengelolaan anggaran keuangan di Kabupaten Seram Bagian Barat sebagian sangat amburadul, tidak lagi mematuhi rambu-rambu aturan yang ada. Yang dimana dana sebesar 15,4 miliar untuk pembangunan puskesmas, peralatan dokter, dan rumah sakit tidak jelas8 Bagaimana bisa pelayanan yang baik di dapatkan dan diberikan kepada masyarakat kalau masalah-masalah elit birokrasi seperti ini masih di diamkan dan semakin berkembang. Untuk itu, aparat kejaksaan diminta segera untuk menangani masalah yang melibatkan semua elit birokrasi yang ada di Seram Bagian Barat.

Keberhasilan upaya kesehatan tergantung pada ketersediaan sumber daya kesehatan yang berupa tenaga, sarana dan prasarana dalam jumlah dan mutu yang memadai. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat .pelayanan kesehatan sebagai kegiatan utama Rumah Sakit menempatkan dokter dan perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling dekat hubungannya dengan pasien dalam penanganan penyakit. Selain itu penyelenggaraan pelayanan di daerah otonom baru memang masih sangat sulit dan butuh perjuangan yang berat untuk

7

Data SPM Dinas Kesehatan Kab.Seram Bagian Barat.Tgl 29 Oktober 2013.

8

Maluku News,Ambon. Http://www.moluken.com/2010/11/10kejaksaan-harus-utus-bupati-Seram Bagian Barat/.


(22)

7

menciptakan daerah yang lebih maju dan memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan keinginan masyarakat.Penyelenggaraan pelayanannya cenderung lebih sulit dikarenakan instansi yang harus terbentuk pasti mengalami kekurangan sarana dan prasarana, infrastruktur hingga tenaga kerja.

Tabel 1.1.

Jumlah Sarana Kesehatan di setiap Kecamatan di Kab. Seram Bagian Barat

No Kecamatan

Puskesmas

PUSTU Dapat

Menginap

Tanpa Menginap

1 Kairatu 1 1 2

2 Kairatu Barat - 1 4

3 Amalatu - 1 5

4 Inamosol - 1 4

5 Elpaputih - 1 2

6 Seram Barat 1 - 12

7 Huamual 1 3 6

8 Huamual Belakang 1 2 9

9 Kep. Manipa - 1 2

10 Taniwel 1 - 6

11 Taniwel Timur - 1 5

Seram Bagian Barat 5 12 57

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Seram Bagian Barat

Kabupate Seram Bagian Barat adalah sebuah kabupaten di Provinsi Maluk u, Indonesiayang lahir dari pemekaran Kabupaten Maluku Tengah pada tanggal 18 Desember 2003, yang tertuang dalam Unndang- Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Seram Bagian Barat di Provinsi Maluku. Ibukotanya adalah Dataran Huripopu Piru.Kabupaten Seram Bagian Barat memiliki 11 kecamatan,yaitu kecamatan Kairatu, Kairatu Barat, Taniwel, Taniwel Timur, Huamual Belakang, Waesala, Amalatu, Iramaso,


(23)

8

Kepulaian Manipa, Elpaputi, dan Seram Barat. Dengan luas wilayah 5. 033. 38 km2dan LuasPopulasi Total 164.656 jiwa/ Kepadatan 33,00 jiwa/km². Komposisi penduduk Seram Bagian Barat terdiri dari orang-orang asli penghuni pulau Seram kemudian penduduk yang berasal dari pulau Jawa dan penduduk pendatang yang kebanyakan berasal dari etnis buton dan bugis.kabupaten Seram Bagian Barat walaupun adalah kabupaten yang tergolong muda namun memiliki potensi sumber daya alam yang sangat beragam dan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi jika di kembangkan dengan baik dan benar. Di harapkan ke depan seluruh potensi sumber daya ini dapat di kelolah lebih maksimal lagi sehingga dapat menjadi sebuah potensi yang tentunya sangat baik bagi kesejahteraan rakyat di sana9.

Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai salah satu daerah yang dimekarkan juga tentu banyak mengalami masalah penyelenggaraan pelayanan di bidang kesehatan. Pada saat belum di mekarkan Kabupaten ini dulunya bergabung dengan Maluku Tengah yang merupakan daerah induk, karena merasa pelayanan yang di dapatkan terlalu sulit maka Kabupaten ini memutuskan untuk pisah dan mengatur urusan daerahnya sendiri sejak tahun 2003, yang dimana tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 3003 tentang pembentukan Kabupaten SBB.Akan tetapi setelah di lakukan pemekaran permasalahan pun belum bisa sepenuhnya di atasi.Hal ini mungkin disebabkan dengan ketidak siapan daerah baru dalam memenuhi segala tuntutan masyarakat.

Bahkan berdasarkan informasi yang didapatkan bahwa akses pelayanan kesehatan yang diberikan di Seram Bagian Barat khususnya pada daerah-daerah

9


(24)

9

terpencil dan beberapa desa dikawasan pegunungan memilih kabur meninggalkan lokasi tempatkerja mereka, hal seperti sangat disanyangkan dikarenakan masih terbatasnya infrastruktur dasar pada sejumlah daerah di Kabupaten Seram Bagian Barat misalnya akses jalanan rusak berat, Rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas kesehatan, Kondisi alam, Ketidak tersediaan fasilitas kesehatan yang memadaidan angkutan umum yang sangat terbatas sehingga tenaga kesehatan dari Provinsi Maluku yang ditempatkan tidak mampu bertahan menjalankan tugasnya. Kalau kondisi seperti ini dibiarkan terus menerus maka harapan masyarakat untuk mendapatkan hak-hak mereka seperti pelayanan dasar tidak akan terpenuhi secara maksimal, padahal masyarakat setempat sudah berusaha payah mendatangi pusat pelayanan kesehatan namun tidak ada tenaga medisnya. Maka di sisi lain, pemerintah diharapkan membangun jaringan infrastruktur dasar yang memadai agar berbagai akses kemudahan ini bisa membuat para tenaga kesehatan merasa semakin betah untuk mengabdi secara baik bagi masyarakat.

Berikut Merupakan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Di Kabupaten Seram Bagian Barat Pasca Pemekaran, yaitu 10:

1. Meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan melalui peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas puskesmas; dan pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin dengan melanjutkan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas dan kelas III rumah sakit;

10


(25)

10

2. Meningkatkan kualitas pelayanankesehatan melalui peningkatan kualitas dan pemerataan fasilitas kesehatan dasar; dan peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan; dan

3. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat; dan peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia dini.

Kabupaten Seram Bagian Barat yang merupakan salah satu daerah yang di mekarkan juga banyak mengalami masalah yang serupa khususnya dalam proses penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Di antara beberpa dinas yang ada di Seram Bagian Barat yang menjadi sorotan peneliti adalah pada Dinas Kesehatan dikarenakan kesehatan merupakan bidang esensial di dalam suatu pelayanan publik. Berdasarkan fungsi dari Dinas Kesehatan itu sendiri yang diantaranya yaitu untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, kesehatan keluarga, penyeluhan kesehatan masyarakat serta penyusunan rencana dan informasi kesehatan11.

Dengan berbagai penjelasan tentang pemekaran daerah khususnya Kabupaten Seram Bagian Barat diharapkan melahirkan pemerintahan yang baik sesuai dengan prinsip-prinsipgood governance yang dapat menciptakan daerah pemekaran yang majuh dan mensejahterakan masyarakatnya dalam bentuk pelayanan yang di berikan di setiap bidang yang ada, dan tentunya mampu menambah pendapatan Negara.

11

Buk.depkes.go.id/index.php?//ditjen-bina-pelayanan-pelayanan-medik-kementrian-kesehatan-RI-edisi XXIII tahun 2010.pdf.Tgl 27 September 2013.


(26)

11

Berdasarkanberbagai penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang“PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK PASCA PEMEKARAN DAERAH” (Studi Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat, Piru, Maluku).

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan dasar dari sebuah penelitian.Rumusan masalah ini berguna untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian dan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian, sebab karena tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan akan menjadi sia-sia dan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain :

1. Bagaimana kualitas pelayanan kesehatan di Kab. Seram Bagian Barat sebagai Daerah OtonomiBaru?

2. Bagaimana Kab. Seram Bagian Barat sebagai Daerah Otonomi Baru mampu memenuhi Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan di Kab. Seram Bagian Barat sebagai Daerah Otonomi Baru.

2. Untuk mengetahui upaya dinas kesehatanKab. Seram Bagian Barat sebagai Daerah Otonomi Baruyang nantinya mampu memenuhi Standar Pelayanan Minimal di bidang kesehatan.


(27)

12 D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis

Memberi masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Seram Bagian Barat dalam upaya mengoptimalkan pelayanan publik dalam bidang kesehatan, dengan cara memberikan kontribusi yang bersifat positif kepada masyarakat Kabupaten Seram Bagian Barat. Dan menjadi acuan bagi daerah-daerah yang lain yang melakukan pemekaran daerah.

2. Manfaat Akademik

Member gambaran mengenai efektifitas pemerintahan di daerah yang baru terbentuk dalam rangka membangun wacana pengoptimalan pelayanan public di daerah pemekaran.Selain itu bagi penulis, penelitian ini merupakan kesempatan untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh dari bangku kuliah kedalam praktek yang sesungguhnya serta digunakan sebagai syarat selesainya jenjang S-1.

E. Kerangka Pemikiran

Pembentukan suatu daerah otonom baru, dimungkinkan harus memenuhi syarat-syarat kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggarakannya otonomi daerah12. Dengan demikian jelas bahwa proses

12.

Redaksi Sinar grafika, 2002. Himpunan peraturan pelaksanaan UU Otonomi Daerah, Jakarta: Sinar grafika, hal 239-240.


(28)

13

pemekaran suatu daerah tidak hanya melihat dari satu faktor saja, tetapi juga harus mempertimbangkan faktor-faktor yang lain. Pembentukan dan pemekaran suatu daerah harus berguna bagi pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan daerah pada khususnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan msyarakat yang secara langsung diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah. Pemekaran suatu daerah mengandung arti bahwa daerah tersebut harus mampu melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan kondisi, potensi, kebutuhan dan kemampuan daerahnya.

Akan tetapi perlu diketahui bahwa dengan dibentuknya DOBbelum tentu memberikan hasil yang mampu mewujudkan tujuan DOB itu sendiri. Disamping itu pembentukan daerah otonom baru yang pada saat ini belum diatur dengan kriteria yang rigid menimbulkan banyaknya kepentingan yang bermain dalam pembentukan daerah otonom baru, tidak semata-mata dan diutamakan untuk kesejahteraan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Pembentukan daerah otonom baru selama ini banyak didasari kepentingan sekelompok elite penguasa yang menginginkan kekuasaan.

Dengan terbentuknya daerah otonom baru, maka dibutuhkan banyaknya sarana dan prasarana baru yang diperlukan untuk mendukung kinerja daerah otonom baru tersebut.Hal ini tentu saja merupakan peluang bagi pihak swasta untuk mendapat keuntungan dari proyek-proyek pemerintah tersebut.Dana dan peluang yang besar ini seringkali menimbulkan korupsi-korupsi dalam pemerintahan daerah otonom baru. Pihak swasta berlomba-lomba untuk mendapatkan tender yang besar tersebut bahkan menghalalkan segala cara,


(29)

14

dengan memberikan sejumlah uang kepada pejabat atau kong-kalikong untuk menentukan nilai besaran proyek. Dengan keadaan seperti ini tentu saja kepentingan masyarakat yang menjadi korban, masyarakat tidak dapat menikmati sarana dan prasarana yang maksimal sesuai dengan anggaran yang ada.

Menimbang kompleksitas persoalan pemekaran, seperti yang sebagiannya dipotret tadi, target perbaikan ke depan memang harus berkenaan dengan banyak sisi yaitu dari cara pandang, kerangka regulasi, manajemen kebijakan, dan sebagainya.

Pertama, ihwal cara pandang, antara unit pemerintahan harus memiliki persepsi yang sama lantaran sejauh ini terkesan kuatnya perbedaan cara pandang : Pusat melihat pemekaran sebagai instrument memandirikan dan mengembangkan daerah yang sudah maju atau potensial, daerah induk memilih pemekaran sebagai jalan melepaskan diri dari ketergantungan dan beban pengembangan kawasan tertinggal, sedankan daerah baru menjadikan pemekaran sebagai upaya melepaskan diri dari pemerintah yang dirasa tidak memperhatikan mereka.

Kedua, perbaikan mesti pulah menyentu aspek regulasi/kebijakan.Terutama di sini adalah jaminan pengaturan yang bisa menjamin terciptanya efektivitas pemerintahan dan dinamika demokrasi lokal. Dalam konteks itu, sejumlah usulan berikut kiranya patut dipertimbangkan dalam perbaikan regulasi dimasa mendatang:

1. Konsep territorial dimension: kebijakan pemekaran wajib menimbang ukuran optimal wilayah (size of local government) berdasarkan aspek efisiensi ekonomi, demokrasi, distribusi, kinerja pembangunan (Keanting : 1995), baik


(30)

15

skala wilayah bagi daerah induk maupun calon daerah baru. Dalam konteks ini, pemekaran harus dilihat sebagai salah satu pilihan dalam kebijakan penataan daerah (territorial reform) dalam kerangka pembangunan local dan nasional terutama ekonomi, kehidupan demokrasi, dan efektivitas pemerintahan.

2. Faktor potensi dan urgensi : pemekaran tidak hanya menghitung aneka syarat yang memungkinkan DOB dan daerah lama bisa menjalankan otonominya (potensi/feasibility), tetapi juga mempertimbangkan keperluan-keperluan tertentu (urgensi/viability) yang mencerminkan priyoritas strategi nasional kekinian dank e depan. Jelasnya, pemekaran tak hanya melihat kelayakan teknis,fisik, dan administrative calon DOB atau nasib daerah induk di kemudian hari, tetapi juga perlu mengkalkulasi muatan kepentingan nasional atau kebijakan pemekaran tersebut.

3. Pembedaan pendekatan atas pemekaran provinsi dan kabupaten/kota : kalau pada kabupaten/kota yang diutamakan adalah soal kewilayahan (terkait efektivitas pelayanan public melalui pendekatan jarak birokrasi dengan masyarakat) dan potensi ekonomi (terkait dengan kemampuan pembangunan ke depan).

4. Dimensi Bioregion : dalam penetapan batas wilayah administrasi suatu daerah baru perlu mempertimbangkan batas-batas wilayah fungsional yang berbasis bioregion tertentu (geografi, ekologi,potensi ekonomi dan SDM serta sosial budaya).


(31)

16

5. Urusan internal manajemen pemerintahan : pemekaran dan pembentukan suatu daerah pada dasarnya merupakan instrument manajemen dan tata kelola pembangunan.

Ketiga , tidak hanya bersandar pada peraturan perundang-undangan yang ada, dilevel praktis perlu lebih memperkuat sisi manajemen kebijakan. Terutama dalam hal : dihulu perlu membuat grand design penataan daerah, baik menyangkut pemekaran dan penggabungan daerah, penyesuaian peraturan daerah, dan pemindahan ibu kota. Selain itu, terdapat beberapa isu strategis terkait lainnya dalam kerangka pembenahan manajemen kebijakan ini, yaitu: 1) Manajemen transisi : penetapan status DOB sebagai daerah persiapan

sebelum akhirnya dalam jangka waktu tertentu dihapus (bagi yang dinilai gagal), penempatan di bawah pengelolaan pusat (bagi yang dinilai potensial), dan peningkatan ststus sebagai daerah otonom (bagi yang dinilai berhasil).

2) Kerjasama antar daerah-daerah : kewajiban bagi DOB untuk menjalin kerja sama dengan daerah sekitarnya, baik sebagai alternative atas opsi pembangunan (bila belum memungkinkan) maupun terutama dalam kerangka strategi pembangunan dan pelayanan publik13.

Disamping itu masalah yang tidak kalah pentingnya adalah mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan disini merupakn pelayanan dasar yang di berikan pemerintah yakni berupa pelayanan kesehatan.Upaya untuk

13

Prof. DR. Bambang P.S. Brodjonegoro, dkk “Sewindu Otonomi Daerah Perspektif Ekonomi”. Jakarta, KPPOD : 2009. Hal. 35-38.


(32)

17

memberikan pelayanan yang baik di daerah pemekaran tak terlepas dari persiapan yang baik dari daerah induk.Dalam hal ini banyak pertimbangan yang harus dilakukan terutama dalam pengisian tempat di dinas-dinas yang di bentuk oleh para pejabat dan pegawai.Selama ini problem yang banyak dialami oleh daerah yang baru di mekarkan adalah daerah yang belum siap sehingga pemerintahan di daerahnya malah bertambah kacau balau dan berimbas kepada masyarakatnya sendiri.Oleh karena itu di butuhkan persiapan yang mapan dari segi SDM, SDA hingga kesiapan masyarakat itu sendiri.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) telah di terapkan di berbagai daerah, di dinas kesehatan maupun rumah sakit dan puskesmas mulai berbenah diri untuk agar dapat memenuhi SPM ini.Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan minimal yang merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran Mentri Dalam Negeri Nomor 100/757/OTDA Tahun 2002 menyatakan bahwa ketentuan tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang harus dipenuhi oleh setiap Pemerintah Kabupaten dan kota dalam penyediaan pelayanan publik. SPM disusun dan diterapkan dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib Pemerintahan daerah kabupaten/kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam penjelasandiatas sangat jelas terlihat bahwa SPM sangat diperlukan oleh sebuah instansi dalam menerapkan dan menjalankan fungsinya terutama dalam melayani masyarakat. Dinas Kesehatan, maupun Instansi-instansi pelayanan publik lainnya diharapkan memiliki Standar Pelayanan Minimal (SPM)


(33)

18

sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang telah di Implementasikan dan dituangakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 dan dalam penerapan standar pelayanan minimal didalam PP Nomor 65 Tahun 2005 diatur hal-hal sebagai berikut :

1. Pemerintah Daerah menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan Menteri.

2. Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah diterapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi Pemerintahan daerah untuk menyususn perencanaan dan penganggaran penyelenggaran Pemerintahan daerah.

3. Pemerintah Daerah menyususn rencana pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang memuat target tahunan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) dengan mengacu pada batas waktu pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai dengan peraturan Menteri, dan seterusnya14.

Dengan adanya penerapan Standar Pelayanan Minimal atau disingkat dengan SPM, mampu meningkatkan sistem pelayanan prima terhadap masyarakat karena terangkat dari keluhan-keluhan masyarakat yang menganggap bahwa

Birokrasi Indonesia terkesan “ Berbelit-belit”.Standar Pelayanan Minimal (SPM)

adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau janji dari penyelenggara negara kepada masyarakat untuk memberikan pelayanan yang

14

http://meri-enita.blogspot.com/2011/12/implementasi-kebijakan-standar.html. Akses Tgl 15 Desember 2013


(34)

19

berkualitas. Dalam Rancangan Undang-undang Pelayanan Publik, standar pelayanan ini setidaknya-tidaknya berisi tentang: dasar hukum, persyaratan, prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana, kompetensi petugas pemberi pelayanan, pengawasan intern, penanganan pengaduan, saran dan masukan, dan jaminan pelayanan.

F. Defenisi Konseptual

Defenisi konseptual merupakan batasan dan istilah yang ada di judul penelitian agar tidak terjadinya penafsiran berbeda atas inti dari judul tersebut. Dengan mengacuh pada judul “Penyelenggaraan Pelayanan Pasca Pemekaran Daerah” maka konsep yang akan dijabarkan oleh peneliti adalah bagaimana proses penyelenggaraan pelayanan publik pasca pemekaran Daerah yang nota benenya adalah kabupaten yang masih baru dan perlu perhatian khusus pemerintah pusat dan kabupaten induknya yang merupakan daerah yang terdekat dari Kab. Seram Bagian Barat.Pelayanan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan penyelenggaraan pelayanan merupakan tugas dari pemerintah sebagai pengendali kekuasaan.Dengan pelayanan yang di berikan tersebut maka dapat memenuhi hak masyarakat, sebab hak atas pelayanan itu sifatnya sudah universal, berlaku kepada siapa saja yang berkepentingan atas hak itu.

Penyelenggaraan pelayanan publik paska pemekaran daerah adalah menjelaskan pelayanan bidang kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan yang mencakup administrasi pelayanan, penyediaan sarana dan prasarana kesehatan,dan


(35)

20

pelaksanaan pelayanan kesehatan dasar yang sesuai dengan standar pelayanan minimumbidang kesehatan yang dimana dijadikan sebagai tolak ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Daerah Kabupaten/Kota.

Standar pelayanan minimal adalah sebuah kebijakan publik yang mengatur mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.Sebagai sebuah kebijakan yang baru diperkenalkan, standar pelayanan minimal sudah selayaknya didukung oleh peraturan perundang-undangan yang memadai mulai dari undang-undang, peraturan pemerintah ataupun peraturan menteri terkait.Kebijakan standar pelayanan minimal dibuat berdasarkan Surat Edaran Mentri Dalam Negeri Nomor 100/757/OTDA, tanggal 8 juli 2002 dituliskan bahwa Surat Edaran Mendagri ini dirumuskan dengan maksud sebagai dasar penyelenggaraan kewenangan wajib daerah dan penggunaan standar pelayanan minimal agar masing-masing institusi pemerintah memiliki kesamaan persepsi dan pemahamam serta tindak lanjut dalam penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal15.

G. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan salah satu petunjuk yang sangat penting dalam penelitian, yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi, dan karena sangat membantu dalam komunikasi peneliti, bagaimana suatu variable di observasi dan di ukur16kemudian ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Sesuai

15

http://meri-enita.blogspot.com/2011/12/implementasi-kebijakan-standar.html. Akses Tgl 20 Desember 2013

16


(36)

21

dengan judul peneliti yaitu penyelenggaraan pelayanan pasca pemekaran daerah, maka dapat dirumuskan beberapa indicator yaitu:

1. Penyediaan Inprastruktur Dinas Kesehatan. a. Penyediaan Srana dan Prasaranan Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu faktor untuk menunjang manusia dalaam melakukan kegiatannya. Selain itu fasilitas kesehaatan sangat penting dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sehat baik fisik maupun mental. Selain itukebutuhan akan fasilitas kesehatan tak dapat dipungkiri mengingat kesehaatan bagi setiap insan. Jaminan kesehatan yang semakin baik akan menghasilkan kualitas manusia yang lebih baik pula yang pada akhirnya akan meningkatkan prduktivitas.

Pasca terjadinya pemekaran Kab. Seram Bagian Barat dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat memang sudah nampak perkembangannya walaupun masih memiliki banyak kekurangan namun perkembangan ini setidaknya memberi hasil yang positif bagi masyarakat paska terjadinya pemekaran.

Sejauh ini perkembangan tak terlepas dari upaya dinas kesehatan yang telah terbentuk dan mulai menunjukan hasil kerja mereka dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan di Kab. Seram Bagian Barat ini yaitu dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui penyediaan puskesmas dan pusksmas pembantu pada setiap kecamatan yang ada di sana. Adapun rincian sarana kesehatan yang terdapat di 11 Kecamatan yang ada di Kab. Seram Bagian Barat.


(37)

22 Tabel 1.2.

Jumlah Sarana Kesehatan di setiap Kecamatan di Kab. Seram Bagian Barat

No Kecamatan

Puskesmas

PUSTU Dapat

Menginap

Tanpa Menginap

1 Kairatu 1 1 2

2 Kairatu Barat - 1 4

3 Amalatu - 1 5

4 Inamosol - 1 4

5 Elpaputih - 1 2

6 Seram Barat 1 - 12

7 Huamual 1 3 6

8 Huamual Belakang 1 2 9

9 Kep. Manipa - 1 2

10 Taniwel 1 - 6

11 Taniwel Timur - 1 5

Seram Bagian Barat 5 12 57

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Seram Bagian Barat

Disamping ketersediaan pusksmas, adapun ketersedian jumlah tenaga medis pada setiap kecamatan yang ada di Kab. Seram Bagian Barat yang dimana dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dan sejauh mana pelayanan kesehatan yang diberika dinas kesehatan kepada masyarakat yang ada disana. Sebab pelayanan kesehatan di rumah sakit dan puskesmas tidak mungkin tercapai tanpa adanya pelayanan dokter dan para tenaga medis, yang mampu memberikan pelayanan secara berkualitas, oleh karena itu kualitas pelayanan sangat di tentukan oleh kualitas pelayanan Dokter dan tenaga medis yang ada disana.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(38)

23 Tabel 1.3.

JumlahTenaga Medis Pada Setiap Puskesmas di Kab. Seram Bagian Barat

No Kecamatan /Puskesmas Tenaga Medis Tenaga Administrasi Jumlah Kunjungan Pasien Dokter

Perawat Bidan Bidan

Desa Sanitarian Gizi Umum Gigi

1. Kairatu 2 2 40 16 2 3 4 2 9.423

2. Kairatu Barat

2 - 19 12 - - - - 4.212

3. Amalatu 2 1 9 7 7 1 2 - 5.119

4. Inamosol 1 - 3 4 3 - - - 1.481

5. Elpaputih 1 - 3 3 - - - - 1.894

6. Seram Barat 1 1 33 19 5 1 1 1 9.855

7. Huamual 1 - 8 1 - 1 - - 1.867

8. Huamual Belakang

- - 8 - 4 1 1 - 5.056

9. Kep. Manipa

1 1 8 1 2 3 3 - 3.125

10. Taniwel 1 1 31 15 14 - 4 - 6.395

11. Taniwel Timur

1 1 9 5 4 - 1 - 3.186

Jumlah 13 7 171 83 41 16 10 3 51.613

Sumber : Laporan Ketenagaan Puskesmas Kab. Seram Bagian Barat.

2. Pelayanan Bidang Kesehatan Yang Sesuai Dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah Kabupaten/Kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator, dan nilai.Disamping itu Untuk mencapai SPM bidang kesehatan di Kabupaten/Kota, maka kebijakan pelayanan minimal harus diarahkan pada standar pelayanan minimal yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 741/MENKES/PER/VII/2008.Yang dimana menjelaskan bahwa SPM di bidang kesehatan disebut sebagai tolak ukur kinerja pelayanan kesehatan


(39)

24

yang diselenggarakan pada daerah kabupaten/kota, yang merupakan kewajiban pemerintah dalam memberi dan mengurus keperluan/kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayaknya.

Selain itu penyelenggaraan pelayanan kesehatan di dinas kesehatan yang sesuai dengan SPM pada dinas iniharus lebih mengarah pada peningkatan kesehatan dasar di puskesmas serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnnya kesehatan dan manfaat kesehatan yang lebih luas. Kegiatan dasar dipuskesmas ini seperti KIA yang terdiri darai Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4, Cakupan Pelayanan Nifas, Cakupan Peserta KB Aktif, Cakupan Bayi 6-11 Bulan dan Balita 1-5 Tahun Vit. A, dan Cakupan Kunjungan Bayi. Pelayanan kesehatan Rujukan seperti cakupan pelayanan kesehatan miskin dan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan RS dan Puskesmas di Kabupaten tersebut.Serta penyelidikan epideomiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa/ KLB.Dengan melaksanakan pelayanan kesehatandasar inimaka semuanyamerupakan tolak ukur sejauh mana dinas kesehatan mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat yang sesuai dengan SPM.

Disamping itu untuk melihat kapasitas pelayanan puskesmas yang diberikan sesuai dengan jenis pelayanan kesehatan dasar yang ada di Kab. Seram Bagian Barat dapat kita lihat pada tabel berikut :


(40)

25 Tabel 1.4.

Kapasitas Pelayanan Puskesmas Sesuai Dengan Jenis Pelayanannya

No

Kecamatan

KIA Rawat

Jalan/Inap Cakupan KIH 1 dan 4 Cakupan Pelayanan Nifas Cakupan Peserta KB Aktif Cakupan Bayi 6-11 Bulan dan Balita 1-5 Tahun Vit. A Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita (TB dan Malaria Positif) 1. Kairatu 860 470 2.774 1.829 365 517 2. Kairatu Barat 615 291 450 689 278 78

3. Amalatu 320 252 1.490 618 285 50

4. Inamosol 179 88 379 109 87 30

5. Elpaputih 188 87 357 531 90 35

6. Seram Barat 1.420 677 1.438 2592 595 1149

7. Huamual 225 93 150 289 116 311

8. Huamual Belakang

736 246 175 1070 245 169

9. Kep. Manipa 419 185 450 569 191 61

10. Taniwel 640 263 450 1718 288 1083

11. Taniwel Timur

306 153 480 147 141 912

Sumber : Cakupan Program Kunjungan Dinas Kesehatan Kab. SBB Diolah Sendiri

3. Program Perluasan Akses Pelayanan

Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin di SBB mencakup Penguatan Tim Verifikasi di Daerah, Dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten untuk menyediakan biaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di luar kuota Jamkesmas dan Jamkesda,pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin dengan melanjutkan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas dan kelas III rumah sakit,serta pemantauan yang efektif dalam penyelenggaraan Jamkesmas juga Jamkesda18.Jamkesmas dan

18


(41)

26

Jamkesda merupakan program jaminandan bantuan sosial untuk pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah daerah bagi masyarakat miskin dan tidak mampuagar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secaraefektif dan efisien. Sasaran program jamkesmas dan Jamkesda ini adalah seluruh masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan berupa Jamkesmas dan jamkesda,dan asuransi kesehatan lainnya.

H. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitianperlu adanya metode penelitian¸karena dapat memberi petunjuk kepada peneliti dalam urutan kerja, alat-alat yang digunakan, serta bagaimana penelitian itu dilaksanakan. Tujuan dari metode penelitian itu sendiri yaitu merupakan cara utama yang di gunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan dan dilakukan dengan teknik yang teliti dan sistematik.

Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas maka metode yang dipakai peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.Metode kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang fundamental bergantung pada pengamatan manusia.Metode kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel.Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan.Dengan demikian memiliki penelitian kualitatif tersebut


(42)

27

memiliki arti bahwa penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrument kunci19.

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini adalah mengacu kepada Kualitatif, metode penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatab induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih di tonjolkan dalam penelitian kualitatif20. Maka landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar focus peneliti sesuai dengan fakta dilapangan serta bermanfaat sebagai pemberian gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.Jenis data ini diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip), bahkan dapat diperoleh dalam bentuk lain melalui pemotretan atau rekaman video.Analisis yang dilakukan harus sesuai dengan fungsi dan peranan dinas kesehatan di masyarakat dan tujuannya seperti apa bagi masyarakat setempat pasca pemekaran.

2. Lokasio Penelitian

Lokasi penilitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian yang di ikuti dengan pengumpulan data dan informasi yang di dapatkan guna di perlukan untuk menunjang penelitian yang dilakukan.Lokasi dalam penelitian ini bertempat di Kab. Seram Bagian Barat, Kec. Piru, Maluku dan khususnya di dinas kesehatan yang merupakan objek dari penelitian ini.

19

Moeloeng, J. Lexy.Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : 2006) hal. 4.

20


(43)

28 3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian.subyek penelitian juga membahas karakteristik subyek yang digunakan dalam penelitian. Subyek dari penelitian itu yaitu orang-orang yang dapat memberikan informasi tentang hal-hal yang di teliti., yaitu :

1. Pegawai Dinas Kesehatan Kab. Seram Bagian Barat, 2. Kepala Puskesmas Piru Seram Bagian Barat, dan 3. Masyarakat Umum Seram Bagian Barat.

4. Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang hanya dapat di peroleh dari sumber asli atau pertama yang dapat di percaya dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan judul peneliti, serta narasumber yang terlibat langsung di dalamnya yang dapat bertangguing jawab guna memberikan informasi dan data yang akurat dan lengkap.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan. Data sekunder tersebut berupa buku-buku ilmiah, dokumen-dokumen resmi, info dari televise, internet, maupun surat kabar/Koran-koran, serta perundang-undangan yang berhubungan dan berkaitan dengan penelitian yang diteliti, serta masyarakat umum yang juga menjadi bagian terpenting dalam penelitian ini.


(44)

29 5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang yang digunakan meliputi, sumber tertulis sebagai data tambahan yang berasal dari sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi. Selain itu peneliti juga melakukan teknik pengumpulan data dengan tiga cara, yaitu :

a. Wawancara

Wawancara sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan Tanya jawab langsung antara pengumpulan data maupun peneliti dengan maksud untuk memperoleh informasi yang akurat dan kemudian dijadikan sebagai bahan peneliti.

b. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang di amati. Untuk data tambahan diambil dari dokumentasi. c. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Kamus Bahasa Indonesia di defenisikan sebagai sesuatu yang tertulis, tercetak, atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan21.Metode ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber non-manusia, atau teknik pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian.

21Dr. Soehartono Irawan”


(45)

30 6. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif ,prosesnya berjalan sebagai berikut : a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses analisis untuk memilih, memusatka perhatian,menyederhanakan, mengabstraksikans serta mentransformasikan data yang muncul dari catatan-catatan lapangan (Patilima, 2005)22 yang dikumpulkan kemudian selanjutnya akan diolah peneliti menjadi sebuah data yang lebih spesifik.Reduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan pola, serta membuang yang dianggap tidak perlu.

b. Display Data/Penyajian Data

Yaitu data yang diperoleh tersebut bias disajikan dalam bentuk matrik maupun tabel-tabel yang bias mewakili karakter yang diperlukan. c. Membuat Simpulan Sementara, dan menguji kembali dengan metode

triangulasi, baik menggunakan triangulasi penelit, teori, data maupun metode23.

d. Dan tahap terakhir, yaitu membuat pernyataan atau simpulan mengenai apa yang dimengerti peneliti secara bulat tentang suatu masalah yang diteliti dalam bahasa kualitatif yang diskriptif dan bersifat interpretative24.

22

Patilima Hamid “Metode Penelitian Kualitatif”.Bandung : 2005. Tgl 1 Oktober 2013.

23

http//tizarrahmawan.wordpress.com/2009/11/24/selayang-teknik-analisis-data- kuantitatif-dan-kualitatif/. Tgl 1 Oktober 2013.

24

http//tizarrahmawan.wordpress.com/2009/11/24/selayang-teknik-analisis-data-kuantitatif-dan-kualitatif/. Tgl 1 Oktober 2013.


(1)

25 Tabel 1.4.

Kapasitas Pelayanan Puskesmas Sesuai Dengan Jenis Pelayanannya No

Kecamatan

KIA Rawat

Jalan/Inap Cakupan KIH 1 dan 4 Cakupan Pelayanan Nifas Cakupan Peserta KB Aktif Cakupan Bayi 6-11 Bulan dan Balita 1-5 Tahun Vit. A Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita (TB dan Malaria Positif)

1. Kairatu 860 470 2.774 1.829 365 517

2. Kairatu Barat 615 291 450 689 278 78

3. Amalatu 320 252 1.490 618 285 50

4. Inamosol 179 88 379 109 87 30

5. Elpaputih 188 87 357 531 90 35

6. Seram Barat 1.420 677 1.438 2592 595 1149

7. Huamual 225 93 150 289 116 311

8. Huamual Belakang

736 246 175 1070 245 169

9. Kep. Manipa 419 185 450 569 191 61

10. Taniwel 640 263 450 1718 288 1083

11. Taniwel Timur

306 153 480 147 141 912

Sumber : Cakupan Program Kunjungan Dinas Kesehatan Kab. SBB Diolah Sendiri

3. Program Perluasan Akses Pelayanan

Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin di SBB mencakup Penguatan Tim Verifikasi di Daerah, Dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten untuk menyediakan biaya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di luar kuota Jamkesmas dan Jamkesda,pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin dengan melanjutkan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas dan kelas III rumah sakit,serta pemantauan yang efektif dalam penyelenggaraan Jamkesmas juga Jamkesda18.Jamkesmas dan

18


(2)

26

Jamkesda merupakan program jaminandan bantuan sosial untuk pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah daerah bagi masyarakat miskin dan tidak mampuagar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secaraefektif dan efisien. Sasaran program jamkesmas dan Jamkesda ini adalah seluruh masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan berupa Jamkesmas dan jamkesda,dan asuransi kesehatan lainnya.

H. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitianperlu adanya metode penelitian¸karena dapat memberi petunjuk kepada peneliti dalam urutan kerja, alat-alat yang digunakan, serta bagaimana penelitian itu dilaksanakan. Tujuan dari metode penelitian itu sendiri yaitu merupakan cara utama yang di gunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan dan dilakukan dengan teknik yang teliti dan sistematik.

Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas maka metode yang dipakai peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.Metode kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang fundamental bergantung pada pengamatan manusia.Metode kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel.Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan.Dengan demikian memiliki penelitian kualitatif tersebut


(3)

27

memiliki arti bahwa penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrument kunci19.

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini adalah mengacu kepada Kualitatif, metode penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatab induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih di tonjolkan dalam penelitian kualitatif20. Maka landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar focus peneliti sesuai dengan fakta dilapangan serta bermanfaat sebagai pemberian gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.Jenis data ini diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip), bahkan dapat diperoleh dalam bentuk lain melalui pemotretan atau rekaman video.Analisis yang dilakukan harus sesuai dengan fungsi dan peranan dinas kesehatan di masyarakat dan tujuannya seperti apa bagi masyarakat setempat pasca pemekaran.

2. Lokasio Penelitian

Lokasi penilitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian yang di ikuti dengan pengumpulan data dan informasi yang di dapatkan guna di perlukan untuk menunjang penelitian yang dilakukan.Lokasi dalam penelitian ini bertempat di Kab. Seram Bagian Barat, Kec. Piru, Maluku dan khususnya di dinas kesehatan yang merupakan objek dari penelitian ini.

19

Moeloeng, J. Lexy.Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : 2006) hal. 4.

20


(4)

28

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian.subyek penelitian juga membahas karakteristik subyek yang digunakan dalam penelitian. Subyek dari penelitian itu yaitu orang-orang yang dapat memberikan informasi tentang hal-hal yang di teliti., yaitu :

1. Pegawai Dinas Kesehatan Kab. Seram Bagian Barat, 2. Kepala Puskesmas Piru Seram Bagian Barat, dan 3. Masyarakat Umum Seram Bagian Barat.

4. Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang hanya dapat di peroleh dari sumber asli atau pertama yang dapat di percaya dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan judul peneliti, serta narasumber yang terlibat langsung di dalamnya yang dapat bertangguing jawab guna memberikan informasi dan data yang akurat dan lengkap.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan. Data sekunder tersebut berupa buku-buku ilmiah, dokumen-dokumen resmi, info dari televise, internet, maupun surat kabar/Koran-koran, serta perundang-undangan yang berhubungan dan berkaitan dengan penelitian yang diteliti, serta masyarakat umum yang juga menjadi bagian terpenting dalam penelitian ini.


(5)

29

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang yang digunakan meliputi, sumber tertulis sebagai data tambahan yang berasal dari sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi. Selain itu peneliti juga melakukan teknik pengumpulan data dengan tiga cara, yaitu :

a. Wawancara

Wawancara sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan Tanya jawab langsung antara pengumpulan data maupun peneliti dengan maksud untuk memperoleh informasi yang akurat dan kemudian dijadikan sebagai bahan peneliti.

b. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang di amati. Untuk data tambahan diambil dari dokumentasi. c. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Kamus Bahasa Indonesia di defenisikan sebagai sesuatu yang tertulis, tercetak, atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan21.Metode ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber non-manusia, atau teknik pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian.

21 Dr. Soehartono Irawan”


(6)

30

6. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif ,prosesnya berjalan sebagai berikut : a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses analisis untuk memilih, memusatka perhatian,menyederhanakan, mengabstraksikans serta mentransformasikan data yang muncul dari catatan-catatan lapangan (Patilima, 2005)22 yang dikumpulkan kemudian selanjutnya akan diolah peneliti menjadi sebuah data yang lebih spesifik.Reduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan pola, serta membuang yang dianggap tidak perlu.

b. Display Data/Penyajian Data

Yaitu data yang diperoleh tersebut bias disajikan dalam bentuk matrik maupun tabel-tabel yang bias mewakili karakter yang diperlukan. c. Membuat Simpulan Sementara, dan menguji kembali dengan metode

triangulasi, baik menggunakan triangulasi penelit, teori, data maupun metode23.

d. Dan tahap terakhir, yaitu membuat pernyataan atau simpulan mengenai apa yang dimengerti peneliti secara bulat tentang suatu masalah yang diteliti dalam bahasa kualitatif yang diskriptif dan bersifat interpretative24.

22

Patilima Hamid “Metode Penelitian Kualitatif”.Bandung : 2005. Tgl 1 Oktober 2013.

23

http//tizarrahmawan.wordpress.com/2009/11/24/selayang-teknik-analisis-data- kuantitatif-dan-kualitatif/. Tgl 1 Oktober 2013.

24

http//tizarrahmawan.wordpress.com/2009/11/24/selayang-teknik-analisis-data-kuantitatif-dan-kualitatif/. Tgl 1 Oktober 2013.


Dokumen yang terkait

Studi Kelayakan Pemekaran Daerah(Studi Kasus Penolakan Usulan Kabupaten Simalunguan Hataran Sebagai Pemekaran Dari Kabupaten Simalungun)

6 70 112

Pengaruh Persepsi Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan dan Intensitas Warga Kota Medan Berobat Keluar Negeri

5 84 179

Rancangan Perbaikan Kualitas Pelayanan Kesehatan untuk Meningkatkan Produktivitas Rumah Sakit Pelabuhan Medan

13 94 146

Pengaruh Persepsi Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Dan Minat Pemanfaatan Ulang Di Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Pendidikan FKG USU Tahun 2012

4 42 106

Persepsi Santri Tentang Pelayanan Kesehatan Dan Pengaruhnya Terhadap Pemanfaatan Balai Pengobatan Santri Dan Masyarakat (BPSM) “An-Nur" Di Pondok Pesantren Ar Raudhatul Hasanah Paya Bundung Medan Tahun 2003

2 56 89

Persepsi Lansia Terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila Pasca Pemekaran Kecamatan (Studi Deskriptif di Posyandu Usila Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan)

0 31 118

STUDI KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA PIRU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PROVINSI MALUKU

3 37 1

DAMPAK PEMEKARAN DAERAH TERHADAP EFEKTIFITAS PELAYANAN PUBLIK PADA BIDANG KESEHATAN (Studi Kasus di Kota Tual Propinsi Maluku)

0 9 32

Penyelidikan Pendahuluan Daerah Panas Bumi P, Seram, Kabupaten Maluku Tengah Dan Kabupaten Seram Bagian Barat – Maluku

2 3 20

Persepsi Masyarakat Tentang Kualitas Pelayanan Publik Di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara (Studi Pada Dinas Pendidikan dan Kesehatan)

0 0 5